Você está na página 1de 11

ANALISA IDENTIFIKASI RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PEKERJAAN : PEMBANGUNAN SELASAR JALUR SAMPAH MEDIS DAN


LANDASAN PENGANGKUT LIMBAH
LOKASI : RSUD dr.H. SLAMET MARTODIRDJO PAMEKASAN

ANGGARAN : BLUD TAHUN 2016

1. PENDAHULUAN

Adanya kemungkinan kecelakaan yang terjadi pada proyek konstruksi


di rumah sakit akan menjadi salah satu penyebab terganggunya atau
terhentinya aktivitas pekerjaan proyek bahkan proses pelayanan kesehatan
di rumah sakit. Oleh karena itu, pada saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi
diwajibkan untuk menerapkan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) di lokasi kerja dimana masalah keselamatan dan
kesehatan kerja ini juga merupakan bagian dari perencanaan dan
pengendalian proyek

Risiko merupakan variasi dalam hal-hal yang mungkin terjadi secara


alami didalam suatu situasi. Risiko adalah ancaman terhadap kehidupan,
properti atau keuntungan finansial akibat bahaya yang terjadi. Secara umum
risiko dikaitkan dengan kemungkinan (probabilitas) terjadinya peristiwa
diluar yang diharapkan. Jadi risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang
akan berdampak pada tujuan, sehingga harus dilakukan pengendalian
resiko.

Pengendalian resiko merupakan upaya pencegahan kecelakaan kerja


dan penyakit akibat kerja yang terdiri dari 5 hierarki:

1. Eliminasi, yaitu menghilangkan sumber bahaya di tempa kerja.

2. Substitusi, yaitu mengganti bahan dengan proses yang lebih aman.

3. Engineering, yaitu melakukan perubahan atau modifikasi terhadap desain


peralatan, proses dan lay out.
4. Administrasi, yaitu cara kerja yang aman dengan melakukan
pengontrolan dari sistem administrasi.

5. Alat pelindung diri (APD) yang terdiri dari sabuk pengaman, sarung
tangan, pelindung kepala dan lain-lain.

Pekerjaan kontruksi di RSUD dr.H. SLAMET MARTODIRDJO


PAMEKASAN memiliki potensi bahaya, seperti penggunaan alat, mesin
gerinda, las, bekerja diketinggian, melakukan penggalian tanah dan lain-lain.

Dengan adanya hal tersebut maka dipergunakan analisa resiko


Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang penerapannya meliputi Projeck Site
dan area pendukung lainnya yang merupakan kebijakan pihak pelaksana
(kontraktor) konstruksi.

Tersedianya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


atau Occupational Health and Safety Manajement System (SMK3/OHSMS)
dimana system ini diperlukan untuk menurunkan insiden dan penyakit akibat
kerja sehingga tercipta tempat kerja yang aman dan sehat.

Untuk memberikan kepuasan pelanggan dan perlindungan kepada


pengunjung, pasien,pekerja baik organik maupun non organik dan
keselamatan dan kesehatan kerja serta menjaga kelestarian lingkungan
hidup dan dalam rangka pemenuhan perundangan undangan yang terkait
dengan K3 maka diperlukan suatu analisa resiko Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada pembangunan dan renovasi gedung

II. KEBIJAKAN K3

Secara garis besar, kebijakan ini adalah : agar setiap orang yang
berada di lingkungan rumah sakit meliputi pengunjung, pasien,pekerja baik
organik maupun non organik mendapatkan tempat yang aman dan sehat
dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Pada prinsipnya semua pihak harus
berupaya serta mengambil langkah-langkah positif sehingga seluruh
karyawan dan pekerja konstruksi :
1. Mematuhi seluruh peraturan perundangan dalam bidang Keselamatan
dan Kesehatan kerja, yang merupakan persyaratan minimum kinerja
keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Selalu memberikan perlindungan kepada seluruh karyawan, tamu, pihak


ke tiga dan asset rumah sakit dengan mencegah dan mengendalikan
kejadian yang dapat merugikan asset rumah sakit

3. Melakukan komunikasi yang efektif kepada seluruh karyawan,


masyarakat dan pihak-pihak yang berkepentingan.

4. Mempertimbangkan setiap aspek Keselamatan dan kesehatan kerja pada


setip tahap penyelenggaraan kegiatan serta mengendalikan resikoyang
ada seminimal mungkin

5. Meningkatkan kesadaran dan memberikan pengertian bahwah


kecelakaan itu dapat dicegah.

6. Memberikan pengertian bahwah target utama pekerjaan konstruksi


adalah “zero accident”

7. Mengutamakan keselamatan karyawan dan pekerja dari penggunaan


peralatan dan bahan dilokasi proyek.

8. Menjamin bahwah semua karyawan dan pekerja telah mengetahui dan


melaksanakan pekerjaannya secara produktif yaitu dengan cara yang
aman melalui petunjuk yang benar, instuksi pekerjaan yang tepat,
instuksi pemakaian peralatan yang tepat, instuksi pemakaian bahan yang
tepat melalui pengawasan yang tepat.

9. Pihak pelaksana pekerjaan konstruksi wajib menyediaakan fasilitas,


peralatan,perlengkapan keselamatan kerja yang layak dan memadai
serta menjamin akan digunakan secara tepat.

10. Memastikan bahwa yang diminta dan direkomendasikan dalam kebijakan


K3 telah diikuti.

11. Meningkatkan perlindindungan dan pelestarian lingkungan dalam segalah


aktivitas dan meminimumkan kerusakan yang mungkin terjadi akibat
aktivitas tersebut.

Semua karyawan dan pekerja harus sudah mengetahui akan


tanggungjawabnya masing-masing termasuk peduli akan kesehatannya,
keselamatannya dan lingkungan ditempat kerja, sehubungan dengan
kebijakan diatas.
1. Identifikasi Bahaya dab Pengendalian Resiko

IDENTIFIKASI JENIS
NO JENIS/TYPE PEKERJAAN PENGENDALIAN K3
BAHAYA & RISIKO K3

1. Pekerjaan Persiapan  kaki tertusuk benda  menggunakan sarung


tajam tangan dari bahan yang
aman.
 terkena paku saat
 Berhati – hati saat
pemasangan bowplank bekerja
 luka karena
menggunakan
benda tajam pada
saat pembersihan
lokasi

2. Pekerjaan Galian, Urugan  Tertimbun tanah  membuat pagar


dan Timbunan Pilihan lonsor pengaman
 tertimpa benda dari  menggunakan sarung
atas saat menggali tangan dari bahan yang
 luka karena aman.
menggunakan  menggunakan penutup
benda tajam kepala /helm dan
sepatu boot

3. Pekerjaan pasangan Batu  terkena / tergores  menggunakan sarung


Kosong, Pasangan Batu Dan permukaan batu tangan dari bahan yang
Siaran saat memasang/ aman
memegang batu.  menggunakan helm, dan
 terkena pecahan masker saat
batu saat melaksanakan pekerjaan
membelah batu ini
untuk dikecilkan  menjaga jarak untuk
 Jatuh dari memutar mesin pengaduk
 menggunakan sepatu
scafolding
boot yang dapat menutup
 terkena pemutar mesin
sampai ke dengkul
molen(engkol) saat
 menjaga jarak agar tidak
menghidupkan mesin
terciprat adukan plesteran
molen
 Tutup material dan atau
 tergencet batu
limbah konstruksi sebelum
saat memilih batu
diangkut dalam wadah
untuk dipasang.
yang tertutup rapat
 terkena mata saat
memelester
 terkena debu
semen saat
mengaduk
 gangguan pernafasan
akibat debu
pasir/semen

4 Pemasangan kerangka  kerangka jatuh  Mengikuti instruksi


kayu dan menimpa kerja dari konsultan
pekerja/fasilitas pengawas
 Memakai APD meliputi
sarung
tangan,gogle,sepatu
boot,masker, helm
 Membasahi area
pekerjaan
 Pindahkan material
dengan hati-hati untuk
meminimalkan
kecelakaan dan
penyebaran kotoran
dan debu terkait
konstruksii

5 Pemasangan atap  kerangka jatuh  Mengikuti instruksi


galvalum dan plafon dan menimpa kerja dari konsultan
pekerja/fasilitas pengawas
asbes
 gangguan pernapasan  Memakai APD meliputi
akibat pekerja sarung
terkena debu dari tangan,gogle,sepatu
asbes boot,masker, helm
 Dehidrasi akibat  Minum secukupnya
terpapar sinar  Pindahkan material
matahari dengan hati-hati untuk
langsung meminimalkan kecelakaan
dan penyebaran kotoran
serta debu terkait
konstruksi

Pembersihan debu dan  pekerja terkena  Mengikuti instruksi


6 kotoran dengan debu dan kotoran kerja dari konsultan
 tertusuk pengawas
compressor pada
 penglihatan dan  Memakai APD meliputi
pekerjaan rabat lantai pernafasan sarung
terganggu tangan,gogle,sepatu
 debu boot,masker, helm
mengkontaminasi  Membasahi area
lingkungan pekerjaan
 Pindahkan material
dengan hati-hati untuk
meminimalkan
penyebaran kotoran dan
debu terkait konstruksi
 Membatasi area
pekerjaan dengan
terpal atau pengaman
lainnya
7 Pekerjaan pasang  Pekerja  Mengikuti instruksi
keramik menghirup debu kerja dari konsultan
potongan pengawas
keramik  Memakai APD meliputi
 Pekerja terkena mesin sarung
potong keramik tangan,gogle,sepatu
boot,masker, dan helm
 Tersengat listrik
 Pindahkan material
 Tertimpa material
dengan hati-hati untuk
keramik
meminimalkan kecelakaan
 Korsleting dan
dan penyebaran kotoran
terbakar
debu terkait konstruksi
 Membasahi area
pekerjaan
 Membatasi area
pekerjaan dengan
terpal atau pembatas
lainnya
 Jangan pindahkan
penghalang debu dari
area kerja sampai ada
petugas yang berwenang
melakukan inspeksi
 Sebelum bekerja pastikan
peralatan listrik dan
instalasinya aman
8 Pekerjaan pengecatan  Menghirup cat  Mengikuti instruksi
 Kejatuhan kerja dari konsultan
material pengawas
 Material mudah  Memakai APD meliputi
terbakar sarung
tangan,gogle,sepatu
boot,masker, helm
 Membasahi area
pekerjaan
 Dilarang merokok
 Dilarang menyalakan
api dekat material cat
 Penyimpan cat di
gudang dan tidak kena
sinar matahari
langsung
9 Penyelesaian akhir  pekerja jatuh dari  Mengikuti instruksi
(finishing) : ketinggian kerja dari konsultan
 bekisting/scaffolding pengawas
 Bongkar pasang
jatuh dan menimpa  Memakai APD meliputi
Scaffholding sarung
pekerja/fasilitas
 Pembersihan tangan,gogle,sepatu
 pekerja terluka ketika
area pekerjaan bekerja boot,masker, helm
 Pengempelan  terhirup debu  Pindahkan material
dan Desinfeksi  Gangguan mata dengan hati-hati untuk
lantai  Iritasi kulit meminimalkan kecelakaan
dan penyebaran kotoran
debu terkait konstruksi

2. Pemenuhan perundang – undangan dan persyaratan lainnya

Daftar peraturan perundang – undangan dan persyaratan lain yang terkait


dengan K3 yang wajib dipunyai dan dipenuhi dalam melaksanaan paket pekerjaan
ini adalah :

a. UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja

b. UU No. 23 1992 tentang kesehatan

c. UU No. 18 tahun 1999 tentang jasa konstruksi

d. UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan

e. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


f. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

g. Peraturan pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang analisis mengenai dampak


lingkungan.

h. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem


Keselamatan dan Kesehatan Kerja

i. Keputusan presiden No. 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul akibat
hubungan kerja

j. Keputusan Menteri tenaga Kerja RI. Nomor : kep – 51/Men/1999 Tentang


Nilai Ambang batas Faktor Fisika ditempat kerja

k. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor kep- 187/Men1999 Tentang


pengendalian bahan kimia berbahaya ditempat kerja

l. Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE.05/BW/1997 Tentang Penggunaan Alat


Pelindung Diri

m. Keputusan menteri kesehatan Nomor 876/menkes/SK/IX/2001/tentang


pedoman teknis analisis dampak lingkungan

n. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 315 Menkes/SK/III/2003 tentang komite


kesehatan dan keselamatan kerja sektor kesehatan
o. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204 /Menkes/SK/X/2004 tentang
persyaratan lingkungan rumah sakit

p. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1087 /Menkes/SK/VIII/2010 tentang


Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit

q. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2014 Tentang Pedoman


Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum

A. Sasaran k3 dan program k3

Sasaran k3

Sasaran kesehatan dan keselamatan kerja dilokasi proyek adalah karyawan dan
pekerja yang terlibat langsung dengan peralatan kerja dan material serta
lingkungan sekitarnya maupun tidak langsung termasuk pengunjung, petugas
rumah sakit, pasien dan pekerja lainnya badan independen di rumah sakit.
Sasaran yang dituju dalam penerapan k3 adalah:

a. Menghindari adanya kecelakaan kerja


b. Menghindari adanya penyakit akibat kerja
c. Menyediakan lingkungan kerja yang sehat
d. Menghindari terjadinya efek negatif terhadap lingkungan yang diakibatkan
oleh aktifitas kerja
e. Semua karyawan dan pekerja wajib memakai APD yang sesuai bahaya dan
resiko pekerjaannya masing-masing.

B. Program K3
1. Promosi program k3 Promosi program k3 terdiri dari:

1. Pemasangan symbol K3 yaitu :


a. Pemasangan sign board k3
b. Slogan-slogan yang mengisyaratkan akan perlunya bekerja dengan selamat
seperti contoh pada lampiran.
c. Gambar-gambar pamplet tentang bahaya/kecelakaan yang mungkin terjadi
dilokasi pekerjaan dipasang dikantor proyek atau lokasi pekerjaan
dilapangan.
2. Saranaperalatan untuk K3

sarana peralatan untuk K3 terdiri dari :

a. Yang melekat pada orang, yaitu :

1. Topi helm

2. Sepatu lapangan

3. Sabuk pengaman (untuk pekerja ditempat yang tinggi)

4. Sarung tangan (untuk pekerja tertentu)

5. Masker pengaman untuk gas B3 ( untuk pekerjaan tertentu)

6. Kacamata las/google

7. Obat-obatan untuk P3K

b. Sarana peralatan lingkungan yaitu :

Tabung pemadam kebakaran pada ruang-ruang antara lain:

a. Kantor proyek

b. Gudang

c. Ruang genset

d. Bengkel

c. Rambu-rambu peringatan

Rambu-rambu peringatan antara lain untuk:

1. Perngatan bahaya dari atas

2. Peringatan bahaya benturan kepala

3. Peringatan bahaya longsoran

4. Peringatan bahaya api/kebakaran

5. Peringatan tersengat listrik

6. Petunjuk jalur instalasi listrik kerja sementara

7. Petunjuk batas ketinggian penumpukan material


8. Larangan memasuki area tertentu

9. Larangan membawa bahan-bahan yang berbahaya

10. Petunjuk untuk melapor (Keluar Masuk Proyek)

11. Peringatan untuk memakai alat pengaman kerja

12. Peringatan ada alat/masin yang berbahaya (untuk lokasi tertentu)

13. Peringatan/larangan masuk lokasi genset/power listrik (untuk orang


tertentu)

Demikian analisa identifikasi resiko keselamatan dan Kesehatan Kerja pada


pekerjaan kostruksi ini, dibuat sebagai pedoman bagi Kuasa Pengguna
Anggaran yang terkait dan Kontraktor sebagai pelaksana pekerjaan konstruksi
(penyedia jasa) untuk meminimalisir atau mencegah kejadian kecelakan kerja
dan penyakit akibat kerja di rumah.

Pamekasan, 20 April 2016

PIHAK PENYEDIA JASA PIHAK PENGGUNA JASA

Yang Melaksanakan Pekerjaan Kuasa Pengguna Anggaran

MOH RASJAD HIDAYAT, SH, M.Si


Direktur CV. MEGORO NIP. 19661201 198903 1 016

PENYUSUN ANALISA IDENTIFIKASI RESIKO

KETUA KOMITE K3RS SEKRETARIS KOMITE K3RS

Daeng Ali Taufiq, SKM, MM R. A. Koerniawan, SKM,MMKes


NIP. 196302031198702 1002 NIP. 196901241991 1007

Você também pode gostar