Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
Pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia belum memiliki arah yang jelas, hal ini
dapat dilihat dari kurangnya komitmen pemimpin dan masyarakat bangsa ini untuk menjaga
kelestarian dan keberlangsungan lingkungan hidup. Sejak pencanangan program
pembangunan nasional, berbagai masalah lingkungan hidup mulai terjadi. Masalah
lingkungan hidup tersebut antara lain, adanya berbagai kerusakan lingkungan, pencemaran
di darat, laut dan udara, serta berkurangnya berbagai sumber daya alam. Hal tersebut
dapat terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pemanfaatan dan ketersediaan
sumber daya alam yang ada serta kurang kesadaran akan pentingnya keberlangsungan
lingkungan hidup untuk generasi sekarang maupun masa depan.
Eksploitasi alam tentu saja tidak dapat dicegah, karena sudah merupakan fitrah
manusia memanfaatkan alam untuk kesejahteraannya. Tetapi tingkat kerusakan akibat
pemanfaatan alam ataupun pengkondisian kembali (recovery) alam yang sudah
dimanfaatkan merupakan hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
ketidakseimbangan. Adapun cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan telaah
secara mendalam mengenai kegiatan/usaha yang akan dilakukan di lingkungan hidup
sehingga dapat diketahui dampak yang timbul dan cara untuk mengelola dan memantau
dampak yang akan terjadi tersebut. Metode ini dikenal juga dengan analisa mengenai
dampak lingkungan (AMDAL). Environmental impact assessment atau analisa mengenai
dampak lingkungan diperkenalkan pertama kali pada tahun 1969 oleh National
Environmental Policy Act di Amerika Serikat. Menurut UU No. 23 tahun1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan PP No. 27 tahun1999 tentang Analisis mengenai Dampak
Lingkungan (Amdal) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH PERKEBUNAN KARET
2.1 KONDISI UMUM AREAL KERJA
budaya, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup di satu sisi
merupakan bagian studi kelayakan untuk melaksanakan suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan, di sisi lain merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin
melakukan usaha dan/atau kegiatan. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui secara
lebih jelas dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, baik dampak negatif
maupun dampak positif yang akan timbul dari usaha dan/atau kegiatan sehingga dapat
dipersiapkan langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan
dampak positif.
Kegiatan perkebunan ini dapat dimulai dari kota Merauke menuju kebupaten Mappi
Distrik Edera melalui akses darat. Secara umum kondisi jalan tanah yang kurang ditimbun
pasir dan batu. Sehingga susah dillewati kendaraan dan banjir pada waktu hujan. Adapun
Kondisi fisik lokasi kegiatan perkebunan dan pabrik kelapa sawit ini adalah sebagai berikut :
1. Iklim
Lokasi areal kerja mempunyai suhu rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan
dengan areal hutan primer suhunya adalah 31,0 0C. kelembaban udara di areal studi
rata-rata berkisar antara 86% sampai 90%, dengan pelaksanaan pengukuran pada siang
hari. kelembaban tertinggi berada pada areal hutan primer. Dengan demikian dapat
ditunjukan bahwa kelembaban udara di lokasi kegiatan cukup tinggi.
2. Tanah
Secara fisik jenis tanah di areal proyek merupakan lempung liat berdebu.
Kelerengannya sebesar 0% - 25% dengan bentuk wilayah datar sampai agak curam
(berbukit). Topografi di areal kerja hampir mencapai 0 – 200 meter dpl. Sehingga perlu
di lakukannya pengujian laboratorium mengenai kualitas tanah tersebut.
3. Geologi
Menurut peta geologi Kabupaten Mappi/areal proyek terletak pada formasi
aluvian yerbentuk dari bahan endapan berupa kerikil, pasir, dan lumpur seluas 17.457
Ha (95,2%) dan formasi gunung api Jamur seluas 881 Ha (4,8%).
4. Erosi Tanah
Kegiatan pengelolaan pabrik karet alam akan menimbulkan dampak penting pada
parameter erosi tanah yang dipengaruhi oleh enam faktor utama, yaitu curah hujan,
BAB III
c) Berkoordinasi dengan aparat desa atau kepada desa untuk proses perekrutan
tenaga yang dilibatkan dalam kegiatan ini sehingga tidak menimbulkan
kecemburuan bagi masyarakat yang lain.
d) Memberikan informasi kepada masyarakat terutama pemilik hak ulayat,
tentang cara pengadaan lahan yang dilakukan PT Montelo untuk kegiatan
perkebunan karet dan pabrik pengolahan karet, antara lain:
Status lahan yang dikelola perusahaan adalah status pinjam pakai (HGU).
Jangka waktu rencana pemanfaatan lahan hak ulayat tersebut.
Setelah habis HGU lahan hak tersebut dikembalikan ke pemilik ulayat.
Batas-batas lokasi perkebunan dan pabrik Pengolahan Karet PT Montelo
ditentukan bersama masyarakat terutama untuk tempat-tempat penting bagi
masyarakat antara lain lokasi yang sacral, persinggahan leluhur, hutan
marga/totem, dusun sagu, dll.
e) Menerima saran dan aspirasi masyarakat serta mengakomodir kepentingan
masyarakat pemilik ulayat dalam kegiatan pengadaan lahan sesuai hasil
musyawarah yang disaksikan Pemerintah Kabupaten Mappi.
f) Melaksanakan tata cara pengadaan lahan perkebunan karet sesuai adat
istiadat masyarakat pemilik hak ulayat sesuai dengan kesepakatan hasil
musyawarah antara PT. Montelo dengan perwakilan masyarakat pemilik
ulayat disaksikan Pemerintah Kabupaten Mappi, dalam hal uang ketok pintu
atau pemberian tali asih kepada pemilik ulayat.
5) Lokasi pengelolaan Lingkungan Hidup
Lokasi pengelolaan yaitu di Kampung Banamepe dan Yodom Distrik Edera Kabupaten
Mappi.
6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pengelolaan lingkungan dilakukan pada tahap prakonstruksi.
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Montelo.
b) Pengawas : Dinas Tenaga Kerja, Kantor Lingkungan Hidup, Kabupaten Mappi
dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
(BAPESDALH) Provinsi Papua.
Tolak ukur dampak terhadap kualitas udara ambient adalah rona awal kondisi
kualitas udara di lokasi rencana kegiatan, yaitu debu (TSP) 64,42- 76,19 µg/m3, CO
103,47- 125,97 µg/m3, NO2 0,70- 1,50 µg/m3 dan SO2 9,40- 14,63 µg/m3. Kemudian
dibandingkan dengan baku mutu kualitas udara ambien berdasarkan PP No. 41
Tahun 1999. Tolak ukur dampak lanjutan adalah jumlah penderita ISPA yang tercatat
berdasarkan kunjungan ke Puskesmas/Puskesmas Pembantu disekitar lokasi rencana
kegiatan.
6) Periode Pengelolaan
Pengelolaan dilakukan setiap hari pada saat kegiatan mobilisasi alat berat dan
material konstruksi, pematangan lahan dan pondasi selama pembangunan bangunan
pabrik, sarana serta prasarana penunjangnya.
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan
a) Pelaksana : PT. Montelo
b) Pengawas : Dinas Perhubungan Kabupaten Mappi, Kantor Lingkungan Hidup,
Kabupaten Mappi dan Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam
dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua.
c) Pelaporan : Kantor Lingkungan Hidup, Kabupaten Mappi dan Badan
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
(BAPESDALH) Provinsi Papua.
3.3.2 Peningkatan Intensitas Kebisingan
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting
Terjadinya peningkatan intensitas kebisingan yang disebabkan oleh suara mesin
kendaraan/alat berat yang digunakan pada saat kegiatan konstruksi. Sumber
dampak adalah kegiatan mobilisasi alat berat dan material konstruksi, pematangan
lahan dan pondasi selama pembangunan bangunan pabrik, sarana serta prasarana
penunjangnya.
2) Tolak Ukur Dampak
Tolak ukur untuk peningkatan tingkat kebisingan adalah rona awal tingkat
kebisingan di lokasi rencana kegiatan, yaitu 46,01 – 46,34 dBA dan dibandingkan
dengan baku mutu tingkat kebisingan di lingkungan pemukiman, yaitu sebesar 55
dBA berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996.
3) Tujuan Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan lingkungan bertujuan untuk menekan dan mempersempit sebaran
tingkat kebisingan khususnya di lingkungan permukiman.
4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan terhadap dampak tersebut di atas dilakukan sumber dampak primer,
yaitu:
3.3.3 Peningkatan Aliran Air Permukaan dan Timbulnya Potensi Banjir serta
Timbulnya Erosi Tanah.
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak
Kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan serta pembangunan sarana dan prasarana
kebun berupa aktivitas pembersihan lahan dari semak belukar, pohon-pohon serta
tanaman penutup lainnya akan meningkatkan volume air larian (run off) menjadi 7,6
kali dibandingkan kondisi sebelum ada proyek pada saat turun hujan, sehingga akan
meningkatkan potensi erosi sebesar 88,81 ton/ha/tahun atau meningkat 10 kali dari
kondisi awal. Sumber dampak adalah kegiatan pembukaan dan pengolahan tanah,
pematangan lahan dan pondasi serta pembangunan sarana dan prasarana
penunjang kebun.
2) Tolok Ukur Dampak
a) Peningktan volume air larian tidak diperkenankan melebihi 3.750 m 3/hari sesuai
kondisi sebelum ada kegiatan (rona awal).
b) Laju erosi pada saat konstruksi adalah sebesar 88,81 ton/ha/tahun.
c) Tampak secara visualisasi luasnya daerah terbuka tutupan lahan yang tidak
dikelola yang menyebabkan tampaknya proses pengikisan tanah oleh air hujan
(erosi) yang menyebabkan kekeruhan air.
3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tujuan pengelolaan lingkungan adalah untuk mengurangi peningkatan volume air
larian dan menekan potensi erosi menjadi minimal.
4) Pengelolaan Lingkungan Hidup
Untuk menekan dan memperkecil dampak terhadap peningkatan aliran air
permukaan dan timbulnya potensi banjir serta timbulnya erosi tanah maka perlu
diupayakan melalui tindakan pengelolaan yaitu:
a) Dibuatkan saluran air hujan/drainase terlebih dahulu disekeliling lokasi kebun
yang akan dibuat sejalan dengan pembuatan jalan yang akan dibuka,
dimatangkan pada awal kegiatan sebelum dilakukan kegiatan konstruksi.
b) Perencanaan dan konstruksi saluran air hujan (drainase) primer, sekunder
maupun tersier dilingkungan tapak proyek harus memperhitungkan faktor desain
perencanaan yang layak sesuai periode serta curah hujan lokal setempat yaitu
pada saat struktur bangunan seluruhnya telah berdiri.
c) Melakukan penanaman terhadap lahan terbuka dengan suatu tanaman maka
selain akan mencegah erosi, juga agar air larian menyerap ke dalam tanah
sehingga volume air larian akan menurun dan potensi air tanah dangkal akan
meningkat.
d) Pada daerah aliran sungai, vegetasi pada kanan kiri sempadan sungai harus
dipertahankan selebar 50 meter untuk anak sungai dan 100 meter untuk induk
sungai. Sketsa lahan konservasi sempadan sungai disajikan pada Gambar 3.1
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan
a) Pembuatan saluran air hujan darurat, saluran air hujan (drainase) primer,
sekunder maupun tersier di lakukan di sekeliling lokasi tapak proyek.
b) Pelestarian vegetasi sempadan sungai di sepanjang sungai yang masuk dalam
lokasi tapak proyek.
c) Pembuatan buffer zone pada area-area yang tidak akan dibangun dan
dipertahankan sebagai ruang terbuka hijau.
6) Periode Pengelolaan Lingkungan
a) Penyediaan fasilitas untuk pengelolaan terhadap peningkatan volume air larian
dilakukan sebelum kegiatan pematangan lahan.
b) Pembuatan buffer zone dan green belt dilakukan pada saat tahap konstruksi agar
pada saat operasi telah tumbuh dan berfungsi.
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Montelo
b) Pengawas : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mappi, Kantor
Lingkungan Hidup, Kabupaten Mappi dan Badan Pengelolaan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi
Papua.
c) Pelaporan : Kantor Lingkungan Hidup, Kabupten Mappi dan Badan Pengelolaan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH) Provinsi
Papua.
kayu jambu putih/burolik (Eugenia sp). 44,737%; resak (Vatica sp). 40,871%; dan
Rahay/Rafa (Acacia sp). 32,988%. Sementara itu jenis yang dominan untuk tingkat
pertumbuhan tiang, yaitu kayu kedondong (Spondias pinnata) dengan INP sebesar
41,390%; mersawa (Anisoptera sp). 35,191%; merbau (Intsia sp). 32,357%; matoa
merah (Pometia sp). 27,981%; dan bintangur (Calophyllum sp). 27,515%. Selain
itu, hutan ini merupakan habitat bagi berbagai jenis satwa liar yang dilindungi
maupun bernilai ekonomis bagi masyarakat sekitar. Sumber dampak terutama
berasal dari kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan, pembangunan sarana dan
prasarana kebun serta pembangunan Pabrik Pengolahan Karet dimana dilakukan
penebangan atau pemangkasan vegetasi yang ada di lokasi tapak proyek.
2) Tolak Ukur Dampak
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa indeks keanekaragaman (H’) jenis
tumbuhan yang terdapat di wilayah studi untuk tingkat pertumbuhan pohon
berkisar 2,409 – 2,655 indeks ini menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis
pohon di lokasi wilayah studi termasuk kriteria sedang.
Sementara itu, indeks keanekaragaman jenis untuk tiang berkisar antara 2,637 –
2,932. Indeks ini menunjukkan bahwa keanekaragaman vegetasi jenis tingkat
tiang termasuk kedalam kategori sedang. Untuk tingkat pancang, indeks
keanekaragamannya berkisar antara 2,346 – 2,898. Hal ini juga menunjukkan
bahwa tingkat pancang juga memiliki tingkat keanekaragaman jenis sedang.
Sedangkan untuk tingkat semai memiliki indeks keanekaragaman berkisar 1,901-
2,338.
Dari sejumlah jenis pertumbuhan yang terdapat di lokasi studi, semua jenis
tumbuhan tersebut tidak tergolong kedalam kategori tumbuhan langka atau
dilindungi. Hanya terdapat dua jenis tumbuhan yang masuk kategori Apendix II
dalam CITES (Convention On International Trade in Endangered Species Of Wild
Fauna and Flora), yaitu tumbuhan pakis (Cycas sp.), Amorphophallus sp. Dan
beberapa jenis anggrek khas di Papua. Tumbuhan tersebut masih diperbolehkan
diperdagangkan secara internasional namun dalam kuota tertentu.
d) Kepatuhan dan pelaksanaan terhadap adat isti adat dan pola kebiasaan
(tata nilai dimasyarakat) sebelum kegiatan dibadingkan dengan adanya
kegiatan perusahaan;
e) Ketersediaan fasilitas social dan fasilitas umum yang ada dimasyarakat
sebelum dan sesuda adanya kegiatan perusahaan.
3) Tujuan Rencana Lingkungan Hidup
Tujuan pengelolaan adalah:
a) Untuk memaksimalkan terserapnya tenaga kerja tempatan
(masyarakat setempat) mengisi kesempatan kerja di PT. MONTELO
b) Tertib administrasi domisili para pekerja pendatang;
c) Meningkatkan aktivitas lokal pada areal dampak;
d) Terpeliharanya tata nilai adat istiadat dan pola kebiasaan
dimasyarakat.
e) Tertatanya fasilitas umum dan sosial.
4) Pengelolaan Lingkungan Hidup
Upaya pengelolaan untuk aspek social budaya ini ialah :
a) Melakukan diseminasi informasi kepada “stakeolder” tentang
bebutuhan dan persyaratan ketenaga kerjaan yang akan direkur
perusahaan serta tata cara penerimaan tenaga kerja.
b) Menjadikan KTP/Identitas kependudukan dari aparat sebagi
persyaratan penerimaan tenga kerja
c) Mengutamakan tenga tempat (masyarakat local) dalam perekrutan
tenga kerja di perkebunan maupun pabrik pengelolahan karet PT.
MONTELO
d) Melakuakan pelatiahan keterampilan terhadap masyarakat tempat
untuk mempersiapkan keterammpilan yang dibutuhkan perusahaan
e) Mengharuskan kontraktor merekrut penduduk setempat untuk tenga
kerja proyek sesuai dengan kualifikasi dan kebutuhan proyek.
f) Dilakukan tertib administrasi kepada setiap pendatang yang pekerja
setiap pendatang yang bekerja disetiap pendatang untuk melapor dan
b. Data jumlah dan jenis penyakit yang di derita oleh masyarakat sebelum
kegiatan di lakukan,
c. Jumlah penduduk yang mengunjungi puskesmas/balai pengobatan
sebelum kegiatan penerimaan dan mobilisasi tenaga kerja, mobilisasi alat
berat, pembangunan sarana dan prasarana, serta pembangunan pabrik
karet dilakukan
3) Tujuan rencana pengelolaan lingkungan Hidup
Tujuan pengelolaan adalah untuk mencegah timbulnya penurunan dan dapat
meningkatkan kondisi sanitasi lingkungan.
4) Pengelolaan lingkungan hidup
Untuk mengelola dampak terhadap penurunan kondisi sanitasi lingkungan
antara lain dilakukan dengan upaya berikut:
a. Membuat fasilitas MCK di lokasi base camp sesuai dengan persyaratan
yang di tetapkan dinas kesehatan Kabupaten Mappi dan Provinsi Papua,
al. jarak septic tank dengan sumber air tanah > 10 m. (Gambar 3.3.)
b. Melakukan pengelolaan terhadap komponen Fisik – kimia sehingga tidak
terjadi dampak lanjutan, yaitu dampak terhadap penurunan kualitas air
permukaan, penurunan kualitas udara ambient terutama peningkatan
kandungan debu terbang (TSP) seperti telah di uraikan pada sub-bab
sebelumnya.
c. Melakukan pemeriksaan kesehatan penduduk di sekitar lokasi kegiatan.
5) Lokasi pengelolaan lingkungan
Lokasi pengelolaan lingkungan, yaitu lokasi tapak proyek, terutama dilokasi base
camp dan jalur akses utama kebun serta pabrik.
6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan dilakukan selama kegiatan konstruksi kebun dan pabrik
pengelolaan karet berlangsung.
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Montelo
b) Pengawas : Dinas Kesehatan Kabupaten Mappi, Badan Lingkungan
Hidup dan Litbang Kab. Mappi dan Badan Pengelola
Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH)
Provinsi Papua.
c) Pelaporan : Badan Lingkungan Hidup dan Litbang Kab. Mappi dan
Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam Lingkungan Hidup
(BAPESDALH) Provinsi Papua.
B. Pembukaan dan Pengelolahan Tanah
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak
Kegiatan pembukaan lahan untuk rencana perkebunan dapat menyebabkan
ternganggunya habitat jenis-jenis binatang antara lain factor malaria (nyamuk
Anopheles) yang masih merupakan endemic di wilayah papua, jenis-jenis reptile al.
ular, sehingga binatang tersebut akan berpindah tempat dan bisa menuju daerah
perkampungan penduduk atau base camp, yang bisa menyerang penduduk yang
tinggal di perkampungan atau base camp.
2) Tolak Ukur Dampak
Sebagai tolak ukur dampak terhadap kondisi kesehatan masyarakat adalah sebagai
berikut:
a) Data jumlah dan jenis penyakit yang diderita oleh masyarakat sebelum dan
sesudah kegiatan dilakukan.
b) Jumla penduduk yang mengunjungi puskesmas/balai pengobatan sebelum dan
dengan adanya kegiatan perusahaan.
c) Keberadaan/jumlah pelayanan kesehatan terhadap masyarakat tempat dan
tenaga kerja perusahaan.
3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tujuan pengelolaan untuk adalah mencegah timbulnya penurunan kondisi kesehatan
masyarakat tempatan dan pendatang.
4) Pengelolaan Lingkungan Hidup]
Untuk menekan dampak terhadap penurunan kondisi kesehatan masyarakat antara
lain di lakukan upaya sebagai berikut:
a) Melakukan diseminasi informasi kepada ”stakeholder”, masyarakat setempat dan
tenaga kerja pendatang akan pentingnya menjaga kondisi kesehatan sumber
penyakit endemic malaria dan cara-cara mengantisipasinya, bahaya binatang
buas bahaya dan penyebaran penyakit HIV.
b) Membangun dan menyediakan fasilitas kesehatan berupa klinik atau puskesma
yang dapat melayani tenaga kerja perusahaan dan masyarakat setempat.
36 RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PENGOLAHAN PABRIK KARET
May 12,
TUGAS BESAR AMDAL
2014
3.4.1. Penurunan Kualitas Udara Karena Peningkatan Kadar NO2, SO2, CO, Debu
(TSP) dan Bau
A. Kegiatan Pengangkutan Hasil ( leteks, RSS dan SIR)
1) Dampak Penting Dan Sumber Dampak Penting
Kegiatan pengangkuta hasil perkebunan berupa hasil berupa letak yang
diangkut dari lokasi kebun kelokasi Pabrik pengolahan karet akan menggunkan
truk tanki, sehingga menyebabkan material tanah seperti debu akan terangkat
dan berterbangan dilokasi kebun dan di sepanyang jalan mualai dari kebun
sampai kelakasih pabrik kejalan raya. Penigkatan debu local sepanyang jalur
pengangkutan dapat menyebabkan gangguan kedehatan (ISPA), Menurunkan
estetika lingkungan serta menganggu kesehatan masyarakat yang negatif
terhadap proyek. Suber dampak adalah kegiatan pengangkutan hasil panen.
c) Tolak ukur dampak untuk kebauab adalah baku mutu kebauan berdasrkan
keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 40 Tahun 1996, tentang
baku mutu kebauan
d) Tolah ukur dampak lanjutan adalah jumlah penderita ISPA yang tercatat
berdasrkan kunjungan ke puskesmas kecamatan atau distrikberdasarkan
pemukiman.
3) Tujuan Pengolahan Lingkungan
Untik menekan dan mempersempit sebaran emisi gas polutan, partikulat (TSP) dan
bau udara khususnya areal permukiman agar aman bagia lingkungan
4) Upaya Pengolahan Lingkungan
Uapaya pengoalahan lingkunagan yang dilakukan adalah dengan cara:
a) Mebuat daerah penjaga berupa sabuk hijaui (bffer zone/green belt) disekeliling
pabrik karet.
Penyerap polusi udara dan H2S
i) Tediri dari pohon, perdu/semak; ii) memiliki kengunaan untuk menyerap udara;
iii) jarak tanam rapat; dan iv) bermasan daun padan.
Contoh jenis tanaman:
a) kisabun (felicium decipiens)
b) Aksia Daun Besar (Acasia mangium)
c) Bamboo kuning (banbusa filgaris)
d) Bogenvil (boungenvillea sp.)
e) Teh – tehan pangkas (acalypa sp.)
Penanaman dikombinasikan dengan tanaman khaks setempat
atara lain rahay (Acasia mangium) bus merah (melaleuca sp),
bus putih (melaeica leucadendron), ketapang (Terminalia
catapa), tanjung (mimusops elengi), bintagur (callophylum sp.),
kayu lemo (lisea sp), kayu susu (kabera mongas).
Gambar 3.4. Sistem Buffer Zone, dan Ruang Terbuka Hijau Rencana di Tapak Proyek Pabrik
Pengolahan Karet PT. Montelo.
b) Kualitas air sungai mengacu peraturan pemerintah No. 82 Tahun 2001 akibat
peningkatan kandungan TDS, penurunan DO, peningkatan kandungan BOD,
COD, H2S, Fosfat, Amoniak, Nitrit dan Nitrat.
c) Biota air berdasarkan keanekaan jenis plankton dan benthos digunakan tolok
ukur indeks Diversitas Shannon – wiener dan indeks dominasi
3) Tujuan Rencana pengelolaan lingkungan hidup
Tujuan pengelolaan lingkungan terhadap penurunan kualitas air permukaan
adalah untuk mempertahankan daya dukung air agar tidak merana (rentan) serta
tidak terjadi dampak turunan berupa gangguan terhadap biota air, khususnya
sungai – sungai yang berada di sekitar lokasi ( sungai digoel dan sungai matan)
yang berdampak lanjutan terhadap persepsi masyarakat.
4) Pengelolaan lingkungan Hidup
a) Membuat fasilitas MCK di basecamp sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan dinas kesehatan Kabupaten Mappi dan Provinsi papua, al. jarak
septic tank dengan sumber air tanah > 10 m.
b) Grey water dibuang ke drainase/sungai.
5) Lokasi pengelolaan lingkungan
Pengelolaan dilakukan di areal kebun karet, baik kebun, pabrik pengelolaan karet
dan kantor.
6) Periode pengelolaan lingkungan
Dilakukan setiap hari selama kegiatan operasional kebun dan pabrik.
7) Institusi pengelolaan lingkungan
a) Pelaksana : PT. Montelo
b) Pengawas : Dinas Kehutanan dan perkebunan kab. Mappi, kantor
lingkungan hidup, kab. Mappi badan pengelolaan
sumber daya alam lingkungan hidup (BAPESDALH)
provinsi papua
c) Pelaporan : Kantor lingkungan hidup, kabupaten Mappi dan
badan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
hidup (BAPESDALH) Provinsi Papua
serta tidak terjadi gangguan terhadap biota air, khususnya pada sungai-sungai
yang berada di sekitar lokasi yang berdampak lanjutan terhadap persepsi
masyarakat.
4) Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Melakukan pemeliharaan mesin-mesin pabrik pengolah karet secara rutin
dengan mengacu pada SOP, agar dapat menekan limbah yang dihasilkan,
dan mengoperasikan IPAL sesuai dengan SOP sehingga limbah yang dibuang
ke badan air penerima memenuhi baku mutu yang ditetapkan.
b) Pemisahan saluran air limbah dan saluran domestik atau non limbah,
sehingga dibuat oil traps untuk menanngakp ceceran minyak dari lantai dan
lainnya.
c) Memasang kasa penyaring terhadap saluran pembuangan limbah cair,
sehinnga padatan yang terikut dalam air limbah dapat tertahan.
d) Memasang alat ukur penggunaan air dan alat pengukur debit limbah, agar
kuantitas penggunaan air untuk kegiatan proses pengolahan dan jumlah
limbah cair tang dihasilkan dapat terpantau secara baik.
e) Pembuatan sumur pantau untuk mengetahui kemungkinan terjadinya
pencemaran pada air tanah.
5) Lokasi Pengelolan Lingkungan
Pengelolaan dilakukan pada saluran drenaise dan saluran IPAL, IPAL dan area
pabrik karet areal kebun.
6) Peridoe Pengelolaan Lingkungan
Dilakukan selama kegiatan operasional pabrik berlangsung.
7) Isntitusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Montelo
b) Pengawas : Kantor Lingkungan Kab. Mappi Bada Pengelolaan Sumber
Daya Alam Dan Linkunagn Hidup ( BAPESDALH) Provinsi Papua
c) Pelapor : Kantor Lingkungan Hiduo Kab. Mappi Dan Badan Pengelolaan
Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup (BAPESDALH)
Provinsi Papua
c. Dibuat sumur pantau pada lokasi upstream dan downstream dari air
tanah untuk mementau adanya pencemaran air tanah.
5. Lokasi Pengelolaan Lingkungan
a. Pengelolaan dilakukan disekitar sumur-sumur penduduk dan sumber
air/mata air yang di pergunakan sebagai keperluan domestik
masyarakat.
b. Di seluruh areal kebun untuk kegiatan pemupukan.
6. Periode Pengelolaan Lingkungan
Dilakukan selama opersional perkebunan dan pabrik berlangsung.
7. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a. Pelaksana : PT. Montelo
b. Pengawas : Kantor Lingkungan Hidup,Kab. Mappi dan Badan
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
(BAPESDALH) Provinsi Papua.
c. Pelaporan : Kantor Lingkungan Hidup,Kab. Mappi dan Badan
Tabel 3.1 tolak ukur indeks keanekaragaman dan dominasi biota air.
no Lokasi Jumlah Indeks Indeks
Keanekaragaman Dominasi (D)
(H’)
A. Fitoplankton
1 Up Strean Sungai Digoel I 4 1,277 0,306
2 Up Stream Sungai Digoel II 4 1,330 0,278
3 Down Stream Sungai Digoel I 3 1,099 0,333
4 Down Stream Sungai Digoel II 9 2,043 0,136
5 Kali Matan 6 1,733 0, 188
B. Zooplankton
1 Up Strean Sungai Digoel I 4 1,332 0,280
2 Up Stream Sungai Digoel II 4 1,089 0,420
3 Down Stream Sungai Digoel I 2 0,673 0,520
4 Down Stream Sungai Digoel II 1 0,000 1,000
5 Kali Matan 5 0,565 0,759
C. Benthos
1 Up Strean Sungai Digoel I 3 1,055 0,360
2 Up Stream Sungai Digoel II 3 1,099 0,333
3 Down Stream Sungai Digoel I 3 1,099 0,333
4 Down Stream Sungai Digoel II 1 0,000 1,000
5 Kali Matan 3 1,055 0,360
Sumber analisis data primer, 2012
Lokasi sampiling:
1. = Sungai Digoel Utara Tapak Proyek. Koordinat: S 07° 10’ 54’4’’ E 139° 34’59,7’’
2. = Sungai Digoel Kp. Banamepe Distrik Edera. Koordinat: S 07°16’23,0’e 139°
317’12,2’’
3. = Sungai Digoel Utara Tapak Proyek Kp. Nanamepe. Koordinat: S
07°16’21,15’’e139°317’33’24,8’’.
4. = Sungai Digoel Kp. Yodomdistrik Edera Koordinat: S 07°15’00,1’’e 139°28’16,1’’.
1.638 orang. Dengan penambahan sebanyak lk. Maksimal 50% (lk.660 orang)
untuk tenaga kerja operasional yang berasal dari luar akan meningkatkan
jumlah penduduk di tiga distrik tersebut sebesar 83%.
Dengan adanya penambahan penduduk disekitar lokasi kebun dan pabrik
dengan adanya pekerja pendatang dengan pola dan kebiasaan yang berbeda-
beda akan berdampak terhadap adat istiadat adan pola kebiasaan
masyarakat lokal maupun tenaga kerja lokalyang bekerja di perusahaan.
Peningkatan kebutuhan fasilitas lingkungan merupakan dampak turunan dari
peningkatan jumlah penduduk dengan adanya pendatang pada saat
penerimaan tenaga kerja yang berasal dariluar lokasitapak proyek.
Bertambahnya penduduk tentunya akan menuntut peningkatan berbagai
fasilitas lingkungan seperti fasilitas peribadatan, pendidikan, hiburan dan
jalan.
2) Tolak Ukur Dampak
a) Jumlah penduduklokal yang terserap pada kegiaan kontruksi kebun dan,
yaitu kurang lebih 660 orang atau 50% dari total tenaga kerja yang
direkrut untuk operasional pabrik, serta jumlah penduduk Kampung
Banamepe Dan Yodom Distrik Edera adanya kegiatan.
b) Kepwtuhan dan pelaksaan terhadap adat isiadat dan pola kebiasaan (tata
nilai di masyarakat) sebelum kegiatan dilakukan dibandingkan dengan
adanya kegiatan peruahaan.
c) Ketersediaan fasilitas sosialdan fasilitas umum yang ada dimasyarakat
sebelum dan sesudanya kegiatan prusahaan.
3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tujuan pengelolaan adalah:
a) Tertib administrasi domisili para pekerja pendatang;
b) Meningkatkan aktivitas ekonomi lokalpada areal dampak;
c) Terpeliharanya tata nilai dalam masyarakat.
d) Tertatanya fasilitasumum dan sosial.
4) Pengelolaan Lingkungan Hidup
Upaya pengelolaan lingkungan hidup untuk aspek sosial budaya ini adalah:
Papua
3.4.8 Adanya Kesempatan Kerja Dan Peluang Berusaha
1) Dampak Penting Dan Sumber Dampak
Operasional kebun dan akan menyerap tenaga kerja untuk operasionalnya
sebanyak sekitar 1.320 orang. Sebagaian besar adalah untuk operasional
kebun yang telah direkrut pada saat tahap konstruksi (320 orang) tenaga
kerja non skill (umum) sebagian dapat dipenuhi dari tenaga kerja setempat.
Dengan demikian operasional kebun dan pabrik pengolahan karet ini
merupakan sumber mata pencaharian bagi ang direkrut dan bekerja di
perusahaan, juga merupakan peluang berusahan bagi masyarakat karena
pertumbuhan ekonomi masyarakat dari sektor informal.
2) Tolak Ukur Dampak
a) Jumlah penduduk lokal yang terserap pada kegiatan operasional kebun
dan operasional pabrik penolahan karet.
b) Jenis mata pencaharian penduduk setempat di Kampung Banamepe dan
Yodom Distrik Edera Kab. Mappi.
3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tujuan pengelolaan dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja terhadap
aspek terbukanya kesempatan kerja dan erusaha ialah:
Untuk memaksimalakan terserapanya tenaga kerja tempatan (masyarakat
setempat) mengisi kesempatan kerja di PT. MONTELO.
4) Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Berkoordinasi dengan aparat kampung atau kepala adat dalam proses
perekrutan tenaga kerja sehingga menjamin bahwa tenaga kerja yang
direkrut berasal dari masyarakat lokal setempat.
b) Mengadakan pelatihan sederhana terhadap masyarakat tempatan yang
berniat menjadi tenaga kerja karyawan umum yang berpenidikan
menengah, seperti pengenalan jenis pekejaan yang akan dilakukan,
aturan ketenaga kerjaan yaitu mengenai hak dan kewajiban pekerja,
aturan ketenaga kerjaan yaiyu mengenai hak dan kewajiban pekerja,
serta tata tertib perusahaan khususnya mengenai SOP dan larangan
Adanya sikap dan persepsi megatif masyarakat ini dapat berkembang dan
menimbulkan keamanan dan ketertiban lingkungan di masyarakat.
2) Tolak ukur dampak
Persepsi masyarakat dan ada tidaknya konflik di masyarakat sebelum dan
sesudah kegiatan operasional kebun dan pabrik pengolahan karet.
3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
c) Pelaporan : Badan Lingkungn Hidup Dan Litban Kab. Mappi Dan Badan
Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup
(BAPESDALH) Provinsi Papua.
3.4.10 Penurunan Sanitasi Lingkungan Dari Permukiman Pekerja, Operasional Kebun
Dan Pabrik Karet
1) Dampak Penting Dan Sumber Dampak
Kegiatan mobilisasi tenaga kerja pada saat operasional kebun dan pabrik
pengolahan karet berdampak terhadap sanitasi lingkungan akibat
meningkatnya limbah domestik yang berasal darimaktivitastenaga kerja di
base camp dan kantor. Selain itu, dampak terhadap aspek sanitas lingkungan
berasal dari kegiatan pabrik pengolahan karet dan pengolahan limbah yanf
merupakan lanjutan dari penurunan kualitas udara dan penurunan kualitas
air pernukaan dan tanah di lingkungan permukiman sekitar kebun dan pabrik.
2) Tolak Ukur Dampak
Sebagai tolakukur dampak terhadap kesehatan masyarakat dan sanitsi
lingkungan tersebut adalah sebagai berikut:
a) Kondisikelengkapan fasilitas sanitasi lingkungan (MCK) di base camp,
kantor mess, dan pemukiman tenaga kerja.
b) Data jumlah jenis penyakit yang diderita oleh masyarakat sebelum
kegiatan dilakukan.
c) Jumlah penduduk yang mengunjungi puskesmas/balai pengobatan
sebelum pelaksanaan kegiatan penerimaan dan mobilisasi tenaga kerja,
pembangunan sarana dan prasarana, serta pembangunan pabrik karet
dilakukan.
d) Kondisi sanitasi lingkungan dengan adanya kegiatan kegiatan dibandingkan
dengan sebelum operasional kebun dan karet.
3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tujuan pengelolaan adalah untuk mencegah timbulnya penurunan dan dapat
meningkatkan kondisi sanitasi lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 1983. Criteria sifat kimia tanah. Pusat penelitian tanah. Departemen Pertanian,
Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Anonimous. 1997. Manual kapasitas jalan Indonesia (MKJI). Sweroad Bekerjasama dengan
PT. bima karya (persero) Jakarta.
Alam setia zein, S.H, 1996, Hukum Lingkungan- Konsekuensi Hutan, Bineka Cipta, Jakarta
Apha. 1980. Standard Metosd for the Examination Of Waste Water. American Public Health
Association, Washingtong, DC.
Arsyad, S. 1990. Konsevasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Axelrod, D.I> and P.H. revan, 1982. Paleobiogeography and origin of the New Guinea flora.
In : J.L. gressit (ed.), Biogeogrsphy snd Ecologi of New Guinea. Pp. 919-9941. W. Junk,
The Hague.
Bemmelen, R.W. van, 1970, The Geology, of Indonesia, Vol. IA, Martinus Nijhoff The The,
Haque, The, Netherlands.
Branch, Kristi et.al. 1984. Guide to Social Impact Assessment : A Framework For Assessing
Social Change. Boulder, CO : Westview.
Canter, larry w. 1984. Environmental Impact Assessment. New York : Mcgraaw Hill.
Cairil anwar. 2001. Managemen dan teknologi budidaya karet. Medan : Pusat Penelitian
Karet ( diakses dari www.ipard.com/arti perkebunan/aug0706 Tanggal 8 September
2007).
Danerson, r. Frederick (1998). NEPA in thr Courts : A Legal Analysis of the Natural
Enviromenmental Policy Act. Society dan Natural Resource Journal. Vol l.
Danake, Gregory et.al (1983). Public Involvement dan Social Impact Assessment. Boulder,
CO : Westview Press.