Você está na página 1de 8

TUGAS SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

ANALISIS PEMASARAN MIE INSTANT PT INDOFOOD

Yahya Nuryanto
2006120479
VII A PAGI

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI S1


UNIVERSITAS PAMULANG
2010
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh
kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penulis tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang permasalahan yang ada di sekitar kita,
yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini memuat tentang “Analisis Pemasaran
Mie Instan PT Indofood”. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas
bagi pembaca.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen, yaitu
Bapak Sutarno, S.Kom, MM yang telah membimbing penulis agar dapat mengerti tentang bagaimana cara
menyusun Makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Kami sadar dalam
penulisan makalah ini terdapat kekurangan.untuk itulah penulis mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

BAB I
PENDAHULUAN

Dunia usaha, baik produksi maupun jasa selalu dihadapkan dengan persaingan. Untuk mengatasi
persaingan, perusahaan menempuh berbagai cara dan strategi untuk menyampaikan hasil produksinya
dengan cepat, tepat, cermat, hemat dan memuaskan ke tangan konsumen. Strategi pemasaran juga
disesuaikan dengan kemampuan dana perusahaan melalui bauran pemasaran yaitu faktor produk, harga,
distribusi dan promosi. Kegiatan pemasaran harus dilakukan sesuai dengan tujuan perusahaan memperoleh
keuntungan yaitu dengan mengadakan kegiatan promosi yang terarah, terncana dan terpadu. Kegiatan
promosi harus sejalan dengan rencana pemasaran yang diarahkan dan dikendalikan untuk mengembangkan
laju perusahaan.
Promosi yang tidak terkendali akan menurunkan tingkat penjualan, sehingga biaya yang dikeluarkan
untuk promosi merupakan pemborosan, sedangkan saluran distribusi dipakai oleh semua perusahaan untuk
memproduksi barang dengan kualitas yang baik, namun banyak pula yang gagal memenuhi target pasarnya.
Keadaan ini disebabkan oleh kebijakan distribusi yang kurang tepat sehingga barang yang dihasilkan kurang
laku dipasar dan menyebabkan banyak konsumen merasa kurang puas. Dengan demikian, saluran distribusi
memeliki peranan penting bagi kelangsungan hidup dan tumbuh perusahaan.
Seorang ibu rumah tangga yang ikut bekerja untuk membantu suami akan mengakibatkan
berkurangnya waktu yang tersedia untuk menyiapkan kebutuhan keluarga. Hal ini bukan dianggap suatu
kendala bagi suatu rumah tangga karena dengan semakin banyaknya anggota yang bekerja di luar, maka
tingkat pendapatan keluarga pun akan turut meningkat. Kebutuhan-kebutuhan yang muncul, seperti
kebutuhan konsumsi yang semakin tinggi dikarenakan keterbatasan waktu untuk keluarga tersebut tetap
dapat dipenuhi oleh keluarga tersebut. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi gaya atau cara konsumsi
dari suatu keluarga khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.
Pergeseran pola konsumsi masyarakat ini ternyata berdampak positif terhadap industri makanan
instan, terutama industri mie instan. Salah satu produsen mie instan terbesar di Indonesia saat ini adalah
Indofood. Perusahaan ini menguasai hampir 80 % dari produksi mie instan di Indonesia. Tidak dapat
dipungkiri, mie memang sudah menjadi bagian penting dalam pola makan rumah tangga, tidak hanya di
perkotaan tetapi juga di pedesaan. Peran mie memang luwes, tidak hanya sebagai pangan pokok, tetapi dapat
pula berperan sebagai lauk-pauk sehingga sering dijumpai masyarakat yang makan nasi dengan lauk mie
goreng atau mie kuah.
Semakin banyaknya jenis maupun merek mie instan yang beredar di pasar, maka keberhasilan suatu
perusahaan tidak hanya ditentukan oleh kualitas produk saja, tetapi sangat ditentukan oleh kemampuan
perusahaan untuk mengidentifikasi mengenai kebutuhan dan keinginan konsumen yang heterogen, sehingga
dapat diketahui dengan jelas kebutuhan dan keinginan konsumen tersebut sesuai dengan karakteristik dari
masing-masing segmen. PT. Indofood Sukses Makmur bergerak di bidang usaha industri pengolahan
makanan yang hampir seluruh produknya menguasai pasar di Indonesia. Produk yang dihasilkan termasuk
miee instant (Indomie, Sarimi, Supermi, Cup Noodles, Pop Mie, Intermie, Sakura). Indofood merupakan
produsen mie instant terbesar dengan kapasitas produksi 13 milyar bungkus per tahun. Selain itu Indofood
juga mempunyai jaringan distribusi terbesar di Indonesia.
Berdasarkan data PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (2004-2006), perkembangan produksi mie
instan di Indonesia memperlihatkan suatu peningkatan yang positif, walaupun pada tahun 2006 sempat
mengalami suatu penurunan produksi. Secara kuantitas, produksi mie instant dari tahun ke tahun mengalami
kenaikan dengan tren yang positif. Hal ini menunjukkan suatu prospek yang cukup baik bagi industri mie
instan ini pada masa yang akan datang.
PT. Indofood Sukses Makmur menjadikan mutu dan kepuasan pelanggan sebagai basis bagi perencanaan
yang dilakukan oleh perusahaan. Oleh karena itu keinginan dan kebutuhan konsumen harus diperhatikan
oleh produsen karena kebutuhan ini akan senantiasa berubah. Perkembangan produk mie instan yang sudah
dianggap sebagai makanan cepat saji dan bahkan sebagai makanan pokok, menyebabkan tingkat persaingan
pada industri mie instan ini semakin tinggi.
Perusahaan yang dijadikan kasus penelitian ini diperoleh melalui internet, yaitu PT. Indofood Sukses
Makmur, Tbk. Produk-produk Indofood dinikmati setiap hari pada setiap siklus kehidupan seperti makanan
untuk anak-anak, makanan untuk masa pertumbuhan di usia sekolah hingga masa remaja dan menginjak usia
dewasa serta makanan keceriaan dalam kehidupan. Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk menelaah
dan menganalisis pengaruh biaya promosi dan biaya distribusi terhadap penjualan yang dilakukan pada PT.
Indofood Sukses Makmur, Tbk.

BAB II
PEMBAHASAN

Tingkat persaingan yang tinggi ini dapat menyebabkan pergeseran loyalitas konsumen mie instan
produk indofood kepada mie instan produk yang lain. Kondisi ini mendorong perusahaan untuk senantiasa
melakukan riset pemasaran yang dilakukan terhadap konsumen, sehingga dapat diketahui kebutuhan dan
keinginan konsumen akan suatu produk mie. Tingginya pangsa pasar mie instant mengharuskan perusahaan-
perusahaan yang ada untuk berhati-hati, sehingga perusahaan dituntut harus selalu mengevaluasi dan
mematangkan strategi pemasaran yang dijalankannya.
Perusahaan ingin mengetahui bagaimana proses keputusan pembelian mie instan, agar menghasilkan
analisis pemasaran yang cermat sehingga perusahaan tidak dirugikan karena terjadinya kekeliruan dalam
melakukan kegiatan pemasaran. Oleh karena itu, perlu diketahui respon konsumen terhadap produk miee
instan tersebut. Untuk dapat menentukan respon konsumen, terlebih dahulu perlu diidentifikasi faktor-faktor
dalam proses keputusan. Mengetahui faktor-faktor tersebut akan memudahkan perusahaan dalam mengambil
langkah dalam kegiatan pemasaran yang akan dilakukan sehingga dapat diketahui tingkat kepuasan dari
konsumen mie instan terhadap kegiatan pemasaran yang telah dilakukan perusahaan.
PASAR mi instan di Indonesia memang menggiurkan. Ketergantungan masyarakat Indonesia
terhadap mi cepat saji ini cukup besar. Tidak heran jika dari waktu ke waktu banyak perusahaan baru melirik
pasar mi instan.
Meski demikian, hingga saat ini Indomie yang diproduksi PT Indofood Sukses Makmur Tbk masih
menguasai pasar. Dominasinya begitu kuat walaupun sudah terjadi pergeseran. Jika 2002 Indomie menguasai
sekitar 90% pangsa pasar mi instan, tahun lalu menurun menjadi 75%. Sisanya yang 25% dikeroyok merek
mi instan lainnya.
Kemunduran itu patut diwaspadai. Apalagi baru-baru ini muncul Mie Sedap milik PT Sayap Mas
Utama yang merupakan grup dari kelompok Wings. Meski produk ini baru diluncurkan pada Mei 2003 dan
baru didistribusikan di Pulau Jawa dan Bali, namun namanya sudah mulai diperbincangkan di kalangan
pembeli di warung-warung, bahkan pasarh swalayan.
Pakar pemasaran Rhenald Kasali mengatakan, manajemen Indomie harus meningkatkan
kewaspadaan karena Mie Sedap melakukan promosi sangat agresif. ‘’Gebrakannya luar biasa, harganya pun
di bawah Indomie, ditambah keunggulan-keunggulan lain. Saya rasa persaingan pasar mi instan akan
semakin ketat,'’ katanya ketika dihubungi Media di Jakarta, baru-baru ini. Ketatnya persaingan produk mi
instan disadari benar oleh manajemen PT Indofood. Sumber yang tidak mau disebut namanya mengakui
bahwa saat ini penguasaan Indofood terhadap pasar mi instan menurun dari 90% menjadi 75%. ‘’Tapi kami
tidak diam saja. Saat ini sedang disusun strategi baru,'’ katanya.
Dalam siaran persnya, Dirut & CEO Indofood Eva Riyanti Hutapea mengatakan, meski terjadi
penurunan penguasaan pasar, namun divisi mi instan tetap dapat meraih kenaikan penjualan sebesar 6,6%
menjadi Rp4,5 triliun dibanding Rp4,2 triliun pada periode yang sama 2002. Kenaikan itu antara lain
dipengaruhi lebih tingginya harga jual rata-rata. Selain itu, hingga saat ini divisi mi instan tetap dapat
mempertahankan volume penjualannya sebesar 7,3 miliar bungkus.
Tentang strategi menghadapi persaingan, Indofood akan menerapkan strategi Mastering The Present,
Pre-empting the Future. Strategi ini antara lain fokus kepada organic growth, memanfaatkan competitive
advantage melalui scale, scope, span, dan speed. Selain itu akan menjalankan program cost efficiency and
cost cutting. Di samping itu tetap melanjutkan segmentasi para konsumennya dengan memperkenalkan
produk-produk dengan higher price and higher margin.
Berbicara tentang pangsa pasar mi instan, Manager Promosi PT Sayap Mas Utama Rudy Bonardy
mengakui bahwa dominasi Indofood masih sangat kuat. Meski demikian, Rudy optimistis produk Mie Sedap
bisa mengambil bagian. ‘’Di Indonesia bisnis mi instan sangat menjanjikan. Mie Sedap diluncurkan Mei
2003 dan baru mengeluarkan empat varian. Untuk sementara distribusi kami baru di Pulau Jawa dan Bali,'’
katanya.
Seberapa besar Mie Sedap bisa mengambil pangsa pasar yang tersedia, Rudy belum bisa menjawab.
‘’Kami masih pemula. Sedangkan Indofood adalah pemain lama yang saat ini menguasai 75% pangsa pasar
mi instan. Sisanya 25% dikeroyok merek-merek lain. Tapi saya optimistis, Mie Sedap bisa meraih konsumen
melalui strategi pemasaran dan promosi yang gencar.'’
Strategi awal Mie Sedap, menurut Rudy, antara lain bermain di harga pasaran yang sangat ekonomis
namun bumbu mi yang diberikan kelas premium. Diberlakukan pula strategi klasik dengan memberi hadiah
berupa piring dan gelas. Hal utama lain yang tidak boleh diabaikan adalah distribusi. Meski masih berkutat
di Jawa dan Bali, namun pendistribusian produk diusahakan merata dari tingkat grosir sampai tim motor
yang menjelajahi warung-warung kecil.
Strategi itu didukung iklan yang cukup gencar, baik tematik, iklan produk, maupun versi testimoni.
Menurut Rudy, ada satu hal yang belum pernah dilakukan oleh kompetitor. Misalnya, menyuruh orang
sebanyak-banyaknya mencoba Mie Sedap yang dilakukan di mal, tempat wisata, kampus secara gratis.
‘’Dengan cara itu, kami bisa memperoleh umpan balik langsung berupa kritik, saran, dan pujian,'’ paparnya.
Lebih jauh Rudy mengatakan, dana yang dikeluarkan perusahaan untuk promosi Mie Sedap cukup
besar. ‘’Saya enggan menyebutkan jumlah. Tapi yang jelas cukup besarlah. Masyarakat dapat menilai sendiri
berapa dana yang dikeluarkan untuk iklan di delapan stasiun televisi, billboard di halte-halte sepanjang
Jawa-Bali, belum lagi kegiatan below the line,'’ tuturnya.
Ditanya tentang permintaan pasar terhadap Mie Sedap, Rudy mengatakan sangat bagus. Bahkan saat
ini produksinya belum bisa memenuhi permintaan pasar. ‘’Masih banyak barang kosong di toko ataupun
variannya tidak lengkap. Padahal, reaksi pasar di luar dugaan. Perusahaan akan terus berusaha memenuhi
permintaan pasar dengan menambah kapasitas produksi dan distribusi lebih merata lagi,'’ tandasnya.
Di wawancara terpisah, Budianto, Presiden Direktur Sentrafood yang memproduksi mi instan
bermerek Salami, mengatakan meski persaingan ketat, namun tetap ada peluang bagi pemain baru yang ingin
menggarap pasar mi instan.
Salami sendiri, menurut Budianto, terus melakukan inovasi. Baru-baru ini diluncurkan Salami rasa
mi Jawa. ‘’Peluncuran itu sudah melalui riset mendalam. Jadi tidak asal-asalan. Kami akan terus
mengeluarkan produk-produk baru yang belum pernah ada,'’ kata Budianto. Dia menambahkan, kini
produknya mengambil pasar mi instan kurang dari 10%.
Indofood tak bisa diam terlalu lama melihat agresivitas para pesaingnya. Belakangan, aktivitas
beriklan, varian anyar, hingga kegiatan lini bawah aktif digelar demi mempertahankan pangsa pasar
sekaligus gelar sang pemimpin.
Enam tahun lalu, Indofood masih menjadi penguasa mutlak pasar mie instant Indonesia. Bayangkan,
ketika itu Indofood menguasai sekitar 90% pangsa pasar! Sebagai dominant market leader, Indofood sempat
terlena me-maintain pasarnya sehingga kesempatan ini dimanfaatkan oleh pendatang baru Mie Sedaap dari
WingsFood dan Mie Kare dari Orang Tua Group.
Persaingan yang ”tiba-tiba” ketat ini menyebabkan Indofood kehilangan pangsanya. Market share
yang mencapai 90% itu pelan-pelan tergerogoti sehingga sekarang tinggal 70%. Penjualan Indofood tetap
naik, namun ada sebagian pasar – bisa jadi konsumen baru – yang direbut oleh merek baru. Sehingga di
pasar yang sebenarnya tumbuh, pertumbuhan pasar Indofood – karena besarnya – tidak mampu
mengimbangi pertumbuhan pasar secara total. Menyadari hal ini, Indofood ”bangkit” dari tidurnya. Raksasa
mie instant ini mengerahkan seluruh brand-nya untuk bertahan dan mengembalikan market share yang
direbut kompetitor.
Indofood sebetulnya pernah bereaksi atas serangan Mie Sedaap dengan meluncurkan Indomie Kriuk,
varian baru Supermi Sedaaap, dan gimmick ”Beli 5 Gratis 1” dalam rentang waktu yang cukup panjang.
Reaksi Indofood yang cenderung impulsif ini dinilai para pengamat kurang strategis, terlalu pragmatis,
”terjebak permainan challenger”--kesalahan yang sering dilakukan oleh big brands.
Tidak mau tersandung di batu yang sama untuk kedua kalinya, tahun ini Indofood meluncurkan
strategi marketing yang lebih komprehensif yang lebih menunjukkan jati diri Indofood sebagai market
leader. Hampir semua brand dalam portfolio-nya disegarkan kembali dengan kampanye baru maupun
peluncuran produk baru. Indomie disegarkan dengan kampanye ”Selera Nusantara” yang lebih modern.
Sarimi lebih difokuskan untuk membendung produk unggulan Mie Sedaap Soto Ayam—dengan
meluncurkan produk Sarimi Soto Koya yang di-endorse oleh Luna Maya.
Sementara Supermi disegarkan dengan meluncurkan produk baru: mie goreng rasa soto (GoSo), rasa
bawang (GoBang), dan rasa kari (GoKar). Indofood juga menggunakan Slank untuk meng-endorse Supermi
—Supermi tampaknya akan dijadikan brand unggulan kedua Indofood setelah Indomie yang menyumbang
hampir separuh omset divisi noodle Indofood. Akan halnya Pop Mie, meskipun saat ini bisa dibilang
melenggang sendiri tanpa head on competitor, Indofood sudah mengantisipasinya dengan upaya building
brand melalui kampanye dan promosi di kalangan remaja.
Direktur Indofood Taufik Wiraatmadja membantah agresivitas Indofood sebagai reaksi atau jawaban
atas gencarnya program pemasaran kompetitor. ”Kami tidak melihat kompetitor sebagai musuh. Kami
melihat kompetitor sebagai teman dalam usaha membesarkan pasar mi instant. Masing-masing juga punya
satu kesempatan untuk berinovasi,” kata Taufik diplomatis.
Agresivitas Indofood belakangan ini juga menjadi pembicaraan seru di komunitas Mix-
MarketingClub. Ada yang mengapresiasi, ada yang menilai negatif, ada pula yang membandingkannya
dengan action kompetitor. Seorang marketer yang enggan mengungkapkan jati dirinya menilai brand
concept Mie Sedaap lebih baik. Iklan Mie Sedaap versi Titi Kamal yang menawarkan pesan ”mie yang
bergizi,” katanya, jauh lebih cerdas dan berkonsep. “Anda bisa bayangkan bagaimana kalau ternyata iklan
tersebut mampu mengubah image bahwa makan mie tidak sehat menjadi positive image. Hanya dengan
menambahkan kata 'bervitamin dan bergizi',” urai BrandMaker, demikian peserta milis itu menyamarkan jati
dirinya.
Padahal, lanjutnya, Indomie juga pernah mengusung tema kampanye ”bergizi” seperti yang
dilakukan Mie Sedaap saat ini. Tapi Indomie tidak me-maintain kampanye itu. BrandMaker
mengkhawatirkan kemiripan target market—yang dipresentasikan oleh talent iklan Supermi, Pop Mie—akan
menyebabkan terjadinya kanibalisme atau ”perang saudara” antara sesama brand Indofood.
Sementara itu, Harris Pranata Wijaya, pemasar yang turut berkomentar di milis, beranggapan bahwa
langkah Indofood mengepung Mie Sedaap sangat tepat. Menurutnya, Indofood memiliki kelebihan
dibanding Mie Sedaap dalam hal brand portfolio. Indofood memiliki tiga brand utama, yaitu Indomie,
Supermi, dan Sarimi. Pop Mie tidak diitung karena konsepnya berbeda. Sementara WingFood, hanya
memiliki satu brand, Mie Sedaap.
Harris melihat brand portfolio Indofood dibuat bukan berdasar segmentasi target market, melainkan
berdasarkan segmentasi selera dan harga yang diwujudkan dalam varian rasa. ”Kanibalisasi pasti akan
terjadi. Tapi hasilnya Indofood tetap akan unggul. Setidaknya, market share-nya tidak akan turun lagi, malah
mungkin akan meningkat,” ujar Harris memprediksi.
Kekhawatiran Indofood terhadap para pesaingnya sangat dimaklumi. Menurut catatan MIX, pada
2002 Indofood masih menguasai pasar mie sebesar 90%. Begitu Mie Sedap masuk pada Mei 2003, dengan
rasa baru, harga kompetitif, dan promo yang gebyar, pangsa pasar Indofood mulai goyah. Pada 2006 pangsa
pasar Indofood turun, diperkirakan menjadi sekitar 75%--25% sisanya diperebutkan oleh pesaingnya. Kini
pangsa pasar Indofood tinggal 70%.
Menurut pemantauan MIX di sebuah minimarket di kawasan Depok, Jawa Barat, Indomie
merupakan produk mi instan paling laris (terjual 4-6 karton per hari), diikuti oleh Mie Sedaap (2-4 karton
per hari), Supermi (1 karton), Kare (1 karton), Sarimi (½ karton), dan Pop Mie (20 pieces per hari).
Sedangkan produk baru Supermi GoSo, GoBang, dan GoKar pada masa penetrasi ini terjual 2 karton sehari.
”Di antara merek-merek tersebut, hanya Mie Kare yang sampai sekarang masih melakukan promosi ”beli 10
dapat 1 mangkuk,” tutur Haidir, karyawan bagian merchandising minimarket yang dalam sehari dikunjungi
sekitar 500 orang ini.
Indofood memang layak khawatir karena agresivitas pemasaran Mie Sedaap sangat gencar. Tidak
hanya di above the line, di tataran trade marketing pun Mie Sedaap begitu intense. Ronald Sipahutar,
moderator milis Marketing Club, mengamati Mie Sedaap agresif mengakuisisi warung-warung Indomie siap
saji.
Sejatinya, Warung Indomie adalah salah satu channel Indofood yang dibangun dan dikembangkan
sekian lama. Indofood mengajarkan para pengelola warung membuat Indomie, men-support warung-warung
mereka dengan spanduk, sekaligus memonitor ketersediaan produk Indomie di sana. ”Saat masih tinggal di
Jogja, saya masih menemukan warung-warung dengan sisa spanduk yang kumuh bertuliskan 'Warung
Indomie. Dan saat saya berbicara dengan pemilik warung, dengan bangganya mereka mengatakan betapa
bagusnya support Indomie saat itu,” tutur Ronald.
Namun ketika Ronald menyambangi kembali Warung Indomie langganannya, dia melihat warung
tersebut juga mulai menjual Mie Sedaap—walaupun, hanya beberapa bungkus. ”Saya juga melihat spanduk
biru yang bututnya sudah diganti dengan spanduk Warung Sedaap yang bagus dan kinclong. Menurut
pedagangnya, laku tidak laku Mie Sedaap-nya, dia diberikan insentif Rp 50 ribu per bulan,” ungkap Ronald
mulai menangkap gejala sebuah aktivitas akuisisi sedang berlangsung. ”Semoga kali ini Indomie tidak tutup
mata dan terlambat bertindak. Kecepatan beraksi dan ketepatan bertindak adalah cara jitu memukul market
leader,” ucap Ronald mengingatkan.
Pengaruh Biaya Promosi dan Biaya Distribusi Terhadap Penjualan
Pengaruh Biaya Promosi dan Biaya Distribusi Terhadap Penjualan Pada PT. Indofood Sukses
Makmur, TBK. Dalam bauran pemasaran dikenal dengan produk, harga, promosi, dan distribusi yang
tujuannya untuk meningkatkan penjualan. Promosi adalah kegiatan pemasaran yang sangat penting bagi
perusahaan untuk memperkenalkan produknya kepada konsumen, sedangkan distribusi merupakan proses
pendistribusian produk dan jasa yang sesuai dan terorganisir sehingga terjadi keefektifan penjualan.
Kegiatan promosi harus sejalan dengan rencana pemasaran yang diarahkan dan dikendalikan untuk
mengembangkan laju perusahaan. Promosi yang tidak terkendali akan menurunkan tingkat penjualan,
sehingga biaya yang dikeluarkan untuk promosi merupakan pemborosan, sedangkan saluran distribusi
dipakai oleh semua perusahaan untuk memproduksi barang dengan kualitas yang baik, namun banyak pula
yang gagal memenuhi target pasarnya. Keadaan ini disebabkan oleh kebijakan distribusi yang kurang tepat
sehingga barang yang dihasilkan kurang laku dipasar dan menyebabkan banyak konsumen merasa kurang
puas. Dengan demikian, saluran distribusi memeliki peranan penting bagi kelangsungan hidup dan tumbuh
perusahaan.
Saluran Distribusi
Setiap perusahaan barang dan jasa tidak akan lepas dari masalah penyaluran barang yang dihasilkan
atau barang yang akan dijual ke konsumen. Para produsen berhak menentukan kebijakan distribusi yang
akan dipilih dan disesuaikan dengan jenis barang serta luasnya armada penjualan yang akan digunakan. Jika
perusahaan berada dalam persaingan yang semakin tajam, perusahaan harus segera mengadakan penelitian
terhadap pasarnya. Penelitian tersebut untuk mengetahui kebutuhan serta selera konsumen dan jika mungkin
menstimulir permintaan serta menciptakan langganan (Kotler, 2006). Ada beberapa alternatif yang mungkin
dipilih penjual dalam mendistribusikan produknya kepada konsumen, yaitu :
(1) manufaktur → konsumen,
(2) manufaktur → pedagang eceran → konsumen,
(3) manufaktur → pedagang besar → pedagang eceran → konsumen dan
(4) manufaktur → agen → pedagang besar → pedagang eceran →konsumen
Promosi
Promosi merupakan aktivitas pemasaran untuk mengkomunikasikan informasi tentang perusahaan
dan produknya kepada konsumen sehinggga menciptakan permintaan (Burnett, 2000). Untuk dapat
mengkomunikasikan produknya dengan efektif, perusahaan harus menentukan terlebih dahulu pasar
sasarannya (target market) dan mengkombinasikan dengan alat promosi seperti periklanan, promosi
penjualan, hubungan masyarakat, pemasaran langsung dan tenaga penjual sedemian rupa sehingga
konsumen dapat mengenal produk perusahaan dan tertarik untuk membeli produk tersebut (Payne, 2000).

Visi Perusahaan dan Kegiatan Pemasaran


Visi Indofood Sukses Makmur, Tbk. Adalah menciptakan pilihan menjadi penyedia utama makanan
dan consumer products bermerek terkemuka bagi jutaan consumen di Indonesia dan juga diberbagai penjuru
dunia. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. Mempunyai 63 perusahaan termasuk anak cabangnya dengan
jaringan distribusinya meliputi lebih dari 350 depot dengan jumlah karyawan tetap sampai dengan 31
Desember 2006 sebanyak 49.367 karyawan tetap dan 1200 kendaraan operasional.
kegiatan pemasaran memegang peranan sangat penting dalam menjual produknya kepada masyarakat
dengan cara :
(1) penjualan langsung, yaitu dilakukan dengan menggunakan armada penjualan sendiri yang beroprsi di
DKI Jakarta, Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi,
(2) penjualan tidak langsung, meliputi wilayah pemasaran di seluruh Indonesia. Dilakukan lewat distributor
lalu pengecer dan grosir baru ke konsumen akhir, dan
(3) lewat promosi, melalui media cetak maupun elektronik.
Data Biaya promosi, biaya distribusi dan penjualan.
Tabel berikut adalah rekapitulasi data biaya promosi, biaya distribusi dan penjualan PT. Indofood
Sukses Makmur, Tbk. dari tahun 1999 sampai tahun 2006. Untuk melihat perkembangan biaya promosi, dan
biaya distribusi serta tingkat penjualan dari tahun 1999 sampai dengan 2006 dijelaskan melalui tabel dan
grafik. Dengan menggunakan tabel maupun grafik dapat dilihat tingkat kenaikan atau penurunan dari biaya
promosi, distribusi maupun penjualan. Pada tabel 1 terlihat bahwa perkembangan biaya promosi dari tahun
ke tahun mengalami kenaikan. Tahun 1999 sampai tahun 2006 mengalami kenaikan 17.09% tetapi pada
tahun 2002 – 2003 mengalami penurunan sampai 4.4% kemudian pada tahun 2004 mengalami kenaikan
sebesar 18.8%. Pada tahun 2005 mengalami penurunan sebesar 5.66% dan akhirnya pada tahun 2006
mengalami kenaikan sebesar 5.99%. perkembangan biaya distribusi yang mengalami kenaikan dari tahun ke
tahun kecuali pada tahun 2002 yang mengalami penurunan sebesar Rp 31 milyar. Mengalami kenaikan
maupun penurunan, misalnya pada tahun 1999 – 2001 mengalami kenaikan sebesar 27.02%, sedangkan pada
tahun 2002 mengalami penurunan yang drastis sebesar 34.04% kemudian tahun 2003 mengalami kenaikan
sebesar 48.64%, tahun 2004-2005 mengalami penurunan kembali sebesar 20.96% dan akhirnya pada tahun
2006 mengalami kenaikan sebesar 38.67%.
perkembangan penjualan dari tahun ke tahun secara fluktuasi, baik dilihat dari rupiah maupun
persentasenya. Pada tahun 1999-2000 persentase penjualan mencapai 23.42%, sedangkan pada tahun 2000-
2001 mengalami penurunan sampai dengan 11.66%. Selama tahun 2002-2003 mengalami kenaikan sebesar
11.83%, tahun 2004 mengalami penurunan sebesar 0.83%, tahun 2005 mengalami kenaikan sebesar 3.06%
dan pada akhir 2006 mengalami kenaikan sebesr 17.47%. Perkembangan biaya promosi terlihat pada gambar
1, biaya distribusi terlihat pula pada gambar 2 dan tingkat penjualan. Terlihat dengan jelas terjadinya
kenaikan dan penurunan dari tahun ke tahun. perbandingan antara biaya promosi, biaya distribusi dan tingkat
penjualan. Hal ini semakin jelas terjadinya fluktuasi dari tahun ke tahun.
Strategi Pemasaran
Dominasi PT Indofood Sukses Makmur Tbk begitu kuat walaupun sudah terjadi pergeseran. Tahun
2002 Indomie menguasai sekitar 90% pasar mie instan, tahun lalu menurun menjadi 75%. Sisanya yang 25%
dikeroyok merk mie instan lainnya. Kemunduran itu patut diwaspadai. Apalagi baru-baru ini muncul produk-
produk baru, seperti mie sedap milik PT Sayap Mas Utama yang merupakan grup dari kelompok Wings yang
diluncurkan pada Mei 2003 dan baru didistribusikan di Pulau Jawa dan Bali, namun namanya sudah mulai
diperbincangkan di kalangan pembeli di warung-warung, bahkan pasar swalayan.
Ketatnya persaingan produk mi instan disadari benar oleh manajemen PT Indofood. Sumber yang
tidak mau disebut namanya mengakui bahwa saat ini penguasaan Indofood terhadap pasar mi instan
menurun dari 90% menjadi 75%. Meski terjadi penurunan penguasaan pasar, namun divisi mie instan tetap
dapat meraih kenaikan penjualan sebesar 6,6% menjadi Rp4,5 triliun dibanding Rp4,2 triliun pada periode
yang sama 2002. Kenaikan itu antara lain dipengaruhi lebih tingginya harga jual rata-rata. Selain itu, hingga
saat ini divisi mi instan tetap dapat mempertahankan volume penjualannya sebesar 7,3 miliar bungkus.
Tentang strategi menghadapi persaingan, Indofood akan menerapkan strategi Mastering The Present,
Pre-empting the Future. Strategi ini antara lain fokus kepada organic growth, memanfaatkan competitive
advantage melalui scale, scope, span, dan speed. Selain itu akan menjalankan program cost efficiency and
cost cutting. Di samping itu tetap melanjutkan segmentasi para konsumennya dengan memperkenalkan
produk-produk dengan higher price and higher margin.
Teori-teori dari Strategi Pemasaran
Promosi
Promosi adalah suatu usaha dari pemasar dalam menginformasikan dan mempengaruhi orang atau
pihak lain sehingga tertarik untuk melakukan transaksi atau pertukaran produk barang atau jasa yang
dipasarkannya.
Tujuan Promosi
1. Menyebarkan informasi produk kepada target pasar potensial
2. Untuk mendapatkan kenaikan penjualan dan profit
3. Untuk mendapatkan pelanggan baru dan menjaga kesetiaan pelanggan
4. Untuk menjaga kestabilan penjualan ketika terjadi persaingan pasar
5. Membedakan serta mengunggulkan produk dibanding produk pesaing
6. Membentuk citra produk di mata konsumen sesuai dengan yang diinginkan
Tujuan trnsaksional system pemasaran dalam strategi pemasaran adalah :
- Tingkat konsumsi masyarakat yang maksimum
- Tingkat kepuasan konsumen yang maksimum
- Tingkat pilihan konsumen yang maksimum
- Kualitas hidup konsumen yang maksimum
Aspek pemasaran yang meliputi kegiatan :
- Perencanaaan barang
- Penetapan harga
- Program promosi
- Saluran distribusi
Saluran distribusi
Pendistribusia adalah kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar serta mempermudah penyampaian
produk dan jasa dari produsen kepada konsumen sehimgga pengguna sesuai dengan yang di perlukan. Proses
pendistribusian yang merupakan strategi pemasaran :
- Menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi pemasaran
- Memperlancar arus saluran pemasaran secara fisik dan non fisik

BAB III
PENUTUP

Perusahaan ingin mengetahui bagaimana proses keputusan pembelian mie instan, agar menghasilkan
analisis pemasaran yang cermat sehingga perusahaan tidak dirugikan karena terjadinya kekeliruan dalam
melakukan kegiatan pemasaran. Oleh karena itu, perlu diketahui respon konsumen terhadap produk miee
instan tersebut. Untuk dapat menentukan respon konsumen, terlebih dahulu perlu diidentifikasi faktor-faktor
dalam proses keputusan. Mengetahui faktor-faktor tersebut akan memudahkan perusahaan dalam mengambil
langkah dalam kegiatan pemasaran yang akan dilakukan sehingga dapat diketahui tingkat kepuasan dari
konsumen mie instan terhadap kegiatan pemasaran yang telah dilakukan perusahaan.
Pasar mi instan di Indonesia memang menggiurkan. Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap
mi cepat saji ini cukup besar. Tidak heran jika dari waktu ke waktu banyak perusahaan baru melirik pasar mi
instan. tahun ini Indofood meluncurkan strategi marketing yang lebih komprehensif yang lebih menunjukkan
jati diri Indofood sebagai market leader. Hampir semua brand dalam portfolio-nya disegarkan kembali
dengan kampanye baru maupun peluncuran produk baru.
hingga saat ini Indomie yang diproduksi PT Indofood Sukses Makmur Tbk masih menguasai pasar.
Dominasinya begitu kuat walaupun sudah terjadi pergeseran. Jika 2002 Indomie menguasai sekitar 90%
pangsa pasar mi instan, tahun lalu menurun menjadi 75%. Sisanya yang 25% dikeroyok merek mi instan
lainnya.
Tentang strategi menghadapi persaingan, Indofood akan menerapkan strategi Mastering The Present,
Pre-empting the Future. Strategi ini antara lain fokus kepada organic growth, memanfaatkan competitive
advantage melalui scale, scope, span, dan speed. Selain itu akan menjalankan program cost efficiency and
cost cutting. Di samping itu tetap melanjutkan segmentasi para konsumennya dengan memperkenalkan
produk-produk dengan higher price and higher margin.

Você também pode gostar