Você está na página 1de 10

ANALISIS KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI DAN UJI ANTIBAKTERI KENCUR (Kaemferiae

galangal L) JAHE MERAH (Zingiber officinale Rosc)

Irpan nurhakim

21131202

SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG, BANDUNG JAWA BARAT


E-mail: irpannurhakim678@gmail.com

ABSTRAK
Kencur dan jahe merah merupakan tanaman Suku Zingiberaceae yang diketahui mengandung minyak atsiri.
Secara empirik rimpang kencur sering digunakan sebagai obat tradisional dan jahe merah sebagai penambah nafsu
makan. Penelitian ini bertujuan untuk analisis komponen minyak atsiri dan uji aktivitas antimikroba minyak atisiri
kencur dan jahe merah. Penelitian ini meliputi preparasi sampel, penyulingan minyak dengan metode destilasi uap
air, analisis komponen minyak dengan metode Kromatografi Gas – Spektrofotometri Massa (KG-SM) dan uji
aktivitas antimikroba dengan metode mikrodilusi. Sampel yang digunakan adalah kencur dan jahe merah dari
Subang Jawa Barat berumur antara 7-9 bulan. Hasil analisis kadar air dari kedua sampel berturut-turut adalah jahe
merah 10,5% b/v dan kencur 9% b/v. Hasil analisis minyak atsiri dengan menggunakan (KG-SM) pada sampel
jahe merah diperoleh 13 puncak tertinggi yaitu geranyl asetat, benzene, 1- (1,5-dimethyl-4-hexenyl) -4-methyl-
(CAS) ar-Curcumene, 1H- 3a, 7, methanoazulene, 2,3,4,7,8 a-hexahydro-3,6,8,8-tetramethyl-, E-alpha-farnesene,
beta.-cedrene, beta-bisabolene, imagery , camphen, eucalyptol (1,8cineole), z-citra, endobornyl acetate, 2-
propenoic acid, cyclohexene. While on the 2-propenoic acid, 3- (4-methoxyphenyl)-, ethyl ester, Hexadecane, 2-
Propenoic acid, 1,8-Cineole, Delta.3-Carene, Benzene, 1-ethenyl-4-methoxy- (CAS), 9-Pentadecadien-1-ol,
Hexadecane (CAS) n-Hexadecane, Alpha-Pinene. Minyak atsiri dari jahe merah efektif menghambat pertumbuhan
Sthaphylococcus aureus dan Esserchia coli pada konsentrasi 512, 256 dan 128 ppm dan untuk kencur efektif pada
konsentrasi 512 dan 256 ppm.
Kata kunci : destilasi uap air, KG-SM, mikordilusi, minyak atsiri jahe merah, minyak atsiri kencur
ABSTRACT

Kencur and red ginger are Zingiberaceae Tribe plants are known to contain essential oils. Empirically rhizome
kencur often used as a traditional medicine and red ginger efficacious as a drug is also an appetite enhancer. This
study aims to determine the levels of essential oils, component analysis and antimicrobial activity test of essential
oil kencur and red ginger. This research includes sample preparation, oil distillation by water vapor distillation
method, oil component analysis using Gas Chromatography – Massa Spektrofotometry (GC-MS) method and
antimicrobial activity test by microdilution method. The sample used were kencur and red ginger from Subang
reply aged between 7-9 months. The results of water content analysis of both samples were 10.5% b/v red ginger
and 9% b/v kencur respectively. The results of the essential oil analysis using the (GC-MS) tool on the red ginger
samples obtained by 13 peaks were geranyl asetat, benzene, 1- (1,5-dimethyl-4-hexenyl) -4-methyl- (CAS) ar-
curcumene, 1H- 3a, 7, methanoazulene, 2,3,4,7,8 a-hexahydro-3,6,8,8-tetramethyl-, E-alpha-farnesene, beta.-
cedrene, beta-bisabolene, imagery , camphen, eucalyptol (1,8cineole), z-citra, endobornyl acetate, 2-propenoic
acid, cyclohexene. While on the 2-propenoic acid, 3- (4-methoxyphenyl) -, ethyl ester, hexadecane, 2-Propenoic
acid, 1,8-cineole, delta.3-carene, benzene, 1-ethenyl-4-methoxy-(CAS), 9-pentadecadien-1-ol, hexadecane (CAS)
n-hexadecane, alpha-pinene. The essential oil of red ginger effectively inhibits the growth of Staphylococcus
aureus and Esserchia coli at concentrations of 512, 256 and 128 ppm and for effective kencur at concentrations
of 512 and 256 ppm

Keywords: distillation, GC-MS, red ginger essential oil, kencur essential oil, mikordilusi

Pendahuluan (mikroorganisme) oleh tubuh manusia.


Mikroorganisme tersebut dapat menimbulkan
Foodborne disease adalah suatu penyakit yang
penyakit baik dari makanan asal hewan yang
merupakan hasil dari pencernaan dan penyerapan
terinfeksi ataupun dari tumbuhan yang
makanan yang mengandung mikroba
terkontaminasi. Makanan yang terkontaminasi
selama proses atau pengolahan dapat berperan konsentrasi yang berbeda terhadap Aeromonas
sebagai media penularan juga. hydrophila secara in vitro, dapat diambil kesimpulan
bahwa ekstrak jahe merah berpengaruh terhadap
Penularan foodborne disease oleh makanan dapat
pertumbuhan Aeromonas hydrophila dan Minimum
bersifat infeksi, yang berarti bahwa suatu penyakit
Inhibitory Concentration (MIC) ekstrak jahe merah
disebabkan oleh adanya mikroorganisme yang
terhadap Aeromonas hydrophila adalah pada
hidup, biasanya berkembangbiak pada tempat
konsentrasi 7.971 % atau 0.08 g ekstrak/ml pelarut.
terjadinya peradangan.
Minimum Bactericidal Concentration (MBC)
Kencur (Kaempferia galanga) Senyawa ekstrak jahe merah terhadap Aeromonas hydrophila
antimikroba yang terkandung minyak atsiri, adalah pada konsentrasi 31.849 % atau 0.32 g
sesquiterpenoid, flavonoid, senyawa fenolik atau ekstrak/ml pelarut.
polyfenol dan alkaloid. Keefektifan : ekstrak
Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan salah
rimpang kencur dapat menghambat pertumbuhan
satu tanaman Suku Zingiberaceae yang diketahui
Streptococcus β Hemolyticus, namun pengaruh
mengandung minyak atsiri. Secara empirik rimpang
ekstrak rimpang kencur kadar 50%, 75%, 100%
kencur sering digunakan sebagai obat tradisional..
lebih lemah [p (sig.) < 0,05] jika dibandingkan
Rimpang atau rizoma tanaman ini mengandung
dengan kontrol positif antibiotik penicilin 10µg.
minyak atsiri dan alkaloid yang dimanfaatkan
Minyak atsiri kencur (Kaempferia galanga L.)
sebagai stimulan
dalam bentuk salep larut air memberikan efek
antibakteri terhadap Staphylococcus aureus Jahe (Zingiber officinale) merupakan tumbuhan atau
tanaman rimpang yang fenomenal yang banyak
Menurut penelitian yang sudah ada mengemukakan
digunakan sebagai bahan pelengkap dalam bumbu
bahwa pengolahan data dapat disimpulkan
masakan dan obat. Rimpang jahe berbentuk jemari
Komponen senyawa ekstrak etanol kencur
yang bergelembung pada bagian ruas-ruas tengah.
(Kaempferia galanga L) aktivitas antibakteri teraktif
terhadap Staphylococcus aureus pada konsentrasi Salah satu bentuk rempah yang dapat digunakan
70% dengan diameter zona hambat sebesar 15 mm untuk menghambat pertumbuhan dan
dan terhadap Streptococcus viridans pada perkembangan mikroba Beberapa literatur telah
konsentrasi 70% dengan diameter zona hambat melaporkan bahwa minyak atsiri mempunyai
sebesar 16 mm. Besar Minimal Inhibitory aktivitas sebagai antibakteri maupun sebagai
Consentration (MIC) ekstrak etanol kencur analgesik (mengurangi rasa sakit). Minyak atsiri
(Kaempferia galanga L) pada pertumbuhan bakteri merupakan minyak yang mudah menguap yang
Staphylococcus aureus dan Streptococcus viridans akhir-akhir ini menarik perhatian dunia hal ini
adalah pada konsentrasi 38%. Besar Minimal disebabkan karena minyak atsiri yang terdapat dari
Bakterisidal Consentration (MBC) ekstrak etanol berbagai tumbuhan bersifat aktif biologis sebagai
kencur (Kaempferia galanga L) pada pertumbuhan antibakteri maupun sebagai antijamur. Beberapa
bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus peneliti telah menemukan bahwa minyak atsiri dari
viridans adalah pada konsentrasi 40%. daun sirih dan kunyit memiliki aktivitas sebagai
antijamur dan antibakteri Menurut Guenther (1948),
Dan pada jahe merah Berdasarkan penelitian tentang
dikenal tiga cara penyulingan minyak atsiri. Cara
daya anti bakteri ekstrak jahe merah dengan
yang paling cocok untuk penyulingan minyak pada
kencur dan jahe merah adalah cara air dan uap. 2. Bagaimana aktivitas antimikroba dari komponen
Untuk tanaman kencur kencur dilakukan dengan minyak atsirikencur dan jahe merah terhadap
cara penyulingan. Analisis minyak atsiri pada pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan
kencur dan jahe merah biasanya dilakukan dengan Staphylococcus aureus ?
menggunakan Kromatografi Gas-Spektroskopi 3. Adakah kontaminan lain di minyak atsiri pada
Massa (KG-SM). Dimana analisis sampel dapat jahe merah dan kencur berdasarkan
menunjukkan perbedaan antara kualitatif dengan kromatogram G.C ?
kuantitatif dari komponen minyak atsiri. (KG-SM)
merupakan metode pemisahan senyawa organik Metodologi penelitian

yang menggabungkan dua metode analisis senyawa Waktu penelitian

yaitu (KG) berfungsi sebagai alat pemisah berbagai Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

komponen campuran dalam sampel, sedangkan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI),

(SM) berfungsi untuk mendeteksi masing-masing Laboratorium Sekolah Tinggi Farmasi Bandung

molekul komponen yang telah dipisahkan pada (STFB) dimulai pada bulan Februari - Juni 2017

sistem kromatografi gas. Analisis dengan Penelitian ini dilakukan secara deskriptif, dimana
kromatografi gas spektroskopi massa merupakan dilakukan dalam beberapa tahapan. Tahap pertama
metode yang cepat dan akurat untuk memisahkan adalah preparasi sampel kencur dan jahe merah
campuran yang rumit, mampu menganalisis meliputi pemilihan bahan baku, penetapan kadar air
cuplikan dalam jumlah yang sangat kecil dan bahan baku. Tahap kedua adalah penyulingan
menghasilkan data yang berguna mengenai struktur minyak atsiri ke dua tanaman dengan metode
serta identitas senyawa organik (Agusta, 2000). destilasi uap air. Tahap ketiga adalah analisis

Antibakteri adalah suatu senyawa yang mampu komponen minyak atsiri kencur dan jahe merah

menghambat pertumbuhan maupun membunuh tersebut dengan menggunakan metode

mikroorganisme (Jawetz dkk., 1986). Pelczar dan Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (KG-SM).

Chan (1986) mengatakan bahwa makin tinggi Analisis komponen diawali dengan menentukan

konsentrasi suatu zat antimikroba akan semakin kondisi optimum sistem kromatografi gas meliputi

cepat sel mikroorganisme terbunuh atau terhambat jenis kolom, pemilihan gas pembawa, detektor,

pertumbuhannya. Aktivitas antimikroba kecepatan alir gas pembawa, suhu injektor, suhu

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, kolom (suhu awal, laju kenaikan suhu, suhu akhir,

konsentrasi atau intensitas zat antimikroba, jumlah suhu intersep) dan suhu detektor. Dan tahap keempat

mikroorganisme, keasaman atau kebasaan (pH), adalah uji aktivitas antimikroba dari komponen

potensi suatu zat antimikroba dalam larutan yang minyak atsiri kencur dan jahe merah terhadap

diuji, dan kepekaan suatu mikroba terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan

konsentrasi antibakteri (Pelczar dan Chan, 1986). Staphylococcus aureus dengan metode mikrodilusi.

Rumusan masalah
Masalah yang dapat dirumuskan dari uraian latar
belakang adalah : Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah
1. Komponen kimia apa saja yang terdapat pada
timbangan analitik, alat destilasi air, alat destilasi
minyak atsiri ?
uap air, batu didih, labu erlenmeyer, beaker glass,
alat Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (KG- pemanasan selama 60-90 menit. Air dan pelarut
SM), gelas ukur, tabung reaksi, rak tabung, sarung menguap, diembunkan dan jatuh pada tabung
tangan, hotplate, blender, pipet tetes, mikropipet, Bidwell-Sterling yang berskala. Air yang
cawan petri, pinset, jarum ose, batang pengaduk, mempunyai berat jenis lebih besar ada dibagian
bunsen, vortex, kapas berlemak, inkubator, vial, bawah, sehingga volume air yang diuapkan (Vs)
spuit, dan autoklaf. dapat dilihat pada skala tabung Bidwell Sterling
tersebut

Proses penyulingan minyak atsiri kencur dan


Bahan
jahe merah
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini Sampel Kencur (Kaempferia galanga L.) dan jahe

berupa kencur dan jahe merah , bahan baku berasal merah (Zingiber Officinale Rosc) yang telah

dari jawa barat kencur yang digunakan dari daerah mencapai usai panen. Sampel dijemur dan
subang dan jahe merah berasal dari garut. Sebagai dikeringkan. Berat bahan baku yang digunakan pada
bahan kimia dalam penelitian ini yaitu aqudest, proses penyulingan masing-masing sampel

toluen dan DMSO. Mikroba yang digunakan adalah sebanyak 3 kg. sebelumnya sampel di Rajang

bakteri Staphylococus aureus dan Escherichia coli. terlebih dahulu. Sampel dimasukan kedalam ketel

Media yang digunakan adalah Nutrient Agar (NA), suling, ketel yang telah berisi bahan baku kemudian

Muller Hinton Broth (MHB) ditutup rapat dan pemanas dihidupkan. Pada proses
penyulingan ini menggunakan aliran uap yang
Prosedur penelitian berasal dari air yang diuapkan. Setelah kira-kira 15
Preparasi sampel menit, kondensat mulai menetes dan tetesan pertama
Pemilihan bahan baku dihitung sebagai awal waktu penyulingan.
kencur yang digunakan berasal dari jawa barat Penyulingan berlangsung selama 6 jam untuk
tepatnnya di Subang Jawa barat . Jenis rimpang masing-masing sampel.
berumur antara 7-9 bulan yang dicirikan dengan
Uji mikroba
kencur yang sudah siap panen berwarna kuning.
Pembuatan media Nutrient Agar (NA)
Bagian tanaman yang digunakan adalah rimpang
Sebanyak 5,75 gram NA dilarutkan kedalam 250 mL
Jahe merah yang digunakan berasal dari Subang aquadest, dipanaskan sambil diaduk sampai larut
jawa barat . Jenis rimpang berumur antara 7-9 bulan dengan sempurna. Media yang telah homogen
yang dicirikan dengan jahe merah yang sudah siap tersebut disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC
panen berwarna kemerah-merahan. Bagian tanaman selama 15 menit. Media didinginkan sampai teraba
yang digunakan adalah rimpang hangat hangat kuku. Media dibiarkan membeku
Penetapan kadar air bahan baku (menjadi padat).

Sebanyak 5 g sampel (Ws) dimasukan dalam labu Pembuatan media Mueller Hinton Broth (MHB)
didih dan ditambahkan 100-150 mL toluen yang Sebanyak 5,5 gram MHB dilarutkan kedalam 250
sudah jenuh serta dimasukkan batu didih. Toluen mL aquadest, dipanaskan sambil diaduk sampai
dijeunuhkan dengan cara mengocoknya dengan larut dengan sempurna. Media yang telah homogen
sejumlah kecil air. Alat destilasi dirangkai kemudian tersebut disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC
direfluks sampai mendidih dan dilakukan
selama 15 menit. Media didinginkan sampai teraba standar Mc Farland (density yang direkomendasikan
hangat hangat kuku. oleh CLSI untuk stok inokulum jamur) (Indriyanti
dkk, 2013)
Sterilisasi alat
Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih dan Pembuatan larutan suspensi mikroba 0,5 Mc
dikeringkan. Alat-alat yang terbuat dari kaca seperti Farland
cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer, gelas ukur Disiapkan 10 mL media MHB untuk bakteri dalam
dan gelas kimia disterilisasi dalam autoklaf pada tabung reaksi kemudian ditambahkan 10 µL
suhu 121℃ selama 15 menit. Alat seperti kawat ose suspensi bakteri dan jamur 0,5 Mc Farland pada
dan pinset disterilkan dengan pembakaran langsung masing-masing media lalu dikocok agar larutan
di atas lampu spiritus. Untuk proses sterilisasi media suspensi bakteri dan jamur tercampur sempurna
yang telah dibuat dan tabung reaksi yang akan dalam media cair.
digunakan untuk tempat media cair harus dibungkus
Pembuatan larutan pembanding
kertas terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke
Larutan pembanding dibuat dengan konsentrasi
dalam autoklaf.
1,024 µg/mL. Larutan pembanding dibuat dengan
Peremajaan bakteri cara menimbang sebanyak 10,24 mg tetrasiklin
Dari biakan murni Escherichia coli, Staphylococus untuk bakteri dan ketokonazole untuk jamur
Aureus diambil masing-masing satu ose lalu kemudian dilarutkan dalam 1 mL aquadest steril.
diinokulasi dengan cara digoreskan pada medium Setelah itu dilakukan pengenceran dengan cara
NA untuk bakteri, lakukan secara aseptis. Kemudian mengambil 0,1 mL dari larutan yang dibuat
diinkubasi pada suhu optimum yaitu 37oC selama 24 kemudian diencerkan dalam 1 mL akuades steril.
o
jam untuk bakteri dan 25 C selama 72 jam untuk
Pengujian aktivitas antimikroba.
jamur.
Langkah pertama adalah pembuatan kontrol negatif
Pembuatan suspensi mikroba uji dan kontrol positif. Dalam sumuran 1 dimasukkan
Dari tabung biakan yang telah diinkubasi, diambil 100 µL media cair saja, MHB untuk bakteri dan
dengan menggunakan jarum ose tanpa mengenai SDB untuk jamur. Sumuran ini merupakan kontrol
agarnya sebanyak 10 ose kemudian dilarutkan dalam negatif. Dalam sumuran 2 dimasukkan 100 µL
10 mL media MHB untuk bakteri yang dilakukan larutan suspensi bakteri dan jamur dalam media cair,
o sumuran ini merupakan kontrol positif. Sumuran 3
secara aseptik. Diinkubasi pada suhu 37 C selama
18-24 jam untuk bakteri dan 25oC selama 24-72 jam sampai 12 dimasukkan 100 µL larutan suspensi
untuk jamur. Diambil 1 mL dari larutan suspensi bakteri dan jamur dalam media cair kemudian
mikroba yang telah diinkubasi dengan media cair dimasukkan 100 µL sampel minyak atsiri mulai dari
tersebut kemudian disuspensikan dalam NaCl P sumuran 12 dengan konsentrasi 25% dikocok
0,9%. Suspensi dihomogenkan menggunakan vortex kemudian diambil 100 µL dari sumuran 12 dan
dan diatur kekeruhannya hingga setara dengan dimasukkan ke sumuran 11, dikocok kemudian
standar kekeruhan 0,5 Mc Farland. Standar diambil 100 µL dari sumuran 11 dan dimasukkan ke
kekeruhan 0,5 Mc Farland sama dengan sumuran 10 ulangi perlakuan ini sampai sumuran 3.
mengandung mikroba sejumlah 108CFU/mL, Baris A dan B adalah sampel minyak atsiri kencur
menghasilkan absorban pada panjang gelombang dan jahe merah. Baris C dan D adalah larutan
625 nm sebesar 0,08-0,13 (CLSI, 2009). Setengah pembanding yaitu antibiotik tetrasiklin untuk bakteri
dan ketoconazole untuk jamur. Kemudian inkubasi suhu injektor, suhu kolom (suhu awal, laju kenaikan
o
pada suhu 37 C selama 18-24 jam untuk bakteri dan suhu, suhu akhir, suhu intersep) dan suhu detektor
o
25 C selama 24-72 jam untuk jamur.
Hasil dan Pembahasan
Uji aktivitas antimikroba minyak atsiri kencur
Sistem Alat kromatografi gas-spektroskopi
dan jahe merah
massa (KG- SM).
Pembuatan larutan sampel minyak atsiri Pada penelitian ini digunakan alat KG-SM dengan
Kencur (Kaempferia galanga L.) dan jahe merah merek Shimadzu QP 2010 ULTRA dengan kolom
(Zingiber Officinale Rosc) Minyak atsiri kencur dan yang digunakan RTX 5. Fase gerak atau gas
jahe merah dibuat larutan stok dengan konsentrasi pembawa yang digunakan adalah gas helium. Gas
50 %. Larutan stok dibuat dengan cara mengambil helium akan membawa solut ke kolom untuk
sebanyak 0,5 mL sampel minyak kemudian dipisahkan komponen-komponen dalam
dilarutkan dalam 1 mL DMSO campurannya. Gas Helium ini memiliki sifat mudah

Analisis komponen minyak atsiri kencur dan menguap dan tidak berpengaruh pada selektifitas

jahe merah Analisis Komponen Minyak Jahe Merah


Analisis komponen minyak atsiri kencur masing-
Hasil analisis komponen minyak atsiri Jahe Merah
masing sampel dilakukan dengan menggunakan
(Zingiber Officinale Rosc) dari 2 sampel yang
Kromatografi Gas yang dihubungkan dengan
berasal dari Jawa barat, dengan menggunakan
Spektroskopi Massa (KG-SM). Minyak atsiri
metode KG-SM menghasilkan suatu kromatogram
Kencur dan jahe merah dari masing-masing sampel
sebagai berikut :
hasil destilasi kemudian diinjeksikan pada alat KG-
SM. Hasil injeksi minyak atsiri kencur dan jahe
merah dari masing-masing sampel terdeteksi dalam
bentuk peak yang mempunyai waktu retensi yang
berbeda. Perbedaan waktu retensi dari tiap senyawa
disebabkan oleh perbedaan pemisahan komponen
karena perbedaan interaksi tiap senyawa dengan
kolom dan suhu yang digunakan. Setiap puncak dari Gambar VI.7 Kromatogram KG minyak atsiri jahe
merah dangan
kromatogram yang dihasilkan diidentifikasi dengan
sampel rimpang
SM dan menghasilkan fragmen-fragmen. Kemudian
Dari analisis komponen minyak atsiri Jahe Merah
fragmen tersebut dibandingkan dengan fragmen
(Zingiber officinale Rosc) dengan KG-SM sampel
massa dari senyawa yang telah diketahui
Rimpang diperoleh 61 puncak komponen, Diantara
menggunakan data Library KG-SM.
komponen-komponen tersebut terdapat beberapa
Optimasi alat kromatografi gas-spektroskopi komponen utama Jahe Merah (Zingiber officinale
massa (KG-SM) Rosc) yaitu Zingiberen, caryophyllene, limonene
Parameter kromatografi gas dapat dioptimasi dan phellandrene hanya saja persentasenya berbeda-
dengan beberapa modifikasi. Optimasi yang beda tiap sampel. Menurut pustaka kandungan
dilakukan meliputi jenis kolom, pemilihan gas kimia yang terkandung di dalam jahe merah adalah
pembawa, detektor, kecepatan alir gas pembawa, minyak atsiri, Zingiberin, Shogaol, phenol, selain itu
juga jahe merah mengandung 1-8 cineole, 10-
dihydro-gingerdione, 6-gingerdione, arginine (Tim tertinggi yaitu senyawa dengan nomor puncak 11,
Lentera, 2002). 14, 34, 38,52,18,5,46,47,49,50,7 dan 50

Pada sampel jahe merah dari 61 komponen senyawa Tabel VI.7 Komponen Utama Minyak Atsiri
yang teridentifikasi, terdapat 5 komponen senyawa Kencur
tertinggi yaitu senyawa dengan nomor puncak 24, 9, No Peak R. time Area Name %
Area
13, 6 dan 20. 1 52 17,993 432023901 2-propenoic acid (etil ester) 28,84

2 38 13,951 13393279 Hexadecane 8,54


Tabel VI.6 Komponen Utama Minyak Atsiri Jahe
3 34 13,653 26136404 2-propenoic acid 16,67
merah 4 14 6,092 13734432 1,8 cineole 8,76

5 11 5,709 7507930 Delta 3-carene benzene 4,79


No Peak R.time Hight Name %area
6 18 8,225 3752857 4-methoxy 2,38
1 20 12,136 1746646 Geranyl asetat 5,70
7 7 5,159 2764955 p-vinylanisole 1,76
2 29 13,779 2275637 Curcumene 8,60
8 5 4,711 2190784 2-beta-pinene 1,40
3 30 13,979 3022666 Methanoazulene 14,38
9 46 16,528 2956852 camphene 1,68
4 31 14,118 1648887 Alpha-farnesene 6,92
10 47 16.528 2630749 1-octadecane 1.47
5 35 14,422 2297297 Beta-cedrene 0,32
11 49 16,650 2301825 Pentadecadien 1,47
6 32 14,169 2931957 Beta-bisabolene 1,99
12 50 16,824 1762118 Hexadecane 1,12
7 16 10,362 7559094 Citral 3,76
13 4 4,470 1577443 Pinene 1,01
8 3 4,730 2845580 Camphene 2,23

9 10 6,078 1729483 Eucalyptol (1-8 1,74


cineole)

10 15 9,821 3483466 Z-citral 3,76 Tabel VI.9 Hasil Pengujian Aktivitas Antimikroba
11 17 10,583 1249848 Endobornyl 1,77
asetat
Minyak Atsiri Jahe Merah dan KencurTerhadap
12 51 17,781 1720333 2 prepenoi acid 2,63 Bakteri Staphylococcus aureus
13 9 6,035 1597681 Cyclohexene 2,80

Hasil analisis komponen minyak atsiri Kencur


(Kaemfaeriae galangal L) dari 2 sampel yang
berasal dari Jawa barat, dengan menggunakan
metode KG-SM menghasilkan suatu kromatogram
sebagai berikut :

Ket : - Tidak ada pertumbuhan bakteri KHM : di


konsentrasi 16 ppm (jahe) + Ada
pertumbuhan bakteri di konsentrasi 256
ppm (kencur)

Tabel VI.10 Hasil Pengujian Aktivitas Antimikroba


Minyak Atsiri Jahe Merah dan Kencur Terhadap
Pada sampel Kencur dari 62 komponen senyawa Bakteri Escherichia coli
yang teridentifikasi, terdapat 5 komponen senyawa
1,8-Cineole, Delta 3-Carene, Benzene, 1-
ethenyl-4-methoxy- (CAS), p-Vinylanisole,
2-.Beta Pinene, Camphene, 2-Propenoic
acid, 1-Octadecene (CAS), (Z)6,(Z)9-
Pentadecadien-1-ol, Hexadecane (CAS) n-
Hexadecane, Alpha-Pinene

Ket : - Tidak ada pertumbuhan bakteri Saran


+ Ada pertumbuhan bakteri Dari hasil penelitian ini disarankan untuk :
KHM : 1. 256 ppm (jahe)
1. Melakukan analisis komponen minyak
2. 512 ppm (Kencur)
atsiri lada putih dengan menggunakan alat
KG-SM yang suhu akhirnya dapat disetting
Kesimpulan dan Saran
sampai ± 600oC, hal ini dilakukan agar
Kesimpulan
senyawa piperine dapat terdeteksi.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
2. Dilakukan pengujian minyak atsiri Jahe
1. Penyulingan minyak atsiri jahe merah
merah dan Kencur dengan spesies tanaman
(Zingiber officinale rosc) dan kencur
yang berbeda dan dari daerah yang berbeda
(Kaemferia galangal L) umur antara 7-9
pula, untuk mengetahui minyak atsiri mana
bulan yang berasal dari Subang jawabarat
yang memiliki kandungan zat aktif yang
dilakukan dengan metode destilasi uap air,
lebih besar.
mengahasilkan kadar minyak atsiri pada
sampel tersebut

2. Hasil analisis komponen minyak atsiri Jahe


merah menggunakan KG-SM
menghasilkan 61 puncak pada sampel
Kencur menghasilkan 52 puncak. Pada
sampel Jahe merah menunjukkan 13
komponen tertinggi yaitu: Geranylasetat,
Benzene, 1-(1,5-dimethyl-4-hexenyl)-4-
methyl- (CAS) ar-Curcumene, 1H-3a,7-
DAFTAR PUSTAKA
Methanoazulene, 2,3,4,7,8,8a-hexahydro-
3,6,8,8-tetramethyl-, E,E-.Alpha-
Farnesene, beta.-Cedrene, Beta— Achmad, S.A. (1986) : Buku Materi Pokok Kimia
Bisabolene, Camphene, Eucalyptol, Organik Bahan Alam, KarunikaUniversitas
Cineole, Endobornyl Acetat, 2-Propenoic Terbuka, Jakarta.
acid, Cyclohexene. Pada kencur
Basri. P A, (2000) : Mikologi I, Biologi
menunjukkan 13 komponen tertinggi yaitu
Universitas Padjajaran, Bandung,
: 2-Propenoic acid, 3-(4-methoxyphenyl)-,
ethyl ester, Hexadecane, 2 Propenoic acid,
Buckle,K, A.,R,A, Edwards.,G,H, Fleet. (1987) : Pengembangan Pascapanen Pertanian,
Ilmu Pangan (Food Science), UI Press, Bogor.
Jakarta.
Pratiwi, S., (2008) : Mikrobiologi Farmasi, Gelora
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995) Aksara Pratama, Jakarta
: Farmakope Indonesia, Edisi IV,
Ridawati, Jenie, B.S.L.,Djuwita, I., dan
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Sjamsuridza, W. (2011) : Aktivitas
Makanan, Jakarta.
Antifungal Minyak Atsiri Jinten Putih
Gandjar, I.G dan Rohman, A. (2007) : Metode terhadap Candida parapsilosis SS25, C.
Kromatografi Untuk Analisis orthopsilosis NN14, C. metapsilosis MP27,
Makanan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. dan C. etchellsii MP18, Jurnal, Departemen
Ilmu Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi
Guenther, E. (1987) Minyak Atsiri Jilid I,
Pertanian, IPB, Bogor.
Penerjemah Ketaren S.,Cetakan I,
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Riskillah, A.G., (2010) : Candida albican, Faculty
of Medicine, University of Riau, Pekanbaru.
Gunawan, D. & Mulyani, S. (2004) : Ilmu Obat
Alam (Farmakognosi) Jilid 1, Robinson, T. (1991) : Kandungan Organik
Penebar Swadaya, Jakarta. Tumbuhan Tinggi. Edisi ke–6. a.b .Kosasih
Padmawinat, Penerbit ITB, Bandung.
Harborne, J.B. ( 1987 ) : Metode Fitokimia,
Penerjemah Dr. Kosasih P. dan Dr. Iwang Rusli, M, S. (2010) : Sukses Memproduksi Minyak
S., Penerbit Institut Teknologi Bandung, Atsiri, Agromedia Pustaka, Jakarta
Bandung.
Saputera, B. (2012) : Identifikasi Dan Pengujian
Irsyaf, D. (2014) : Analisis Komponen Minyak Kadar Sineol Dalam Produk Minyak Kayu
Atsiri Fuli Pala (Myristica fragrabs Houtt) Putih Dengan Metode Gas Chromatography-
Yang Dihasilkan Dari Daerah Wanayasa Mass Spectrometry (GC-MS), Skripsi,
Purwakarta, Skripsi. Sekolah Tinggi Sekolah Tinggi Farmasi Bandung.
Farmasi Bandung.
Sarpian, T. (2004) : Lada: Mempercepat Berbuah,
Lutony, T.L. & Rahmayati, Y. ( 1994). Produksi Meningkatkan Produksi, Memperpanjang
Dan Perdagangan Minyak Atsiri, Umur, Penebar Swadaya, Jakarta.
Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
Septiatin, A & Eatin. (2008) : Apotek Hidup dari
Novitasari, V. (2014) : Uji Ekstrak Minyak Atsiri Rempah-Rempah, Tanaman Hias, dan
Lada Putih (Piper nigrum Linn) Sebagai Tanaman Liar, Hal (60-62), CV. Yrama
Antibakteri Bacillus Cereus, Skripsi, FKIP Widya, Bandung.
Kimia Universitas Bengkulu.
Soedibyo, B.R.A.. (1998) : Alam Sumber Kesehatan
Nurdjannah, N., H. T dan Usmiati, S. (2009) : Manfaat dan Kegunaan, Balai Pustaka,
Analisis Teknis dan Finansial Paket Jakarta.
Teknologi Pengolahan Lada Putih Semi
Mekanis, Balai Besar Penelitian dan
Syahrurachman, A, dkk : Staf Pengajar FKUI. Muhlisah, F dan Hening, S. (2009) : Sayur Dan
(1994) Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Bumbu Dapur Berkhaisat Obat, Penerbit
Binarupa Aksara, Jakarta. Penebar Swadaya, Jakarta.

Tjitrosoepomo, G. (1994.) : Taksonomi Tumbuhan Murniaty, D. (2010) : Karakterisasi Simplisia,


Obat-obatan, UGM Press, Yogyakarta. Isolasi, serta Analisis Komponen Minyak
Atsiri Lada Hitam dan Lada Putih (Piper
Waluyo, L. (2004) : Mikrobiologi Umum.
nigrum Linn) secara GC-MS, Skripsi,
Universitas Muhammadiyah, Malang Press,
Fakultas Farmasi USU.
Malang.
Normasani, M.A., (2007) : Uji Aktivitas Antibakteri
Yuharman E dan Nurbalatif. (2002) : Uji Aktifitas
Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Nipis (Citrus
Antimikroba Minyak Atsiri dan Ekstrak
aurantiflia Swingle.) terhadap
Metanol Lengkuas (Alpinia galanga),
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli,
Skripsi, Universitas Riau
Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas
Mansur, A.N. (1990) : Mikrobiologi untuk Profesi Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Kesehatan, EGC, Jakarta.

Você também pode gostar