Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun oleh:
Dosen Pembimmbing
Mal Alfahnum, S.Pd.I., M. Pd.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat
dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW,
kepada keluarganya, para sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa berada dalam
lindungan Allah SWT. Atas ridho-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Hak Asasi Manusia dan Demokrasi dalam Islam” yang merupakan salah satu
syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Besar harapan penulis, isi dari makalah ini menjadi salah satu bahan untuk menambah
ilmu dan wawasan para pembaca terkait tentang konsep Hak Asasi Manusia dan Demokrasi
dalam Islam. Namun, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu, demi kesempurnaan penulisan selanjutnya, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Akhir kata penulis ucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga apa
yang telah dihasilkan dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
A. PENDAHULUAN
Bicara masalah hak asasi manusia dan demokrasi, saat ini keduanya merupakan dua hal
yang saling terkait. Tidak ada demokrasi tanpa adanya hak asasi manusia, dan pada dasarnya
hak asasi manusia tak dapat eksis tanpa adanya demokrasi. Hal tersebut dikarenakan semua
agama, terlebih lagi yang berasal dari tradisi Ibrahim, muncul dan berkembang dengan misi
untuk melindungi dan menjunjung tinggi harkat manusia. Akulturasi dan nilai kemanusiaan
yang amat subtansial dan universal selalu mengasumsikan terwujudnya nilai keadilan dan
kemerdekaan yang diyakini sebagai hak-hak asasinya. Dalam kontek ini maka demokrasi dan
proses demokratisasi merupakan kondisi niscaya bagi terwujudnya keadilan dan hak
kemerdekaan seseorang.
Pada zaman pencerahan, demokrasi pada mulanya didefinisikan dalam pengertian yang
lebih filosofis, yakni dengan ide kedaulatan rakyat sebagai lawan kedaulatan Tuhan (teokrasi),
dan sebagai lawan kedaulatan monarki. Selain itu juga ada konsep lain tentang demokrasi yang
diajukan oleh negara ketiga (Komunis/Muslim) yang mana konsep ini dimaksudkan selain
untuk membenarkan kebijakan pemerintah, juga untuk menyesuaikan konsep demokrasi
dengan nilai-nilai pribumi dan budaya bangsa tertentu.
Ada tiga karamah (kemuliaan) yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia terlepas dari
latar belakang etnik, agama, dan politik mereka:
a. Karamah Fardiyah (kemuliaan individu) yang berarti bahwa Islam melindungi aspek –
aspek kehidupan manusia baik aspek spiritual maupun aspek material.
b. Karamah Ijtimai’yyah (kemuliaan kolektif) yang berarti bahwa Islam menjamin
sepenuhnya persamaan di antara individu – individu.
c. Karamah Siyasiyyah (kemuliaan secara politis) yang berarti bahwa Islam memberi hak
politik pada individu – individu untuk memilih atau dipilih pada posisi politik, karena
mereka adalah wakil Allah.
Wahid menyebutkan 14 poin mengenai hak asasi manusia yang yang dinyatakan dalam
Al – Qur’an, yang seluruhnya mendukung tujuan pembangunan dan pembentukan
kesempurnaan moralitas manusia. Hak – hak asasi manusia itu adalah:
1. Hak untuk hidup
2. Hak untuk memperoleh keadilan
3. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama
4. Kewajiban untuk menegakkan kebenaran dan hak untuk menolak sesuatu yang melanggar
hukum
5. Hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan negara
6. Hak untuk memperoleh kemerdekaan
7. Hak untuk memperoleh kebebasan dari ancaman dan penuntutan
8. Hak untuk berbicara
9. Hak atas perlindungan terhadap penuntutan
10. Hak untuk memperoleh ketenangan pribadi
11. Hak ekonomi, termasuk hak untuk bekerja dan mendapatkan upah yang layak
12. Hak untuk melindungi kehormatan dan nama baik
13. Hak atas harta benda
14. Hak untuk mendapat upah yang layak dan penggantian kerugian yang sepadan
Hak yang terakhir ini terutama ditujukan untuk melawan institusi pemerintah yang
membuat keputusan tanpa mempertimbangkan kerugian yang diakibatkannya bagi warga
negara. Disamping hak-hak itu, Wahid menyatakan kemungkinan mengembangkan lebih lanjut
hak-hak di atas untuk menciptakan hak asasi manusia, misalnya, hak untuk mendapatkan
perlindungan penganiyaan yang dilakukan oleh aparatur Negara.
Ada perbedaan yang prinsipil antara HAM menurut barat dengan HAM menurut islam.
HAM menurut barat bersifat anthroposentris, artinya berpusat pada manusia, sehingga ukuran-
ukuran kebenarannya adalah menurut manusia karena manusia menjadi tolak ukurnya. Dalam
hal ini HAM bertumpu pada individualisme-liberalisme, sehingga bersifat subjektifitas. Oleh
karena itu, sesuatu yang menjadi kemauan manusia, dibiarkan untuk dilaksanakan kendatipun
destruktif. Sementara HAM menurut islam bersifat theosentris, yaitu berpusat pada Allah SWT,
dalam pengertian ini bukan pada oknumnya, tetapi pada ajaranya, yaitu Al-Qur’an menurut
sunah rasul. Oleh karena itu, ukuran kebenaran yang harus diperbuat manusia adalah menurut
Allah SWT, seperti yang diajarkan dalam Al-Qur’an dan direfleksikan oleh Rasul SAW.
Sehingga, hak asasi manusia dalam islam tidak semata-mata menekankan pada hak asasi
manusia saja, tetapi hak-hak itu dilandasi kewajiban asasi manusia untuk mengabdi kepada
Allah SWT.
Demokrasi dan hak asasi manusia adalah dua hal yang saling terkait. Tidak ada
demokrasi tanpa adanya hak asasi manusia, dan pada umumnya hak asasi manusia tidak dapat
eksis tanpa adanya demokrasi. Karena semua agama, terlebih lagi yang berasal dari tradisi
Ibrahimi, muncul dan berkembang dengan misi untuk melindungi dan menjunjung tinggi harkat
manusia. Aktualisasi dari nilai kemanusiaan yang amat substansial dan universal selalu
mengasumsikan terwujudnya nilai keadilan dan kemerdekaan yang diyakini sebagai hak – hak
asasinya. Dalam kontek ini maka demokrasi dan prosesn demokratisasi merupakan kondisi
niscaya bagi terwujudnya keadilan dan hak kemerdekaan seseorang. Oleh karenanya, meskipun
agama tidak secara sistematis mengajarkan praktek demokrasi, namun agama memberikan etos,
spirit, dan muatan doktrinal yang mendorong bagi terwujudnya kehidupan demokratik.
Manusia adalah puncak ciptaan Tuhan. Ia dikirim ke bumi untuk menjadi khalifah atau
wakil – Nya. Oleh karena itu manusia merupakan subjek utama dalam roda kehidupan, dan
setiap perbuatan yang dilakukan fituntut untuk dapat membawa perbaikan manusia dengan
sesama manusia sendiri yakni mempunyai nilai kebaikan dan keluruhan. Dan itulah yang
menjadi fokus kajian HAM dan Demokrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Tim penyusun Kamus Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R.I.Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta, 1982
Kosasih Ahmad. HAM dalam Perspektif Islam; Menyikap Persamaan dan Perbedaan Antara
Islam dan Barat, Jakarta, Salemba Diniyah, 2003