Você está na página 1de 3

BAB IV

PEMBAHASAN

Batu Saluran Kemih (urolithiasis) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras
seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas (ginjal dan
ureter) dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra), yang dapat menyebabkan nyeri,
perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi.

Anamnesis merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan diagnosis penyakit
karena dapat mengarahkan penyakit melalui keluhan yang dialami pasien. Pada kasus ini pasien
datang dengan keluhan nyeri yang berulang pada pinggang kiri yang menjalar ke perut kiri
disertai saat BAK dirasakan nyeri di akhir setelah berkemih, mual dan demam. Riwayat
penyakit dahulu pasien pernah sulit BAK disertai keluar butiran kecil seperti pasir saat kencing
pada tahun 2002 dan tahun 2006 Keluhan-keluhan tersebut dapat dicurigai, pasien mengalami
penyumbatan pada bagian saluran kemih yang dikibatkan oleh batu. Pada kasus ini pasien
dicurigai mengalami Batu Saluran Kemih atau urolithiasis dimana pada urolithiasis dapat
terjadi pada seseorang yang memiliki resiko antara lain usia diatas 40 tahun, gaya hidup dimana
kekurangan mengkonsumsi air dan banyak mengkonsumsi makanan yang dapat menimbulkan
pembentukan batu, selain itu juga aktifitas yang kurang dan kebanyakan duduk dapat
meningkatkan terjadinya resiko urolithiasis. Keluhan pasien yang ditemukan di anamnesis ini
lah yang dapat mempersempit kemungkinan terhadap diagnosis-diagnosis yang lain.

Manifestasi klinis umumnya tergantung letak sumbatan yang terjadi. Rasa nyeri yang
hilang timbul mungkin terjadi jika sumbatannya berada di ureter dikarenakan ureter
mempunyai gerakan peristaltik untuk mengeluarkan urin berbeda jika sumbatan yang
diakibatkan oleh batu tersebut berada di urethra kemungkinan rasa nyeri timbul jika ketika
buang air kecil. Selain nyeri, pasien dapat mengeluh demam yang diakibatkan oleh infeksi yang
kemungkinan bisa terjadi, hematuri yang disertai dengan keluar serpihan kristalpun bisa
dikeluhkan pasien dan mual muntah akibat efek dari sumbatan pada saluran kemih.

Pemeriksaan fisik dapat membantu karena untuk mengetahui keadaan umum pasien
pada saat datang ke Rumah Sakit dan merupakan pemeriksaan obyektif. Seperti pada kasus ini
ditemukan nyeri ketok pada daerah kostovertebral kiri, dan nyeri pada ginjal kiri. Pada

41
pemeriksaan fisik mungkin bisa ditemukan demam yang harus dicurigai dan diwaspadai
sebagai urosepsis dan ini merupakan kedaruratan dibidang urologi. Dalam hal ini harus segera
ditentukan kelainan anatomik pada saluran kemih yang mendasari timbulnya urosepsis.

Pemeriksaan penunjang merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk


menentukan diagnosis setelah mendapatkan pengarahan dari hasil yang didapat dari anamnesis
maupun pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan penunjang yang dapat mengarahkan diagnosis
adalah pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi.

Pemeriksaan laboratorium yang dapat menunjang terhadap diagnosis adalah Sedimen


urine : leukosituria, hematuria dan dijumpai kristal-kristal pembentuk batu. Pada pasien ini
ditemukannya leukosituria dan hematuria. Pemeriksaan selanjutnya adalah mengetahui ureum
dan kreatinin pasien. Peningkatan ureum itu bisa diakibatkan oleh 3 mekanisme yaitu prerenal,
renal dan pasca renal. Ureum renal biasanya diakibatkan oleh gagal ginjal sedangkan pasca
renal diakibatkan oleh batu saluran kemih sehingga pada kasus urolithiasis atau batu saluran
kemih itu dapat mengakibatkan peningkatan ureum sesuai hasil lab yang didapatkan pada kasus
ini. Peningkatan ureum dan kreatinin menandakan adanya penurunan fungsi ginjal. Sesuai
dengan kasus diatas bahwa terdapat peningkatan kreatinin yang dialami pasien dapat
disimpulkan bahwa terdapat penurunan fungsi ginjal pada pasien diakibatkan oleh batu saluran
kemih..

Pemeriksaan radiologi wajib dilakukan pada pasien dengan kecurigaan batu karena
sangat membantu untuk mengetahui adanya sumbatan yang terjadi pada saluran kemih seperti
di ginjal, ureter, vesika urinaria, ataupun pada uretra. Pemeriksaan radiologi yang dapat
menunjang penegakkan diagnosispun berbagai macam seperti yang telah dilakukan pada
pasien ini yaitu foto polos abdomen (BNO), dan BNO – IVP.

Hampir semua batu saluran kemih (98%) merupakan batu radioopak. Pada
kasus ini,diagnosis ditegakkan melalui radiografi. Pemeriksaan rutin meliputi foto abdomen
dari ginjal, ureter dan kandung kemih (KUB).

BNO ad a l a h p e m e r i k s a a n u r o r a d i o l o g i s s e d e r h a n a . H a l i n i biasanya
diambil dengan posisi terlentang ini mungkin menunjukkan kelainan seperti batu
radioopak yang dapat ditemukan pada saluran kemih bia sanya terbentuk dari
endapan kalsium, sedangkan gambaran radiolusen biasanya terbentuk dari batu
urat atau sistin. Pada kasus ini ditemukan gambaran radioopak di sebelah kiri vertebra lumbal

42
yang dicurigai sebagai batu radioopak Namun pada BNO abdomen ini tidak ditemukan
kaountur ginjal yang memungkinkan didalamnya ada batu juga yang kemungkinan tidak
terlihat sehingga BNO abdomen ini harus di tambah dengan IVP maupun USG.

IVP dapat dilakukan jika pada foto BNO tidak ditemukan batu radioopak karena
kemungkinan batu yang menyumbat saluran kemih pasien bisa saja adalah batu radiolusen
sehingga IVP dapat dikombinasikan dengan BNO. Pemeriksaan IVP ini dengan cara
memasukan kontras pada tubuh pasien melalui intravena, sehingga selain mengetahui adanya
sumbatan batu radiolusen pemeriksaan IVP ini untuk mengetahui dari fungsi sistem urinaria
pasien apakah masih bagus atau tidak. Namun pada pemeriksaan IVP ini harus hati-hati jika
ada kerusakan pada ginjal sehingga sebelumnya harus dikatahui kreatininnya, karena jika
kreatinin lebih dari 2 mg/dl maka pemeriksaan IVP pun tidak boleh dilakukan. Pada kasus ini
pemeriksaan dengan IVP bisa dilakukan jika pasien tidak mempunyai alergi terhadap bahan
kontras karena kreatinin pasien masih dibawah 2 mg/dl.

Pada kasus ini pasien di diagnosis urolithiasis atau batu saluran kemih karena dari hasil
radiologi ditemukan batu dengan gambaran radioopak pada ureter (ureterolithiasi). Dari hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi sudah
cukup mengarahkan diagnosis pada pasien ini sehingga penatalaksanaan lebih lanjut dapat
diberikan sesuai indikasi yang telah didapatkan pada pemeriksaan-pemeriksaan yang telah
dilakukan.

43

Você também pode gostar