Você está na página 1de 79

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah

masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin sekitar 25-50%

kematian wanita usia subur disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan

dan persalinan. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama

mortalitas wanita muda pada masa puncak produktivitasnya (Abdul Bari

Saifuddin, 2008)

Menurut WHO pada tahun 2010, sebanyak 536.000 wanita meninggal

akibat persalinan.Sebanyak 99 % kematian ibu akibat masalah persalinan atau

kelahiran terjadi di negara-negara berkembang.Rasio kematian ibu di negara-

negara berkembang merupakan tertinggi dengan 450/100.000 kelahiran hidup

jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9 negara maju dan 51 negara

persemakmuran.Menurut WHO Angka Kematian Ibu (AKI) ditahun 2011, 81

% diakibatkan karena komplikasi selama kehamilan, persalinan, dan nifas.

Bahkan sebagian besar dari kematian ibu disebabkan karena perdarahan,

infeksi, dan preeklamsia dan persalinan lama(Kemenkes, 2011).

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

melihat derajat kesehatan perempuan. AKI juga merupakan salah satu target

yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan Millenium Development

1
Goal’s (MDGs) ke-5 yang berisikan meningkatkan kesehatan ibu dimana

target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi 3/5 resiko

jumlah kematian ibu (Depkes, 2011).

Berdasarkan kesepakatan global. Sustainable Development

Golds/SDG’s, 2015) diharapkan angka kematian ibu (AKI) menurut dalam

kurun waktu 2015-2030 .berdasarkan hal itu Indonesei mempunyai komitmen

untuk menurunkan angka kematian ibu menjadi <70/100.000 KH dan angka

kematian bayi (AKB) setidaknya hingga 12/100.000 KH pada tahun 2030.

Pada saat Indonesia masih diktegorikan salah satu Negara dengan AKI

(Angka Kematian Ibu dan AKB (Angka Kematian Bayi) tertinggi (Depkes RI,

2012)

Indonesia merupakan angka tertinggi angka kematian ibu dibandingkan

negara-negara ASEAN lainnya, seperti Thailand 44 per 100.000 kelahiran

hidup, Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup, dan singapura 6 per 100.000

kelahiran hidup.Berdasarkan SDKI 2016 Indonesia telah berhasil

menurunkan angka kematian ibu dari 390 per 100.000 kelahiran hidup (2012)

menjadi 334 per 100.000 kelahiran hidup (2013).Selanjutnya turun menjadi

228 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2016).Berdasarkan hasil

pengakuan pemerintah melalui Survey Demografi Kesehatan Indonesia

(SDKI), angka kematian ibu di Indonesia melonjak drastis.Saat ini hasil

survey SDKI tahun 2016 mengatakan bahwa angka kematian ibu di Indonesia

2
mencapai 349 per 100.000 kelahiran hidup.Ini melonjak tinggi jika di

bandingkan dengan hasil survey tahun sebelumnya.(Fauzan, 2012).

Jumlah kasus kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016

sebanyak 602 kasus, mengalami penurunan dibandingkan jumlah kasus

kematian ibu tahun 2015 yang sebanyak 619 kasus. Dengan demikian angka

kematian ibu Provinsi Jawa Tengah juga mengalami penurunan dari 111,16

per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 menjadi 109,65 per 100.000

kelahiran hidup pada tahun 2016 (Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun

2016).

Menurut Survey Demografi Indonesia (SDKI) 2012, menujukan bahwa

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2007 yaitu 228 per 100

ribu kelahiran hidup. AKI melonjak tinggi pada tahun 2012 yaitu 359 per 100

ribu kelahiran hidup.Angka ini naik 57% dibandingkan pada tahun 2007.

Penyebabnya sendiri didominasi oleh perdarahan 28%, eklamsia 24%, infeksi

11%, partus lama 5% dan abortus 5%. Partus lama atau partus macet dapat

disebabkan oleh kala 1 memanjang baik fase aktif maupun fase laten, kala II

memanjang baik karena disfungsi uterus ataupun distosia (Depkes RI, 2012).

Penyebab terjadinya angka kematian Ibu (AKI) terbesar di Indonesia

adalah pendarahan, infeksi dan eklamsi, selain itu ada juga “4Terlalu “ terlalu

muda, terlalu tua, terlalu banyak anak, terlalu sering hamil, faktor fisiologis

yang secara langsung dapat menambah angka tersebut (Saifuddin, 2009).

3
Persalinan tidak lancar dikarenakan tehnik mengejan yang salah yang

dapat mengakibatkan persalinan menjadi lama dan timbulnya asfiksia

neonatorum sehingga beresiko terjadi kematian pada ibu dan bayi.Partus lama

merupakan salah satu dari beberapa penyebab angka kematian ibu dan bayi

baru lahir. Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam

dimulai dari tanda-tanda persalinan (Saifuddin, 2009).

Partus lama akan menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga, dan kadang

dapat terjadi perdarahan post partum yang menyebabkan kematian pada ibu,

pada janin akan terjadi infeksi, cedera, dan asfiksia yang dapat menyebabkan

kematian bayi.Proses fisiologis kala dua persalinan diartikan sebagai

serangkaian peristiwa yang terjadi sepanjang periode tersebut dan diakhiri

dengan lahirnya bayi secara normal (dengan kekuatan ibu sendiri). Gejala dan

tanda kala dua juga merupakan Faktor penyebab terjadinya partus lama antara

lain karena kelainan letak janin, kelainan panggul, dan kesalahan saat

mengedan sehingga menyebabkan ibu kelelahan mengedan(Syafrudin, 2009).

Ibu hamil diharapkan memiliki pengetahuan yang baik tentang teknik

mengejan agar kemajuan persalinan yang dihadapi berjalan dengan

baik.Untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat terutama pada

ibu hamil, pendidikan kesehatan ibu hamil dapat dilakukan pada waktu

pengawasan hamil di puskesmas atau bidan prektek swasta saat pelaksanaan

posyandu dan saat diadakannya pertemuan kegiatan dilingkungannya dan saat

4
melakukan kunjungan rumah (Manuaba, 2008). Penelitian yang dilakukan

Salamah (2012) menyimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil tentang

teknik mengejan di Puskesmas Lerep Ungaran sebesar 38 orang (45,8%)

dengan pengetahuan cukup.

Mengejan merupakan reaksi tidak sadar terhadap tekanan bayi pada

dasar panggul, rasa tertekan atau gerakan bayi jauh didalam panggul yang

menyebabkan keinginan yang tak tertahan untuk mengejan yang merupakan

karakteristik dari keinginan mengejan.Teknik mengejan yang baik bermanfaat

untuk mengurangi terjadinya ruptur uteri, menghindari pembengkakan pada

mulut rahim, tenaga ibu tidak terbuang sia-sia, memberikan keleluasaan bagi

ibu pada saat mengejan dan juga dapat mengurangi terjadinya asfiksia pada

janin. Adapun hal-hal yang perlu dihindari pada saat mengejan seperti

mengangkat bokong, mengejan sebelum ada komando dari bidan, dan

berteriak (Mosjab, 2014)

Kemajuan persalinan adalah keadaan dimana terjadinya dilatasi serviks

yang biasanya dapat diukur dengan jari (1 jari sama dengan 1 cm). Dilatasi

diukur dari 1-10 cm, dan dilatasi dikatakan sudah lengkap apabila sudah

mencapai 10 cm (Stoppard, 2008). Ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi kemajuan proses persalinan seperti pengaturan posisi pasien,

kehadiran pendamping, latihan bernafas, usapan pada punggung, serta usapan

pada abdomen (Sulistyawati, 2010).

5
Penggunaan partograf dapat digunakan untuk memantau kondisi ibu

dan janin serta kemajuan proses persalinan dan mendeteksi apakah proses

persalinan berjalan secara normal sehingga penolong persalinan (bidan,

perawat, dokter umum atau spesialis obstetri) dapat membuat keputusan

klinik sebagai upaya pengenalan adanya gangguan proses persalinan atau

komplikasi dini agar dapat memberikan tindakan yang paling tepat dan

memadai [ CITATION sar091 \l 1033 ].

Akibat bayi yang mengalami akfiksia (di partograf), odema pada jalan

lahir, dan bila persalinan berlangsung lama, dapat menimbulkan komplikasi-

komplikasi, baik terhadap ibu maupun bayi sehingga dapat meningkatkan

angka kematian ibu dan anak. Hal tersebut sebenarnya bisa dihindari

seandainya ibu memahami atau mengerti teknik meneran yang benar maka

dari itu di butuhkan suatu tindakan promotif seperti penyuluhan dan

memberikan pendidikan kesehatan atau KIE (Komunikasi Informasi Edukasi)

(Setyorini, 2013).

Hasil survey pendahuluan pada tanggal 27 Februari 2018 jumlah

rata-rata kunjungan ibu bersalin di PMP Puskesmas Kramat Kab. Tegal

yaitu sebanyak 45 kunjungan ibu bersalin. Setelah peneliti melakukan

wawancara terhadap 10 ibu hamil yang berkunjung di PMP Puskesmas

Kramat Kab. Tegal didapat 3 orang ibu bersalin di PMP Puskesmas Kramat

Kab. Tegal sudah mengerti sebagian tentang posisi meneran karena sudah

mendapatkan pendidikan atau pengetahuan tentang meneran, serta pada saat

6
persalinan ibu mengikuti arahan dari penolong dan didapat 7 orang di

ruang KIA kurang mengerti tentang posisi meneran. Teknik meneran

mempengaruhi proses kelancaran dan kemajuan persalinan. Maka atas dasar

itulah peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian mengenai “Hubungan

pengetahuan ibu bersalin tentang teknik meneran dengan kemajuan

persalinan” karena pengetahuan ibu tentang meneran memegang peranan

yang sangat penting agar ibu yang mengalami persalinan dapat meneran

dengan benar atau dengan kata lain apabila seseorang ibu mempunyai

pengetahuan yang baik diharapkan dapat meneran dengan baik sehingga

mempercepat proses persalinan selain itu diharapkan ibu-ibu hamil dapat

mengetahui teknik meneran yang benar sehingga diharapkan dapat mencegah

kemungkinan terjadinya robekan perineum, asfiksia pada janin, perpanjangan

kala II, oedema pada vagina dan kehabisan tenaga Sebelum waktu persalinan

tiba.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa masih banyak ibu

hamil yang pengetahuan tentang meneran masih rendah. Hal ini

memungkinkan berhubungan dengan proses dan kemajuan persalinan.

Sehingga peneliti merumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu

“Apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu bersalin tentang teknik

meneran dengan kemajuan persalinan di PMP Puskesmas Kramat Kab. Tegal

Tahun 2018?”.

7
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisa Hubungan pengetahuan ibu bersalin tentang teknik meneran

dengan kemajuan persalinan di PMP Puskesmas Kramat Kab. Tegal Tahun

2018.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi distribusi frekuensi pengetahuan ibu bersalin tentang

teknik meneran di PMP Puskesmas Kramat Kab. Tegal Tahun 2018.

b. Mengidentifikasi distribusi frekuensi kemajuan persalinan di PMP

Puskesmas Kramat Kab. Tegal Tahun 2018.

c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu bersalin tentang

teknik meneran menurut karakteristik responden yaitu umur, pendidikan

dan paritas.

d. Menganalisis hubungan pengetahuan ibu bersalin tentang teknik

meneran dengan kemajuan persalinan di PMP Puskesmas Kramat Kab.

Tegal Tahun 2018.

8
D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang

kebidanan maternitas tentang pengetahuan teknik meneran.

2. Bagi penulis

Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari perkuliahan dan

menambah wawasan serta pengalaman nyata dalam melaksanakan

penelitian tentang teknik meneran pada ibu bersalin selama persalinan.

3. Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana kepustakaan

serta menambah informasi mahasiswa dalam melaksanakan

pembelajaran dan dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya

khususnya tentang teknik meneran pada ibu bersalin.

4. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan

bagi di PMP Puskesmas Kramat Kab. Tegal dalam meningkatkan

pelayanan kepada ibu hamil khususnya tentang edukasi posisi meneran

pada ibu hamil agar dapat mengetahui tentang teknik meneran, karena

teknik meneran sangat mempengaruhi dalam proses persalinan.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Nama Penelitidan Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian


Judul Penelitian

9
1. Arunindya,Wilda Jenis penelitian ini Penelitian saya
(2011) adalah bersifat menggunakan Jenis
observasional penelitiansurveianaliti
“Pengetahuan Ibu dengan
k adalah penelitian
Hamil Tentang menggunakan
Posisi Meneran Di rancangan penelitian diarahkan untuk
BPS Wiji Suryanti case control. Hasil menjelaskan suatu
Palur Sukoharjo” penelitian keadaan atau situasi.
menunjukkan bahwa Pendekatan dengan
Hasil penelitian rancangan penelitian
menunjukkan tingkat cross sectional.Teknik
pengetahuan ibu
pengambilan sampel
hamil tentang posisi
meneran di BPS Wiji dalam penelitian saya
Suryanti Palur dengan
Sukoharjo sebanyak Nonpropability yaitu
34 responden 7 sampling accidental
responden (20,6%) adalah teknik
dengan pengetahuan penentuan sampel
baik tentang posisi
berdasarkan
meneran,
pengetahuan cukup kebetulan, yaitu siapa
tentang posisi saja yang secara
meneran sebanyak kebetulan/incidental
23 responden bertemu dengan
(67,6%) dan peneliti dapat
pengetahuan kurang digunakan sebagai
tentang posisi
sampel, bila
meneran sebanyak 4
responden (11,8%). dipandang orang yang
Persamaan penelitian kebetulan ditemui itu
ini dengan penelitian cocok sebagai sumber
sebelumnya adalah data, sedangkan
variabel penelitian. variabelnyamengguna
Sedangkan
kan varabel bebas
perbedaan penelitian
ini adalah Pengetahuan
denganpenelitianseb ibu hamiltentang
elumnyaadalah jenis teknik meneran dan
penelitian, variabel terikat adalah
waktupenelitian, Kemajuan persalinan
populasi,jumlahresp di PMP Puskesmas
onden,uji
Kramat Kab. Tegal
statistikdan teknik
sampling. Tahun 2018 Tegal.
Uji statistik yang
digunakan adalah chi
square.

10
2. Nurmalika (2013). Jenis penelitian Penelitian saya
deskriptif kuantitatif. menggunakan Jenis
“Tingkat Penelitian ini penelitiansurveianaliti
Pengetahuan Ibu dilakukan di BPS
k adalah penelitian
Hamil Tentang Anik Soeroso
Posisi Meneran di Surakarta pada diarahkan untuk
BPS Anik Soeroso tanggal 20 Januari menjelaskan suatu
Surakarta Tahun sampai 20 Februari keadaan atau situasi.
2013”. 2013. Jumlah sampel Pendekatan dengan
dalam penelitian rancangan penelitian
sebanyak 50 ibu cross sectional.
hamil dari populasi
Teknik pengambilan
sebanyak 68 ibu
hamil dengan teknik sampel dalam
sampling penelitian saya
menggunakan dengan
insidental sampling. Nonpropability yaitu
Instrumen dalam sampling accidental
penelitian ini adalah adalah teknik
kuesioner tertutup.
penentuan sampel
Variabel penelitian ini
merupakan variabel berdasarkan
tunggal dan analisis kebetulan, yaitu siapa
data menggunakan saja yang secara
analisis univariat. kebetulan/incidental
Tingkat Pengetahuan bertemu dengan
Ibu hamil tentang peneliti dapat
posisi meneran di
digunakan sebagai
BPS Anik Soeroso
Surakarta mayoritas sampel, bila
pada tingkat dipandang orang yang
pengetahuan cukup kebetulan ditemui itu
yaitu sebanyak 34 cocok sebagai sumber
responden(68%). data, sedangkan
Persamaan penelitian
variabelnyamengguna
ini dengan penelitian
sebelumnya kan varabel bebas
adalahvariabel adalah Pengetahuan
penelitian. ibu hamiltentang
Sedangkan teknik meneran dan
perbedaan penelitian variabel terikat adalah
ini Kemajuan persalinan
denganpenelitianseb
di PMP Puskesmas
elumnyaadalah jenis
penelitian, Kramat Kab. Tegal
waktupenelitian, Tahun 2018 Tegal.
populasi Uji statistik yang
jumlahrespondenuji digunakan adalah chi

11
statistikdanteknik square.
sampling.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui dan dipahami yang didasari

kemampuan dalam berpikir, merasa, dan mengindra, baik diperoleh secara

sengaja maupun tidak (Maufur, 2008). Pengetahuan adalah hasil dari tahu.

Terjadinya pengetahuan adalah setelah seseorang melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran penciuman, rasa, dan

raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan

pendengaran, yakni mata dan telinga.Pengetahuan atau kognitif adalah domain

yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo,

2010).

2. Jenis Pengetahuan

Pengetahuan seseorang berbeda-beda. Menurut Notoatmodjo (2010)

pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan,

yaitu:

a. Tahu (Know)

12
Tahu merupakan tingkatan terendah dalam domain kognitif.Tahu

berarti dapat mengingat dan menyebutkan kembali suatu bahan atau

materi.Dalam hal ini tahu tentang toilet training.Pengukuran tercapainya

kualitas pengetahuan ini adalah dengan menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan tentang pasient safety.

b. Memahami (Comprehension)

Seseorang yang telah memahami suatu hal dapat menjelaskan objek

yang diketahui dengan benar.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

d. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungakan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu

hal baru dari hal-hal yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan,

meringkaskan, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau

rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

13
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan pekerjaan

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilaksanakan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin

diukur dari subjek penelitian. Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur

dapat disesuaikan dengan tingkatan di atas.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa factor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang yaitu :

a. Pendidikan

Tingkat pendidikan yang tinggi akan menambah dan memperluas

pengatahuan.

b. Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengaruh untuk menghasilkan perubahan atau

peningkatan pengetahuan.

c. Sosial budaya

Kondisi sosial budaya merupakan hal yang berpengaruh pada

pengetahuan, sikap dan persepsi seseorang.

d. Ekonomi

Ekonomi tidak mempengaruhi secara langsung, namun tingkat

ekonomi dapat mempengaruhi seseorang mendapatkan informasi.

14
e. Lingkungan

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke

dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.

f. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan merupakan cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan

masalah yang dihadapi masa lalu.

g. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan

pola pikirnya, sehingga pengetahuannya yang diperolehnya semakin

membaik.

h. Pengukuran Pengetahuan

Menurut teori Lawrence Green (dalam Notoatmodjo, 2010) bahwa

perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh

pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi sebagai faktor predisposisi

disamping faktor pendukung seperti lingkungan fisik, prasarana atau faktor

pendorong yaitu sikap dan prilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya.
Pengukuran pengetahuan menurut Arikunto (2012), dapat dilakukan

dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

ingin diukur dengan objek penelitian atau responden. Data yang bersifat

kualitatif di gambarkan dengan kata-kata, sedangkan data yang bersifat

kuantitatif terwujud angka-angka, hasil perhitungan atau pengukuran, dapat

diproses dengan cara dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang

15
diharapkan dan diperoleh persentase, setelah dipersentasekan lalu

ditafsirkan kedalam kalimat yang bersifat kualitatif.

1) Kategori baik yaitu menjawab benar 76%-100% dari yang diharapkan

2) Kategori cukup yaitu menjawab benar 56%-75% dari yang diharapkan.

3) Kategori kurang yaitu menjawab benar <56% dari yang diharapkan.

B. Meneran

1. Pengertian

Meneran menurut,[ CITATION Yey09 \l 1033 ] yaitu peningkatan

tekanan intra-abdomen yang diciptakan oleh kontraksi otot-otot abdomen.

Terkadang ibu merasa khawatir dalam menjalani kala dua persalinan.

Berikan rasa aman dan semangat serta tenteramkan hatinya selama proses

persalinan berlangsung. Dukungan yang diberikan dapat dilakukan oleh

suami, keluarga, teman dekat, atau tenaga profesional kesehatan. Salah satu

prinsip asuhan sayang ibu yaitu mengikut sertakan suami dan keluarga selama

proses persalinan dan kelahiran bayi dan perhatian akan mengurangi

perasaan tegang, membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran

bayi.

2. Teknik Meneran yang Benar

Pada permulaan Kala II umumnya kepala janin telah masuk dalam ruang

panggul, ketuban yang menonjol biasanya akan pecah sendiri, bila belum

pecah, harus dipecahkan. His datang lebih sering dan lebih kuat, lalu timbullah

his meneran. Ada 2 teknik meneran:

a. Letak berbaring merangkul kedua paha dengan kedua lengan sampai batas

16
siku, kepala diangkat sedikit hingga dadu mengenai dada, mulut dikatub.

b. Dengan sikap seperti tersebut, tetapi badan miring kearah punggung janin

berada dan hanya satu kaki yang dirangkul, yaitu yang sebelah

atas[ CITATION Moc11 \l 1033 ]

3. Cara meneran

a. Anjurkan ibu untuk mengikuti dorongan alamiyahnya selama kontraksi

b. Beritahukan untuk tidak menahan nafas saat meneran

c. Minta ibu untuk berhenti meneran dan beristirahat di antara kontraksi

d. Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebih mudah

meneran jika lutut ditarik kearah dada atau dagu ditempelkan ke dada

e. Minta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran

f. Tidak diperbolehkan untuk mendorong fundus untuk membantu kelahiran

bayi. Dorongan pada pundus meningkatkan risiko distosia bahu dan ruptura

uteri [ CITATION JNP16 \l 1033 ]

4. Teknik meneran untuk Kala II

a. Meneran spontan

Wanita mulai menarik nafas dengan cara yang memuaskannya dan

meneran ketika ia menginginkannya selama ia menekan keinginan untuk

meneran, setiap usaha meneran biasanya berlangsung 3 sampai 7 detik,

wanita dapat menahan nafas, meirintih atau berteriak selama kontraksi, dan

dapat mengambil nafas cepat-cepat beberapa detik diantara usaha meneran.

a. Meneran dengan pengarahan sendiri

Meneran dengan pengarahan sendiri digunakan jika wanita

merasakan keinginan untuk meneran spontan, pemberi perawatan dapat

17
mengajarkan wanita untuk membuka matanya dan mengarahkan

pandangan dan usaha menerannya ke luar pintu vagina.

b. Meneran dengan diarahkan

Wanita diharapkan untuk menahan nafas dan meneran selama 10

detik atau lebih pada satu waktu dengan hanya satu kali nafas pendek

diantara usaha meneran, teknik ini kadang kala dikatakan sebagai teknik

meneran ungu yang menggambarkan warna di wajah wanita setelah

beberapa kontraksi[ CITATION Yey09 \l 1033 ]

5. Teknik meneran yang benar dan efektif

a. Mendengarkan komando penolong, penolong akan meminta menarik nafas

dalam, menahannya dengan mulut tertutup, lalu meneran kearah bawah

dengan panggul tetap menempel di atas tempat tidur, saat meneran dagu

diletakkan di dada, sehingga anda bisa melihat perut.

b. Ikuti irama tubuh saat meneran, jangan menahan sesuatu seperti nafas,

tubuh (dengan mengangkat bokong atau menahan dorongan meneran itu

sendiri (misalnya karena takut feses keluar dari anus) karena membuat

proses meneran tidak maksimal.

c. Bila perut sudah dalam keadaan rileks, anda akan diminta berhenti meneran

dan beristirahat sambil menunggu kontraksi berikutnya.

d. Sambil istirahat, lakukan nafas pendek-pendek lewat mulut (Heni, 2009)

6. Kesalahan yang sering dilakukan saat meneran(Ningsi, 2010)

a. Menutup mata

18
Lebih baik membuka mata dan arahkan pandangan kearah perut,

menutup mata saat meneran akan membuat tekanan pada mata yang

menyebabkan mata menjadi meran dan baru hilang beberapa hari kemudian.

b. Mengangkat panggul

Hal ini bisa membuat robekan perineum lebih lebar sehingga anda

akan banyak menerima jahitan.

a. Berteriak

Berteriak untuk melepaskan rasa sakit yang begitu hebat pada proses

persalinan tidak bagus karena selain menguras tenaga juga membuat

tenggorokan kering, buruk, serak dan suasana menjadi panik.

b. Meneran sebelum ada instruksi

Lakukan bernfas pendek-pendek dan cepat sebelum pembukaan lengkap

dan ada instruksi, sembarangan meneran selain membuang tenaga

percuma, meneran tidak teratur juga menyebabkan jalan lahir bengkak.

c. Menahan meneran

Terkadang menahan meneran karena takut feses ikut keluar dari anus

d. Bernafas serabutan

Tehnik bernafas yang benar, menjadi sumber tenaga saat meneran dan

mengurangi rasa sakit (Ningsi, 2010)

7. Macam-Macam PosisiMeneran

Macam-macam posisi meneran menurut [ CITATION JNP16 \l 1033 ]

meliputi:

19
a. Duduk atau setengah duduk

Gambar 2.1 Posisi Meneran Duduk atau Setengah Duduk

Posisi duduk atau setengah duduk, sering kali nyaman bagi ibu dan ibu bisa

istirahat dengan mudah diantara kontraksi jika merasa lelah.Keuntungan

dari posisi ini adalah memudahkan melahirkan kepala bayi.Bagi bidan

lebih mudah untuk membimbing kelahiran kepala bayi dan memperhatikan

perineum.

b. Merangkak

Gambar 2.2 Posisi Meneran Merangkak

Posisi merangkak seringkali merupakan posisi yang baik

bagiibuyangmengalaminyeripunggungsaatpersalinan.Selain itu dapat

membantu bayi melakukan rotasi dan peregangan minimal padaperineum.

20
c. Jongkok atau berdiri

Gambar 2.3 Posisi Meneran Jongkok atau Berdiri

Posisi jongkok atau berdiri dapat mempercepat kala I

persalinandanmengurangirasanyeriyanghebat.Selainitujuga dapat

membantu penurunan kepala bayi.Namun posisi ini berisiko terjadinya laserasi

(perlukaan jalan lahir).

d. Berbaring miring ke kiri

Gambar 2.4 Posisi Meneran Miring kekiri

21
Posisi berbaring miring kekiri dapat mengurangi penekanan pada vena cava

inferior sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya hipoksia,

karena suplay oksigen tidak terganggu.Seringkali merupakan posisi yang

baik bagi ibu jika kelelahan karena ibu bisa beristirahat dengan mudah di

antara kontraksi. Posisi ini juga bisa membantu mencegah laserasi

perineum.

e. Posisi terlentang(Supine)

Gambar 2.5 Posisi Meneran Terlentang (supine)

Pada posisi terlentang dapat menyebabkan hipotensi dapat berisiko

terjadinya syok dan berkurangnya suplay oksigen dalam sirkulasi

uteroplacenta sehingga dapat menyebabkan hipoksia bagi janin, rasa nyeri

yang bertambah, kemajuan persalinan bertambah lama, ibu mengalami

gangguan untuk bernafas, buang air kecil terganggu, mobilisasi ibu kurang

bebas, ibu kurang semangat, risiko laserasi jalan lahir bertambah, dapat

mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan punggung.

22
C. Kemajuan persalinan

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan

dan informasi untuk membuat keputusan klinik [ CITATION JNP16 \l 1033 ].

1. Tujuan utama dan penggunaan partograf adalah:

a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai

pembukaan serviks melalui pemeriksaandalam.

b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan

demikian juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan

terjadinya partuslama[ CITATION sar094 \l 1033 ]

2 Manfaat Partograf:

1. Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau,

mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal

maupun yang disertai dengan penyulitan.

2. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah sakit, klinik

bidan danlain-lain).

3. Semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama

persalinan dan kelahiran dicatatsecara rutin ke dalampartograf. Semua

asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat ke dalam partograf.

a. Pencatatan Selama Fase Laten Kala Satu Persalinan

Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat dengan seksama,

yaitu :

1) Denyut jantung janin : setiap ½ jam.

2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap ½jam Nadi : setiap ½

23
jam.

3) Pembukaan serviks : setiap 4 jam.

4) Penurunan : setiap 4 jam.

5) Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam.

6) Produksi urin, aseton dan protein : setiap 2 sampai 4 jam [ CITATION

JNP16 \l 1033 ]

b. Pencatatan Selama Fase Aktif Persalinan

Menginstruksikan observasi dimulai pada fase aktif persalinan dan

menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hal-hal pemeriksaan

selama fase aktif persaalinan, yaitu :

1) Informasi tentang ibu : nama, umur, gravida para abortus, nomor

catatan medic, tanggal dan waktu dirawat, waktu pecahnya selaput

ketuban

2) Kondisi janin : DJJ, warna dan adanya air ketuban, penyusupan

(molase).

3) Kemajuan persalinan : pembukaan serviks penurunan bagian terendah,

garis waspada dan bertindak.

4) Jam dan waktu : waktu mualinya fase aktif persalinan, waktu saat

pemeriksaan

5) Kondisi ibu : nadi, tekanan darah dan temperature tubuh, urin

(volume, aseton atau protein)[ CITATION JNP16 \l 1033 ]

D. Persalinan

1. Pengertian

24
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal

dalam kehidupan. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran

janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi

baik pada ibu maupun pada janin [ CITATION sar092 \l 1033 ].

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin+uri)

yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan

lain [ CITATION Moc11 \l 1033 ].

Partus biasa (normal) disebut juga partus spontan adalah proses

lahirnyabayi pada LBK (letak belakang kepala) dengan tenaga ibu sendiri,

tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya

berlangsung kurang dari 24 jam[ CITATION Amr11 \l 1033 ].

2. Sebab-sebab persalinan

Sebab-sebab yang menimbulkan persalinan menurut [ CITATION Moc11 \l

1033 ] antara lain :

a. Teori penurunan hormon 1-2 minggu sebelum partus mulai mengalami

penurunan kadar hormon ekstrogen dan progesteron. Progesteron bekerja

sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan

pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.

b. Teori plasenta menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar ekstrogen dan

progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan

menimbulkan kontraksi rahim.

c. Teori distensi rahim; rahim yang menjadi besar dan merenggang

25
menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero

plasenter.

d. Teori iritasi mekanik; di belakang serviks terletak ganglion sevikale (fleksus

frankenhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala

janin, akan timbul kontraksi uterus.

g. Indikasi partus (induction of labour) partus dapat pula ditimbulkan dengan

gejala :

1. Gangguan laminaria–beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis

servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser.

2. Amniotomi : pemecahan ketuban.

3. Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan perinfuse.

3. Tanda-tanda inpartu

Tanda-tanda inpartu menurut[ CITATION Moc11 \l 1033 ], antara lain :

1) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.

2) Keluar ledir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-

robekan kecil pada servik.

3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

4) Pemerikasaan dalam : servik mendatar dan pembukaan telah ada.

4. Tahapan persalinan

Menurut [ CITATION Moc11 \l 1033 ]tahapan persalinan dibagi menjadi :

a. Kala I

Adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0 (nol)

sampai pembukaan lengkap (10cm), yang terbagi menjadi 2 fase:

1. Fase laten (8 jam) : pembukaan serviks yang berlangsung lambat 0 cm

26
sampai pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam.

2. Fase aktif (7 jam) : pembukaan serviks berlangsung selama 6 jamdan

dibagi atas 3 subfase.

Fase aktif di bagi menjadi 3 fase yaitu:

a) Fase akselerasi : pembukaan 3 cm menjadi 4 cm, berlangsung 2 jam.

b) Fase dilatasi maksimal : pembukaan berlangsung sangat cepat dari

pembukaan 4 cm menjadi 9 cm, berlangsung 2 jam.

c) Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat 9 cm menjadi 10 cm,

berlangsung 2 jam.

Fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravid pun terjadi

demikian, tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek.

Mekanisme membukanya seviks berbeda antara pada primigravida dan

multigravida, pada yang pertama ostium uteri internum akan membuka

terlebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Baru kemudian

osteum uteri eksternum membuka.Pada multigrvida osteum uteri internum

sudah sedikit terbuka. Osteum uteri internum dan eksternum serta penipisan

dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama.

Ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hampir atau sudah

lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan hampir

lengkap atau telah lengkap.Bila ketuban telah pecah sebelum pembukaan

mencapai 5 cm, disebut ketuban pecah dini.

Kala I selesai apabila pembukaan seviks uteri telah lengkap.Pada

primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multigravida

kira-kira 7 jam.

27
b. Kala II

Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3

menit sekali.Karena biasanya dalam hal ini janin sudah masuk ruang panggul,

maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara

reflektoris menimbulkan rasa mengedan.Wanita merasa pula tekanan pada

rectum dan hendak buang air besar.Kemudian perineum mulai menonjol dan

menjadi lebar dengan anus membuka, labia mulai membuka dan tidak lama

kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his.Bila dasar panggul

sudah lebih berelaksasi, kepala tidak masuk lagi di luar his, dengan his dan

kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput di

bawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum.Setelah istirahat

sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota bayi. Pada

primi gravida kala II berlangsung rata-rata 1,5-2 jam dan pada multipara rata-

rata 0,5-1 jam[ CITATION Moc11 \l 1033 ]

c. Kala III

Dimulai setelah bayi lahir dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan

selaput ketuban.Pada kala III persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi

mengikuti penyusutan volume rongga uterussetelah lahirnya bayi.Penyusutan

ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta.

Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran placenta

tidak berubah maka placenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari

dinding uterus. Setelah lepas (dengan gaya gravitasi) plasenta akan turun ke

bagian bawah uterus atau ke dalam vagina. Biasanya plasenta lepas dalam 5

sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan

28
pada fundus uteri.Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran

darah.Tanda-tanda lepasnya plasenta yaitu perubahan bentuk dan tinggi fundus,

tali pusat memanjang, ada semburan darah [ CITATION JNP16 \l 1033 ].

d. Kala IV

Dimulai saat plasenta lahir sampai 2 jam pertama post partum. Keduanya

baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa. Rata-rata perdarahan

normal adalah 250 cc. Perdarahan persalinan yang lebih dari 500cc adalah

perdarahan abnormal [ CITATION Pra09 \l 1033 ]

5. Faktor esensialpersalinan

1. Power

Kontraksi uterus, dinding perut dan daya meneran. Ibu melakukan

kontraksi involunter dan volunter secara bersamaan untuk mengeluarkan janin

dan plasenta dari uterus.

2. Passageway

Jalan lahir terdiri panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar

panggul, vagina, dan introitus ( lubang luar vagina ) janin harus dapat

menyesuaikan diri dengan jalan lahir tersebut.

3. Passanger

Cara penumpang ( passanger ) atau janin bergerak disepanjang jalan lahir

merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni : ukuran kepala janin,

presentasi letak kepala, letak, sikap, dan posisijanin.

4. Psikologikal respon

Penampilan dan perilaku wanita serta pasangannya secara keseluruhan

29
merupakan petunjuk yang berharga tentang jenis dukungan yang ia akan

perlukan.

5. Posisi ibu

Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan.Posisi

tegak memberikan sejumlah keuntungan.Mengubah posisi membuat rasa letih

hilang, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi.Posisi tegak meliputi

posisi berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok (Melzack, 2008).

6. Mekanisme persalinan normal

1. Engagement

Bila diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul, kepala

dikatakan telah menancap ( engaged ) pada pintu atas panggul.

2. Penurunan

Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati

panggul.Penurunan terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan dari cairan

amnion, tekanan langsung kontraksi fundus pada janin, dan kontraksi

diafragma serta otot- otot abdomen ibu pada tahap kedua persalinan.

3. Fleksi

Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding

panggul, atau dasar panggul, dalam keadaan normal fleksi terjadi dan dagu

didekatkan kearah dada janin.

4. Putaran paksi dalam

Putaran paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina

iskiadika.Setiap kali terjadi kontraksi kepala janin diarahkan ke bawah

lengkung pubis, dan kepala hampir selalu berputar saat mencapai otot

30
panggul.

5. Ekstensi

Saat kepala janin mancapai perineum, kepala akan defleksi ke arah

anterior oleh perineum. Mula-mula oksiput melewati permukaan bawah

simfisis pubis, kemudian kepala muncul keluar akibat ekstensi.

6. Restitusi dan putaran paksi luar

Restitusi adalah gerakan berputar setelah kepala bayi lahir hingga

mencapai posisi yang sama dengan saat ia memasuki pintu atas. Putaran

paksi luar terjadi saat bahu engaged dan turun dengan gerakan mirip dengan

gerakan kepala.

7. Ekspulsi

Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu

dan badan bayi di keluarkan dengan gerakan fleksi lateral kearah simfisis

pubis (Prawirohardjo, 2009).

31
E. Kerangka Teori

Pengetahuan 1. Pengertian
2. Jenis Pengetahuan
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Pengetahuan
4. Pengukuran Pengetahuan

Kemajuan
Meneran Persalinan
Persalinan

1. Pengertian 1. Tujuan 1. Pengertian


2. Teknik Meneran yang penggunaan 2. Sebab-sebab persalinan
Benar partograf 3. Tanda-tanda inpartu
3. Cara meneran 2. Manfaat 4. Tahapan persalinan
4. Teknik meneran untuk Partograf. 5. Fakto
Kala II resensialpersalinan
5. Teknik meneran yang 6. Mekanisme persalinan
benar dan efektif normal
6. Kesalahan yang sering
dilakukan saat meneran
7. Macam-Macam
PosisiMeneran
32
Gambar 2.1.Kerangka Teori

Sumber :Modifikasi Notoatmodjo (2010), Sarwono (2009) dan JNPK-KR dkk (2016)

F. Kerangka Konsep

Varibel terikat
Varibel bebas
Kemajuan persalinan di PMP
Pengetahuan ibu bersalin Puskesmas Kramat Kab. Tegal
tentang teknik meneran Tahun 2018 Tegal

Keterangan : : Yang berhubungan


: yang diteliti

Gambar 2.2.Kerangka konsep

G. Hipotesis

Menurut Riyanto (2011), hipotesis berasal dari kata hupo dan thesis,
hupo artinya kebenarannya dan thesis artinya pernyataan jadi, hipotesis
merupakan pernyataan sementara yang kebenarannya perlu diuji.
Berdasarkan kajian pustaka yang dilakukan peneliti maka hipotesisya adalah :

33
Ho : Tidak ada Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang teknik
meneran dengan kemajuan persalinan di PMP Puskesmas Kramat
Kab. Tegal Tahun 2018
Ha : Ada Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang teknik meneran
dengan kemajuan persalinan di PMP Puskesmas Kramat Kab. Tegal
Tahun 2018

BAB III

METODEPENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Keilmuan

Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu kebidanan khususnya di persalinan

2. Ruang Lingkup Masalah

Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Bersalin Tentang Teknik Meneran Dengan

Kemajuan Persalinan Di PMP Puskesmas Kramat Kab.Tegal Tahun 2018

3. Ruang Lingkup Sasaran

Sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di PMP Puskesmas

Kramat Kab.Tegal

4. Ruang Lingkup Wilayah

Penelitian ini dilakukan di PMP Puskesmas Kramat Kab.Tegal

34
5. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2018

B. Rancangan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik adalah penelitian

diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi fenomena kesehatan

yang terjadi di wilayah tertentu. Pendekatan dengan rancangan penelitian cross

sectional yaitu dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data

sekaligus pada waktu yang sama[ CITATION Not12 \l 1033 ]. Pada penelitian

ini menggunakan kuesioner dan lembar observasi yang terdiri dari kuesioner

karakteristik responden dari (umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan).


34
Dalam hal ini, peneliti ingin mengetahui Hubungan Antara Pengetahuan

Ibu Bersalin Tentang Teknik Meneran Dengan Kemajuan Persalinan di PMP

Puskesmas Kramat Kab.Tegal Tahun 2018.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan gejala/satuan yang ingin diteliti atau

keseluruhan objek penelitian[ CITATION eva10 \l 1033 ]. Populasi pada

penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin normal diPMP Puskesmas Kramat

Kab.Tegal. Pada bulan januari ada 22 ibu bersalin, bulan februari ada 9 ibu

bersalin dan bulan maret ada 18 ibu bersalin. Rata-rata jumlah ibu bersalin

yang di ruang KIA dan PMP Puskesmas Kramat Kab. Tegal sesuai HPL April-

Mei 2018 kurang lebih 45 ibu bersalin.

35
2. Sampel

Sampel merupakan sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi[ CITATION Ris10 \l 1033 ].

Menurut [ CITATION Ari13 \l 1033 ] yaitu apabila populasi kurang dari 100, maka

sampel di ambil dari keseluruhan populasi yang ada sehingga disebut penelitian

populasi. Pada penelitian ini jumlah populasi yang ada 45 (kurang dari 100)

maka, sesuai dengan pernyataan diatas semua populasi tersebut atau diatas

dijadikan sampel. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan

Nonpropability yaitu sampling accidental adalah teknik penentuan sampel

berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/incidental

bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang

orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Makapenentuan

sampel yang dikehendaki harus sesuai dengan kriteria tertentu yang telah

ditetapkan dalam penelitian, dalam hal ini adalah berupa kriteria inklusi dan

eksklusi.

a. Kriteria Inklusi

Merupakan kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili sampel

penelitian yang memenuhi syarat menjadi sampel [ CITATION Eva101 \l

1033 ]. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu :

1) Responden pasien ibu bersalin normal di PMP Puskesmas Kramat

Kab.Tegal

2) Responden yang bersalin dengan keadaan umum baik

3) Respondenibu bersalin yang tidak memiliki faktor resiko tinggi

persalinan

36
4) Bersedia menjadi responden penelitian.

b. Kriteria Eksklusi

Merupakan Kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili

sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian

[ CITATION Eva101 \l 1033 ], eksklusi dalam penelitian ini yaitu:

a. Ibu bersalin yang tidak bersedia menjadi responden penelitian

b. Responden ibu bersalin yang dinyatakan tidak dapat dilakukan

partusspontan

c. Responden ibu bersalin yang mengalami kegawat daruratan baik ibu

maupun janin.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai cirri, sifat, atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep

pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan,

pekerjaan, pengetahuan [ CITATION Not12 \l 1033 ].Penelitian ini terdiri dari dua

variabel yaitu :

1. Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab atau berubahnya suatu

variabel lain [ CITATION Eva101 \l 1033 ]. Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel bebas adalah Pengetahuan ibu hamil tentang teknik meneran.

2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena

adanya variabel lain [ CITATION Eva101 \l 1033 ]. Dalam penelitian ini yang

menjadi variabel terikat adalah Kemajuan persalinan di PMP Puskesmas

Kramat Kab. Tegal Tahun 2018 Tegal.

37
E. Definisi Operasional (DO)

Definisi operasional dibuat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau

pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan

instrument (alat ukur) [ CITATION Not12 \l 1033 ]. Adapun definisi operasional

dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional (DO)


Variabel Definisi Alat Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
ukur

Pengetahu Pemahaman ibu Kuesioner Pengisian 1. Baik, jika benar Ordinal


an ibu bersalin terkait kuesioner dapat pertanyaan (76-
bersalin Teknik meneran dengan mengisi: 100%).
0 :Salah
tentang untuk Kala 2. Cukup, jika
1 : Benar
teknik IIyang dapat . benar pertanyaan
meneran diketahui dari (51-75%).
kemampuan 3. Kurang jika
menjawab benar pertanyaan
pertanyaan. (<50%).
Kemajuan Evaluasi Lembar Pengisian Ordinal
persalinan Pembukaan observasi lembar
serviks melalui observasi dapat
pemeriksaandala dengan
m yang dapat di mengisi :
0 : Lama
observasi
1 : Normal
menggunakan
lembar
partograf.

F. Jenis dan Sumber Data


1. Alat Penelitian

38
Alat penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk memperoleh

data. Alat yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner.

Kuesioner adalah suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir-formulir,

diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek unntuk mendapatkan

tanggapan, informasi dan jawaban [ CITATION Not12 \l 1033 ].

Pada penelitian ini digunakan dua alat penelitian yaitu :

a) Kuesioner yaitu untuk mengukur pengetahuan tentang teknik meneran

kuesioner yang digunakan adalah untuk mengetahui pengetahuan ibu

bersalin tentang teknik meneran yang terdiri dari 30 pertanyaan dengan

jenis pertanyaan tertutup.Pengisian kuesioner dapat dengan mengisi 0

(Salah), 1 (Benar). Nilainya di jumlahkan dengan menggunakan

presentase. Baik jika benar pertanyaan (76-100%), Cukup jika benar

pertanyaan (51-75%), Kurang jika benar pertanyaan (<50%).

b) Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu untuk

mengetahui Kemajuan persalinan dengan cara obervasi dan mencatat

pada lembar partograf, kemudian dibuat lembar rekapitulasi hasil

pengamatan dan pencatatan partograf. Menginstruksikan observasi

dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom

untuk mencatat hal-hal pemeriksaan selama fase aktif persalinan, yaitu :

1) Informasi tentang ibu : nama, umur, G P A, tanggal dan waktu,

waktu pecahnya selaput ketuban

2) Kondisi janin : DJJ, penyusupan (molase).

3) Kemajuan persalinan : pembukaan serviks penurunan

4) Jam dan waktu : waktu mualinya fase aktif persalinan, waktu saat

39
pemeriksaan

5) Kontraksi uterus : frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit, lama

kontraksi

6) Kondisi ibu : nadi, tekanan darah dan temperature tubuh, urin

(volume, aseton atau protein).


Pengisian lembar observasi dapat dengan mengisi 0 (Lama),1

(Normal).
Proses persalinan yang normal dimulai dengan keluarna lender

bercampur darah, terbukanya jalan lahir dan kemudian diikuti oleh

pecahnya ketuban. Jika proses ini berjalan terbalik (ketuban pecah

terlebih dahulu), persalinan itu dapat dikatakan tidak normal. Untuk

primipara pada kala II membutuhkan waktu lebih kurang 2 jam dan

multipara 1 jam. Pada fase ini, normalnya kepala janin keluar

terlebih dahulu yang diikuti oleh bahu, dengan bantuan bidan atau

dokter sampai bayi keluar seutuhnya.Pada kala III fase ini

terjadisetelah bayi di lahirkan. Proses lahirnya plasenta biasanya

tidak lebih dari 30 menit. Jika plasenta tidak lahir selama 30 menit

harus dibantu dikeluarkan dengan tangan atau manual plasenta dan

dikatakan tidak normal (Ayu, 2013).


2. Jenis Data
Berdasarkan teknik pengumpulan data, data yang dikumpulkan

dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.Data primer

adalah data dikumpulkan sendiri oleh peneliti dari yang sebelumnya tidak

ada dan tujuannya disesuaikan dengan keperluan peneliti. Sedangkan data

sekunder adalah data dikumpulkan oleh pihak lain dan data sudah ada

[ CITATION Jul10 \l 1033 ]

40
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data

primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden melalui

observasi atau pengamatan ibu bersalin normal di PMP Puskesmas Kramat

Kab.Tegal.Dengan melihat teknik meneran yang dilakukan oleh ibu

bersalin.
Data sekunder didapatkan dari data persalinan di PMP Puskesmas

Kramat Kab.Tegal yang digunakan dalam penyusunan latar belakang.

G. Validitas dan Realibilitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-

benar mengukur apa yang diukur. Menurut [ CITATION Ari13 \l 1033 ]

validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang

digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Menurut

[ CITATION Ari13 \l 1033 ]. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan

untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Untuk mengukur validitas instrumen menggunakan rumus korelasi product

moment dengan rumus:

N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
r=
√ ( N ∑ X ²−(∑ X ) ² ) ∙ ( N ∑ Y ²−(∑ Y ² ))

Keterangan :
r: Koefisien korelasi setiap item
N : Jumlah sampel
X : Skor butir soal
Y : Skor total

41
Dengan kriteria pengujian apabila r hitung > r tabel dengan maka alat

ukur tersebut dinyatakan valid dan sebaliknya apabila r hitung < r tabel maka

alat ukur tersebut adalah tidak valid α =¿ 0,444


Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik

korelasi product moment dengan bantuan aplikasi SPSS.


Berdasarkan uji validitas yang dilakukan terhadap 20 responden di

Puskesmas Slerok Kota Tegal, dengan cara mengajukan 30 item pertanyaan

yang terdapat dalam kuesioner penelitian, peneliti melakukan perhitungan

terhadap kevalidan setiap item pertanyaan tersebut berdasarkan nilai r

tabelnya. Hasil uji validitas tersebut menunjukan bahwa sebanyak 28

pertanyaan valid karena r tabel > 0,444 dan 2 pertanyaan tidak valid karena r

tabel < 0,444 yaitu pertanyaan nomor 15 dan 20, yang tidak dapat dipakai

untuk penelitian.
Sedangkan realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Teknik ini dapat

digunakan untuk menentukan apakah suatu instrumen penelitian reliabel atau

tidak. Untuk itu sebelum digunakan untuk penelitian harus dites (diuji coba)

sekurang-kurangnya dua kali. Uji coba tersebut kemudian diuji dengan

tesmenggunakan rumus korelasi product moment, seperti tersebut tadi. Perlu

dicatat, bahwa perhitungan realibilitas harus dilakukan pada pertanyaan-

pertanyaan yang sudah dimiliki validitas. Dengan demikian harus menghitung

validitas terlebih dahulu sebelum menghitung reliabilitas.

Menurut (Sugiono, 2010) uji realibilitas dapat dihitung dengan

menggunakan rumus Spearman Brown, yaitu sebagai berikut :


ri 2r b
¿
1+ rb
Keterangan :
ri: Realibilitas internal seluruh instrument

42
rb: Korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua
Hasil uji reliabilitas variabel diperoleh alpha Chronbach sebesar

0,938 sehingga dikatakan reliabel karena dalam rentang 0 – 1,00 (Setawan

dan Saryono).

H. Pengolahandata dan Analisa Data

1. Pengolahan data

Tujuan pengolahan data dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh

penyajian data sebagai hasil yang berarti dan kesimpulan yang baik.Menurut

[ CITATION Not12 \l 1033 ] tahapan pengolahan data dalam penelitian

meliputi:

a. Editing (Penyuntingan Data)

Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui

kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu.Kalau ternyata masih ada

data atau informasi yang tidak lengkap dan tidak mungkin dilakukan ulang,

maka kuesioner tersebut dikeluarkan (droup out).

b. Coding (Membuat Lembaran Kode)yaitu instrument berupa kolom-kolom

untuk merekam data secara manual, lembaran atau kartu kode berisi nomor

responden dan nomor pertanyaan.

c. Scoring

Memberikan penilaian terhadap item-item yang perlu diberi nilai atau skor.

d. Data Entry (Memasukan Data)

Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode

sensual dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

e. Tabulating (Memasukan Data)

43
Membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang

diinginkan oleh peniliti.

2. Analisa data

Analisis data dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian.Untuk

alasan tersebut dipergunakan uji statistik yang cocok dengan variabel

penelitian. Dari data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan program

komputer. Karakteristik umum (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan

penghasilan) akan dianalisis dengan distribusi frekuensi. Distribusi responden

berdasarkan pengetahuan ibu bersalin tentang teknik meneran dan kemajuan

persalinan akan dianalisis dengan frekuensi dan prosentase. Uji statistik yang

digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel pengetahuan ibu

bersalin tentang teknik meneran dan kemajuan persalinan adalah chi square.

Adapun jenis analisa yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Analisa univariat

Analisa univariat disajikan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian dan variabel dengan menggunakan

tabel distribusi yang konfirmasinya dalam bentuk presentase[ CITATION

Not12 \l 1033 ]. Adapun rumus yang menjelaskan angka/nilai, jumlah dan

f
presentase masing-masing variabel, yaitu Ρ= × 100
n

Keterangan :

P : Presentase

f : Jumlah jawaban yang benar

44
n : Jumlah total pertanyaan

2) Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisa untuk mengetahui hubungan satu

variabel independent dengan satu variabel dependent. Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu bersalin

tentang teknik meneran dengan kemajuan persalinan di PMP Puskesmas

Kramat Kab.Tegal Tahun 2018. Dalam melakukan uji statistik chi square

menggunakan bantuan komputerisasi program Statistical Product and

Service Solution (SPSS). Teknik ini mempunyai kaitan yang erat dengan

rumus :

( fo−fn ) ²
x 2=∑
fn

Keterangan :
2
x : Chi kuadrat
fo : Frekuensiyang diobservasi
fn :Frekuensi yang diharapkan
(sugiono, 2010)

Dasar pengambilan keputusan berdasarkankriteria penelitian

menurut (sugiono, 2008) yang dikutip dalam (Setiawan, 2011) sebagai

berikut:

a. Ho ditolak jika Chi Square hitung >Chi Square tabel berarti ada hubungan

antara pengetahuan ibu bersalin tentang teknik meneran dengan kemajuan

persalinan.

45
b. Ho diterima jika Chi Square hitung <Chi Square tabel berarti tidak ada

hubungan antara pengetahuan ibu bersalin tentang teknik meneran dengan

kemajuan persalinan.

Sebagai pedoman untuk menginterpretasikan koefisien korelasi (r)

yang diperoleh kita gunakan tabel kekuatan hubungan berdasarkan

besarnya koefisien korelasi antar variabel (Salamah&Suyanto, 2009).

Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien korelasi (r)

Koefisien korelasi (r) Kekuatan hubungan


0,00-0,199 Tidak ada hubungan-sangat lemah
0,20-0,399 Lemah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat kuat

I. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memperhatikan prinsip-prinsip

dasar etika penelitian sebagai berikut :

1. Inform Consent (Persetujuan Riset)

Inform Consent merupakan proses pemberian informasi yang cukup dapat

dimengerti kepada responden mengenai partisipasinya dalam suatu penelitian.

Hal ini meliputi pemberian informasi kepada responden tentang hak-hak dan

tanggung jawab mereka dalam suatu penelitian dan mendokumentasikan sifat

kesepakatan dengan cara mendatangani lembar persetujuan riset bila responden

bersedia diteliti, namun apabila responden menolak untuk diteliti maka peneliti

tidak akan memaksa.

2. Anonymity (Anonim)

46
Tindakan merahasiakan nama peserta terkait dengan partisipasi mereka dalam

suatu proyek penelitian. Hal ini untuk menjaga kerahasiaan informasi yang

telah diperoleh dari responden.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Informasi atau hal-hal yang terkait dengan responden harus dijaga

kerahasiaannya. Peneliti atau pewawancara tidak dibenarkan untuk

menyampaikan kepada orang lain tentang apapun yang diketahui oleh peneliti

tentang responden di luar untuk kepentingan atau mencapai tujuan penelitian.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

47
Pada bab ini akan disajikan dan dijelaskan tentang hasil penelitian

mengenai hubungan pengetahuan ibu hamil tentang teknik meneran dengan

kemajuan persalinan di PMP Puskesmas Kramat Kab. Tegal Tahun 2018.

Penjelasan tersebut meliputi hasil pengolahan data penelitian.

Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2018 di PMP Puskesmas

Kramat Kab. Tegal Tahun 2018 terhadap 30 responden. Pengumpulan data

dilakukan menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden dan lembar

observasi. Seluruh data yang terkumpul dan telah memenuhi syarat

selanjutnya dilakukan analisis. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel.

A. Hasil penelitian

1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

a. Geografi

Penelitian mengenai tingkat pengetahuan ibu bersalin tentang

teknik meneran dengan kemajuan persalinan di PKM Kramat Kab. Tegal

Tahun 2018. Puskesmas Kramat Kab. Tegal berada di jl. Garuda No. 14

Desa Kemantran,Kec.Kramat yang terletak di sebelah Timur lapangan

Kemantran dengan posisi yang sangat strategis yaitu dalam pusat

keramaian pasar kemantran. Puskesmas Kramat juga dikelilingi beberapa

sekolah yaitu SD Negeri 02 kemantran, SMP PGRI Kemantran dan SMK

Muhammadiyah Kemantran. Puskesmas Kramat jauh dari pusat

pelayanan kesehatan lainnya seperti Rumah sakit atau Klinik yang

memiliki fasilitas lebih dari puskesmas Kramat, sehingga memungkinkan

48
masyarakat lebih dominan berkunjung ke Puskesmas Kramat.Terkait

pelayanan maternitas atau kebidanan Puskesmas Kramat sudah memiliki

fasilitas pelayanan Mampu Persalinan.

b. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di Puskesmas Kramat Kab. Tegal

yaitu terdapat fasilitas pelayanan Mampu Persalinan, pelayanan Nifas,

pelayanan Rawat Gabung, pelayanan Poli Kesehatan Umum, Poli Gigi,

Poli KB/KIA, Poli pelayanan Farmasi dan dilengkapi Ruang Tata Usaha.

2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini disajikan dalam

bentuk tabel distribusi adalah Umur, Pendidikan dan Paritas di PMP

Puskesmas Kramat Kab.Tegal.

a. Umur

Untuk melihat gambaran karakteristik responden berdasarkan umur pada

tabel 4.1

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di PMP

Puskesmas Kramat Kab.Tegal Tahun 2018

Umur Frekuensi Prosentase (%)


< 25 tahun 9 30.0
25 - 40 tahun 20 66.7
> 40 tahun 1 3.3
Total 30 100.0
Sumber : data primer diolah

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan bahwa responden terbesar ada

pada kelompok umur 25 - 40 tahun sebanyak 20 responden (66.7%),

kelompok umur < 25 tahun yaitu 9 responden (30.0%) dan kelompok

umur > 40 tahun yaitu 1responden yaitu (3.3%).

49
b. Pendidikan

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada

tabel 4.2

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan di PMP

Puskesmas Kramat Kab.Tegal Tahun 2018

Pendidikan Frekuensi Prosentase (%)


SD 19 63.3
SMP 9 30.0
SMA 2 6.7
Total 30 100.0
Sumber : data primer diolah

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa sebagian besar responden

berpendidikan SD yaitu 19 responden (63.3%). Pendidikan SMP

menunjukan 9 responden (30.0%) dan pendidikanSMA menunjukan 2

responden (6.7%).

c. Pekerjaan

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaandapat dilihat pada tabel

4.3

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di PMP

Puskesmas Kramat Kab.Tegal Tahun 2018

Pekerjaan Frekuensi Prosentase (%)


Buruh 14 46.7
Pedagang 4 13.3
Wirausaha 3 10.0

50
IRT 9 30.0
Total 30 100.0
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa jenispekerjaan responden

lebih dominan sebagai buruh yaitu 14 responden(46.7%), sisanya

menunjukan pedagangyaitu 4 responden(13.3%), Wirausaha

menunjukan3 responden (10.0%), dan IRT yaitu 9 responden(30.3%).

d. Paritas

Karakteristik responden berdasarkan paritas dapat dilihat pada

tabel 4.4

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan paritasdi PMP

Puskesmas Kramat Kab.Tegal Tahun 2018

Umur Frekuensi Prosentase (%)


Primigravida 11 36.7
Multigravida 19 63.3
Total 30 100.0
Sumber : data primer diolah

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa sebagian besar

paritasresponden yaituMultigravida 19 responden (63.3%) dan

Primigravida menunjukan 11 responden (36.7%)

3. Pengetahuan Responden

Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan responden tentang teknik

meneran adalah sebagaimana pada tabel 4.5

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu bersalin tentang teknik

meneran di PMP Puskesmas Kramat Kab.Tegal Tahun 2018

Pengetahuan teknik meneran Frekuensi Prosentase (%)


Baik 19 63.3
Cukup 7 23.3

51
Kurang 4 13.3
Total 30 100.0
Sumber : data primer diolah

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa sebagian besar

distribusiresponden berpengetahuan baik terkait teknik meneran yaitu 19

responden (63,3%).Responden dengan pengetahuan teknik meneran cukup

yaitu menunjukan 7 responden (23.3%) dan responden dengan pengetahuan

teknik meneran kurang menunjukan 4 responden (13.3%).

4. Kemajuan Persalinan

Berdasarkan hasil penelitian kemajuan persalinan ibu bersalin adalah

sebagaimana pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi kemajuan persalinan di PMP Puskesmas

Kramat Kab.Tegal Tahun 2018

Kemajuan persalinan Frekuensi Prosentase (%)


Lama 6 20.0
Normal 24 80.0
Total 30 100.0
Sumber : data primer diolah

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan distribusi responden berdasarkan

kemajuan persalinan lebih dominan menunjukan normal yaitu 24 responden

(80.0%) dan kemajuan persalinan dengan menunjukan lama adalah 6

responden (20.0%) .

52
5. Hubungan pengetahuan ibu bersalintentang teknik meneran dengan kemajuan

persalinan di PMP Puskesmas Kramat Kab. Tegal Tahun 2018

Untuk mengetahui Hubungan pengetahuan ibu bersalintentang teknik meneran

dengan kemajuan persalinan di PMP Puskesmas Kramat Kab. Tegal Tahun

2018dapat dilihat pada tabel 4.7

Tabel 4.7 Hubungan pengetahuan ibu bersalintentang teknik meneran dengan

kemajuan persalinan di PMP Puskesmas Kramat Kab. Tegal Tahun

2018

Pengetahuan ibu Kemajuan persalinan X2 P


Lama Normal Jumlah
hamil F % F % F % value
Baik 56.6 19 63.3 10.46 0.02
2 6.6 17
3
Cukup 2 6.6 5 16.6 7 23.3
Kurang 3 10 1 3.3 4 13.3
Total 7 23 30 100

Berdasarkan hasil analisis hubungan pengetahuan ibu bersalintentang

teknik meneran dengan kemajuan persalinan di PMP Puskesmas Kramat Kab.

Tegal Tahun 2018 dapat dilihat bahwa sebagian besar pengetahuan ibu

bersalinbaik menunjukan responden dengan kemajuan persalinan normal

sebanyak 17 responden (56.6%). Pengetahuan ibu bersalin cukup dapat

ditunjukan yaitu responden lebih dominan menunjukan kemajuan persalinan

normal sebanyak 5 reponden (16.6%) dan pengetahuan ibu

bersalinkuranglebih banyak menunjukan kemajuan persalinan lama sebanyak

3 reponden (3.3%).

Berdasarkan analisis bivariat uji korelasi dengan chi square dengan

53
derajat kebebasan (df) = 2 dan nilai kemaknaan 0.5 (tingkat kepercayaan

95%) diperoleh X2 hitung = 10.463 yang berarti lebih besar dari X2 tabel yaitu

3.605. Korelasi pengetahuan ibu bersalintentang teknik meneran dengan

kemajuan persalinan di PMP Puskesmas Kramat Kab. Tegal Tahun

2018menunjukkanp value = 0.02 yang berarti p value < 0.05. Hal ini

menunjukan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yeng berarti menyatakan

bahwa ada Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang teknik meneran dengan

kemajuan persalinan di PMP Puskesmas Kramat Kab. Tegal Tahun 2018.

B. Pembahasan

1. Analisa Univariat

a. Umur

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa distribusi

responden terbesar adalah pada kelompok umur 25 - 40 tahun sebanyak 20

responden (66.7%), kelompok umur < 25 tahun yaitu 9 responden (30.0%)

dan kelompok umur > 40 tahun yaitu 1 responden yaitu (3.3%).

Hasil penelitian serupa dilakukan oleh Mayasari (2010)didapatkan

jumlah responden 92% pada kategori usia non-resiko tinggi. Hasil

penelitian yang dilakukan Utami dan Lestari (2013) menunjukkan pula

jumlah respondenterbanyak berada pada kategori usia 20-34 tahun yaitu

sebanyak 95%, sedangkan sisanya sebanyak 5% berada pada kategori usia

35-65.

Kehamilan di usia<20 tahun dan >35 tahun merupakan umur

kehamilan dengan resiko tinggi, pada kehamilan di usia <20 tahun secara

54
biologis belum optimal emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang

sehingga mudah mengalami keguncangan.Usia>35 tahun berkaitan dengan

kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang

sering menimpa di usia ini.

Usiamemberikan kontribusi yang berarti bagi kematangan psikologis

ibu hamil. Teori mengatakan bahwa usia seorang ibu berkaitan dengan organ

reproduksi wanita. Usia reproduksi yang sehat dan aman adalah 20-35

tahun.

Poedji Rochjati (2013) menjelaskan bahwa ibu hamil yang berusia

lebih dari 35 tahun memiliki resiko tinggi terhadap kehamilan dan

persalinan, dimana pada usia tersebut terjadi perubahan pada jaringan alat-

alat reproduksi dan jalan lahir tidak lentur dan bahaya yang dapat terjadi

pada kelompok ini adalah antara lain persalinan lama antara lain akibat

power (tenaga) ibu dan kelainan-kelainan his.

Ibu hamil yang berusia <20 tahun memiliki masalah yang sangat

kompleks. Di samping alat reproduksinya yang belum siap, ada

kemungkinan gangguan psikologis belum siap hamil.

Berdasarkan uraian diatas peneliti menyimpulkan kehamilan pada

umur terlalu muda dan terlalu tua termasuk dalam kriteria kehamilan resiko

tinggi dimana keduanya berperan meningkatkan morbiditas dan mortalitas

pada ibu maupun janin serta erat kaitanya terhadap komplikasi medis dan

komplikasi obstetrik.

b. Pendidikan

55
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa distribusi

pendidikan responden menunjukan bahwa sebagian besar responden

berpendidikan SD yaitu 19 responden (63.3%). Pendidikan SMP

menunjukan 9 responden (30.0%) dan pendidikan SMA menunjukan 2

responden (6.7%).

Penelitian dengan hasil yang berbeda ditunjukan oleh Marpaung

(2011) mendapatkan sebanyak 46,9% ibu hamil berada pada tingkat

pendidikan perguruan tinggi disusul kemudian dengan tingkat pendidikan

SMA sebanyak 40,6%.Hal ini sesuai dengan Notoatmodjo (2010) yang

mengatakan bahwa, pendidikan mempunyai peranan penting dalam

menentukan kualitas manusia.Tingkat pendidikan masyarakat dikaitkan

dengan kemampuan dalam menyerap dan menerima informasi dalam bidang

kesehatan dan keluarga.

Menurut dictionary of education, tingkat pendidikan dapat diartikan

suatu proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan

bentuk tingkah laku lainya dalam masyarakat dan kebudayaan.Orang yang

memiliki pengetahuan tinggi diasumsikan lebih mudah menyerap informasi

(Harsono, 2009).

Pendidikan yang dijalani seseorang secara teoritis memiliki

pengaruh pada peningkatan kemampuan berpikir, dengan kata lain

seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan

yang lebih rasional, umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau hal

baru dibandingkan dengan individu yang berpendidikan lebih rendah.

56
Tingkat pendidikan ibu hamil yang tinggi mempengaruhi

penerimaan informasi sehingga pengetahuan tentang proses persalinan dan

faktor-faktor yang berhubungan dengannya menjadi lebih mudah dipahami.

Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian Maulidah (2002)

pendidikan ibu yang rendah (≤ SMP) mempunyai resiko 6 kali lebih tinggi

untuk mengalami persalinan patologis dibandingkan dengan ibu dengan

pendidikan tinggi (>SMP).Penelitian Irsal & Hasibuan (2002) juga

menerangkan bahwa pendidikan ibu yang rendah memberikan resiko 3-9

kali lipat untuk mengalami persalinan patologis.

Pendidikan bagi seseorang merupakan pengaruh dinamis dalam

perkembangan jasmani, jiwa, perasaan, sehingga tingkat pendidikan yang

berbeda akan memberi jenis pengalaman yang berbeda juga. Status

pendidikan yang rendah pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut

mudah mengalami stres sedangkan pendidikan yang tinggi akan

menyebabkan orang tersebut lebih mudah mengatasi stress(Maulidah,

2002).

Ibu hamil dengan pendidikan yang cukup tinggi dianggap telah

memliki pengetahuan yang cukup pula tentang berbagai macam risiko,

seperti nyeri, yang akan dirasakan ketik persalinan sehingga dapat

mempersiapkan kondisi psikisnya dan dapat mememinimalisir kecemasan

yang akan terjadi(Maulidah, 2002).

Hasil penelitian di dapatkan hasil mayoritas ibu hamil telah memiliki

tingkat pendidikan yang rendah sehingga hal itu turut memengaruhi

kemajuan peralinan lama.

57
c. Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa distribusi jenis

pekerjaan responden lebih dominan sebagai buruh yaitu 14

responden(46.7%), sisanya menunjukan pedagangyaitu 4 responden(13.3%),

Wirausaha menunjukan3 responden (10.0%), dan IRT yaitu 9

responden(30.3%).

Hasil penelitian dengan hasil berbeda ditunjukan Wanda (2014)

pekerjaan terbanyak adalah sebagai ibu rumah tangga yaitu berjumlah 18

primigravida (62,07%). Pekerja honorer dan pegawai swasta sebagai

pekerjaan terbanyak kedua dengan jumlah 5 primigravida (17,24%) dan di

urutan akhir adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 1 primigravida

(3,45%).

Lingkungan di mana aktivitas manusia sering dilaksanakan akan

memengaruhi cara berpikir, bersikap, maupun informasi yang didapatnya.

Dengan banyak relasi yang dipunya maka akan meningkatkan pula

informasi yang didapatBobak (2011).

Bobak (2011) menyatakan jenis pekerjaan dapat memengaruhi tinggi

rendahnya aktivitas fisik pada ibu selama masa kehamilan. Aktivitas fisik

dalam rentang rendah-sedang yang dapat menimbulkan rasa nyaman pada

ibu sangat dibutuhkan karena akan membantu menghadapi proses

persalinan.

58
Ibu hamil yang tidak banyak bergerak dalam bekerja harus lebih

sering berjalan di sekitar tempat kerja dan berupaya untuk tidak duduk atau

berdiri dalam waktu yang lama.Aktivitas diperlukan untuk mengatasi rasa

malas yang biasa muncul pada ibu hamil.

Mayoritas primigravida dalam penelitian ini adalah buruh.Hasil

wawancara peneliti mengenai aktivitas fisik pada ibu hamil tersebut

mendapatkan hasil yang sesuai dengan teori yaitu lebih banyak ibu hamil

yang melakukan aktivitas fisik yang cukup dan sesuai dengan porsinya

sehingga kemajuan persalinan lebih dominan menunjukan normal.Ibu

hamilakanmemiliki ketahanan fisik yang prima jika rajin beraktivitas

sehingga dapat menjalani persalinan lebih baik.

d. Paritas

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa distribusi paritas

responden menunjukan sebagian besar yaitu Multigravida 19 responden

(63.3%) dan Primigravida menunjukan 11 responden (36.7%).

Menurut Yuliana (2000) bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan

paritas > 5 beresiko mengalami kematian neonatal 1,89 kali lebih besar dari

pada bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan paritas 2-5.Resiko kematian

neonataldini pada bayi yang dilahirkan oleh ibu disebabkan noleh

kemunduran elastisitas jaringan yang sudah berulang kali berkontraksi pada

saat persalinan sehingga membatasi kemampuan menghentikan

perdarahan.Hal ini menyebabkan perdarahan hebat pada saat persalinan dan

membawa resiko pada kematian bayi.

59
Resiko ibu dan anak akan meningkat pada persalinan pertama,

kelima dan seterusnya. Kehamilan dan persalinan pertama meningkatkan

resiko kesehatan yang timbul karena ibu belum pernah mengalami

kehamilan sebelumnya, selan itu jalan lahir baru akan dicoba dilalui janin.

Sebalikya bila teralu sering melahirkan rahim akan menjadi semakin

melemah karena jaringan parut uterusakibat kehamilan yang

berulang.Jaringan parut ini yang menyebakan tidak adekuatnya persendian

darah ke plasenta sehingga plasenta tidak mendapat aliran darah yang

cukup untu menyalurkan nutrisi ke janin, akibatnya pertumbuhan janin

terganggu (Depkes RI, 2008).

Resiko pada paritas pertama dapat ditangani dengan asuhan

obstetrik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah

dengan keluarga bencana (Winkjosastro, 2002).Paritas ibu pada metode

persalinan fisiologis sebagian besar adalah ibu multiparitas.Hal tersebut

karena ibu multiparitas sudah memiliki pengalaman melahirkan.Selain itu

rasa nyeri persalinan ibu multiparitas tidak sehebat ketika ibu melahirkan

anak sebelumnya (Indivara, 2008).Sehingga ibu lebih tenang dan rileks

dalam menghadapi persalinan fisiologis.

Penelitian Gordon (2009) menyimpulkan wanita primipara dari

semua pengalaman umur lebih beresiko terjadi komplikasi kehamilan dan

persalinan serta lebih tinggi angka seksio cesaria.Wanita nullipara (belum

pernah melahirkan bayi hidup) mempunyai peningkatan resiko sebesar 5-6

kali untuk persalinan dengan bantuan ekstrasi vakum dibandingkan dengan

wanita multipara, dan juga peningkatan resiko sebesar 2 kali untuk

60
terjadinya robekan perineum.Wanita nulipara mempunyai resiko 3-4 kali

lebih besar untuk persalinan seksio cesarea darurat pada wanita.

Berdasarkan hasil penelitian peneliti menyimpulkan terjadinya

hambatan pada kemajuan persalinan dapat dimungkinkan karena faktor

paritas dimana dapatterjadi komplikasi kehamilan dan persalinan serta lebih

tinggi angkaterjadi kematian pada ibu dan anak akibat kehamilan dan

persalinan.

1. Pengetahuan ibu bersalin

Hasil analisis berdasarkan pengetahuan ibu bersalin menunjukan

menunjukan bahwa sebagian besar responden pengetahuan ibu bersalin adalah

baik 19 responden (63.3%).Responden dengan pengetahuan ibu

bersalincukupmenunjukan 7responden (23.3%) dan respondendengan

pengetahuan ibu bersalinkurangmenunjukan 4responden (13.3%).

Hasil penelitian dengan hasil yang sama dilakukan oleh Tri Wulandari

(2012) dengan judul Pengetahuan Ibu Bersalin Tentang Teknik meneran di

PKD Ngudi Waras Jabung Sragen, menunjukkan hasil bahwa pengetahuan ibu

bersalin tentang teknik meneran yaitu baik 76,7%, responden dengan

pengetahuan kurang 23,3%.

Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil

penggunaan panca inderanya. Pada dasarnya pengetahuan akan terus

bertambah dan bervariatif sesuai dengan proses pengalaman manusia yang

dialami (Mubarok, 2011). Pengetahuan responden tentang teknik meneran

dikarenakan cukupnya informasi yang didapat oleh responden baik dari tenaga

61
kesehatan atau atau media umum (koran, majalah, TV, buku, internet dll).

Semakin banyak informasi yang didapatkan semakin banyak pula pengetahuan

yang didapat tentang kesehatan.Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek

juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah

yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu.

Semakin banyak aspek positifdari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan

sikap makin positif terhadap obyek tersebut.

Pengetahuan berhubungan dengan jumlah informasi yang dimiliki

seseorang.Semakin banyak informasi kesehatan yang dimiliki oleh seseorang

maka semakin tinggi pula pengetahuannya. Pengetahuan ini pula yang akan

membentuk kepercayaan dan selanjutnya akan memberikan dasar dalam

mempercayai serta menentukan sikap terhadap objek tertentu. (Notoatmodjo,

2010).Salah faktor yang dapat menambah pengetahuan adalah dengan

diberikannya pendidikan kesehatan.Pendidikan kesehatan adalah adalah suatu

penerapan konsep pendidikan di bidang kesehatan.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (overt behavior).Pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan

formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana

diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi, maka orang tersebut akan

semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bahwa bukan

berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah

pula (Wawan & Dewi, 2010).

Hasil penelitian terkait pengetahuan ibu hamiltentang teknik meneran

dapat disimpulkan bahwa pengetahuanibu hamiltentang kesehatanditentukan

62
oleh perilaku, sikap, pendidikan, budaya dan sebagainya.Untuk keseluruhan

pengetahuan ibutentang cara meneran yang benar sudahcukup baik, hal ini

dapat disebabkankarena adanya informasi yang ibudapatkan dari hubungan

sosial antarkeluarga, tetangga, dan masyarakat. Ibu-ibuyang sudah melahirkan

memberikangambaran bagaimana waktu menjalanipersalinan, seperti cara

mengejan yangbenar, cara melakukan pernafasan, caramenentukan posisi yang

nyaman. Sepertihalnya menurut bahwa informasi akandidapatkan dari hasil

interaksi (hubungansosial) antar manusia atau individu.

2. Kemajuan persalinan

Hasil analisis berdasarkan distribusi kemajuan persalinanresponden

menunjukan lebih dominan normal yaitu 22 responden (73.3%) dan kemajuan

persalinan dengan menunjukan lama adalah 8 responden (26.7%) .

Hasil penelitian yang serupa ditunjukan oleh Amirudin (2015), yaitu hasil

penelitian terhadap 30 responden diketahui bahwa sebagian besar responden

mengalami kemajuan persalinan yang memanjang yaitu sebanyak 19 responden

(63,3%) dan responden dengan kemajuan persalinan normal sebanyak 11

responden (36,7%).

Kemajuan persalinan yang memanjang atau lama dapat menjadikan

kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya pelunakan dan peregangan dari

serviks, fase ini berakhir jika servik telah membuka lengkap yaitu 10 cm.

(Oxorn, 2010).Kemajuan persalinan yang lama diantaranya adalah persalinan

kala I fase aktif yaitu saat servik membuka dari 4 cm hingga pembukaan

lengkap (10 cm). Pada kala I fase aktif normalnya serviks membuka dengan

63
kecepatan 1 cm atau lebih per jam, kala I fase aktif berlangsung selama ≤ 6 jam

dan proses persalinan tidak melewati garis waspada pada partograf, apabila

persalinan melewati gariswaspada maka hal ini dapat dikatakan bahwa proses

persalinan memanjang (Mochtar, 2012).

Kemajuan persalinan yang memanjang atau lama dapat dipengaruhi usia

ibu hamil, usia merupakan salah satu faktor penyebab lama persalinan. Pada

usia ibu < 20 tahun dan > 35 tahun berpotensi dapat mengalami persalinan kala

I yang memanjang karena pada usia < 20 tahun organ-organ reproduksi ibu

masih belum berfungsi sempurna sedangkan pada usia >35 tahun sudah

mengalami penurunan fungsi organ reproduksi (Pane, 2015).

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu

hidup di luar rahim.Paritas menunjukkan jumlah anak yang pernah dilahirkan

oleh seorang wanita (Kusumawati, 2006).Diketahui bahwa kemajuan

persalinan memanjang atau lama terbanyak pada kehamilan multigravida,

primigravida dan grandemultigravida.

Paritas multigravida secara umum merupakan paritas yang paling aman

bagi wanita untuk melahirkan dan masih digolongkan dalam kehamilan dengan

risiko rendah, meskipun demikian, tetap ada faktor risiko yang menyebabkan

kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan lama yang dapat menyebabkan

kematian atau kesakitan pada ibu dan bayi, misalnya pada wanita premigravida

dan multigravida (Prawirohardjo, 2009). Hasil penelitian Supriyati

menyimpulkan bahwa ibu hamil dengan paritas 1 atau lebih dari 5 memiliki

risiko untuk mengalami persalinan lebih lama 3,86 kali lebih besar

dibandingkan ibu hamil dengan paritas 2 sampai 5 (Kusumawati, 2006).

64
Beberapa faktor penyebab paritas ibu tidak berpengaruh terhadap lama

persalinan pada penelitian ini adalah sampel dengan paritas berisiko tinggi

jumlahnya lebih sedikit sehingga kurang dapat menggambarkan kejadian

kemajuan persalinan memanjang pada kelompok primigravida dan

grandemultigravida, selain itu paritas bukan satu-satunya faktor penyebab lama

persalinan melainkan ada faktor-faktor lainnya.

Ketuban pecah dini sangat mempengaruhi kemajuan persalinan. Pada

kala satu persalinan, selaput ketuban dan bagian terbawah janin berperan untuk

membuka bagian atas vagina.Namun, setelah ketuban pecah, perubahan-

perubahan dasar panggul seluruhnya dihasilkan oleh tekanan yang diberikan

oleh bagian terbawah janin sehingga kerja hidrostatik selaput ketuban janin

menimbulkan pendataran dan dilatasi serviks. Bila selaput ketuban sudah

pecah, bagian terbawah janin yang menempel ke serviks dan membentuk

segmen bawah uterus berfungsi sama, hal ini akan mengakibatkan terjadinya

proses persalinan yang lama (Cunningham, 2011). Menurut Nurhadi (2013),

ibu yang mengalami ketuban pecah dini saat belum inpartu cenderung

mengalami persalinan yang lama,sedangkan ibu yang mengalami ketuban saat

inpartu mengalami waktu persalinan yang cenderung sesuai. Proses persalinan

seseorang dapat dipengaruhi oleh aktifitas pekerjaan yang dilakukannya selama

hamil.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang mengalami

kemajuan persalinan lama sebagian besar bekerja sebagai karyawan swasta, ibu

rumah tangga dan sebagian kecil pada responden yang bekerja sebagai PNS.

Menurut Djalaluddin (2014) ibu hamil yang bekerja dapat mengalami

65
kelelahan dan stress akibat pekerjaan. Kondisi kelelahan akan menyebabkan

kontraksi uterus tidakadekuat sehingga menyebabkan kemajuan persalinan

lama, selain itu kelelahan dan stres dapat membahayakan kesehatan janin yang

akan dilahirkan.

Gangguan kemajuan persalinan merupakan alasan pada 68 persen

kelahiran secara Seksio Sesarea yang tidak direncanakan untuk janin dengan

presentasi kepala (Gifford et al., 2000).Salah satu penyebab kurangnya

kemajuan persalinan adalah disfungsi kontraksi rahim.Penyebab kelainan

kontraksi rahim paling banyak adalah kontraksi rahim yang lemah (Steer et al.,

1985).

Pada kondisi normal, rahim berubah menjadi otot yang berkontraksi

sangat kuat saat dalam persalinan.Sirkulasi darah rahim berkurang saat

terjadinya kontraksi, akibatnya metabolisme di otot rahim kemudian berubah

menjadi dalam kondisi anaerob (Larcombe-McDouall et al., 1999).Rahim

menghadapi kondisi hipoksia yang intermiten, karena tekanan dalam rahim

selama kontraksi cukup untuk mengurangi pasokan darah dari arteri.Ketika

kontraksi mereda, laktat dan metabolit anaerob lainnya dilepaskan dan darah

dengan kandungan oksigen tinggi dialirkan ke otot rahim. Proses ini akan

menimbulkan peningkatan kadar laktat dalam jaringan dalam kadar normal,

dan merupakan tanda kemajuan yang baik dari persalinan. Kebalikannya,

kontraksi yang tidak baik atau abnormal, mengakibatkan perpindahan laktat

menjadi terganggu sehingga laktat dan metabolit lainnya akan terakumulasi.

Hal ini diyakini membuat kekuatan kontraksi rahim berkurang dan kemajuan

66
persalinan terganggu sehingga menimbulkan persalinan macet (Quenby et al.,

2014)

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan pengetahuan ibu hamiltentang teknik meneran dengan kemajuan

persalinan di PMP Puskesmas Kramat Kab. Tegal Tahun 2018

Berdasarkan hasil analisis hubungan pengetahuan ibu hamiltentang

teknik meneran dengan kemajuan persalinan di PMP Puskesmas Kramat

Kab. Tegal Tahun 2018 dapat dilihat bahwa sebagian besar pengetahuan ibu

hamilbaik menunjukan responden dengan kemajuan persalinan normal

sebanyak 17 responden (56.6%). Pengetahuan ibu hamil cukup dapat

ditunjukan yaitu responden lebih dominan menunjukan kemajuan persalinan

normal sebanyak 5 reponden (16.6%) dan pengetahuan ibu

hamilkuranglebih banyak menunjukan kemajuan persalinan lama sebanyak

3 reponden (3.3%).

Hasil penelitian serupa ditunjukan oleh Ningsih (2012) pada judul

penelitianya hubungan pengetahuan ibu hamil tentang teknik meneran

dengan kala 1 lama yaitu pengetahuan ibu hamil rendah menunjukan

responden lebih dominan menunjukan kala 1 lama sebanyak 27 responden

(72.6%).

Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh seseorang tentang

suatu hal secara formal maupun non formal. Pengetahuan adalah

merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

67
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2012). Selanjutnya

dikatakan bahwa prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

permanen dianut seseorang dibandingkan dengan prilaku yang biasa

berlaku (Suharjo, 2016).

Walkinshaw (2014) menyatakan faktor-faktor maternal seperti

kecemasan, takut dankurang persiapan seperti kurangnya pengetahuan

merupakan, faktor-faktor yang menyebabkan kemajuan persalinan

lama.Beberapa ibu merasakan bahwa melahirkan merupakan pengalaman

yang paling traumatik pada kehidupannya.Berdasarkan asumsi peneliti

pengetahuan akan teknik meneran yang benar dapat megurangi munculnya

rasa takut, nyeri, kecemasan selama proses peralinan. Apabila ibu bersalin

dihadapkan dengan situasi persalinan dengan memiliki pengetahuan akan

teknik meneran maka akan menghambat pelepasan hormon stres, yaitu

hormon katekolamin dan adrenalin. Pelepasan hormon ini dapat

menghambat pelepasan hormon oksitosin (hormon yang dihasilkan secara

alamiah oleh tubuh yang bertujuan untuk merangsang kontraksi rahim). Jika

hormon oksitosin dihambat maka akan melemahkan kekuatan dari kontraksi

rahimsehingga kemajuan persalinan menjadi lama.

Ditinjau dari faktor psikologis, salah satu penyebab partus tidak maju

adalah keadaan psikis ibu. Salah satu respon tubuh manusia terhadap

kompensasi stress adalah mensekresikan hormon katekolamin, dimana

68
secara langsung hal ini akan mengakibatkan disfungsi uterus (Reeder, 2011).

Kondisi psikis ibu erat kaitanya dengan persiapan sebelumnya diantaranya

pengetahuan terkait teknik meneran . Seorang wanita yang memahami

terkait teknik meneran yang baik dan benar sangat berpengaruh terhadap

tingkat ketakutan dan ketegangan sehingga dapat mengatasi kontraksi

selama proses persalinan. Sehingga, kemungkinan besar ibu dengan kondisi

demikian akan megalami proses persalinan yang lebih cepat dan nyaman.

Hasil uji chi square menunjukkan terdapat Hubungan pengetahuan ibu

hamil tentang teknik meneran dengan kemajuan persalinan di PMP

Puskesmas Kramat Kab. Tegal Tahun 2018 dengan p value 0,02 ≤ 0,05.

Menurut asumsi peneliti bahwa responden yang memeiliki

pengetahuan teknik meneran yang baik dan terlatih tentunya akan lebih

terampil dalam menghadapi proses persalinan normal. Tingginya

pengetahuan ibu terkait teknik meneran berpengaruh poitif terhadap

kenyamanan fisik dan emosional termasuk ukur suhu, nadi dan tekanan

darah, dalam batas normal. Setelah bayi lahir serta tanpa adanya komplikasi

kemajuan persalinan yang lama akan tercapainya kelangsungan hidup dan

kesehatan yang tinggi bagi ibu serta bayinya, melalui upaya yang

terintegrasi dan lengkap namun menggunakan intervensi seminimal

mungkin sehingga prinsip keamanan dan kualitas layanan dapat terjaga pada

tingkat yang seoptimal mungkin.

69
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :


a. Karakteristik responden berdasarkan umur sebagian besar berumur 25-40

tahun sebanyak 20 responden (66.7%)


b. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan sebagian besar

berpendidikan SD yaitu 19 responden (63.3%)


c. Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan responden lebih

dominan sebagai buruh yaitu 14 responden(46.7%)


d. Karakteristik responden berdasarkan paritas respondensebagian besar

yaituMultigravida 19 responden (63.3%)


e. Distribusi frekuensi pengetahuan ibu bersalin tentang teknik meneran

sebagian besar distribusi responden berpengetahuan baik terkait teknik

meneran yaitu 19 responden (63,3%)..


f. Distribusi frekuensidistribusi responden berdasarkan kemajuan persalinan

lebih dominan menunjukan normal yaitu 24 responden (80.0%)


g. Distribusi frekuensi pengetahuan ibu bersalin tentang teknik meneran

menurut karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan dan paritas

yaitu sebagai berikut :


1) Sebagian besar berumur 25-40 tahun yaitu 20 responden kategori

pengetahuan baik 19 responden (63,3%), pengetahuan cukup 7

responden (23,3%) dan pengetahuan kurang 4 responden (13,3%).

70
2) Sebagian besar berpendidikan SD yaitu 19 responden dengan kategori

pengetahuan baik 19 responden (63,3%), pengetahuan cukup

7responden (23,3%) dan pengetahuan kurang 4 responden (13,3%).


3) Sebagian besar jenis pekerjaan Buruh yaitu 14 responden dengan

kategori pengetahuan baik 19 responden (63,3%), pengetahuan cukup

7 responden (23,3%) dan pengetahuan kurang 4 responden (13,3%).


4) Sebagian besar paritas Multi Gravida yaitu 19 responden dengan

kategori pengetahuan baik 19 responden (63,3%), pengetahuan cukup

7 responden (23,3%) dan pengetahuan kurang 4 responden (13,3%).


5) Hubungan antara pengetahuan ibu bersalin tentang teknik meneran

dengan kemajuan persalinan di PKM Puskesmas Kramat Kab. Tegal

Tahun 2018 sebagai berikut :

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar

pengetahuan ibu hamilbaik menunjukan responden dengan kemajuan

persalinan normal sebanyak 17 responden (56.6%). Pengetahuan ibu

hamil cukup dapat ditunjukan yaitu responden lebih dominan

menunjukan kemajuan persalinan normal sebanyak 5 reponden

(16.6%) dan pengetahuan ibu hamil kurang lebih banyak menunjukan

kemajuan persalinan lama sebanyak 3 reponden (3.3%).

Berdasarkan hasil ujistatistik menunjukan bahwa ada

hubungan antara pengetahuan ibu bersalin tentang teknik meneran

dengan kemajuan persalinan di PKM Puskesmas Kramat Kab. Tegal

Tahun 2018 jadi Hal ini menunjukan bahwa Ho ditolak dan Ha

diterima yeng berarti menyatakan bahwa ada Hubungan pengetahuan

ibu hamil tentang teknik meneran dengan kemajuan persalinan di

71
PMP Puskesmas Kramat Kab. Tegal Tahun 2018.

B. Saran
1. Bagi peneliti
Diharapkan dapat lebih mengerti dan memahami hasil penelitian yang

telah dilakukannya dan untuk ke depannya, baik peneliti maupun peneliti lain

dapat melanjutkan penelitian ini dengan fokus factor-faktor pendukung yang

dapat mempengaruhi kemajuan persalinan.


2. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang teknik

meneran kepada keluarga dan pasien sehingga dapat meningkatkan kemajuan

persalinan, juga dapat dilakukan kelas ibu hamil khususnya pada trimester 3.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah dan meningkatkan wawasan dan

pengetahuan bagi para pembaca yaitu mahasiswa tentang studi analitik

tentang hubungan antara pengetahuan ibu bersalin tentang teknik meneran

dengan kemajuan persalinan.Serta bagi mahasiswa atau pun dosen diharapkan

dapat melanjutkan penelitian pada tempat yang lain atau faktor yang lain.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan

pengetahuan ibu bersalin tentang teknik meneran terhadap kemajuan

persalinan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Bari, Saifuddin 2008.Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.


Jakarta : Bina Pustaka.

Kemenkes RI, 2016. Promosi kesehatan di daerah bermasalah kesehatan panduan


bagi petugas kesehatan di puskesmas, Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan
Kemenkes Republik Indonesia. Available at:

72
http://www.depkes.go.id/resources/download/promosi-kesehatan/panduan-
promkes-dbk.pdf.

Departemen Kesehatan RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011, Jakarta.

Saifuddin, Abdul Bari. 2011. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.Edisi Ke-4


Cetakan Ke-4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Manuaba, Ida Ayu Chandradinata. dkk. 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi &
Obstetri Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC.

Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:


Salemba Medika.

Sarwono.2009. Ilmu Kebidanan.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Setyorini, R.H. (2013). “Belajar Tentang Persalinan”. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Maufur, Hasan Fauzi, Sejuta Jurus Mengajar Mengasyikkan, Semarang: Sindur


Press, 2009.

Notoatmodjo, S.,(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Penerbit Rineka


Cipta. Jakarta.

Sarwono. P. ( 2010 ). Ilmu kebidanan.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Mochtar R. 2012. Pendidikan Kebidanan Edisi 5. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Sofyan, M. 2011. Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta : PI IBI.

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Yeyeh, Rukiyah dkk.Asuhan Kebidanan I ( Kehamilan ). Cetakan Pertama. Jakarta:


Trans Info Media; 2009.

73
JNPK-KR. 2008.Asuhan persalinan normal asuhan essensial pencegahan dan
komplikasi persalinan dan bayi baru lahir. Jakarta
Heni PW, Sujuyatini. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu
Hamil).Yogyakarta.Fitramaya; 2009.

Pengetahuan Tentang Teknik Meneran


1. Ibu hamil sebaiknya melakukan teknik meneran pada saat proses persalinan
a. Benar
b. Salah
2. Faktor dukungan dan perhatian akan mengurangi perasaan tegang dan
membantu kelancaran proses persalinan
a. Benar
b. Salah
3. Meneran merupakan suatu keadaan untuk membuat dorongan pada perut
menekan rahim.
a. Benar
b. Salah

74
4. Tujuan dilakukannya teknik meneran yaitu membantu mengeluarkan bayi
dengan spontan
a. Benar
b. Salah
5. Teknik meneran dilakukan pada saat pembukaan sudah lengkap (10 cm) dan
selaput ketuban sudah pecah
a. Benar
b. Salah
6. Pada saat melakukan teknik meneran usahakan bernapas dengan cara
inspirasi melalui hidung dan mulut
a. Benar
b. Salah
7. Menahan napas pada saat meneran sebaiknya dilakukan maksimal 3 sampai
7 detik
a. Benar
b. Salah
8. Teknik meneran akan lebih bermanfaat bagi ibu jika dilakukan di fasilitas
kesehatan seperti Rumah sakit, Klinik bersalin
a. Benar
b. Salah
9. Kesalahan yang sering dilakukan saat meneran adalah menutup mata,
mengangkat panggul dan berteriak
a. Benar
b. Salah
10. Teknik meneran akan lebih baik dilakukan jika didampingi oleh tenaga
kesehatan seperti Bidan dan Dokter dan keluarga (suami atau ibu)
a. Benar
b. Salah
11. Syarat utama dilakukannya teknik meneran adalah jika ibu melakukan
proses persalinan dengan cara spontan
a. Benar
b. Salah
12. Teknik meneran yang benar dan efektif adalah mendengarkan komando
penolong, penolong akan meminta menarik nafas dalam, lalu meneran
a. Benar
b. Salah
13. Pada saat meneran usahakan posisi mulut ibu tertutup
a. Benar
b. Salah
14. Meneran akan lebih baik jika dilakukan pada waktu rahim terasa mules atau
kenceng-kenceng
a. Benar
b. Salah
15. Jika posisi tubuh berbaring pada saat meneran maka tangan merangkul
kedua paha sampai batassiku dan kepala diangkat sampai dagu menyentuhn
dada
a. Benar
b. Salah

75
16. Posisi meneran dalam persalinan akan mempengaruhi lamanya persalinan
a. Benar
b. Salah
17. Pengaturan pernapasan saat melahirkan akan mempengaruhi janin dan ibu
a. Benar
b. Salah
18. Teknik meneran merupakan salah satu cara mengurangi rasa sakit pada saat
persalinan
a. Benar
b. Salah
19. Posisi meneran dalam persalinan mempengaruhi kondisi janin
a. Benar
b. Salah
20. Kegunaan pernapasan pada waktu meneran adalah untuk meneran pada saat
persalinan
a. Benar
b. Salah
21. Macam-macam posisi meneran yaitu duduk atau setengah duduk
merangkak, jongkok atau berdiri, berbaring miring kekiri dan terlentang
a. Benar
b. Salah
22. Posisi duduk atau setengah duduk, sering kali nyaman bagi ibu dan ibu bisa
istirahat dengan mudah diantara kontraksi atau kenceng-kenceng apabila
merasa lelah
a. Benar
b. Salah
23. Ibu hamil menahan meneran karena takut fases ikut keluar dari anus
a. Benar
b. Salah
24. Pada saat teknik meneran dilakukan ibu mengangkat panggulnya, hal ini
bisa membuat robekan perineum lebih lebar sehingga anda akan banyak
menerima jahitan
a. Benar
b. Salah
25. Teknik bernapas yang benar, menjadi sumber tenaga saat meneran dan
mengurangi rasa sakit
a. Benar
b. Salah
26. Teknik meneran untuk kala II adalah meneran spontan, meneran dengan
pengarahan sendiri dan dengan diarahkan
a. Benar
b. Salah
27. Pada posisi meneran jongkok atau berdiri dapat mempercepat kala I
persalinan dan mengurangi rasa nyeri
a. Benar
b. Salah
28. Istirahat, makan dan minum serta menyiapkan posisi yang nyaman yaitu jika
tidak ada kontraksi

76
a. Benar
b. Salah
29. Cara meneran yaitu anjurkan ibu untuk mengikuti dorongan alamiyahnya
selama kontraksi
a. Benar
b. Salah
30. Pada saat meneran sebelum ada instruksi dan tidak teratur akan
menyebabkan jalan lahir bengkak
a. Benar
b. Salah

77
Rekapitulasi Observasi Hasil Akhirdari catatan partograf

Nama/ GPA Tgl/ Selaput Penyu Pembukaan Jam TTV Kontraksi Ha


umur Waktu Ketuban/ supan / penurunan pemerik akh
warna air saan TD Nadi Suhu Frekuensi Lama
ketuban

78
79

Você também pode gostar