Você está na página 1de 5

Diabetes menyebebkan stroke

INDIVIDU yang mengalami diabetes mellitus atau sakit gula mempunyai risiko serangan jantung dan
stroke dua kali lebih sering dibandingkan orang normal. ”Kadar gula darah yang tinggi yang mengalir
dalam pembuluh darah, menyebabkan lapisan dalam dinding pembuluh darah mengalami cedera,”
terang Dr Yuanita Asri Langi SpPD.Di samping itu, diabetes mellitus menyebabkan gangguan pada
pola lemak darah yaitu kolesterol LDL (kolesterol jahat) menjadi lebih mudah menumpuk di dinding
pembuluh darah. Sedangkan, kolesterol HDL (kolesterol baik) terganggu produksinya. “Hal-hal ini
mengakibatkan penumpukan lemak dan gangguan kelenturan dinding pembuluh darah
(atherosklerosis),” sambung Dr Yanti sapaan akrabnya. Menurutnya, Atherosklerosis menyebabkan
gangguan aliran darah yang menuju organ-organ penting tubuh, diantaranya adalah otot jantung
dan otak. Karenanya, sumbatan atherosklerosis pada pembuluh darah koroner jantung
mengakibatkan gangguan aliran darah yang membawa oksigen ke otot jantung sehingga otot
jantung mengalami kerusakan dan pasien merasakan nyeri dada yang hebat. Oleh sebab itu,
kerusakan otot jantung yang luas dapat menyebabkan jantung tiba-tiba gagal memompa darah ke
seluruh tubuh dengan akibat kematian mendadak. “Gangguan aliran darah menuju otak
menyebabkan jaringan otak kekurangan oksigen yang berakibat otak mengalami kerusakan sehingga
terjadilah serangan stroke,” jelasnya.Untuk itu dirinya memberikan solusi agar terhindar dari
serangan jantung dan stroke. Dimana terdapat 5 hal penting yang harus dikendalikan pada pasien
diabetes yaitu: kadar gula darah puasa harus kurang dari 110 mg/dl, HbA1C kurang dari 6,5%,
tekanan darah tak boleh melebihi 130/80 mmHg, kadar kolesterol LDL kurang dari 100 mg/dl, HDL
lebih dari 45 mg/dl untuk pria dan 50 mg/dl untuk wanita serta mempertahankan berat badan yang
ideal. “Keadaan ideal ini dapat dicapai dengan cara memperbaiki gaya hidup yakni mengatur pola
dan jenis makanan serta olah raga yang benar,” sarannya. Apabila pengaturan gaya hidup belum
membuahkan hasil yang optimal maka perlu ditambahkan obat-obat pengendali yang tepat.

Adakah Hubungan Diabetes dengan


Hipertensi? Begini Penjelasannya
DIET — 07 July 2017
Halodoc, Jakarta - Benarkah penyakit diabetes selalu berkaitan dengan hipertensi? Sebelum
kita membahas lebih jauh mengenai dua penyakit ini, ada baiknya kita mengenal terlebih
dahulu masing-masing dari penyakit ini.

Diabetes (diabetes melitus) merupakan penyakit jangka panjang atau kronis yang ditandai
dengan kadar gula darah (glukosa dalam darah), yang jauh di atas normal. Glukosa sangatlah
penting bagi kesehatan kita, karena glukosa merupakan sumber energi utama bagi otak maupun
sel-sel yang membentuk otak serta jaringan pada tubuh. Gejala diabetes yang paling nyata
terlihat dan sering dialami adalah luka yang tiba-tiba sulit sekali untuk kering.

Kadar gula yang baik untuk tubuh adalah 70 – 130 mg/dL (sebelum makan), 180 mg/dL (2 jam
setelah makan), 100 mg/dL (Puasa), dan 100 – 140 mg/dL (menjelang tidur). Takaran inilah
yang masih normal dan dapat diterima oleh tubuh. Apabila tubuh menerima glukosa terlalu
banyak, maka dapat mengakibatkan penyakit diabetes.

Tidak hanya diabetes yang wajib diperhatikan, tekanan darah pun sudah seharusnya selalu
diperhatikan agar tubuh tidak mengalami penyakit hipertensi. Hipertensi merupakan sebuah
kondisi tekanan darah menjadi tinggi dan dapat mengakibatkan penyakit lain, seperti penyakit
jantung. Tekanan darah ini adalah kekuatan darah dari jantung yang memompa darah yang
mendorong melawan dinding arteri.

Lalu apa hubungan diabetes dengan hipertensi? Hipertensi atau tekanan darah tinggi bisa
terjadi dikarenakan adanya komplikasi penyakit diabetes yang kronis. Maka tak heran jika
pengidap diabetes memiliki sekitar 40% angka hilangnya nyawa pada seseorang yang
disebabkan oleh penyakit jantung koroner terkait dengan meningkatnya lemak dalam darah
yang menyebabkan plak plak.

Namun, terdapat alasan yang dapat menjelaskan tentang adanya hubungan diabetes dengan
hipertensi. Berikut alasan yang melatarbelakangi hubungan diabetes dengan hipertensi:

1. Memiliki Sifat Fisiologi yang Sama


Hubungan diabetes dengan hipertensi terjadi bersamaan, karena kedua penyakit tersebut
memiliki ciri-ciri fisiologis yang sama, yaitu memungkinkan penyakit lain terjadi. Selain itu,
adapun keterkaitan lain antara diabetes dengan hipertensi yang juga cukup signifikan adalah
sebagai berikut:

 Peningkatan volume cairan: diabetes akan meningkatkan jumlah total cairan dalam tubuh,
yang cenderung meningkatkan tekanan darah.
 Peningkatan kekuatan arteri: diabetes dapat menurunkan kemampuan pembuluh darah
untuk meregang, meningkatkan tekanan darah rata-rata.
 Gangguan penanganan insulin: perubahan dalam cara tubuh memproduksi dan menangani
insulin dapat langsung menyebabkan peningkatan tekanan darah.
 Terjadi peningkatan trigliserida: pemicu timbulnyaplak plak yang dapat menyumbat
pembuluh darah

2. Faktor Pemicu Serupa


Diet tinggi lemak yang kaya akan garam dan gula dapat diproses dan menempatkan beban lebih
pada aktivitas produksi enzim dan sistem kardiovaskular. Rendahnya tingkat aktivitas fisik
menurunkan efisiensi insulin dan menyebabkan arteri menjadi kaku, dan respon sistem
kardiovaskular yang kurang baik.

Kelebihan berat badan juga memiliki konsekuensi yang sama dan merupakan faktor risiko yang
kuat untuk terjadinya diabetes maupun tekanan darah tinggi.

3. Diabetes dan Hipertensi Bisa Memperparah Keadaan


Kelebihan gula dapat memiliki banyak konsekuensi, termasuk kerusakan pada pembuluh darah
sensitif secara perlahan yang disebut kapiler. Kerusakan kapiler tertentu dalam ginjal, dapat
merusak kemampuan tekanan darah yang mengatur ke dalam ginjal dan hal ini menyebabkan
tekanan darah tinggi. Hipertensi sendiri juga memengaruhi sekresi insulin di pankreas, yang
meningkatkan kadar gula darah. Dengan ‘kemampuannya’ tersebut, kombinasi tekanan
diabetes atau hipertensi adalah sebuah sistem yang dapat memperparah kondisi itu sendiri yang
menyebabkan kedua penyakit ini cenderung semakin kurang baik dari waktu ke waktu.

Dari ketiga alasan tersebut membuktikan bahwa hubungan diabetes dengan hipertensi
mempunyai keterkaitan yang cukup erat, dan tidak menutup kemungkinan keduanya juga
berisiko memunculkan penyakit lain, seperti penyakit jantung, gagal ginjal dan penyakit
lainnya. Risiko penyakit diabetes dapat dipengaruhi juga dari riwayat keluarga, yang
memungkinkan seseorang terkena risiko 3x lebih tinggi.

Diabetes menyebabkan kebutaan


Apa yang dimaksud retinopati diabetika?

Retinopati diabetika adalah penyakit mata diabetes yang paling umum dan penyebab utama kebutaan
pada orang dewasa di Amerika. Hal ini disebabkan oleh karena adanya perubahan dalam pembuluh
darah retina.

Pada retinopati diabetika, pembuluh darah dapat membengkak dan timbul kebocoran seperti halnya
yang terjadi pada organ lain di tubuh, yang diakibatkan oleh kadar gula darah yang tidak terkontrol.
Akibatnya suplai nutrisi dan oksigen pada retina yang dituju oleh pembuluh darah tersebut terganggu.
Kondisi kurangnya nutrisi dan oksigen memacu pertumbuhan pembuluh darah baru untuk memenuhi
kebutuhannya. Pembuluh darah baru tersebut tumbuh pada permukaan retina tetapi strukturnya
tidak sebaik pembuluh darah yang seharusnya yang mudah sekali pecah. Inilah awal bencana
gangguan penglihatan dan kebutaan.

Seberat apa gangguan di mata akibat retinopati diabetika?

Ada 4 tahap kerusakan pembuluh darah pada retinopati diabetika yang terjadi secara berkelanjutan
bila tidak ada upaya intervensi pencegahan.

1. Retinopati diabetika non proliferatif ringan. Pada tahap awal ini terjadi mikroaneurisma,
yaitu daerah kecil seperti balon pembengkakan dalam pembuluh darah kecil retina.
Pembengkakan pembuluh darah dapat pecah dan menimbulkan perdarahan-perdarahan kecil.
Pada tahap ringan area yang terkena masih sangat terbatas. Pada tahap ini belum terjadi
gangguan penglihatan. Bila pada tahap ini sudah terdeteksi dan dilakukan pencegahan agar
tidak berlanjut ke tahap selanjutnya, gangguan penglihatan dan kebutaan bisa dihindari.
Jenis intervensi yang dibutuhkan pada tahap ini sangat sederhana, yaitu mengoptimalkan
terapi medikamentosa dalam menjaga kadar gula darah, tekanan darah, dan kadar lemak
dalam darah.
2. Retinopati diabetika non proliferatif sedang. Bila kondisi tahap 1 berjalan terus, Luas area
retina yang terkena menjadi lebih besar tetapi masih kurang dari 4 quadran. Pada tahap ini
sudah perlu pengawasan dokter ahli mata. Terapi yang optimal pada tahap 1 harus
dilanjutkan.
3. Retinopati diabetika non proliveratif berat. pembuluh darah yang terganggu dan tersumbat
menjadi lebih banyak dan sudah meliputi area 4 quadran. Kondisi ini mengirimkan sinyal ke
tubuh untuk menumbuhkan pembuluh darah baru. Pada tahap ini perlu dilakukan intervensi
laser fotokoagulasi oleh dokter
4. Retinopati proliferatif. Pada stadium lanjut ini, sinyal yang dikirim oleh retina untuk makanan
memicu pertumbuhan pembuluh darah baru. Kondisi pembuluh darah yang baru adalah
abnormal dan rapuh. Mereka tumbuh di sepanjang retina dan di sepanjang permukaan cairan
vitreous yang mengisi bagian dalam mata. Pembuluh darah ini tidak menyebabkan gejala atau
kehilangan penglihatan. Namun saat terjadi kebocoran darah akibat rapuhnya dinding
pembuluh darah, darah akan mengganggu kejernihan cairan vitreus dan menimbulkan
kehilangan penglihatan berat, bahkan dapat mengakibatkan kebutaan. Pada tahap ini, terapi
laser sudah menjadi keharusan dan kemungkinan besar dibutuhkan tindakan operasi untuk
mencegah pemburukan kondisi. Optimalisasi pengaturan kadar gula darah, kadar lemak
darah, dan tekanan darah harus terus dipantau.

Kapan terjadinya gangguan mata pada penderita diabetes?

Semua orang dengan diabetes – baik tipe 1 dan tipe 2 – memiliki risiko terjadinya retinopati
diabetika. 25% penderita diabetes melitus tipe 1 mengalami retinopati diabetika proliferatif 15 tahun
setelah diagnosis awal diabetes. Sedangkan sebanyak 40% penderita diabetes melitus tipe
2 mengalami retinopati diabetika saat 5 tahun setelah diagnosis awal diabetes. Itulah mengapa
setiap orang dengan diabetes harus mendapatkan pemeriksaan mata dengan pupil lebar dan
komprehensif setidaknya sekali setahun. Semakin lama seseorang memiliki diabetes, semakin besar
kemungkinan dia akan mendapatkan retinopati diabetika. Antara 40 sampai 45 persen orang Amerika
didiagnosis dengan diabetes memiliki beberapa tahap retinopati diabetika. Jika Anda memiliki
retinopati diabetika, dokter anda dapat merekomendasikan pengobatan untuk membantu mencegah
perkembangannya.

Selama kehamilan, retinopati diabetika mungkin menjadi masalah bagi wanita dengan diabetes.
Untuk melindungi penglihatannya, setiap wanita hamil dengan diabetes harus melakukan
pemeriksaan mata dengan pupil lebar dan komprehensif sesegera mungkin. Dokter mungkin
merekomendasikan pemeriksaan tambahan selama kehamilan Anda.

Apa yang harus dilakukan untuk melindungi penglihatan dari kebutaan akibat diabetes?

1. Jika Anda adalah penderita diabetes, lakukanlah pemeriksaan mata dengan pupil lebar
dan komprehensif setidaknya sekali setahun dan ingatlah Retinopati proliferatif dapat
berkembang tanpa gejala. Pada stadium lanjut, Anda berada pada risiko tinggi untuk menjadi
buta. Gangguan makula sebagai pusat penglihatan juga dapat berkembang tanpa gejala pada
salah satu dari empat tahap retinopati diabetika. Bahkan anda dapat mengalami retinopati
proliferatif dan gangguan makula secara bersama-sama dan masih memilik penglihatan yang
baik-baik saja. Namun, Anda berada pada risiko tinggi terancam kebutaan kapan saja. Dokter
ahli mata dapat mengetahui apakah Anda memiliki gangguan makula atau retinopati
diabetika. Bila Anda melakukan deteksi dini dan pengobatan tepat waktu maka anda dapat
mencegah kehilangan penglihatan. Jika Anda memiliki retinopati diabetika, Anda mungkin
perlu melakukan pemeriksaan mata lebih sering. Orang-orang dengan retinopati proliferatif
dapat mengurangi risiko kebutaan sebanyak 95 persen dengan penanganan yang tepat waktu
dan perawatan tindak lanjut yang sesuai.
2. Penelitian menunjukkan bahwa kontrol yang lebih baik terhadap kadar gula darah dapat
memperlambat onset dan perkembangan retinopati. Orang-orang dengan diabetes yang kadar
gula darahnya dijaga mendekati normal mungkin juga memiliki komplikasi organ lain yang
jauh lebih sedikit. Kontrol yang lebih baik juga mengurangi kebutuhan untuk operasi laser
untuk menjaga penglihatan. Melakukan kontrol gula darah mungkin tidak mudah bagi semua
orang, termasuk beberapa pasien usia lanjut, anak-anak di bawah usia 13 tahun, atau orang-
orang dengan penyakit jantung. Pastikan untuk meminta dokter Anda memberikan program
pengendalian yang tepat bagi Anda.
3. Penelitian lain telah menunjukkan bahwa mengendalikan tekanan darah tinggi dan kolesterol
dapat mengurangi resiko kehilangan penglihatan. Melakukan kontrol pada kedua pemeriksaan
ini akan membantu kesehatan Anda secara keseluruhan serta membantu melindungi
penglihatan Anda.

Você também pode gostar