Você está na página 1de 6

BAB I

MAKSUD DAN TUJUAN

1.1 Maksud
 Mengetahui urutan kejadian geologi pada suatu lapisan batuan.
 Mengetahui prinsip-prinsip pengurutan kejadian geologi.
 Mengetahui umur suatu lapisan berdasarkan prinsip-prinsip
pengurutan kejadian geologi.

1.2 Tujuan
 Mampu menjelaskan urutan-urutan kejadian geologi pada suatu
lapisan.
 Mampu menjelaskan prinsip-prinsip pengurutan kejadian geologi
yang terdapat pada suatu lapisan batuan.
 Mampu mengetahui perbedaan umur antara lapisan satu dengan
lapisan yang lain berdasarkan prinsip-prinsip pengurutan kejadian
geologi.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Stratigrafi berasal dari kata strata (stratum) yang berarti lapisan yang
berhubungan dengan batuan, grafi (graphic) yang berarti gambaran atau
urutan-urutan lapisan. Secara luas stratigrafi merupakan sala satu cabang
ilmu geologi yang membahasa tentang urutan-urutan, hubungan dan
kejadian batuan di alam atau sejarah batuan dalam ruang dan waktu
geologi.
Pengurutan kejadian geologi mempunyai beberapa prinsip
diantaranya adalah, prinsip uniformitarianisme, superposisi, original
horizontality, inklusi, cross-cutting relationship, kompleksitas, faunal
succession, unconformity, hukum V, dan sostasi.

2.1 Prinsip Uniformitarianisme


“ The present is the key to the past” adalah sebuah teori yang
dikemukakan oleh James Hutton pada tahun 1785. Maksud dari
teorinya tersebut adalah bahwa proses-proses geologi alam yang
terlihat sekarang ini dipergunakan sebagai dasar pembahasan proses
geologi pada masa lampau. Uniformitarianisme adalah peristiwa yang
terjadi pada masa geologi lampau dikontrol oleh hukum-hukum alam
yang mengendalikan peristiwa pada masa kini.

2.2 Prinsip Superposisi


Superposisi atau Superposition of Strata adalah konsep
pengurutan lapisan yang dikemukakan oleh Nicolas Steno.
Superposisi adalah sebuah perlapisan batuan yang terdiri dari lapisan
batuan yang berbeda maka lapisan yang paling bawah relatif lebih tua
umurnya dibandingkan lapisan yang berada di atasnya selama lapisan
tersebut belum mengalami deformasi. Konsep ini berlaku untuk
perlapisan berurutan.

2
2.3 Prinsip Original Horizontality
Original Horizontality atau akumulasi vertikal adalah lapisan
sedimen yang baru terbentuk cenderung mengikuti bentuk dasarnya
dan cenderung untuk menghorizontal, kecuali cross bedding,
sedangkan akumulasi pengendapannya terjadi secara vertikal. Hal ini
terjadi karena pengaruh sedimen dikontrol oleh hukum gravitasi dan
hidrolika cairan.

2.4 Prinsip Inklusi


Suatu tubuh batuan yang mengandung fragmen dari batuan
yang lain selalu lebih muda dari tubuh batuan yang menghasilkan
fragmen tersebut. Batuan yang menjadi inklusi batuan lain terbentuk
terlebih dahulu dari pada yang menginklusinya. Suatu yang direkatkan
selalu lebih tua dari perekatnya.

2.5 Prinsip Cross-Cutting Relationship


Prinsip ini menyatakan bahwa batuan yang terpotong
mempunyai umur geologi yang lebih tua dibandingkan dengan batuan
yang memotongnya. Intrusi batuan beku harus lebih muda daripada
batuan yang diintrusi atau yang dipatahkan.
Jenis-jenis cross cutting relationship adalah sebagai berikut :
1. Cross cutting relationship struktural, yaitu dimana suatu
retakan yang memotong batuan yang lebih tua.
2. Cross cutting relationship stratigrafi, yaitu terjadi jika erosi
permukaan atau ketidakseragaman memotong batuan yang
lebih tua, struktur geologi atau bentuk-bentuk geologi yang
lain.
3. Cross cutting relationship sedimentasi, yaitu terjadi jika suatu
aliran telah mengerosi endapan yang lebih tua pada suatu
tempat. Contohnya adalah suatu terusan atau saluran yang
terisi oleh pasir.

3
4. Cross cutting relationship paleontologi, yaitu terjadi jika
adanya aktifitas hewan dan tumbuhan yang tumbuh. Sebagai
contoh ketika jejak hewan yang terbentuk atau terendapkan
pada endapan berlebih.
5. Cross cutting relationship geomorfologi, yaitu terjadi pada
daerah yang berliku atau bergelombang seperti sungai dan
aliran di sepanjang lembah.

2.6 Prinsip Kompleksitas


Prinsip ini mengemukakan bahwa kondisi tektonik yang lebih
kompleks menunjukkan bahwa telah terjadi gangguan tektonik lebih
dari sekali pada daerah tersebut. Hal ini menunjukkan daerah tersebut
berumur lebih tua dibandingkan dengan lapisan batuan yang
berstruktur lebih sederhana.

2.7 Prinsip Faunal Succession


Prinsip ini dikemukakan oleh William Smith yang menyatakan
bahwa fosil yang ada dilapisan paling bawah lebih tua daripada fosil
yang ada dilapisan paling atas atau yang berada di atasnya.
Fosil-fosil yang dijumpai pada perlapisan batuan secara perlahan
mengalami perubahan kenampakan fisiknya akibat evolusi dalam cara
teratur mengikuti waktu geologi. Demikian pula suatu kelompok
organisme secara perlahan digantikan oleh kelompok organisme yang
lainnya. Suatu perlapisan tertentu dicirikan oleh kandungan fosil
tertentu. Suatu perlapisan batuan yang mengandung fosil tertentu
dapat digunakan untuk koreksi dengan lokasi lain.

2.8 Unconformity
Waktu geologis bersifat menerus/kontinyu, namun informasi
diaman waktu tersebut didapatkan berasal dari rekaman batuan yang
bersifat tidak menerus/dikontinyu. Bidang ketidakmenerusan dalam

4
urutan batuan yang menunjukkan terganggunya proses sedimentasi
dalam waktu yang cukup lama disebut bidang ketidakselarasan
(unconformity).
Ada empat macam ketidakselarasan yang ada di alam, yaitu
sebagai berikut :
1. Disconformity, yaitu terjadi ketika sedimentasi terhenti untuk
waktu yang sangat lama, sampai-sampai lapisan batuan yang
terakhir terbentuk tergerus oleh erosi. Dengan kata lain, ciri
khas ketidakselarasan jenis disconformity adalah adanya
bidang erosi.
2. Nonconformity, yaitu ditandai dengan adanya lapisan batuan
sedimen yang menumpang di atas batuan beku atau
metamorf. Proses terbentuknya adalah ada sebuah perlapisan
batuan sedimen yang mengandung batuan metamorf/intrusi
batuan beku. Pada suatu hari, proses sedimentasi berhenti
untuk waktu yang lama. Perlapisan batuan sedimen ini pun
tererosi sampai-sampai batuan beku/metamorf muncul ke
permukaan. Beberapa saat kemudian, proses sedimentasi
berjalan lagi. hasil akhirnya adalah batuan beku/metamorf
dengan bagian atas tampak tererosi dan ditumpangi suatu
lapisan batuan sedimen.
3. Paraconformity, yaitu terjadi ketika sedimentasi terjadi untuk
waktu yang lama tetapi lapisan batuan terakhir tidak
mengalami erosi. Perlapisan batuah hasil paraconformity
terlihat normal-normal saja seperti lapisan batuan yang
terbentuk secara selaras. Untuk dapat mengetahui bahwa
suatu lapisan paraconformity adalah jika ditemukannya “loncat
fosil” antara lapisan batuan sedimen yang bersebelahan.
4. Angular Unconformity, dicirikan oleh adanya beda dip yang
sangat tajam antara perlapisan di atas dan perlapisan di
bawah. Contohnya dalam sebuah perlapisan, lapisan yang

5
ada dibawah mempunyai dip 30°, sedangkan yang diatasnya
mempunyai dip 0° alias horizontal.

2.9 Hukum V
Pola penyebaran singkapan batuan dipengaruhi oleh kemiringan
lapisan batuan dan topografi. Hubungan antara kemiringan lapisan
batuan dan topografi daerah dirumuskan dengan Hukum V.

2.10 Sostasi
Sostasi yaitu diferensiasi berdasarkan kerapatan jenis. Massa
jenis yang lebih berat berada dibagian bawah, sedangkan yang lebih
ringan berada dibagian atas.

Você também pode gostar