Você está na página 1de 76

PROPOSAL

KARYA TULIS ILMIAH

PENDIDIKAN KESEHATAN KELUARGA BERENCANA PADA PASIEN


POST PARTUM

AMELIA
001SYE16

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PRODI STUDI KEPERAWATAN JENJANG D. III
MATARAM
2018

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Paradigma baru program Keluarga Berencana (KB) nasional diubah

visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan “keluarga

berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang

sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki anak yang ideal, berwawasan

kedepan, bertanggung jawab, harmonis, dan betakwa kepada tuhan yang maha

esa. Dalam paradigma baru program KB ini, misalnya sangat penting sebagai

upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga (saifuddin,2016).

Salah satu tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi

perintah kemasyarakatan akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang

berkualitas, menurunkan tingkat/ angka kematian ibu bayi, dan anak serta

penanggulangannya masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun

keluarga kecil berkualitas (Sujiatini,2011). Tujuan pokok pelayanan

kontrasepsi program KB adalah untuk menurunkan angka kelahiran secara

bermakna (Hartanto,2011).

Secara umum efek samping yang disebabkan dari KB suntik adalah

gangguan haid, ini yang paling sering terjadi dan yang paling mengganggu

efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian, berat badan yang

bertambah, umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, berpariasi

antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama, sakit kepala adalah

sama pada DMPA maupun NET EN , dan terjadi pada<1-17% akseptor, dan

1
2

efek samping pada system kardiovaskuler efeknya sangat sedikit, mungkin

ada sedikit peninggian dari kadar insulin dan penurunan HDL-

kolesterol(Hartanto, 2011).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat,

dilihat dari per mix peserta KB aktif sebanyak 132.889 dengan alat

kontrasepsi berpariasi, dimana yang menggunakan IUD sebanyak 8.585

(9,21%), MOW sebanyak 1.538 (1,65%), MOP sebanyak 249 (0,27%),

kondom sebanyak 1.203 (1,29), implant sebanyak 12.907 (13.8%), suntik

sebanyak 46.225 (49.6%), dan pil sebanyak 22.458 (24.1%) (Dikes Kabupaten

Lombok Barat, 2012).

Di Kabupaten Lombok Barat dari 129.420 pasangan usia subur

(PUS) yang ada, jumlah yang ber KB adalah 99.986 (76,7%) dengan alat

kontrasepsi yang berpariasi, dimana yang memakai alat kontrasepsi dengan

metode suntikkan sebanyak 50.464 (50,4%) IUD swbanyak 8.511 (8.51%),

MOW sebanyak 1.500 (1.5%), MOP sebanyak 243 (0.24%), kondom

sebanyak 1.315 (1.32%), implant sebanyak 12.570 (12.2%) dan pil sebanyak

25.383 (25,3%)(BKKBN Kab. Lombok Barat,2011).

Berdasarkan laporan dari puskesmas penimbung januari sapai

dengan akhir bulan April 2012 terdapat jumlah PUS sebanyak 1.422 jiwa

adapun cangkupan yang menggunakan kontrasepsi suntik 218 orang (81%),

IUD 19 orang (7,0%), MOW dan MOP tidak ada, kondom dua orang (0,7%),

implant 62 0rang (23%), PIL 22 orang (8,1%).


3

Dari data diatas kita dapat mengetahui besarnya jumlah akseptor KB

suntik di banding KB yang lain.. padahal untuk memilihi metode kontrasepsi

yang cocok banyak faktor-faktor yang melatar belakangi, diantarannya adalah

faktor pasangan, faktor kesehatan dan faktor metode kontrasepsi. Tetapi

apabila dengan pengetahuan akseptor yang masih kurang khususnya tentang

kontrasepsi maka akan membuat mereka merasa tidak cocok atau tidak

mantap dengan KB yang dipilihnya (Hanafi, 2012).

Pertanyaan diatas salah satu jenis kontrasepsi efektif yang menjadi

pilihan kaum ibu adalah KB suntik, ini disebabkan karena aman, efektif,

sederhana dan mudah cara ini mulai disukai masyarakat dan diperkirakan

setengah juta pasangan memakai kontrasepsi suntikan untuk mencegah

kehamilan. Namun demikian KB suntik juga mempunyai banyak efek

samping seperti Amenore, Spotting (bercak darah) dan menoragia, seperti

halnya kontrasepsi hormonal lainnya dan dijumpai pula keluhan mual, sakit

kepala, pusing, galaktore, perubahan berat badan (saifuddin,2006).

Pada periode pasca salin seorang wanita memiliki motivasi yang

besar untuk memulai penggunaan alat kontrasepsi. Pemasangan KB ini bisa

menjadi metode yang ideal pada beberapa wanita, dalam tesisnya mengatakan

bahwa dengan melakukan konsling berarti penyedia layanan kesehatan

membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

digunakan sesuai dengan pilihannya, disamping itu juga dapat membantu klien

agar merasa lebih puas. Konseling IUD pascasalin idealnnya dilakukan saat
4

periode asuhan antenatal (AAN) agar pemberi konsling dapat memberikan

perhatian kepada klien dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian terdorong untuk

meneliti lebih lanjut mengenai “pendidikan kesehatan keluarga berencana

pada pasien post partum diwilayah kerja puskesmas penimbung tahun 2012”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah gambaran pengetahuan aseptor pada

pasien post partum dan kejadian efek samping KB suntik diwilayah kerja

puskesmas penimbung tahun 2012”.

1.3 Tujuan Studi Kasus

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan aseptor pada pasien post

partum dan kejadian efek samping KB suntik diwilayah kerja puskesmas

penimbung tahun 2012”.

1.4 Manfaat Studi Kasus

1.4.1 Masyarakat

Diharapkan agar masyarakat atau ibu post partum diberikan

pendidikan kesehatan tentang KB agar dapat mengetahui aseptor dan

efek samping KB suntik.


5

1.4.2 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan

dalam meningkatkan kemandirian pasien post partum dalam upaya

peningkatan kesiapan atau pengetahuan tentang penggunaan KB .

1.4.3 Penulisan

Memperoleh pengalaman dalam melakukan tindakan keperawatan

dalam upaya peningkatan kesiapan atau pengetahuan tentang

penggunaan KB pada pasien post partum


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Konsep Dasar Medis Pendidikan Kesehatan Keluarga Berencana

Pada Pasien Post Partum

2.1.2 Definisi post partum

Masa nifas atau post partum disebut juga puerperium yang berasal

dari kata ‘’puer’’yang berarti bayi dan ‘’paros’’ berarti melahirkan. Nifas

yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan atau setelah

melahirkan.

Beberapa konsep mengenai pengertian masa nifas berdasarkan

para ahli antara lain :

1. Menurut Rukiyah (2011), masa nifas (puerperium) adalah dimulai

setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali

seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6

minggu.

2. Menurut Wiliam dalam Anggraeni (2010), puerperium adalah masa

peralihan segera setelah melahirkan, meliputi minggu-minggu

berikutnya pada waktu alat-alat reproduksi kembali kekeadaan tidak

hamil atau kembali normal.

3. Menurut Saleha (2009), periode masa nifas (puerperium) adalah

periode waktu selama 6-8 minggu setelah persalinan. Proses ini

dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat

1
2

reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai

akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses

persalinan.

4. Menurut Prawiroharjo (2008), masa nifas adalah dimulai setelah

partus dan berakhir kira-kira setelah 6 minggu, akan tetapi seluruh alat

genital baru pulih kembali sebelum waktu 3 bulan.

5. Menurut Hadijono (2008) dalam Reny (2017), masa nifas atau

puerperium adalah mulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai

dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.

2.1.3 Tujuan Perawatan Post Partum

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi.

2. Melaksanakan skrining secara komprehensif, mendeteksi dini

masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu

maupun bayi.

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, KB (Keluarga Berencana), cara dan manfaat menyusui,

pemberian imunisasi, serta perawatan bayi sehari-hari.

2.1.4 Tahapan Dalam Masa Nifas

Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap yaitu :

1. Periode immediate post partum atau puerperium dini

Periode immediate post partum atau puerperium dini adalah

masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa

ini sering terdapat banyak masalah misalnya perdarahan karena atonia


3

uteri. Oleh sebab itu harus dengan teratur melakukan pemeriksaan

kontraksi uterus, pengeluaran lokhea, tekanan darah dan suhu.

2. Periode intermedial atau early postpartum

Periode intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh

alat-alat genitalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu.

3. Remote puerperium

Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk

pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu

persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat

berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan.

(Reni, 2017)

2.1.5 Perubahan Masa Nifas

Menurut Reny (2017) perubahan masa nifas terdiri dari sebagai berikut:

1. Perubahan Fisik

a. Tanda-tanda vital

1) Suhu tubuh

Suhu tubuh dalam 24 jam pertama >380C. Jika hari

pertama sampai dengan hari ke sepuluh >380C kemungkinan

adanya infeksi puerperalis, infeksi saluran kemih, endometritis,

mastitis dan infeksi lainnya.

2) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per

menit. Pasca melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih


4

cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali/menit adalah

abnormal kemungkinan mengindikasikan adanya infeksi yang

disebabkan adanya proses persalinan sulit atau perdarahan.

3) Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah

akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan.

Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan

terjadinya preeklampsi postpartum.

4) Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan

keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal,

pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada

gangguan khusus pada saluran nafas.

b. Perubahan sistem reproduksi

Involusio adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya

alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan

hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Proses involusio

terjadi karena:

1) Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang

tumbuh karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang

membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi

lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut

kembali mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan


5

tersebut akan diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh

ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah

melahirkan.

2) Aktivitas otot-otot yaitu adanya kontraksi dan retraksi dari

otot-otot setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit

pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta

dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak

berguna. Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan

terganggunya peredaran darah uterus yang mengakibatkan

jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran

jaringan otot menjadi lebih kecil.

3) Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang

menyebabkan atropi pada jaringan otot uterus.

Involusi pada alat kandungan meliputi:

1) Fundus uteri

Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras,

karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Proses kembalinya

uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut

involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar

akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga

persalinan besar uterus sama dengan sewaktu usia kehamilan

16 minggu yaitu 1000 grm. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus

uteri mencapai kurang lebih 1 cm di atas tali umbilicus.


6

Fundus turun kira-kira 1-2 cm tiap 24 jam. Pada hari ke-6

pascapartum fundus normal akan berada dipertengahan antara

umbilicus dan simfisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi pada

abdomen pada hari ke-9 pascapartum.

Tabel 2.1 Tinggi fundus uteri menurut masa involusi

No Waktu Tinggi Berat Diameter


Involusi fundus uteri Uterus uterus
1 Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
2 Uri/plasenta lahir Dua jari di
bawah pusat
750 gram 12,5 cm

3 1 minggu Pertengahan
pusat-simfisis 500 gram 7,5 cm
4 2 minggu Pertengahan
pusat-simfisis
300 gram 5 cm
5 6 minggu Tidak teraba di
atas simfisis
60 gram 2,5 cm

2) Tempat insersi plasenta

Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak

pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka

bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena

dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium

baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari

pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.

3) Perubahan pembuluh darah rahim

Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah

yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan


7

lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus mengecil

lagi dalam masa nifas.

4) Perubahan serviks dan vagina

Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat

dilalui oleh 2 jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui

oleh 1 jari saja karena hiperplasi ini dan karena retraksi dari

serviks, robekan serviks jadi sembuh. Vagina yang sangat

regang waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang

normal, beberapa saat setelah melahirkan tonus otot menurun,

edema, membiru, terdapat laserasi dan saluran melebar, lambat

mencapai ukuran normal. Pada minggu ke 3 post partum

ruggae mulai nampak kembali. Rasa sakit yang disebut after

pains (meriang atau mules-mules) disebabkan kontraksi rahim

biasanya berlangsung 3-4 hari pasca persalinan. Perlu

diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu

menggangu dapat diberikan analgesik.

5) Endometrium

Endometrium mengalami involusi di daerah implantasi

plasenta. Nekrosis pembuluh darah terjadi hari ke 2-3 post

partum. Pada hari ke 7 terbentuk lapisan basal dan pada 16 hari

normal kembali.

6) Lochia
8

Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui

vagina dalam masa nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya

lebih banyak dari darah menstruasi. Lochia ini berbau anyir

dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.

Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan

warnanya yaitu:

a) Lochia rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel

desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium,

sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari ketiga.

b) Lochia sangiolenta berwarna putih bercampur merah, mulai

hari ketiga sampai hari ketujuh.

c) Lochia serosa berwarna kekuningan dari hari ketujuh

sampai hari keempat belas.

d) Lochia alba berwarna putih setelah hari keempat belas.

Tabel 2.2 Bentuk -bentuk pengeluaran lochea.

No Lochia Waktu Warna Ciri-ciri

1. Rubra 1-3 Merah Terdiri dari sel desidua,


hari kehitaman verniks caseosa, rambut
lanugo, sisa mekonium,
dan sisa darah.

Sisa darah bercampur


lendir.
2. Sanguilenta 3-7 Putih
hari bercampur
merah Lebih sedikit darah dan
lebih banyak serum, juga
3. Serosa 7-14 Kekuningan terdiri dari leukosit dan
hari atau robekan laserasi plasenta.
kecoklatan
Mengandung leukosit,
selaput lender serviks,
9

dan serabut jaringan


4. Alba >14 Putih yang mati
hari

7) Clitoris

Kencang dan tidak terlalu keras.

8) Perinium

Luka pada episiotomi terasa nyeri. Pada tahap early edema dan

luka biru.

c. Dinding perut dan peritonium

Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang

begitu lama, biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia

dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus setelah

bayi lahir berangsur-angsur mengecil dan pulih kembali. Tidak

jarang uterus jatuh kebelakang menjadi retroleksi karena

ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan kembali

sebaiknya dengan latihan-latihan pasca melahirkan.

d. Sistem kardiovaskuler

Selama kehamilan secara normal volume darah untuk

mengakomodasi penambahan aliran darah yang diperlukan oleh

plasenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen

mengakibatkan diuresis yang menyebabkan volume plasma

menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi

pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien

mengalami sering kencing.


10

Penurunan progesteron membantu mengurangi retensi cairan

sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama

kehamilan.

1) Tekanan darah stabil

2) Bradikardi (50-70 kali per menit) normal jika tidak ada keluhan.

3) Takikardi akibat persalinan lama dan perdarahan berat.

4) Diaforesis dan menggigil yang disebabkan instability

vasomotor, keadaan ini normal jika tidak disertai demam.

5) Komponen darah trombosit lebih aktif

e. Perubahan sistem pencernaan

Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh

beberapa hal, diantaranya tinginya kadar progesteron yang dapat

mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol

darah dan melambatkan kontraksi otot polos. Pasca melahirkan,

kadar progesteron juga mulai menurun, meskipun kadar

progesteron munurun setelah melahirkan, asupan makanan juga

nengalami penurunan selama satu atau dua hari.

Pasca melahirkan ibu sering mengalami konstipasi hal ini

disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan

awal masa pascapartum.

f. Perubahan sistem perkemihan

Diuresis dapat terjadi setelah 2 – 3 hari post partum. Hal ini

merupakan salah satu pengaruh selama kehamilan dimana saluran


11

urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal

setelah 4 minggu post partum.

Pada awal post partum kandung kemih mengalami oedema,

kongesti dan hipotonik, hal ini disebabkan karena adanya

overdistensi pada saat kala II persalinan dan pengeluaran urine

yang tertahan selama proses persalinan. Sumbatan pada uretra

disebabkan karena adanya trauma saat persalinan berlangsung dan

trauma ini dapat berkurang setelah 24 jam post partum. Pada masa

hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang

berperan meningkatkan fungsi ginjal.

Pada pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga

menyebabkan penurunan sistem ginjal. Fungsi ginjal akan kembali

normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Setelah

pelasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen akan menurun,

hilangnya peningkatan tekanan vena, dan hilangnya volume darah

akibat kehamilan, hal ini merupakan meknanisme tubuh untuk

mengatasi kelebihan cairan. Keadaan inilah yang disebut dengan

dieresis pascapartum. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal

dalam 6 minggu.

g. Perubahan sistem muskuloskletal

1) Dinding perut dan peritoneum

Setelah persalinan, dinding perut longgar karena

diregang begitu lama, keadaan ini akan pulih kembali dalam 6


12

minggu. Kadang – kadang pada wanita yang asthesis terjadi

diastesis dari otot – otot rectus abdominis sehingga sebagian

dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari

peritoneum, fascia tipis dan kulit.

2) Kulit abdomen.

Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar,

melonggar dan mengendur sampai berbulan – bulan. Melalui

latihan postnatal, otot – otot dari dinding abdomen dapat

normal kembali dalam beberapa minggu.

3) Striae

Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang

sempurna melainkan membentuk garis lurus yang samar. Ibu

postpartum memiliki tingkat diastasis sehingga terjadi

pemisahan musculus rectus abdominishal tersebut dapat dilihat

dari pengkajian keadaan umum, aktivitas, jarak kehamilan

yang dapat menentukan berapa lama tonus otot kembali

normal.

4) Perubahan Ligament

Setelah janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvis

serta fasia yang meregang sewaktu partus, berangsur-angsur

menciut kembali seperti sedia kala. Tidak jarang ligamentum

rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus

menjadi retroflexi.
13

5) Simpisis pubis

Meskipun relative jarang, tetapi simpisis pubis yang

terpisah ini merupakan penyebab utama morbiditas maternal

dan kadang – kadang penyebab ketidakmampuan jangka

panjang. Hal ini biasanya ditandai oleh nyeri tekan signifikan

pada pubis disertai peningkatan nyeri saat bergerak ditempat

tidur atau saat berjalan. Pemisahan simpisis dapat dipalpasi.

Seringkali klien tidak mampu berjalan tanpa bantuan. Sebagian

wanita gejala tersebut menghilang dalam beberapa minggu

atau bulan dan sebagian gejala dapat menetap sehingga

diperlukan kursi roda.

h. Perubahan sistem endokrin

Hormon-hormon yang berperan selama proses kehamilan dan

persalinan adalah :

1) Hormon oxytocin

Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian

belakang, selama tahap ketiga persalinan, oksitosin berperan

dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi hingga

mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih menyusui

bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin, keadaan

ini membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran air

susu. Setelah plasenta ahir sirkulasi HCG, estrogen, progesteron


14

dan laktogen plasenta menurun cepat, keadaan ini menyebabkan

perubahan fisiologis pada ibu nifas.

2) Hormon prolaktin

Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya

kelenjar pituitary bagian belakang untuk mengeluarkan

prolaktin.. Hormon ini berperan dalam pembesaran payudara

untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui

bayinya kadar prolaktin tetap tinggi dan pada wanita tidak

menyusui menurun dalam waktu 14 sampai 21 hari post partum

sehingga merangsang kelenjar bawah otak depan yang

mengontrol ovarium ke arah permulaan pola produksi estrogen

dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel ovulasi dan

menstruasi.

3) Hormon plasenta

Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah

persalinan. Human Chorionoc Gonadotropin ( HCG ) menurun

dengan cepat dan menetap sampai 10 % dalam 3 jam hingga hari

ke 7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari

ke 3 post partum.

Penurunan Hormon Human Placental Lactogen ( HPL ),

estrogen dan progesteron serta plasental enzyme insulinase

membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula

darah menurun secara bermakna pada nifas. Ibu diabetic


15

biasanya membutuhkan insulin dalam jumlah yang jauh lebih

kecil selama beberapa hari.

4) Estrogen dan progesteron

Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun

mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan

bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon

antidiuretik yang meningkatkan volume darah. Disamping itu,

progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi

perangsangan dan peningkatan pembuluh darah yang sangat

mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar

panggul, perineum dan vulva, serta vagina.

5) Hormon hipofisis dan fungsi ovarium

Waktu mulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita

menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar serum yang tinggi

pada wanita menyusui berperan dalam menekan ovulasi

disimpulkan bahwa ovarium tidak berespon terhadap stimulasi

FSH ketika kadar prolaktin meningkat. Pada wanita menyusui

kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu ke 6 setelah

melahirkan. Kadar prolaktin dipengaruhi oleh kekerapan

menyusui, lama menyusui. Seringkali menstruasi pertama itu

bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen

dan progesteron. Diantara wanita laktasi sekitar 15 %

memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45 % setelah 12


16

minggu. Diantara wanita yang tidak laktasi 40 % menstruasi

setelah 6 minggu, 65 % setelah 12 minggu dan 90 % setelah 24

minggu. Untuk wanita laktasi 80 % menstruasi pertama

anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 50 % siklus

pertama anovulasi.

6) Perubahan sistem hematologi

Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan

plasma akan menurun tetapi darah lebih mengental dengan

peningkatan viskositas meningkatkan faktor pembekuan darah

Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih

dapat mencapai 15.000 selama persalinan. Peningkatan leukosit

berkisar antara 25.000 – 30.000 merupakan manifestasi adanya

infeksi pada persalinan lama, dapat meningkat pada awal nifas

yang terjadi bersamaan dengan peningkatan tekanan darah,

volume plasma dan volume eritrosit. Pada 2 – 3 hari postpartum

konsentrasi hematokrit menurun sekitar 2 % atau lebih. Total

kehilangan darah pada saat persalinan dan nifas berkisar antara

1500 ml. 200 – 500 ml hilang pada saat persalinan, 500 – 800 ml

hilang pada minggu pertama postpartum dan 500 ml hilang pada

saat masa nifas.

7) Perubahan pada sistem integumen

Pada waktu hamil terjadi pigmentasi kulit pada bebrapa

tempat karena proses hormonal. Pigmentasi ini berupa kloasma


17

gravidarum pada pipi, hiperpigmentasi kulit sekitar payudara,

hiperpigmentasi kulit dinding perut (striae gravidarum). Setelah

persalinan, hormonal berkurang dan hiperpigmentasi pun

menghilang. Pada dinding perut akan menjadi putih mengkilap

strie albikan. Penurunan pigmentasi ini juga disebabkan karena

hormon MSH (melanophore stimulating hormone) yang

berkurang setelah persalinan akibatnya pigmentasi pada kulit

pun secara perlahan menghilang.

8) Laktasi

Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan

pengeluaran air susu ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan

pokok, makanan yang terbaik dan bersifat alamiahbagi bayi

yang disediakan oleh ibu yang baru saja melahirkan bayi akan

tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri.

Selama kehamilan hormon estrogen dan progesteron

meragsang pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron

merangsang pertumbuhan saluran kelenjar, kedua hormon ini

mengerem LTH. Setelah plasenta lahir makan LTH dengan

bebas dapat merangsang laktasi. Lobus posterior hipofise

mengeluarkan oxitoxin yang merangsang pengeluaran air susu.

Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh

rangsangan penghisapan putting susu oleh bayi. Rangsangan ini

menuju ke hypofise dan menghasilkan oxtoxin yang


18

menyebabkan buah dada mengeluarkan air susu. Pada hari ke-3

post parum, payudara menjadi besar, keras dan nyeri. Hal ini

menandai permulaan sekresi air susu, dan jika areola mammae

dipijat, maka akan keluar cairan putting dari putting susu. Asi

susu ibu kurang lebih mengandung protein 1-2%, lemak 3-5%,

gula 6,5-8%, garam 0,1-0,2%. Hal-hal yang mempengaruhi

susunan air susu ibu adalah diit, gerak badan. Banyaknya air

susu ibu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta

makanan yang dikonsumsi ibu.

2. Perubahan Psikologis

Perubahan psikologis masa nifas menurut Reva-Rubin terbagi menjadi

3 tahap yaitu:

a. Periode taking in (1-2 hari post partum)

Periode ini terjadi setelah 1-2 hari pasca persalinan. Pada

periode ini terjadi interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu

dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang

tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling

memeperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang baru.

b. Periode taking hold (3-4 hari post partum)

Berlangsung pada hari ke-3 sampai ke-4 post partum ibu

berusaha bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha

untuk menguasai keterampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu


19

berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang

air kecil atau buang air besar.

c. Periode letting go

Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada saat ini ibu

mengambil tanggung jawab terhadap bayinya. (Reny, 2017).


20

2.1.6 fatway

Keluarga Berencana

Sederhana Modern

Tanpa Alat Dengan Alat Hormonal Nonhormonal

1. Metode lendir 1. Spermisida Kontrasepsi Kontrasepsi Implan IUD Steril


Serviks 2. Kondom Kombinasi Progestin
2. Sanggama 3. Diafragma
Terputus
3. MAL
Kadar Estrogen Penambahan Progestin Proses Inflamasi
4. Metode
Kalender dan Progesteron suplai progestin Septik di
dipertahankan tetap endometrium
tinggi
Rangsang
Pembuluh darah hipotalamus
Tubuh endometrium Leukosit
Lisa Indriani, 08 oktober 2016. mengasumsikan rapuh Pusat diproduksi dan
kehamilan (Vasodilatasi) pengendali lendir serviks
nafsu makan bertambah kental

Produksi FSH dan


LH terhambat Spotting Nafsu makan
meningkat
1. Keputihan
Tidak terjadi 2. Haid bertambah
ovulasi banyak
BB naik

Amenorea
21

2.1.7 Komplikasi Post Partum

Komplikasi post partum diantaranya :

1. Perdarahan post partum

Perdarahan postpartum adalah kehilangan darah sebanyak 500

cc atau lebih, sesudah anak lahir atau setelah kala III . Perdarahan ini

bisa terjadi segera begitu ibu melahirkan, terutama pada dua jam

pertama. Kalau tinggi rahim akan bertambah naik, tekanan darah

menurun, dan denyut nadi ibu menjadi cepat.

a. Klasifikasi klinis

1) Perdarahan post partum primer

Perdarahan post partum adalah perdarahan yang terjadi dalam

24 jam pertama, penyebab: atonia uteri, retensio plasenta, sisa

plasenta, dan robekan jalan lahir.

2) Perdarahan post partum sekunder

Perdarahan post partum adalah mencakup semua kejadian

PPH yang terjadi antara 24 jam setelah kelahiran bayi dan 6

minggu masa postpartum.

3) Infeksi post partum

Infeksi masa nifas atau sepsis puerperalis adalah infeksi pada

traktus genetalia yang terjadi sesudah melahirkan, kenaikan

suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam

10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24

jam pertama. Bakteri penyebab sepsis puerpuralis:


22

Streptokoccus, Stafilokoccus, E.Coli, Clostridium tetani,

Clostridium welchi, Clamidia dan gonocokkus.

a. Macam- macam infeksi masa nifas

1) Infeksi perineum, vulva, vagina, dan serviks

Nyeri serta panas pada tempat infeksi dan

kadang-kadang perih bila kencing. Bila getah radang bisa

keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu 38o C, dan

nadi di bawah 100/menit. Bila luka terinfeksi tertutup

oleh jahitan dan radang tidak dapat keluar, demam bisa

naik 39- 40o C, disertai menggigil.

2) Endometritis

Endometritis adalah peradangan yang terjadi pada

endometrium, yaitu lapisan sebelah dalam pada dinding

rahim yang terjadi infeksi.

2. Mastitis (Peradangan pada Payudara)

Inflamasi perinkimatosa glandula mammae merupakan

komplikasi antepartum yang jarang terjadi tetapi kadang-kadang

dijumpai dalam masa nifas dan laktasi. Gejala mastitis jarang terlihat

sebelum akhir minggu pertama masa nifas dan umumnya baru

ditemukan setelah minggu ketiga atau keempat. Bendungan yang

mencolok biasanya mendahului inflamasi dengan keluhan pertamanya

berupa menggigil yang segera di ikuti oleh kenaikan suhu tubuh dan
23

peningkatan frekuensi denyut nadi. Payudara kemudian menjadi keras

serta kemerahan, dan klien mengeluhkan rasa nyeri.

3. Tromboflebitis

Perluasan infeksi nifas yang mengikuti aliran darah di

sepanjang vena dan cabang-cabangnya.

4. Peritonitis

Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang

merupakan pembungkus visera dalam rongga perut. Peritoneum

adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan

dinding perut sebelah dalam. Peritonitis yang terlokalisir hanya dalam

rongga pelvis disebut pelvioperitonitis. Pada peritonitis umumnya

terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi cepat, perut kembung dan nyeri.

5. Post partum blues

Post partum blues merupakan stres emosional pada ibu nifas

kadang-kadang dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan

mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur

terganggu. Post partum blues terjadi pada hari ke-3-5 post partum.

2.1.8 Perawatan Post Partum

Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang

intensif untuk pemulihan kondisinya setelah proses persalinan.

Perawatan post partum meliputi: (Reny, 2017)


24

1. Mobilisasi dini

Setelah melahirkan, ibu harus istirahat tidur terlentang selama 8 jam

pasca persalinan. Kemudian diperbolehkan miring ke kanan dan ke

kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan trombo emboli. Pada

hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari

keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi

memiliki variasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan

sembuhnya luka.

a. Keuntungan dari mobilisasi dini yaitu :

1) Melancarkan pengeluaran lochia

2) Mengurangi infeksi purperium

3) Mempercepat involusi alat kandungan

4) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan.

5) Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga

mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.

2. Rawat gabung

Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruang bersama-sama sehingga ibu

lebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI

sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.

3. Pemeriksaan umum

Pemeriksaan umum yang perlu dilakukan yaitu pemeriksaan tingkat

kesadaran dan keluhan yang terjadi setelah persalinan.

4. Pemeriksaan khusus
25

Pemeriksaan khusus ibu post partum meliputi:

a. Pemeriksaan tanda-tanda vital: Tekanan darah, nadi, suhu, dan

respirasi.

b. Fundus uteri: Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus

c. Lochia: lochia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia

alba.

d. Luka jahitan episiotomi: apakah baik atau terbuka, apakah ada

tanda-tanda infeksi.

Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan medis

a. Tes diagnostic

1) Jumlah darah lengap (hemoglobin, hematokrit, eritrosit,

leukosit, trombsit)

2) Urinalisis: kadar urine.

b. Penatalaksaan keperawatan

1) Observasi ketat 2 jam post partum ( adanya komplikasi

perdarahan )

2) 6 – 8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang,

usahakan miring kanan kiri.

3) Hari ke 1 – 2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara

menyusui yang benar dan perawatan payudara, perubahan-

perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian informasi

tentang senam nifas.


26

4) Hari ke-2 : mulai latihan duduk.

5) Hari ke-3 : Diperkenankan latihan berdiri dan berjalan.

2.1 Konsep Tindakan Keperawatan Keluarga Berencana

Keluarga berencana secara umum ialah suatu usaha yang

mengatur banyaknya jumlah kelahiran sedemikian rupa sehinggabagi ibu

maupun bayinya dan bagi ayah serta keluarganya atau masyarakat yang

bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung

dari kelahiran tersebut. Pengertian sempitnya keluarga berencana dalam

kehidupan sehari-sehari berkisar pada pencegahan terjadinya pembuahan

atau mencegahan pertemuan antara sel mani pada laki-laki dan sel telur

dari wanita sekitar persetubuhan.

2.2.1 Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra, yaitu mencegah atau

melawan. Sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur,( sel

wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan

kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah

terjadinya kehamilan akibat pertemuan antara sel telur yang matang

dan sel sperma tersebut.

Cara kerja kontrasepsi pada umumnya dapat dibagi menjadi:

1. Metode sederhana

a. Tanpa alat/obat

1) Senggama terputus
27

2) Pantang berkala

b. Dengan alat atau obat

1) Kondom

2) Diafragma atau cap

3) Cream, jelly dan cairan berbusa

4) Tablet berbusa (waginal tablet).

2. Metode Efektif

a. Pil KB

b. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)/IUD

c. Suntikan KB

d. Susuk KB/inplant

3. Metode mantap dengan cara operasi

a. Pada wanita: tubektomi

b. Pada peria: vasektomi.

2.2.2 Cara Kerja Kontrasepsi

1. Metode sederhana

a. Tanpa Alat/Obat

1) Senggama terputus (Azal atau coitus interuptus)

Senggama dijalankan sebagaimana biasa tetapi pada

puncak senggama alat kelamin pria (zakar) dikeluarkan dari

vagina, sehingga mani keluar dari luar vagina. Cara ini

tidak berbahaya baik fisik maupun mental. Namun


28

sebenarnya cara ini tidak dapat diandalkan sepenuhnya

karena:

a. Memerlukan penguasaan diri yang kuat

b. Kemungkinan ada sedikit cairan yang mengandung

spermacida ketumpah dari zakar dan masuk

kedalam vagina sehingga dapat terjadi kehamilan,

meskipun sudah dilakuka pencabutan sebelum mani

menyemprot.

2) Pantang berkala adalah tidak melakukan senggama pada

masa subur seorang wanita, yaitu sekitar waktu kejadiannya

ovulasi.

Cara menentukan masa ovulasi adalah:

a) Untuk dapat menentukan masa ovulasi perlu

diketahui siklus haid yang akan datang.

b) Untuk mengetahui haid yang akan datang perlu

diketahui siklus haid.

c) Untuk mengetahui lamanya siklus haid perlu dicatat

sekurang-kurangnya 8-12 siklus haid selama 8

bulan.

c. Dengan Alat/Obat

Maksud penggunaan alat adalah untuk menahan atau

menghalangi masuknya sperma kedalam rahim sedangkan

penggunaan obat dimaksudkan untuk melumpuhkan sperma.


29

1) Kondom

Kondom adalah suatu karet yang tipis, berwarna

atau tidak berwarna dipakai untuk menutupi zakar yang

berdiri sebelum dimasukkan kedalam vagina sehingga mani

tertumpuk didalamnya dan tidak masuk kedalam vagina,

dengan demikian mencegah terjadinya pembuahan .

Adapun indikasi pemakaian kondom adalah

a) 6 minggu sesudah vasektomi, kondom perlu dipakai

selama 6 minggu sesudaj vasektomi (sampai mani tidak

mengandung spermatozoa lagi yang dapat diketahui

lebih jelas dengan pemeriksaan laboraturium

b) Sementara menunggu pemasangan AKDR

c) Sementara sedang menunggu haid untuk pemakaian pil

yang diminum

d) Apabila kelupaan minum pil dalam jangka waktu lebih

dari 36 jam.

e) Apabila diduga ada penyakit kelamin sementara

menunggu diagnose yang pasti

f) Bersamaan dengan pemakaian spermicide

g) Dalam keadaan darurat bila tidak ada kontasepsi yang

tersedia atau dipakai.


30

2) Diafragma/cap

Diafragma dibuat dari karet yang berbentuk mangkok,

dipakai untuk menutup serviks digunakan untuk mencegah

masuknya mani kedalam serviks. Diafragma dimasukkan

kedalam vagina setinggi mungkin sampai menutup mulut

rahim, kemungkinan dikeluarkan lagi 8 jam setelah

persetubuhan.

3) Cream, jelly dan tablet atau cairan berbusa

Cream, jelly dan tablet atau cairan berbusa yang disebut

spermicida adalah suatu bahan kimia yang menghentikan

gerak/melumpuhkan spermatozoa didalam vagina sehingga

tidak dapat membuahi telur. Untuk penggunaan spermacida

yang berbentuk tablet berbusa dimasukkan kedalam vagina.

2. Metode Efektif

a. Pil keluarga berencana

Pengertian pil KB

Pil KB ialah pil yang berisikan hormon estrogen dan atau

hormon progesteron yang dimakan wanita secara teratur untuk

mencegah kehamilan (syahlan, 1996).

Menurut (herti, 2007) pil adalah obat pencegah kehamilan

yang diminum, pil telah diperkenalkan sejak tahun 1960, pil

diperuntukkan bagi wanita yan tidak hamil dan mengingkan


31

cara pencegah kehamilan sementara yang paling efektif bila

diminum secara teratur.

Jenis-jeni pil keluarga berencana

Menurut (herti, 2007) ada 3 jenis pil KB, yaitu

1) Pil gabungan atau kombinasi

Tiap pil mengandung dua hormon estrogen dan

progestin. Pil gabungan mengambil manfaat dari cara kerja

kedua hormon yang mencegah kehamilan, dan hamper

100% efektif bila diminum secara teratur.

2) Pil berturutan

Dalam bungkusan pil-pil ini, hanya estrogen yang

disediakan selama 14-15 hari pertama dari siklus

menstruasi, diikuti oleh 5-6 hari pil gabungan antara

estrogen dan progestin pada sisa siklusnya. Kelalaian

minum 1 atau 2 pil berturutan pada awal siklus akan dapat

mengakibatkan terjadinya pelepasan telur sehingga terjadi

kehamilan.

3) Pil khusus

Pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin

sintesis dan memiliki sifat pencegahan kahamilan, terutama

dengan mengubah mukosa dari leher rahim (merubah sekri

pada leher rahim) sehingga mempersulit pengangkutan

sperma.
32

2.2.3 Cara Pemakaian Pil KB

Pil pertama dari bungkus pertama diminum pada hari kelima

siklus haid. Dapat juga dimulai pada suatu hari yang diinginkan,

misalnya hari minggu agar mudah diingat. Pada pasca persalinan

pil mulai dimakan sesudah bayi berumur 30-40 hari, sedang pada

pasca keguguran 1-2 minggu setelah sesudah kejadia.

Pil KB yang berisi 20, 21 dan 22 tablet mulai dimakan terus

menerus, dan kemudian istirahat selama 1 minggu. Pada pil

kombinasi yang terdiri atas 28 tablet (21 tablet pil kombinasi dan

7 tablet placebo), pil diminum terus menerus. Tablet yang

diminum pertama kali sewaktu haid ialah tablet placebo. Pada 2

minggu pertama pemakaian pil bungkus pertama sebaiknya

jangan bersenggama atau memakai cara kontrasepsi lain.

Pemberian pil dihentikan sementara bila terjadi:

1) Denyut nadi melebihi 120/menit

2) Radang pembulu darah balik (phlebitis)

3) Tekanan darah lebih dari 140/110 mmHg disertai sakit kepala

yang hebat, nafas sesak atau berdebar-debar.

4) Pertambahan berat badan yang progresif.

2.2.4 Efek Samping Pil KB

Gejala-gejala sampingan pengguna pil KB disebabkan oleh

karena adanya gangguan keseimbangan hormone estrogen dalam

tubuh. Gejala-gejala tersebut baik yang bersifat subyektif maupun


33

obyektif biasanya hanya sementara, ringan, tidak terdapat pada

semua pemakai pil dan hilang dengan sendirinya setelah dua

sampai tiga bulan.

Tablet 8.6 Efek Samping Pil KB

Estrogen Progestin
Kelebihan Kekurangan kelebihan Kekurangan

- Nausea - Irritabilitas - Nafsu - Darah


- Edema - Semburan makan
- Keputihan panas meningkan haid
- Kloasma - Prolapsus - Berat
- Disposisi uteri badan lebih
lemak - Spotting bertambah
berlebihan - Darah haid - Cepat lelah banyak
- Eksotroie berkurang - Depresi
serviks - Tidak - Libido diserti
- Teleangiektasa adanya berkurang
- Nyeri kepala pendarahan - Akne bekuan
jenis vaskuler surut - Alopesia
- Hipertensi - Libido - Cholestatic pendar
- Supersi laktasi berkurang jaundice
- Buah dada - Lama haid ahan
tegang dengan berkurang
retensi cairan - Nyeri surut
kepala
- Efek terlam
anabolic
- Moniliasis bat
- Payudara
membesar
- Payudara
tegang
tanpa
restensi
cairan

Menurut (wiknjosastro, 2002) efek samping dari penggunaan pil KB dibagi dalam

2 golongan, yaitu:
34

1) Efek samping ringan

Efek samping ringan dari penggunaan pil KB adalah: adanya

pertambahan berat badan, perdarahan diluar daur haid, mual-

mual, depresi, alopesia, melasma, kandidiasis, amenorea

pascapil, retensi cairan dan keluhan-keluahan gastrointestinal.

Umumnya efek samping ini akan berkurang dan hilang dengan

sendirinya, ada pula yang hilang jika pasien berpindah ke pil

yang lain dengan kadar estrogen dan progestron yang lebih

sesuai.

2) Efek sampingan berat

Efek sampingan yang berat dari penggunaan pil KB adalah

tromboemboli yang mungkin terjadi karena peningkatan

aktivitas faktor-faktor pembekuan, atau mungkin juga karena

pengaruh vaskuler secara langsung. Angka kejadian

tromboemboli pada para wanita pemakai pil adalah sekitar 4-9

kali lebih tinggi dari pada para wanita bukan pemakai pil

golongan umur yang sama. Angka kematian ialah 3 per

100.000 wanita pemakai pil, sehingga kalau dibandingkan

dengan angka kematian maternal (oleh karena kehamilan)

angka itu sebenarnya jauh lebih rendah. Kemungkinan

mendapat tromboemboli suatu komplikasi jarang-dikurangi

oleh pemakai pil yang mengandung estrogen dosis rendah,

misalnya 50 mikro gram atau kurang dari itu. Walaupun


35

demikian masih ada kemungkinan hubungan antara

tromboemboli progesteron.

2.2.5 Penanggulan Efek Samping Pil KB

a. Spotting

Berikan penjelasan bahwa hal tersebut hanya sementara, tetapi

jika terus menerus berikan pil KB 1-2 tablet perhari selama

beberapa hari sampai spotting hilang atau diganti dengan pil

KB yang lain.

b. Rasa mual

Berika vitamin B 6, ganti dengan pil yang mengandung

estrogen lebih rendah atau ganti dengan cara KB yang lain.

c. Cloasma

Hentikan penggunaan pil, atau ganti dengan cara penggunaan

cara KB lain.

d. Acne

Ganti dengan pil yang mengandung estrogen tinggi atau pil

dihentikan sementara dengan menggunakan cara KB lainnya.

e. Candidialis vagina

Berikan antimikotik, ganti dengan pil yang mengandung

estrogen tinggi atau pil dihentikan sementara dengan

menggunakan cara KB lainnya.

f. Nyeri kepala
36

Ganti dengan pil yang mengandung estrogen lebih rendah atau

hentikan penggunaan pil, ganti dengan cara KB yang lain.

g. Penambahan berat badan

Bila penambahan berat badan secara progresif dan banyak

maka pemakaian pil sebaiknya dihentikan atau diganti dengan

cara KB yang lain

h. Varises/tromboplebitis

Hentikan penggunaan pil dan harus mendapat perawatan khusu

i. Hipertensi

Apabila lrbih dari 160/105 mmHg, maka penggunaan pil perlu

dihentikan dan harus mendapat pearwatan khusus.

a. Suntikan KB

Suntikan KB mengandung hormon progesterone, tidak

mengandung estrogen.

Cara kerja:

Kontrasepsi senantiasa mencegah kehamilan dengan cara:

1 Menghalangi terjadinya ovulasi.

2 Menipiskan endometrium sehingga tidak terjadi nidasi

3 Menekatkan lender serviks sehingga mengambat

perjalanan spermatozoa melalui kenalis servikalis.

a. Keuntungan

1. Sangat efektif, kegagalan kurang dari 1%


37

2. Kemungkinan salah dan lupa memakainya tidak

ada

3. Dapat diberikan pada ibu yang menyusukan

karena tidak mengurangi produksi ASI.

4. Diberikan setiap 12 minggu sekali.

b. Jenis

Kontrasepsi suntikan yang beredar diindonesia ada 2

macam, yaitu DMPA (Depo Medroxis Progresteron

Asetat) yang lazim disebut Depo Provera sebagai

kontrasepsi suntikan diberikan dosis 150 mg/3 cc

sedangka noristerat denga dosis 200 mg/cc.

c. Waktu pemberian

1. Pasca persalinan sampai 40 hari

2. Pasca keguguran sampai 7 hari

3. Interval dengan anak hidup minimal satu,

sebelum hari kelima haid.d.

d. Cara penyuntikan

Intramuskular

e. Tempat penyuntikan

1. Pada otot bokong (glutea) yang dalam, bekas

suntikan ditutup dengan plester untuk mencegah

keluarnya obat.

2. Pada otot pangkal lengan (deltoid).


38

f. Indikasi

1. Ibu telah mempunyai anak lebih dari satu.

2. Tidak dalam keadaan hamil

3. Riwayat siklus haid teratur

4. Tidak terdapat kontraindikasi .

g. Kontraindikasi

1. Hamil

2. Perdarahan pervagina yang tidak diketahui

sebabnya

3. Tumor/keganasan

4. Terdapat penyakit jantung, paru-paru, kelainan

faal hati, tekanan darah tinggi, obesitas, diabetes.

h. Efek samping dan penanggulangannya

1. Devo provera

Efek samping dapat berupa:

a. Gangguan haid: amenorhea, menoragia dan

spotting.

b. Gangguan bukan haid: pusing sakit kepala,

mual, muntah, rambut rontok, jerawat,

kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah,

penurunan libido, alergi dan hiperpigmentasi

Penanggulangnya:
39

Penanggulangan haid belum ada yang tepat,

tapi untuk sementara dianjurkan antara lain

adalah perbaikan gizi, pemberian pil KB 1-

3/hari selama5-7 hari, penerangan yang lebih

intensif, pemberian obat symtomatis

2. Noristerat

a. Perdarahan yang mengganggu,

penanggulangannya dengan pil kombinasi

1 tablet/hari selama 10 hari.

b. Tidak sedang haid (amenorrhea),

penaggulangannya tidak diberikan pengobatan

bila tidak menimbulkan kegelisahan-

kegelisahan. Amenorhea ditanggulasi dengan

pil kombinasi 2-3 tablet perhari selama 7 hari.

Bila amenore yang terus menerus setelah 3 kali

suntikan, dengan atau tanpa pengobatan, maka

suntikan dihentikan.

2.2.6 IUD/AKDR

IUD adalah suatu alat kontrsepsi yang dimasukan kedalam

rahim yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan

(Prawiroharjo, 1990). Bahan-bahan IUD yang bisa digunakan

terdiri dari plastik, benang suetra, dan metal.

1. Cara kerja IUD


40

Menurut (Saifuddin,2003). Cara kerja IUD adalah sebagai

berikut:

a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba

falopi.

b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum

uteri.

c) IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum

bertemu, walaupun IUD membuat sperma sulit masuk ke

dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi

kemampuan sperma untuk fertilisasi.

d) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam

uterus.

2. Keuntungan-keuntungan AKDR

Menurut (Saifuddin,2003). Keuntungan-keuntungan AKDR

adalah sebagai berikut:

a) Sebagai kontrasepsi mempunyai efektifitas yang tinggi,

dimana menurut (BKKBN, 1989). Hanya dapat satu

kegagalan dalam 125-170 kehamilan.

b) UID dapat efektif segera setelah pemasangan.

c) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari Cu T 380 A

dan tidak perlu diganti).

d) Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat.

e) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.


41

f) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut

untuk hamil.

g) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu IUD

(Cu T 380 A).

h) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

i) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah

abortus apabila tidak terjadi infeksi.

j) Dapat digunakan sampai menopause.

k) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.

l) Membantu mencegah kehamilan ektopik.

3. Kerugian-kerugian AKDR

Menurut (Saifuddin, 2003). Kerugian dapat ditimbulkan oleh

IUD adalah:

a) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

b) Tidak digunakan pada perempuan dengan IMS atau

perempuan yang sering berganti pasangan.

c) Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan

IMS memakai IUD, dimana PRP dapat memicu intertilitas.

d) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvic diperlukan

dalam pemasangan IUD. Seringkali perempuan takut selama

pemasangan.

e) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah

pemasangan.
42

f) Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri. Petugas

kesehatan terlatih yang harus melepas IUD.

g) Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering

terjadi apabila IUD dipasang segera sesudah melahirkan)

h) Tidak mencegah terjadiya kehamilan ektopik karena fungsi

IUD untuk mencegah kehamilan normal.

i) Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari

waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan memasukkan

jarinya kedalam vagina, sebagai perempuan tidak mau

melakukan.

4. Indikasi pemasangan AKDR

a) Telah mendapatkan persetujuan suami.

b) Pernah melahirkan dan telah mempunya anak serta ukuran

rahimnya tidak kurang dari 5 cm.

c) Telah cukup jumlah anaknya dan belum memutuskan untuk

sterilisasi.

d) Tidak ingin hamil paling tidak untuk 2 tahun.

e) Dianjurkan sebagai pengganti pil KB, bagi peserta yang

umumnya diatas 35 tahun.

5. Kontraindikasi pemasangan AKDR

a) Adanya kehamilan.

b) Infeksi panggul (pelvis) yang terus menerus, akut dan

kronis.
43

c) Lecet (erosi) atau peradangan pada leher rahim.

d) Diketahui atau dicurigai kanker rahim.

e) Perdarahan yang tidak normal dari alat kelamin.

f) Perdarahan haid yang hebat

g) Alergi logam

h) Rahim kecil, endometriosis.

6. Saat yang baik pemasangan AKDR

Pada dasarnya AKDR dapat dipasang setiap saat biasanya

dilakukan pada waktu haid, yaiut pada akhir haid atau pada hari

sebelum berakhirnya haid, karena:

a) Serviks lembut dan sedikit terbuka.

b) Perdarahan dan sakit perut mungkin tidak menimbulkan

keluhan pada wanita tersebut.

7. Pemasangan AKDR dapat juga dilakukan sewaktu-waktu,

pada saat:

a) Segera setelah induksi haid atau abortus spontan, asalkan

tidak ada tanda-tanda infeksi misalnya: tidak panas, rahim

tidak lembut, tidak ada keputihan seperti nanah/banya sekali.

b) Setelah melahirkan yaitu: segera setelah melahirkan 2-4 hari

setelah melahirkan 40 hari setelah melahirkan.


44

2.2.7 Alat kontrasepsi Susuk ( Implant )

Pengertian alat kontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi bagi

wanita ayang atau 6 kapsul berukuran kira-kira 3 cm berisi zat

levonorgestrvel (Hartono, 2003).

a) Cara kerja susuk KB

Dengan disususpkannya kapsul tersebut silaktik implant

dibawah kulit, maka setiap hari dilepaskan secara tetap sejumlah

levonorgestrvel kedalam darah melalui proses difusi dari kapsul-

kapsul yang terbuat dari bahan silaktik tersebut, besar kecilnya

levonorgestrvel yang tergantung dari besar kecilnya levonogastrel

permukaan kapsul silastik dan ketebalan dari dinding kapsul

tersebut.

Menurut (siddikin, 2003). Dengan dilepaskannya hormon

lenovogestrel secara konstan dan kontinyu maka cara kerja implant

dalam mencegah kehamilan pada dasarnya terdiri dari 3

mekanisme dasar yaitu:

1) Menghambat terjadinya ovulasi.

2) Terhambatnya perjalanan sel telur menuju rahim.

3) Menebalkan leher rahim/lender serviks.

b) Yang tidak diperbolehkan menggunakan susuk KB.

Menurut (siddik, 2003). Akseptor yang tidak diperbolehkan

menggunakan implant/susuk KB adalah:

1) Akseptor diperkiraan hamil atau tidak hamil.


45

2) Menderita tumor.

3) Wanita berpenyakit jantung, darahtinggi dan kencing manis,

sakit kuning, infeksi panggul, varices berat, wasir.

c) Keuntungan susuk KB

Menurut (siddik, 2003). Keuntungan dari penggunaan alat

kontrasepsi implant adalah sebagai berikut:

1) Tidak menekan produksi ASI

2) Praktik dan efektif.

3) Tidak ada faktor lupa

4) Masa pakai jangka panjang (5 tahun).

5) Membantu mencegah anemia

6) Khasiat kontrasepsi susuk berakhir segera setelah pengangkat.

7) Dapat digunakan oleh ibu yang tidak cocok dengan hormone

estrogen.

d) Pemasangan susuk KB

Waktu pemasangan implant yang tepat adalah pada saat ibu sedang

haid, yaitu sejak hari pertama haid sampai selambat-lambatnya hari

ketujuh, postpartum 3-4 minggu. Pemeriksaan ginekologi sebelum

pemasangan implant perlu dilakukan sama seperti pada pemakaian

kontrasepsi hormonal lainya, jika tidak terdapat kontra indikasi

hormone progestin maka pemasangan implant dapat dilakukan.


46

e) Pencabutan susuk KB

Akseptor sebaiknya berbaring horizontal selama pencabutan

implant, untuk mempermudah pencabutan, tempat tidur/meja

ditutup dengan kain yang bersih.

f) Efek samping, penanggulangan dan pengobatan

1) Gangguan haid

Gejala dapat berupa: Amenorhea dan metrorhagia

Penanggulangan dan pengobatan:

a. Penaggulangannya dengn cara memberikan penjelasan

kepada calon implant bahwa pemakain implant dapat

menyebabkan gejala-gejala tersebut akibat dan hormonal

implant. Biasanya gejala-gejala perdarahan tidak

berlangsung lama. Bila amenorrhea, berikan penjelasan

dengan baik.

b. Pengobatannya dengan cara bila psien ingin haid, dapat

dilaksanakan dengan memberikan pil KB hari 1 sampai 2

masing-masing 3 tablet. Selanjutnya dari hari 4,1 x 1

selama 4-5 hari.

Bila berdarahan dapat pula diberikan preparat estrogen

misalnya Ethynil Estradiol 2 x 1 sehari sampai perdarahan

berhenti. Setelah perdarahan berhenti dapat dilaksanakan

“tapering off” (1 x 1 tablet) selama beberapa hari.dosis

dapat ditingkatkan bila perlu.


47

2) Depresi

Gejala dan keluhan dapat berupa: rasa sakit, tidak semngat

dalam bekerja/kehidupan.

Penanggulangan dan pengobatan:

a. Penanggulangannya dengan cara memberikan penjelasan

kepada calon akseptor guna mengindari perasaan bersalah

dan calon akseptor.

b. Pengobatanya dengan cara terapi psikologis bagi yang

menderita depresi, pemberian vitamin-vitamin seperti B6

50mg.

3) Keputihan

Gejala dan keluhan berupa: cairan putih yang berlebihan

yang keluar dari liang senggama dan menganggu. Hal ini

jarang terjadi pada peserta implant dan bila terjadi ada

penyebab lain. Tidak berbahaya kecuali berbau, panas atau

terasa gatal

a. Penanggulangannya dengan cara memberikan

penjelasan kepada peserta implant jarang terjadi

keputuhan, bila hal ini terjadi juga harus dicari

penyebabnya.

b. Pengobatanya tidak diperlukan pada kasus dimana

cairan berlebihan, dapat diberikan preparat anti

kolinergik seperti ektrat belladonna 10 mg, 2 x 1 tablet.


48

4) Jerawat

Gejala dan keluhannya berupa jerawat diwajah/badan dapat

disertai infeksi atau tidak.

Pengobatannya dengan memberikan vitamin A dan vitamin E

dosis tinggi. Bila disertai infeksi dapat diberikan preparat

tetrasiklin 250 mg 2x1 kapsul selama 1 atau 2 minggu.

5) Perubahan libido

Gejala dan keluhannya menurunnya atau meningkatnya libido

akseptor. Hal ini bersifat subyektif dan sulit dinilai.

Penanggulangan dan pengobatan

Menjelaskan kepada pasien kemungkinan hal ini dan sifatnya

yang subyektif pengobatan medis tidak diajurkan.

6) Perubahan berat

gejala dan keluhannya berat badan bertambah beberapa kg

dalam beberapa bulan setelah pemakaian implant.

Penanggulangan

Menjelaskan kepada akseptor implant bahwa kenaikan berat

badan adalah salah satu efek samping dan pemakaian implant,

akan tetapi tidak selalu kenaikan berat tersebut diakibatkan dan

pemakaian implant.
49

7) Hematoma

Gejala dan keluhannya berupa warna biru dan rasa nyeri pada

daerah pemasangan atau pencabutan akibat pendarahan bawha

kulit.

Penanggulaangan dan pengobatan

a. Penanggulangannya dengan cara memberikan penjelasan

kepada peserta akseptor mengenai kemungkinan hal

tersebut.

b. Pengobatannya dengan cara kompres dingin pada daerah

yang membiru selama dua hari. Setelah itu rubah menjadi

kompres panas hingga warna biru/kuning hilang.

8) Nyeri

Gejala dan keluhannya berupa rasa nyeri pada daerah

pemasangan akibat iritasi saraf setempat, hal ini mungkin

terjadi dari pemasangan implant.

Penanggulanagn dan pengobatan

a. Penanggulangannya dengan cara memberikan penjelasan

kepada akseptor tentang fisiologis dan cara pesangan

implant secara jelas.

b. Pengobatannya pemberian preparat analgetik anti

prostaglandin misalnya Acetosal 500 mg 3x1 tablet atau

parasetamol 500 mg 3x1 tablet.


50

2.2.8 Metode mantap

a. Tubektomi (MOW)

Tubektomi adalah kontrasepsi permanen wanita yang

tidak menginginkan anak lagi yang bekerja menghambat sel

telur wanita sehingga tidak dapat dibuahi oleh sperma. Cara

kontrasepsi ini dipersiapkan melalui tindakan operasi kecil

dengan mengikat dan memotong sel tuba (telur) pada istri.

Keuntungannya adalah:

Pemakaian atau perlindungan terhadap terjadinya

kehamilan sangat tinggi, dapat digunakan seumur hidup, tidak

mengganggu hubungan suami istri, tidak mengganggu

hubungan suami istri, tidak mengganggu produksi ASI .

Kerugiannya berupa:

Faktor risiko dan efek samping bedah.

b. Vasektomi (MOP)

Cara kontrasepsi ini persiapkan melalui operasi tindakan ringan

dengan cara mengikat dan memotong sel sperma (vas

different) sehingga sperma tidak dapat lewat dan air mani tidak

mengandung spermatozoa, dengan demikian tidak terjadi

pembuahan.

Keuntungan dari vasektomi adalah

1. Tidak ada mortalitas (kematian)

2. Morbiditas (mengakibatkan sakit) kecil sekali.


51

3. Dilakukan anastesi local, hanya kurang lebih 15 menit.

4. Kemungkinan kegagalan tidak ada, karena diperiksa

kepastian laboraturium.

5. Tidak mengganggu hungan seksual dan cairan mani yang

dikeluarkan waktu coitus tidak berubah.

6. Biaya murah.

7. Dapat dilakukan dimana saja asal tempatnya bersih dan

tenang, tidak selalu dikamar mandi.

Efek samping vasektomi

a. Kulit membiru atau lecet.

b. Pembekakan dan rasa sakit, keadaan ini merupakan hal

yang ringan dan akan hilang sendiri.

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep ditetapkan

dalam praktek keperawatan. Hal ini disebut sebagai suatu pendekatan

problem solving yang memerlukan ilmu, teknik dan keterampilan yang

ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan klien yang terdiri dari lima tahap

yaitu:

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari tahap proses keperawatan,

dalam mengkaji harus memperhatikan data yang didapat dari klien, dari

orang lain, dan catatan kesehatan klien (Hidayat, A.A 2009).


52

1. Pengumpulan data

a. Data biografi

1. Identitas klien terdiri dari: nama, umur (post partum

biasanya terjadi pada umur 15-44 tahun), pendidikan,

pekerjaan, suku, agama, alamat, no rekam medik, tanggal

masuk rumah sakit.

2. Identitas penanggung jawab terdiri dari: nama, umur, jenis

kelamin, agama, alamat, pekerjaan, dan hubungan dengan

klien.

b. Riwayat kesehatan

1. Keluhan utama

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi klien yang

berkaitan dengan masa nifas. Biasanya keluhan utama yang

dirasakan oleh klien dengan post partum adalah nyeri pada

daerah genetalia.

2. Riwayat penyakit sekarang

Mulainya penderita merasakan adanya keluhan dan usaha

yang telah dilakukan untuk mengatasi keadaan ini, untuk

mengetahui ada tidaknya penyakit yang diderita klien

sekarang yang dapat mempengaruhi pada kondisi klien.

Biasanya klien merasakan nyeri karena trauma akibat proses

persalinan. ASI sudah keluar dan klien dapat

memberikanASI pada bayinya.


53

3. Riwayat penyakit dahulu

Menyangkut riwayat penyakit yang pernah diderita yang ada

hubungannya dengan penyakit sekarang.

4. Riwayat penyakit keluarga

Menyangkut riwayat penyakit yang pernah diderita yang

menyangkut penyakit keluarga atau keturunan.

5. Riwayat obstetri

Untuk mengetahui riwayat obstetri pada klien denga post partum

yang perlu diketahui adalah:

a. Keadaan haid

Yang perlu diketahui pada keadaan haid adalah tentang

menarche, siklus haid, HPHT (hari pertama haid terakhir),

jumlah dan warna darah keluar, encer, menggumpal,

lamanya haid, nyeri atau tidak dan bau.

b. Riwayat kehamilan

Riwayat kehamilan yang perlu diketahui adalah berapa kali

melakukan ANC (ante natal care), selama kehamilan

periksa dimana, perlu diukur tinggi badan dan berat badan.

c. Riwayat persalinan

(1) Riwayat persalinan yang lalu

Tanyakan berapa jumlah gravida, jumlah partal, dan

jumlah abortus, umur kehamilan saat bersalin, jenis


54

persalinan, penolong persalinan, berat badan bayi,

kelainan fisik, kondisi anak saat-saat ini.

(2) Riwayat nifas pada persalinan yang lalu

Tanyakan apakah pernah mengalami demam, keadaan

lochia, kondisi pendarahan selama nifas, tingkat

aktifitas setelah melahirkan, keadaan perinel,

abdominal, nyeri pada payudara, kesulitan eliminasi,

keberhasilan pemberian ASI, respon dan support

keluarga.

(3) Riwayat persalinan saat ini

Tanyakan kapan mulai timbunya his, pembukaan,

kondisi ketuban, lama persalinan dengan episiotomy

atau tidak, kondisi perineum dan jaringan sekitar

vagina, dilakukan anestasi atau tidak, panjang tali

pusat, lama pengeluaran placenta, jumlah pendarahan.

d. Riwayat penggunaan KB

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB

dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah

keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana

KB setelah masa nifas ini beralih ke kontrasepsi jenis

apa.
55

e. Pola kebiasaan sehari-hari menurut Virginia Henderson

1) Respirasi

Frekuensi pernafasan meningkat

2) Nutrisi

Biasanya klien tidak mengalami gangguan

dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya.

Kebanyakan ibu merasa sangat lapar. Permintaan

untuk memperoleh dua kali dari jumlah biasa

dikonsumsi disertai konsumsi cemilan yang sering

ditemukan.

3) Eliminasi

Buang air kecil secara spontan sudah harus

dapat dilakukan dalam 8 jam post partum. Kadang-

kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra

mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme

oleh iritasi muskulus spincter ani selama persalinan.

Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing

sebaiknya dilakukan kateterisasi.

Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari

post partum. Bila belum terjadi dapat

mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat

per oral atau per rektal atau bila belum berhasil

diberikan obat pencahar atau laktasif.


56

4) Istirahat/tidur

Klien biasanya tidak mengalami gangguan

dalam istirahat/tidur. Mempertahankan tempratur

tubuh dan sirkulasi pada klien dengan post partum

biasanya mengalami gangguan dalam hal tempratur

tubuh, suhu tubuh dapat mencapai lebih dari

37,50C.

5) Kebutuhan personal hygiene

Kebersihan diri merupakan pemeliharaan

kesehatan untuk diri sendiri, dimana kebutuhan

personal hygiene klien dengan post partum dibantu

oleh keluarganya.

6) Aktivitas

Pada klien dengan post partum aktivitasnya

terganggu, pekerjaan/kegiatan sehari-hari tidak

mampu dilakukan maksimal karena keadaannya

yang semakin lemah.

7) Gerak dan keseimbangan tubuh

Aktivitas berkurang, tidak bisa berjalan karena nyeri

akibat adanya trauma persalinan.


57

8) Kebutuhan berpakaian

Klien dengan post partum tidak mengalami

gangguan dalam memenuhi kebutuhan

berpakaiannya.

9) Kebutuhan keamanan

Kebutuhan keamanan ini perlu dipertanyakan

apakah klien tetap merasa aman dan terlindungi

oleh keluarganya. Klien mampu menghindari

bahaya dari lingkungan.

10) Sosialisasi

Bagaimana klien mampu berkomunikasi dengan

orang lain dalam mengekspresikan emosi,

kebutuhan, kekhawatiran dan opini.

11) Kebutuhan spiritual

Pada kebutuhan spiritual ini ditanyakan apakah

klien tetap menjalankan ajaran agamanya ataukah

terhambat karena keadaan yang sedang dialami.

f. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada klien dengan post partum

fisiologis yaitu:

1) Keadaan umum

Keadaan umum pasien post partum fisiologis biasanya

lemah.
58

2) Kesadaran

Kesadaran klien biasanya composmentis.

3) Pemeriksaan tanda-tanda vital

Biasanya tanda-tanda vital pada klien post partum

fisiologis yaitu:

a) Suhu : meningkat diatas 37,50C

b) Nadi : meningkat (>90 x/menit)

c) Pernafasan : meningkat (>20x/menit)

d) Tekanan darah : normal 120/80 mmHg.

4) Pemeriksaan fisik head to toe

a) Kepala

Inspeksi : Bentuk, keadaan kepala, kondisi rambut

baik, tidak ada ketombe atau tidak, ada

lesi atau tidak, ada kelainan?

Palpasi : ada yang nyeri tekan apa tidak, benjolan

pada kepala?

b) Mata

Inspeksi : Bentuk mata, konjungtiva anemis atau

tidak anemis, sklera ikterik atau

tidak, apakah terdapat pigmentasi

pada kulit

Palpasi : Ada benjolan atau tidak, terdapat nyeri

tekan tidak?
59

c) Hidung

Inspeksi : Simetris, bersih atau kotor, ada atau

tidaknya polip, sekret

Palpasi : Ada tidak nyeri tekan.

d) Mulut

Inspeksi : Apakah mukosa bibir kering, gigi

tampak bersih atau kotor, dan

lengkap.

Palpasi : Ada tidak terdapart benjolan.

e) Leher

Inspeksi : Apakah terdapat pembesaran kelenjar

tiroid, vena jugularis.

Palpasi : Apakah terdapat massa atau benjolan.

f) Telinga

Inspeksi : Apakah bentuk telinga simetris, terdapat

serumen atau tidak, apakah pendengaran

baik

Palpasi : terdapat nyeri tekan atau tidak.

g) Muka

Inspeksi : yang perlu dikaji adalah ada tidaknya

kloasma gravidarum, apakah muka

tampak pucat, tampak meringis kesakitan

menahan nyeri.
60

Palpasi : Terdapat nyeri tekan atau tidak pada

muka.

h) Kulit

Inspeksi : Apakah kulit kering atau lembab, kotor

atau bersih, terdapat luka tidak.

Palpasi : terdapat oedema atau tidak.

i) Thorax

Inspeksi : Dikaji kesimetrisannya, apakah tampak

kotor atau tidak

Auskultasi : Ada atau tidaknya suara ronchi.

Inspeksi : Ada atau tidaknya nyeri tekan

j) Payudara

Inspeksi : Bagaimanakah keadaan Puting susu

ibu, menonjol atau masuk kedalam,

aerola hiperpigmentasi atau tidak, ASI

dapat keluar atau tidak keluar, mamae

tampak kotor atau bersih, ada luka atau

tidak.

Palpasi : Tidak terdapat Massa/ benjolan,

payudara ibu ada bernanah atau tidak.

k) Abdomen
61

Inspeksi : Apakah terdapat linea nigra, striae, ada

luka atau tidak, apakah ada bekas

oprasi.

Auskultasi : Hitung bising usus.

Palpasi : Apakah ada nyeri tekan, tinggi fundus

uteri normal tidak, ada tidaknya distensi

abdomen.

Perkusi : Timpani.

l) Genetalia

Inspeksi :Yang dilakukan saat melakukan

pemeriksaan genetalia adalah periksa

pengeluaran lochea, warna, bau, dan

jumlah serta ada tidak tanda-tanda

infeksi di daerah perineum, adakah

nyeri tekan di daerah perineum.

m) Ekstremitas atas

Inspeksi : Ada oedema atau tidak, bentuknya

normal atau ada kelainan, ujung-ujung

jari sianosis atau tidak.

Palpasi : Terdapat nyeri tekan atau tidak pada

ekstrimitas atas.

n) Ekstremitas bawah
62

Inspeksi : Pada pemeriksaan kaki apakah ada

varises, oedema, refleks patela, apakah

ada tanda homans.

Palpasi : Apakah terdapat nyeri tekan atau

panas pada betis.

2. Analisa data

Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan

kemampuan berfikir soial sesuai dengan latar belakang ilmu

pengetahuan (Hidayat,A.A 2009).

Table 2.3 Analisa Data ( Nanda 2015-2017).

Symtom Etiologi Problem


DS : Pasien biasannya penggunaan alat Cemas
mengatakan khawatir untuk kontrasepsi
menggunakan alat
kontrasepsi adanya efek samping dari
kontrasepsi

DO: biasanya pasien terlihat haid tidak teratur/spotting


khawatir
Perubahan pola haid

Cemas

DS: : Psien biasannya Akseptor KB pil Gangguan


mengatakan sejak konsep diri:
menggunakan alat Berisi hormon progresteron Body image
kontrasepsi pil banyak dan estrogen
bintik-bintik hitamdan
jerawat dimuka Keseimbangan
progresteron dan estrogen
DO: - Klien akseptor KB pil terganggu

Timbul gajala-gejala
sampingan

Pigmentasi dan jerawat


pada muka, badan menjadi
gemuk
63

Symtom Etiologi Problem

Gangguan body image

DS: Pasien biasannya mengeluh Tindakan operasi Resiko infesi


sakit di daerah insisi (MOW/MOP) dan implant

Pemajanan luka diluar


DO: - kulit lemba,
- pembengkakan didaerah
insisi Bila klien kurang
- kemerahan didaerah insisi perhatikan hygiene

Media yng baik untuk


mikroorganisme tumbuh

Resiko infeksi
2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang

menjelaskan respon manusia ( status kesehatan atau resiko perubahan

pola ) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas

dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk

menjaga setatus kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan

merubah.

Adapun diagnosa keperawatan pada kasus keluarga berencana

postpartum (Aspiani, Y. 2017):

1. Cemas b.d terjadinnya efek samping dari alat kontrasepsi tertentu

ditandai dengan klien mengatakan khawatir untuk menggunakan

alat kontrasepsi.

2. Gangguan konsep diri b.d timbul gejala-gejala sampingan

(pigmentasi dan jerawat pada muka) ditandai dengan klien


64

mengatakan sejak menggunakan alat kontrasepsi pil banyak bintik-

bintik hitam dan jerawat pada muka.

3. Resiko infeksi berhubungn dengan pemajanan luka insisi ditandai

dengan klien mengeluh sakit di daerah insisi, kulit lebam,

pembengkakan di daerah insisi, kemerahan di daerah insisi,

2.3.3 Intervensi Keperawatan

Berdasarkan diagnosa yang diangkat maka rencana keperawatan klien

dengan post partum adalah sebagai berikut :

Table 2.4 Intervensi keperawatan

No Diagnosa Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)


keperawatan
1 Cemas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkatan cemas
keperawatan selama 2x24 2. Jelaskan pada klien
jam diharapkan kecemasan tentang efek samping
dapat dikurangi dari alat kontrasepsi
Dengan kriteria hasil: 3. Berikan kesempatan
- Klien tampak pada ibu untuk bertanya
tenang dan dapat tentang kerugian alat
memahami efek kontrasepsi
samping 4. Berikan support
penggunaan alat psikososial kepada klien
kontrasepsi. terhadap pemasangan
- Klien kooperatif alat kontrasepsi
dan mau
bekerjasama dalam
pemasangan alat
kontrasepsi

2 Gangguan konsep Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan efek samping


diri: keperawatan dari KB pil
Body image selama 2x24 jam diharapkan 2. Anjurkan klien untuk
pasien merasa percaya diri konsultasi dengan
dengan keadaannya spesialis kulit
dengan kriteria hasil:
- Tidak malu untuk
bergaul

3 Resiko infesi Setelah dilakukan tindakan 1. Beritahu klien bahwa


keperawatan selama 2x 24 selama 48 jam pertama
jam diharapkan tidak ada daerah insisi harus
tanda infeksi dibiarkan kering
Dengan kriteria hasil: 2. Jelaskan efek dari
65

No Diagnosa Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)


keperawatan
- Infeksi dapat pemsangan implant,
dicegah MOW/MOP secara
- Tidak ada tanda langsung seperti lebam
infeksi dan rasa perih
3. Hindari benturan,
gesekan dan penekanan di
daerah insisi
4.Balutan jangan dibuka
dalam 48 jam, plester
dipertahankan hingga luka
sembuh (biasanya 5 hari)
5. Anjurkan klien kembali
ke klinik jika ada tanda
infeksi seperti demam,
peradangan selama
beberapa hari
6. Kolaborasi pemberian
terafi antibiotik

2.3.4 Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan langkah keempat dalam tahap proses

keperawatam dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan

(tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana

tindakan keperawatan (Hidayat, 2007).

2.3.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intlektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,

Rencana tindakan, dan pelaksanaanya sudah berhasil dicapai dengan

mengukur pembangunan klien dalam mencapai suatu tujuan. Maka

perawat bisa menentukan efektifitas keperawatan (Nursalam, 2010)


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam peulisan karya tulis ilmiah adalah

desain deskriptif analitik yang menggambarkan dan menganalisa upaya

peningkatan kesiapan pemasangan KB pascasalin.

3.2 Subyek Studi Kasus

Subjek studi kasus dalam karya tulis ilmiah ini iyalah klien dengan post

partum yang bersedia menjadi responden dan dilaksanakan tahapan KB untuk

meningkatkan kesiapan pemasangan KB.

3.3 Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus pada karya tulis ilmiah ini adalah penerapan pendidikan

kesehatan pada pasien post partum untuk meningkatkan upaya kesiapan

pemasangan KB pada pasien post partum.

3.4 Instrumen studi kasus

a. SAP (Satuan Acara Penyuluhan) upaya peningkatan kesiapan pemasangan

KB pada ibu post partum.

b. Penilaian tingkat keberhasilan pemasangan KB pada ibu post partum.

c. SOP (Standar Operasional Prosedur) konsling

d. Lembar kuisioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang KB

pascasalin. cara kontrasepsi pada umumnya, cara pemakaian KB pada ibu

post partum.

66
67

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan:

1. Wawancara

Suatu cara mendapatkan data dengan cara menanyakan langsung

kepada klien atau keluarga atau dari siapapun yang dapat memberikan

informasi tentang klien (Nursalam, 2010).

2. Observasi

Melakukan pengumpulan data dengan melakukan pengamatan

langsung pada klien tentang keadaan tanda-tanda perubahan yang terjadi

pada klien (Nursalam, 2010).

3. Kuesioner

Menggunakan serangkaian pertanyaan tertulis, bertujuan

mendapatkan tanggapan dari kelompok orang terpilih melalui wawancara

pribadi.

4. Pemeriksaan fisik

Menurut Nursalam (2010), pemeriksaan fisik dipergunakan untuk

mengetahui keadaan fisik pasien secara sistematis dengan cara :

a. Inspeksi

Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilaksanakan secara

sistematis dengan menggunakan indra penglihatan, pandangan dan

penciuman sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data. Inspeksi

dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai kaki.


68

b. Palpasi

Palpasi adalah suatu pemeriksaan seluruh bagian tubuh yang

dapat teraba dengan menggunakan bagian tangan yang berbeda untuk

mendeteksi jaringan, bentuk tubuh, persepsi getaran atau pergerakan

dan konsistensi, palpasi ini digunakan untuk memeriksakan turgor kulit

pasien.

c. Perkusi

Perkusi adalah mengetuk permukaan tubuh dengan jari untuk

menghasilkan getaran yang menjalar melalui jaringan tubuh. Perkusi

dilakukan pada daerah abdomen.

d. Auskultasi

Auskultasi adalah mendengarkan bunyi yang terbentuk dalam

organ tubuh untuk mendeteksi perbedaan dari normal.Dilakukan untuk

memeriksa detak jantung pasien.

5. Studi Dokumentasi

Mempelajari dokumentasi keperawatan atau dokumen medik serta

catatan lainnya yang ada kaitannya tentang perkembangan kesehatan klien

(Nursalam, 2010).

3.6 Lokasi Dan Waktu Studi Kasus

Penelitian studi kasus yang dilaksanakan di wilayah kerja

puskesmas, kabupaten Lombok Barat..


69

3.7 Analisis Data Dan Penyajian Data

Penyajian data disajikan berdasarkan data yang diperoleh melalui

kuisioner untuk mengetahui upaya peningkatan kesiapan pemasangan KB

pada ibu post partum melalui konseling KB yang disajikan secara tabuler dan

teksturel.

3.8 Etika Studi Kasus

Etika yang mendasari suatu penelitian, terdiri dari :

1. Informed consent (persetujuan menjadi responden)

Bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan

memberikan lembar persetujuan. Informed Consent tersebut diberikan

sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan

untuk menjadi responden (Hidayat, 2010).

2. Anonimity (tanpa nama)

Memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara

tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat

ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2010).

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang

akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2010


DAFTAR PUSTAKA

Wiliam Dalam Agraini. (2010). Buku Ajar Asuhan keperawatan Maternitas

aplikasi Nanda Nic dan noc. Jakarta: TIM.

Rukiah. (2011). Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas. Yogyakarta: Gosyen

Publishing.

Salehan (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3 Nifas. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Sukarni, S & Margareth. (2013). Kehamilan, Persalainan dan Nifas Dilengkapi

dengan Patologi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Maryunani, Anik. (2017). Asuhan Ibu Nifas & Asuhan Ibu Menyusui. Bogor: In

Media.

Departemen Kesehatan 2016. profil Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, dilihat

10November2018, http://depkes.go.id/resources/profil_kes_kab_lombok

barat.

70

Você também pode gostar

  • Komunitas UKS
    Komunitas UKS
    Documento7 páginas
    Komunitas UKS
    Husnul Khotimah
    Ainda não há avaliações
  • Askep Sle
    Askep Sle
    Documento26 páginas
    Askep Sle
    Margita Pratama
    Ainda não há avaliações
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Documento28 páginas
    Bab Ii
    ririn
    Ainda não há avaliações
  • Acara Iii
    Acara Iii
    Documento19 páginas
    Acara Iii
    Margita Pratama
    Ainda não há avaliações
  • Bahan Ajar
    Bahan Ajar
    Documento3 páginas
    Bahan Ajar
    Margita Pratama
    Ainda não há avaliações
  • LP Ich
    LP Ich
    Documento14 páginas
    LP Ich
    Jians Faujians
    Ainda não há avaliações
  • Tabulasi Gabungan
    Tabulasi Gabungan
    Documento17 páginas
    Tabulasi Gabungan
    Anggi Widya Lestari
    Ainda não há avaliações
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Documento28 páginas
    Bab Ii
    ririn
    Ainda não há avaliações
  • Askep Komunitas Remaja Merokok
    Askep Komunitas Remaja Merokok
    Documento17 páginas
    Askep Komunitas Remaja Merokok
    satriawan adi saputra
    100% (7)
  • Askep Lansia Hipertensi
    Askep Lansia Hipertensi
    Documento46 páginas
    Askep Lansia Hipertensi
    Margita Pratama
    Ainda não há avaliações
  • Tugas2 Kep - Keluarga
    Tugas2 Kep - Keluarga
    Documento13 páginas
    Tugas2 Kep - Keluarga
    Margita Pratama
    Ainda não há avaliações
  • Makalah Filsafat Islam Jadi
    Makalah Filsafat Islam Jadi
    Documento23 páginas
    Makalah Filsafat Islam Jadi
    Margita Pratama
    Ainda não há avaliações
  • REYZA
    REYZA
    Documento3 páginas
    REYZA
    Margita Pratama
    Ainda não há avaliações
  • Penilaian Sikap
    Penilaian Sikap
    Documento3 páginas
    Penilaian Sikap
    Margita Pratama
    Ainda não há avaliações
  • Bahan Ajar
    Bahan Ajar
    Documento3 páginas
    Bahan Ajar
    Margita Pratama
    Ainda não há avaliações
  • Peta Suku Bangsa
    Peta Suku Bangsa
    Documento8 páginas
    Peta Suku Bangsa
    Margita Pratama
    Ainda não há avaliações
  • RPP Kelas 3 Aku
    RPP Kelas 3 Aku
    Documento6 páginas
    RPP Kelas 3 Aku
    Margita Pratama
    Ainda não há avaliações
  • Kartu Kelompok
    Kartu Kelompok
    Documento1 página
    Kartu Kelompok
    Margita Pratama
    Ainda não há avaliações
  • Bahan Ajar Kelas 1
    Bahan Ajar Kelas 1
    Documento6 páginas
    Bahan Ajar Kelas 1
    Margita Pratama
    100% (1)
  • Bab I, 2,3
    Bab I, 2,3
    Documento45 páginas
    Bab I, 2,3
    Margita Pratama
    Ainda não há avaliações
  • Roni Ali
    Roni Ali
    Documento3 páginas
    Roni Ali
    Margita Pratama
    Ainda não há avaliações
  • Bawang Merah Dan Bawang Putih
    Bawang Merah Dan Bawang Putih
    Documento2 páginas
    Bawang Merah Dan Bawang Putih
    Margita Pratama
    Ainda não há avaliações
  • ZULKHARI
    ZULKHARI
    Documento3 páginas
    ZULKHARI
    Margita Pratama
    Ainda não há avaliações
  • Bahan Ajar Kelas 6
    Bahan Ajar Kelas 6
    Documento9 páginas
    Bahan Ajar Kelas 6
    Margita Pratama
    Ainda não há avaliações
  • PENGOBATAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA LANSIA MELALUI TERAPI SLOW STROKE BACK MASSAGE DAN AROMATERAPI
    PENGOBATAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA LANSIA MELALUI TERAPI SLOW STROKE BACK MASSAGE DAN AROMATERAPI
    Documento61 páginas
    PENGOBATAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA LANSIA MELALUI TERAPI SLOW STROKE BACK MASSAGE DAN AROMATERAPI
    Margita Pratama
    Ainda não há avaliações
  • Bahan Ajar Kelas 1
    Bahan Ajar Kelas 1
    Documento6 páginas
    Bahan Ajar Kelas 1
    Margita Pratama
    100% (1)
  • Kenangan Kelas XII DKV 2018
    Kenangan Kelas XII DKV 2018
    Documento1 página
    Kenangan Kelas XII DKV 2018
    Margita Pratama
    100% (1)
  • Ciri Ciri Khusus Hewan Beserta Gambarnya
    Ciri Ciri Khusus Hewan Beserta Gambarnya
    Documento7 páginas
    Ciri Ciri Khusus Hewan Beserta Gambarnya
    Margita Pratama
    Ainda não há avaliações
  • LKPD KLS 5
    LKPD KLS 5
    Documento10 páginas
    LKPD KLS 5
    Margita Pratama
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento41 páginas
    Bab I
    Margita Pratama
    Ainda não há avaliações