Você está na página 1de 26

Anatomi Otot-Otot Bola Mata

Otot-otot mata mampu menggerakkan mata dengan fungsi ganda dan untuk
pergerakkan mata tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot. Otot
penggerak mata terdiri atas 6 otot yaitu :7

Gambar 2.1 Otot Bola Mata7

1. Otot Oblik Inferior

Oblik inferior mempunyai origo pada fossa lakrimal tulang lakrimal, berinsersi
pada sklera posterior 2 mm dari kedudukan makula, dipersarafi saraf okulomotor, bekerja
untuk menggerakkan mata ke atas, abduksi, dan eksiklotorsi. 7

2. Otot Oblik Superior

Oblik superior berorigo pada anulus Zinn dan ala parva tulang sfeno di atas
foramen optik, berjalan menuju troklea dan dikatrol batik dan kemudian berjalan di atas
otot rektus superior, yang kemudian berinsersi pada sclera dibagian temporal belakang
bola mata. Oblik superior dipersarafi saraf ke IV atau saraf troklear yang keluar dari
bagian dorsal susunan saraf pusat. 7

Mempunyai aksi pergerakan miring dari troklea pada bola mata dengan kerja
utama terjadi bila sumbu aksi dan sumbu penglihatan atau mata melihat ke arch nasal.
Berfungsi menggerakkan bola mata untuk depresi (primer) terutama bila mata melihat ke
nasal, abduksi dan insiklotorsi.7 Oblik superior merupakan otot penggerak mata yang
terpanjang dan tertipis. 7

3. Otot Rektus Inferior

Rektus inferior mempunyai origo pada anulus Zinn, berjalan antara oblik inferior
dan bola mata atau sklera dan insersi 6 mm di belakang limbus yang pada persilangan
dengan oblik inferior diikat kuat oleh ligamen Lockwood. 7

Rektus inferior dipersarafi oleh n. III

Fungsi menggerakkan mata - depresi (gerak primer)

- eksoklotorsi (gerak sekunder)

- aduksi (gerak sekunder)

Rektus inferior membentuk sudut 23 derajat dengan sumbu penglihatan. 7

4. Otot Rektus Lateral

Rektus lateral mempunyai origo pada anulus Zinn di atas dan di bawah foramen
optik. Rektus lateral dipersarafi oleh N. VI. Dengan pekerjaan menggerakkan mata
terutama abduksi.7

5. Otot Rektus Medius

Rektus medius mempunyai origo pada anulus Zinn dan pembungkus dura saraf
optik yang sering memberikan dan rasa sakit pada pergerakkan mata bila terdapat neuritis
retrobulbar, dan berinsersi 5 mm di belakang limbus. Rektus medius merupakan otot mata
yang paling tebal dengan tendon terpendek.7 Menggerakkan mata untuk aduksi (gerak
primer).7

6. Otot Rektus Superior

Rektus superior mempunyai origo pada anulus Zinn dekat fisura orbita
superior beserta lapis dura saraf optik yang akan memberikan rasa sakit pada
pergerakkan bola mata bila terdapat neuritis retrobulbar. Otot ini berinsersi 7 mm di
belakang limbus dan dipersarafi cabang superior N.III.7
Fungsinya menggerakkan mata elevasi, terutama bila mata melihat ke lateral :7
- aduksi, terutama bila tidak melihat ke lateral

- insiklotorsi

Fisiologi Gerak Bola Mata


Penglihatan dipengaruhi oleh media refraksi, yaitu kornea, pupil, iris, lensa, dan
retina. Selain itu sistem penglihatan juga dipengaruhi oleh gerakan bola mata yang diatur
oleh otot penggerak bola mata / ekstraokuler 8,9
Fisiologi penglihatan normal apabila bayangan benda yang dilihat kedua mata
dapat diterima dengan ketajaman yang sama dan kemudian secara serentak dikirim ke
susunan saraf pusat untuk diolah menjadi sensasi penglihatan tunggal. Penglihatan
dipengaruhi oleh media refraksi, yaitu kornea, pupil, iris, lensa, dan retina. Selain itu
sistem penglihatan juga dipengaruhi oleh gerakan bola mata yang diatur oleh otot
penggerak bola mata / ekstraokuler10
Konvergensi
Suatu keadaan dimana sumbu penglihatan kedua mata diarahkan pada satu
titik dekat, yang mengakibatkan kedua pupil mata akan saling mendekat dalam suatu
gerakan yang terkoordinasi.
Untuk dapat mengetahui konvergensi mata maka pasien diminta untuk melihat
pensil yang diletakkan di bidang medial dari mata yang kemudian didekatkan.
Normalnya mata akan melihat pensil tunggal pada jarak 5 - 8 cm. 9
Divergensi
Kedua mata berputar untuk melihat benda jauh. Mata akan searah bila dapat
mempertahankan fusi kedua mata. Kedudukan mata normal disebut orthoforia.
2.2.1 Gerak Mata Monokuler
Duksi merupakan rotasi mata monokuler. Adduksi merupakan gerak bola mata ke
arah nasal, abduksi merupakan gerak mata ke temporal.Elevasi (supraduksi atau
sursumduksi) adalah rotasi bola mata ke atas, depresi (infraduksi atau dorsumduksi)
adalah rotasi mata ke bawah.Intorsi (incycloduction) diartikan sebagai rotasi ke arah nasal
bagian superior dari meridian kornea vertikal. Ekstorsi (excycloduction) adalah rotasi
bagian superior meridian kornea vertikal ke temporal.8
Berikut ini merupakan istilah penting yang berkaitan dengan EOM pada gerak
mata monokuler:
- Agonis: otot utama yang menggerakan mata ke arah tertentu
- Sinergis: otot pada mata yang sama yang bekerja sama dengan otot agonis untuk
menghasilkan gerakan (m. obliq inferior bersinergi dengan agonis, rektus superior
untuk elevasi bola mata).
- Antagonis: otot yang bekerja pada arah yang berlawanan terhadap otot agonis pada
mata yang sama. Misalnya, m. rektus medial dan m. rektus lateral adalah antagonis.
Hukum Sherrington tentang inervasi resiprokal menyatakan bahwa meningkatan
inervasi dan kontraksi otot-otot ekstraokuler akan diikuti oleh penurunan inervasi dan
kontraksi otot-otot antagonisnya. Misalnya pada saat abduksi, otot rektus lateral kanan
mendapatkan peningkatan inervasi, sedangkan rektus medial akan mengalami penurunan
inervasi.8
Posisi pandangan menentukan efek kontraksi EOM pada rotasi mata. Terdapat
tujuh posisi penglihatan: posisi primer dan enam posisi kardinal. Pada setiap posisi
kardinal, keenam otot ekstraokuler okulorotator memiliki efek berbeda terhadap rotasi
mata, bergantung pada hubungan visual axis mata dengan orientasi muscle plane terhadap
visual axis.
Gambar 2.2 Gerakan duksi muskulus rektus horizontal mata kanan8

Gambar 2.3 Muskulus rektus superior mata kanan8


Gambar 2.4 Muskulus rektus inferior kanan8

Gambar 2.5 Muskulus obliq superior kanan8


Gambar 2.6 Muskulus obliq inferior kanan8

2.2.2 Gerak Mata Binokuler


a. Definisi
Penglihatan binokular adalah kemampuan mata untuk mempertahankan fokus
penglihatan pada suatu objek dengan menggunakan kedua bola mata sehingga dapat
menciptakan penglihatan tunggal. Fungsi dari penglihatan ini adalah untuk menciptakan
persepsi tiga dimensi, yang terdiri dari jarak dan kedalaman suatu benda.9,10
Ketika kedua mata bergerak secara konjugat (conjugate) dan bergerak ke arah
yang sama, gerakan ini dinamakan versi. Ketika gerak mata diskonjugasi dan mata
bergerak ke arah yang berlawanan, maka pergerakan ini dinamakan vergensi (konvergensi,
divergensi, vertikal vergensi, siklovergensi).1
Dekstroversi merupakan pergerakan kedua mata ke arah kanan.Levoversi (left
gaze) adalah pergerakan kedua mata ke arah kiri.Elevasi atau upgaze (sursumversi),
merupakan rotasi kedua mata ke atas.Depresi, atau downgaze (dorsumversi) merupakan
gerak kedua mata ke bawah.Pada dekstroversi, kedua mata melakukan rotasi sehingga
bagian superior dari meridian kornea vertical bergerak ke kanan. Demikian pula,
levoversi merupakan gerak kedua mata sehingga bagian superior meridian kornea vertical
berotasi ke kiri.8
b. Fisiologi
Bola mata merupakan organ yang menerima rangsang sensoris dimana stimuli yang
diterima dari retina diterjemahkan dalam bentuk gambar oleh otak.Saraf optik dan jaras
penglihatan menghantar informasi ini ke korteks visual.
Terdapat dua sistem yang mengatur penglihatan binokular, yaitu sistem sensorik dan
motorik.Sistem sensorik retina menerima gambar dan menghantarkannya ke otak.
Sedangkan sistem motorik mengatur pergerakan kedua bola mata dalam melihat suatu
benda sehingga menghasilkan gambar yang sama di retina. Kemudian otak dapat
memproses informasi ini dalam bentuk impresi penglihatan binokular.Ada tiga tingkat
kualitas pada penglihatan binokular.
1. Simultaneous vision
Retina dari kedua mata menerima dua gambar secara bersamaan. Pada
penglihatan binokular yang normal, kedua mata memiliki titik fiksasi yang sama yang
jatuh pada fovea sentralis di setiap mata. Bayangan benda selalu jatuh di tempat yang
sama yaitu di retina.9
2. Fusi
Fusi terjadi ketika kedua retina menyampaikan gambaran penglihatan yang
sama, yang kemudian oleh otak akan digabung menjadi persepsi tunggal. Jika ada
kerusakan pada fusi akan menyebabkan diplopia.9
3. Penglihatan stereopsis
Penglihatan stereopsis adalah persepsi visual terhadap kedalaman dan
kemampuan melihat benda secara tiga dimensi.9
Horopter adalah suatu titik fiksasi yang dilihat oleh mata yang bayangannya
jatuh tepat di fovea.Selain itu daerah di anterior dan posterior dari horopter disebut
dengan area Panum.
Gambar 2.7 Horopter dan Area Panum 9

c. Supresi
Supresi adalah suatu keadaan dimana otak mengabaikan bayangan benda mata
yang lainnya untuk mencegah terjadinya diplopia. Supresi ini terjadi karena adanya
juling kongenital, satu mata sering berdeviasi, atau mata deviasi berganti dimana tidak
akan terjadi diplopia karena akan terjadi supresi pada salah satumata.9,10

A. Hukum Pergerakan Okular


i. Hukum Sherrington8,11
Hukum Sherrington menyatakan bahwa adanya peningkatan inervasi
dan kontraksi otot sinergis berhubungan dengan penurunan inervasi dan
relaksasi dari otot antagonis.
Otot sinergis adalah otot yang bekerja bersamaan untuk menggerakkan
bola mata ke satu arah. Contohnya adalah untuk melihat vertikal, otot rektus
superior dan otot oblique inferior bekerja secara sinergis untuk menggerakkan
mata ke atas.
Otot-otot yang bersinergis dapat menjadi antagonis terhadap satu sama
lainnya. Contohnya adalah otot rektus superior menyebabkan intorsi
sedangkan otot oblique inferior menyebabkan ekstorsi.
ii. Hukum Hering
Hukum Hering menyatakan bahwa untuk pergerakan kedua bola mata ke
arah yang sama, otot agonis yang berkoresponden harus menerima inervasi yang
sama sehingga tidak terjadi pergerakan satu bola mata saja. Sekelompok
pasangan otot agonis disebut yoke muscle.7,11

Mata ke atas kiri Rektus superior kanan dan oblique inferior kiri
Mata ke atas kanan Rektus superior kiri dan oblique inferior kanan
Mata ke kanan Rektus lateralis kanan dan rektus medialis kiri
Mata ke kiri Rektus lateralis kiri dan rektus medialis kanan
Mata ke bawah kanan Rektus inferior kanan dan oblique superior kiri Mata
ke bawah kiri Rektus inferior kiri dan oblique superiorkanan

Tabel 2.1 Yoke Muscle Pada Posisi Mata Tertentu 11

Istilah yoke muscles digunakan untuk mendeskripsikan dua otot (satu otot pada
satu mata) yang merupakan penggerak utama pada masing-masing mata pada arah
yang diinginkan. Masing-masing otot ekstraokuler memiliki yoke muscle pada mata
sebelahnya. Oleh karena efek kerja otot biasanya paling baik terlihat pada arah
pandangan yang ditentukan, konsep yoke muscle digunakan untuk untuk mengevaluasi
kontribusi masing-masing otot ekstraokuler dalam gerak bola mata.8
2.2.3 Posisi Bola mata
Orthoforia merupakan kondisi ideal dari kedudukan bola mata yang normal. Kerja
otot-otot mata dalam keadaan seimbang sehingga memungkinkanterjadinya fusi tanpa
usaha apapun dan penyimpangan ini tidak berubah walaupun reflek fusi diganggu. Akan
tetapi pada umumnya keadaan heteroforia ringan ditemukan pada mata orang normal.
Heteroforia adalah penyimpangan sumbu penglihatan yang tersembunyi yang masih
dapat diatasi dengan reflek fusi dan penyimpangan ini menjadi nyata bila reflek fusi
diganggu. Sementara, heterotropia adalah suatu kondisi dimana terjadi
ketidakseimbangan kedudukan bola mata yang tidak bisa diatasi oleh mekanisme fusi
sehingga terjadi deviasi ocular nyata. Fusi adalah suatu proses penggabungan secara
mental berdasarkan kemampuan otak untuk mendapatkan suatu penglihatan tunggal yang
berasal dari dua sensasi masing-masing mata.7,9,10

2.3 Pemeriksaan Motorik


Pada pemeriksaan dengan Cover-Uncover test untuk Heteroforia (diperhatikan
pergerakan mata yang ditutup): 7
 Mata bergerak kedalam (setelah tutup dibuka) Eksoforia
 Mata bergerak keluarEsoforia
 Mata bergerak keatasHipoforia
 Mata bergerak kebawahHiperforia
Pada pemeriksaan dengan cover test untuk heterotropia (diperhatikan mata yang tidak
ditutup)
 Mata bergerak kedalam (setelah satu mata ditutup)Eksotropia
 Mata bergerak keluarEsotropia
 Mata bergerak keatasHipotropia
 Mata bergerak kebawahHipertropia
Pemeriksaan gerak bola mata merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui kemampuan bola mata untuk bergerak ke segala arah dan mengetahui
kelainan otot-otot ekstraokular yang menggerakkan bola mata. Pemeriksaan gerak bola
mata terdiri dari tes duksi, versi, dan vergensi. Tes duksi merupakan pemeriksaan untuk
mengetahui fungsi rotasi dari bola mata secara monokuler. Tes versi merupakan
pemeriksaan untuk mengetahui gerakan kedua bola mata yang bergerak secara konjugasi
ke arah yang sama (ke kiri, kanan, atas, bawah). Tes vergensi merupakan pemeriksaan
untuk mengetahui gerakan kedua bola mata yang bergerak ke arah yang berlawanan (ke
medial atau lateral).
Pada keadaan normal pada tes duksi, bola mata dapat bergerak ke arah nasal/ medial
(aduksi), temporal/lateral (abduksi), superior (elevasi/supraduksi), inferior
(depresi/infraduksi).Intorsi/insikloduksi merupakan gerakan rotasi dari meridian kornea
superior ke arah nasal, sedangkan ekstorsi/eksikloduksi merupakan gerakan rotasi dari
meridian kornea superior ke arah temporal.
Pada keadaan normal pada tes versi, kedua bola mata dapat bergerak ke arah kanan
(dekstroversi), ke kiri (levoversi), ke atas (sursumversi), ke bawah (deorsumversi).
Dekstrosikloversi merupakan gerakan rotasi meridian superior kornea kedua mata ke arah
kanan pasien, sedangkan levosikloversi merupakan gerakan rotasi meridian superior
kornea kedua mata ke arah kiri pasien.
Pada keadaan normal pada tes vergensi, kedua bola mata dapat secara sinergis
bergerak ke arah medial (konvergensi) atau ke arah lateral (divergensi) secara bersamaan.
Pemeriksaan gerak bola mata dikerjakan apabila pasien datang dengan keluhan salah
satu atau kedua mata menceng atau apabila pasien mengeluh melihat dobel/ganda bila
melihat dengan kedua mata (diplopia binokular) atau pemeriksa mencurigai adanya
strabismus. Tidak ada kontra indikasi mutlak dilakukan pemeriksaan ini.12

a. Pemeriksaan Duksi dan Versi:


 Pemeriksa duduk dengan jarak sekitar 50 cm di depan pasien.
 Pemeriksa memposisikan jari telunjuk 30 cm di depan pangkal hidung pasien dan
meminta pasien melihat ke jari telunjuk pemeriksa.
 Pemeriksa meminta pasien untuk mengikuti atau melirik sesuai arah gerakan jari
telunjuk pemeriksa dan menilai pergerakan bola mata pasien.
 Pemeriksa menggerakkan jari teluntuk secara berurutan ke kiri pemeriksa kemudian
selanjutnya secara berurutan ke arah kiri atas, atas, kanan atas, kanan, kanan bawah,
bawah, dan kiri bawah. Pemeriksa mengamati gerak bola mata pasien apakah dapat
bergerak secara baik mengikuti arah jari pemeriksa.

 Catat hasil pemeriksaan dengan membuat garis palang 8 seperti berikut untuk setiap
mata (gambar dua kali untuk OD dan OS):
OD OS

 Apabila pasien dapat melirik ke ke arah yang diinginkan beri tanda panah di ujung
garis tersebut. Contoh gambar penulisan gerakan bola mata normal ODS:
OD OS

 Apabila pasien tidak dapat melirik ke arah tertentu, dapat diberikan garis tegak lurus
di ujung garis palang yang tidak bisa dilirik pasien.

b. Pemeriksaan Vergensi
 Pemeriksa duduk dengan jarak sekitar 50cm di depan pasien.
 Pemeriksa memposisikan jari telunjuk 30 cm di depan pangkal hidung pasien dan
meminta pasien melihat ke jari telunjuk pemeriksa.
 Pemeriksa meminta pasien untuk mengikuti arah gerakan jari telunjuk pemeriksa
dan menilai pergerakan bola mata pasien.
 Pemeriksa menggerakkan jari teluntuk ke depan mendekati pangkal hidung pasien
dan menilai gerakan konvergensi pasien.
 Pemeriksa menggerakkan jari telunjuk ke belakang menjauhi pangkal hidung
pasien dan menilai gerakan divergensi pasien.
Pemeriksaan Kesejajaran Bola Mata
Kelainan posisi bola mata dapat diketahui dengan adanya 9 posisi normal pergerakan
bola mata, antara lain posisi primer bola mata normal (orthoporia) adalah mata melihat
lurus kedepan, 4 posisi sekunder yaitu mata melihat lurus kedepan, lurus kebawah, lurus
kekiri dan lurus kekanan serta ada 4 posisi tertier yaitu mata melihat keatas kanan, keatas
kiri, kebawah kanan dan kebawah kiri.6
Pemeriksaan kesejajaran mata (ocular alignment) dapat dikelompokkan menjadi
tiga jenis pemeriksaan dasar yaitu cover tests, corneal light reflex test, dan subjective
test.2
a. Cover Tests (Uji Tutup Mata)
Kemampuan pergerakan mata, pembentukan bayangan dan persepsi, fiksasi foveal
pada masing-masing mata, perhatian (fokus) dan kerjasama pasien dibutuhkan untuk
pemeriksaan uji tutup mata. Terdapat 3 jenis pemeriksaan: the cover-uncover test (uji
tutup buka), the alternate cover test dan simultaneous prism and cover test (uji tutup mata
dengan prisma). Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan fiksasi kedua mata pada suatu
objek jarak dekat dan jauh.
Uji tutup buka pada satu mata (lihat gambar the monocular cover uncover tests)
merupakan pemeriksaan yang palin penting dilakukan untuk membedakan heterophoria
dengan heterotropia. Dengan satu mata tertutup (OD), pemeriksa menilai adanya
pergerakan mata (OS), jika positif menandakan heterotropia OS. Namun apabila tidak ada
pergerakan OS dan OD bergerak saat ditutup dan kembali bergerak dengan arah yang
berlawanan (mekanisme fusi) saat penutup (okluder) dibuka, keadaan ini dikenal dengan
heterophoria OD, dimana posisi mata normal sebelum dan sesudah ditutup.2
Gambar 2.8 Cover-uncover test monokuler2

Pemeriksaan alternate cover tests (lihat gambar) dapat mendeteksi deviasi laten
dan manifess dan dapat mengukur deviasi total keduanya. Pemeriksaan ini tidak dapat
membedakan foria dengan tropia. Okluder diletakkan bergantian didepan masing-masing
mata. Penting untuk memindahkan okluder secara cepat dari satu mata ke mata yang lain
untuk mencegah fusi.Masing-masing mata harus ditutup cukup lama (sedikitnya dua detik)
untuk mendapatkan disosiasi sempurna reflek binokular. Mata yang baru saja dilepaskan
okludernya akan mengadakan gerakan koreksi yang berlawanan dengan arah deviasi.
Besarnya deviasi diukur dengan menggunakan prisma untuk menghilangkan pergerakan
mata ketika penutup dipindahkan bergantian dari satu mata ke mata sebelahnya. Dan
perlu untuk meletakkan prisma secara horizontal ataupun vertikal. Besarnya deviasi
diketahui dari besarnya kekuatan prisma yang dipakai. Kekuatan prisma dinaikkan
sampai tidak ada lagi pergerakan mata dengan penutupan secara bergantian tersebut. Cara
yang tepat untuk mengukur deviasi yang besar adalah dengan meletakkan prisma didepan
kedua mata.2

Gambar 2.9 Cover test alternatif

Pemeriksaan simultaneous prism dan cover tests berguna untuk menentukan


heterotropia yang sebenarnya ketika kedua mata tidak ditutup. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan menutup mata yang berfiksasi dan pada saat yang bersamaan prisma diletakkan
didepan mata yang berdeviasi. Pemeriksaan ini diulang dengan menggunakan prisma
yang kekuatannya ditambah sampai deviasi mata tidak lagi ditemukan. Besarnya deviasi
ditentukan dari kekuatan prisma.2
Corneal Light Reflex Tests (Uji Refleks Kornea)
Pemeriksaan refleks kornea berguna untuk menentukan kesejajaran bola mata
pada pasien yang tidak kooperatif untuk dilakukan pemeriksaan cover test atau orang
yang mempunyai fiksasi yang jelek. Pemeriksaan ini terdiri dari Metode Hirschberg,
Kirmsky, dan Bruckner.2
a. Hirschberg test
Pemeriksaan refleks kornea dengan metodes Hirschberg berdasarkan kepada
reflek cahaya yang terdapat pada kornea yang timbul dari sumber cahaya yang dipegang
pemeriksa (penlight) pada jarak 33 cm. Jika mata berdeviasi maka refleks cahaya akan
jatuh pada tempat yang berbeda dibandingkan dengan mata yang berfiksasi. Reflek
cahaya bergeser ke arah nasal pada esotropia dan akan bergeser ke temporal pada
eksotropia. Jika pantulan cahaya penlight berada di tengah pupil kedua mata, maka
normal atau tidak ada deviasi, akan tetapi jika pantulan cahaya penlight berada dipinggir
pupil mata deviasi dan di tengah pupil mata yang terfiksasi maka deviasi 15 derajat, jika
pantulan sinar pertengahan pupil dan limbus pada mata deviasi dan ditengah pupil yang
fiksasi maka deviasi 30 derajat dan jika pantulan sinar dipinggir limbus mata yang deviasi
dan ditengah pupil mata yang fiksasi maka deviasi 45 derajat.8

Gambar 2.10 Hirschberg test8


b. Krimsky Test
Pemeriksaan refleks kornea metode Krimsky (lihat gambar) merupakan
modifikasi dari pemeriksaan Hirschberg, yang memungkinkan penilaian kuantitatif yang
lebih baik dari deviasi dengan menggunakan prisma. Metode Krimsky menggunakan
reflek yang dihasilkan oleh penlight pada kedua kornea. Metode yang asli meletakkan
prisma didepan mata yang berdeviasi. Metode modifikasi menempatkan prisma pada
mata yang berfiksasi. Dengan mengatur kekuatan prisma sehingga pantulan cahaya
penlight akan jatuh pada tengah kornea, memungkinkan untuk memperkirakan besarnya
deviasi.
Gambar 2.11 Krimsky test8

c. Bruckner test
Pemeriksaan Bruckner dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop direct untuk
menilai red reflex secara bersamaan pada kedua mata. Pemeriksaan dilakukan diruangan
dengan pencahayaan yang redup. Pastikan bahwa pasien melihat ke cahaya selama
pemeriksaan. Pada kasus strabismus, mata akan memberikan reflek yang tidak sama.
Mata yang berdeviasi akan memiliki reflek yang lebih bercahaya dan lebih cerah
dibandingkan mata yang berfiksasi. Pemeriksaan ini tidak dapat mengukur besarnya
deviasi. Disamping itu pemeriksaan ini juga dapat mengetahui adanya kekeruhan pada
aksis visual.
Pemeriksaan refleks kornea dapat dipegaruhi oleh adanya sudut Kappa. Sudut
Kappa (lihat gambar) merupakan sudut yang dibentuk oleh sumbu penglihatan dan sumbu
bola mata. Sudut Kappa positif pada keadaan refleks cahaya kornea deviasi ke arah nasal.
Ini menimbulkan suatu gambaran eksodeviasi dan merupakan suatu varian normal yang
terdapat pada banyak orang. Bila sumbu visual digeser ke arah temporal terhadap sumbu
bola mata maka akan terdapat sudut Kappa negatif dan mata tampak esodeviasi. Sudut
kappa tidak akan mempengaruhi pemeriksaan cover tests.
Gambar 2.12 Sudut Kappa8

d. Maddox Rod test


Pemeriksaan Maddox Rod menggunakan alat yang terdiri dari rangkaian silinder
paralel yang mengubah titik sumber cahaya menjadi bayangan garis. Alat optik silinder
menyebabkan garis cahaya terletak 90° terhadap arah silinder paralel. Karena fusi
dihalangi oleh Maddox Rod, heteroforia dan heterotropia tidak dapat dibedakan.
Pemeriksaan Maddox Rod dapat digunakan untuk memeriksa deviasi horizontal dan
vertikal.
Pemeriksaan Maddox Rod (lihat gambar) dilakukan pada jarak 33 cm dan 6 m.
Pemeriksaan Maddox Rod untuk deviasi horizontal, Maddox Rod diletakkan didepan
mata kanan dengan silinder pada arah horizontal. Pasien difiksasikan dengan titik cahaya
dan kemudian pasien melihat garis vertikal dengan mata kanan dan cahaya putih dengan
mata kiri. Jika cahaya berhimpit dengan garis, berarti ortoforia. Jika cahaya berada
disebelah kiri garis berarti terdapat esodeviasi. Jika cahaya terlihat berada di sebelah
kanan garis berarti terdapat eksodeviasi. Prosedur yang sama dengan silinder tersusun
vertikal dilakukan untuk pemeriksaan deviasi vertikal. Untuk mengukur besarnya deviasi,
pemeriksa harus menggunakan prisma dengan kekuatan yang berbeda sampai didapatkan
garis berhimpit dengan titik cahaya.
Gambar 2.13 Maddox Rod test8

e. Double Maddox Rod Test


Pemeriksaan double Maddox Rod (gambar 2.14) digunakan untuk menentukan
siklodeviasi. Maddox rod diletakkan didepan kedua mata dengan trial frame dan Maddox
Rod disusun secara vertikal. Hal ini akan menyebabkan pasien melihat bayangan garis
horizontal. Untuk memudahkan pasien mengenali dua garis, diletakkan prisma kecil base
up atau base down didepan satu mata. Pasien atau pemeriksa memutar sumbu Maddox
Rod sampai garis terlihat paralel. Derajat dan arah deviasi (insiklo atau eksiklo) dapat
ditentukan melalui sudut rotasi yang menyebabkan bayangan garis menjadi horizontal
dan parallel.8

Gambar 2.14 Double Maddox rod test8


f. Red-glass test
Uji red-glass atau uji red filter digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
diplopia dan tipe diplopia pasien. Selain itu, uji ini dapat digunakan untuk mendeteksi
supresi dan menentukan korespondensi retina.13
Sebuah kaca berwarna merah ditempatkan di depan salah satu mata pasien. Pasien
kemudian diminta memfiksasi pandangan pada sebuah sumber cahaya kecil berwarna
putih dan diminta menyatakan posisi cahaya merah; apakah berada di kanan, kiri, atas,
atau bawah cahaya putih. Pada esotropia, gambar titik fiksasi mata yang mengalami
deviasi jatuh di retina yang terletak nasal dari fovea, sehingga menghasilkan uncrossed
diplopia. Pada exotropia, gambar titik fiksasi mata yang mengalami deviasi jatuh di retina
yang terletak temporal dari fovea, sehingga menghasilkan crossed diplopia. Pada normal
retinal correspondence (NRC), tercipta gambar ganda dengan jarak yang sama dengan
sudut strabismus.14
Gambar 2.15 Uji red-glass14

BAB 3
PENUTUP
1. Gerakan bola mata dapat terjadi oleh karena kerja sama 6 pasang otot ekstraokuler.
2. Otot-otot bola mata mampu menggerakkan mata dengan fungsi ganda dan untuk
pergerakkan mata tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot
3. Keenam pasang otot-otot bola mata dipersarafi oleh saraf kranialis yaitu nervus
okulomotorius (N.III), nervus troklear (N.IV), dan nervus abdusen (N.VI).
4. Mata dengan pergerakan otot yang baik, tanpa deviasi dan penglihatan binokuler
yang baik merupakan kondisi penglihatan yang ideal
5. Otot-otot bola mata menggerakkan bola mata pada 3 sumbu pergerakan, yaitu
sumbu anteroposterior, vertikal dan nasotemporal (horizontal)
6. sistem penglihatan juga dipengaruhi oleh gerakan bola mata yang diatur oleh otot
penggerak bola mata / ekstraokuler
7. Fisiologi penglihatan normal apabila bayangan benda yang dilihat kedua mata dapat
diterima dengan ketajaman yang sama dan kemudian secara serentak dikirim ke
susunan saraf pusat untuk diolah menjadi sensasi penglihatan tunggal. Terdapat
pergerakan bola mata konvergensi dan divergensi.
8. Pemeriksaan motorik otot bola mata terdiri atas pemeriksaan duksi dan versi serta
vergensi, pemeriksaan kesejajaran bola mata yang terdiri atas cover-uncover, uji
refleks kornea

Você também pode gostar