Você está na página 1de 22

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saluran pencernaan memberi tubuh persediaan akan air,elektrolit, dan zat makanan yang
terus menerus. Untuk mencapai hal ini, dibutuhkan (1) pergerakan makanan melalui
saluran pencernaan, (2) sekresi getah pencernaan dan pencernaan makanan, (3) absorpsi air
berbagai elektrolit, dan hasil pencernaan, (4) sirkulasi darah melalui organ-organ gastrointestinal
untuk membawa zat-zat yang diabsorbsi, dan (5) pengaturan semua fungsi ini oleh sistem
lokal,saraf,dan hormone. Setiap bagian dari saluran pencernaan disesuaikan terhadap fungsi
spesifiknya : beberapa untuk pasase makanan yang sederhana, seperti esophagus; yang lainnya
untuk penyimpanan makanan sementara, seperti lambung; dan yang lain untuk pencernaan dan
absorpsi, seperti usus halus.Agar makanan dapat dicerna secara optimal dalam saluran
pencernaan, waktu yang diperlukan makanan pada masing-masing bagian saluran bersifat sangat
penting. Selain itu, pencampuran yang tepat juga harus dilakukan. Tetapi karena kebutuhan untuk
pencampuran dan propulsi (pendorongan) sangat berbeda pada tiap tingkat proses, berbagai
mekanismeumpan balik hormonal dan saraf otomatis akan mengontrol waktu dari tiap aspek
proses ini sehingga pencampuran dan pendorongan akan terjadi secara optimal, tidak terlalu cepat,
tidak terlalu lambat.
Di sepanjang traktus gastrointestinal, kelenjar sekretoris mempunyai dua fungsi utama:
Pertama: enzim-enzim pencernaan disekresi pada sebagian besar daerah saluran pencernaan,dari
rongga mulut sampai ujung distal ileum. Kedua, kelenjar mucus, dari rongga mulutsampai ke anus,
mengeluarkan mucus untuk melumaskan dan melindungi semua bagian saluran pencernaan.
Kebanyakan sekresi pencernaan terbentuk hanya sebagai respons terhadap keberadaan makanan di
dalam saluran pencernaan, dan jumlah yang disekresi pada setiap segmen traktus hampir sama
dengan jumlah yang dibutuhkan untuk pencernaan yang sesuai.
Kedua: pada beberapa bagian traktus gastrointestinal, bahkan jenis enzim dan zat-zat lainnya dari
sekresi bervariasi sesuai dengan tipe makanan yang ada.Bahan makanan utama yang diperlukan oleh
tubuh yang hidup, (selain jumlah kecil zat seperti vitamin dan mineral) dapat digolongkan sebagai
karbohidrat, lemak dan protein, bahan-bahan ini biasanya tidak dapat diserap dalam bentuk alami

1
melalui mukosa saluran pencernaan dan, karena alasan ini bahan-bahan tersebut tidak berguna
sebagai zat nutrisi tanpa pencernaan awal. Dalam prosesnya yang berkangsung terus-menerus
bukan tidak mungkin saluran pencernaan mengalami gangguan atau bahkan kelainan. Hal ini
tentu saja akan mengganggu proses pencernaan. Pengobatan yang efektif untuk kebanyakan
gangguan gastrointestinal bergantung pada pengetahuan dasar mengenai fisiologi gastrointestinal.
Oleh karena hal di atas maka dalam makalah ini akan membahas prinsip-prinsip umum fungsi
gastrointestinal (Motilitas, pengaturan saraf dan sirkulasi darah), propulsi dan
pencampuranmakanan dalam saluran pencernaan, fungsi sekresi saluran pencernaan, pencernaan
dan absorpsi dalam traktus gastrointestinal serta fisiologi gangguan gastrointestinal.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui :


a. Prinsip-prinsip umum fungsi gastrointestinal l(Motilitas, pengaturan saraf dan sirkulasi
darah).
b. Propulsi dan pencampuran makanan dalam saluran pencernaan.
c. Fungsi sekresi saluran pencernaan.
d. Pencernaan dan absorpsi dalam traktus gastrointestinal.
e. Fisiologi gangguan gastrointestinal

2
BAB II
KONSEP TEORITIS
2.1 Definisi
Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996).
Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer
dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya (FKUI,1965).
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh
bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s,1995).
Gastroenteritis adalah kondisis dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang
disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan ( Marlenan Mayers,1995 ).
Dari keempat pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa Gstroentritis adalah
peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekwensi
lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen.

2.2 Etiologi
a.Infeksi
a)Enteral
-Bakteri : Salmonella, Shigella, Campylobacter, Escherichia Coli, Yersinia, Aeromonas,
Clostridium difficile, Stapilococcus aureus, Streptococcus, Klebsiela, Pseudomonas, Aeromonas,
Proteus, dll.
-Virus : virus Norwalk dan virus Coxsackie, rotavirus, parvovirus, adenovirus, echovirus,
cytomegalovirus (CMV)
-Parasit :Giardia Lamblia, Entamoeba Histolytica, Strongyloides, Isospora Belli, Microsporidium
-Worm :A. lumbricoides, cacing tambang, Trichuris trichiura, cestodiasis, dll

3
b)Parenteral:
-Otitis media akut (OMA)
-Pneumonia
-Traveler's diarrhea: E.coli, Girdia lamblia, Shigella, Entamoeba histolytica, dll.
c)Makanan:
-Intoksikasi makanan: makanan beracun atau mengandung logam berat, makanan mengandung
bakteri atau toksin
-Alergi : susu sapi, makanan tertentu
b.Terapi obat : antibiotic, kemoterapi, antacid, dll.
c.Faktor lingkungan
Pada musim penghujan, dimana air membawa sampah dan kotoran lainnya, dan juga pada
waktu kemarau dimana lalat tidak dapat dihindari apalagi disertai tiupan angin yang cukup besar,
sehingga penularan lebih mudah terjadi.Persediaan air bersih kurang sehingga terpaksa
menggunakan air seadanya, dan terkadang lupa cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
d.Tindakan tertentu seperti gastrektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi terapi radiasi

2.3Klasifikasi
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan:
a.Lama waktu diare:
-Diare akut
-Diare kronik
b.Mekanisme patofisiologi:
-Diare osmotik
-Diare sekretorik
c.Penyebab infeksi atau tidak:
-Diare infektif
-Diare non-infektif

4
2.4 Patofisiologis
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris,
Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan
lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini
menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak
sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.Penularan Gastroenteritis
biasanya melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya.Beberapa kasus ditemui
penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang
tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga
timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga
sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan
air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan
Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan
sirkulasi darah.

2.5 Manifestasi Klinis


a.Frekuensi BAB >3 kali sehari
b.Feses kadang disertai lendir atau darah
c.Nafsu makan menurun
d.Malaise
e.Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria)
f.Turgor kulit menurun
g.Membran mukosa kering
h.Bising usus meningkat
i.Kram abdomen

5
j.Adanya tenesmus
k.Penurunan BB
2.6 Pemeriksaan laboratorium dan dignostik Penunjang
a.Pemeriksaan darah lengkap
Hb, Ht, leukosit, hitung jenis leukosit
b.Kadar elektrolit serum
Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
c.Ureum dan kreatinin
Untuk mengetahui fungsi ginjal, untuk mengetahui adanya kekurangan cairan dan
mineral tubuh.
d.Pemeriksaan tinja
Untuk melihat adanya leukosit dalam tinja yang menunjukkan adanya infeksi bakteri,
adanya telur cacing dan parasit dewasa.
e.Pemeriksaan ELISA
Mendeteksi giardiasis dan test serologic amebiasis.
f.Rektoskopi atau sigmoidoskopi
Pada pasien yang toksik, pasien dengan diare berdarah, pasien denga diare akut
persisten.
g.Kolonoskopi
Pada pasien AIDS yang mengalami diare, kolonoskopi di pertimbangkan karena
kemungkinan penyebab infeksi atau limfoma di daerah kolon kanan.

2.7 Penatalaksanaan Medis


a.Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
Hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
1)Jenis cairan yang akan digunakan
Cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan meskipun jumlah kaliumnya lebih rendah
dibandingkan dengan kadar kalium cairan tinja.
Jika tidak tersedia RL, dapat diberikan cairan NaCl isotonik ditambah satu ampul
Nabikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap 1L infus NaCl isotonik.

6
Pada keadaan diare akut awal yang ringan, dapat diberikan bubuk oralit sebagai usaha
awal agar tidak terjadi dehidrasi. Jumlah cairan yang akan diberikan, pada prinsipnya jumlah
cairan yang akan diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari tubuh.
kehilangan cairan dari tubuh dapat dihitung dengan memakai rumus:
-B.D. plasma dengan memakai rumus:
Kebutuhan cairan: BD plasma-1,025 x BB x 4 ml
0,001

b.Memberikan terapi simptomatik


1. Pemberian terapi simptomatik harus berhati-hati dan perlu pertimbangan karena lebih banyak
kerugiannya daripada keuntungannya.
2. Pemberian anti motilitas seperti Loperamid perlu dipertimbangkan karena dapat memperbutuk
diare. Jika memang dibutuhkan karena pasien amat kesakitan diberikan dalam jangka pendek
(1-2 hari saja) dengan jumlah sedikit.
3.Pemberian antiemetik seperti Metoklopropamid juga perlu diperhatikan karena dapat
menimbulkan kejang pada anak dan remaja akibat rangsangan ekstrapiramidal.
4.Pada diare akut yang ringan kecuali rehidrasi peroral, bila tidak ada kontraindikasi dapat
diberikan Bismuth subsalisilat maupun Loperamid dalam waktu singkat. Pada diare berat, obat-
obat tersebut perlu dipertimbangkan dalam pemberian waktu yang singkat dan dikombinasikan
dengan pemberian obat antimikrobial.
5. Pada penderita diare mungkin disertai dengan Lactose intolerance, oleh karena itu hindari
makanan/ minuman yang mengandung susu sapai diare membaik dan hindari makanan yang
pedas atau banyak mengandung lemak.
c.Memberikan terapi definitif
Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi:
Kolera eltor:
-Tetrasiklin 4x500 mg/ hari, selama 3 hari atau
-Kortimoksazol, dosis awal 2x3 tab, kemudian 2x2 tab selama 6 hari atau
-Kloramfenikol 4x500 mg/ hari, selama 7 hari atau gol. Fluoroquinolon

7
S.aureus: Kloramfenikol 4x500 mg/ hari

Salmonellosis:
-Ampisilin 4x1g/ hari atau
-Kortimoksazol 2x2 tab atau
-Gol. Fluoroquinolon seperti Siprofloksasin 2x500 mg selama 3-5 hari
Shigellosis:
-Ampisilin 4x1g/ hari, selama 5 hari atau
-Kloramfenikol 4x500 mg/ hari, selama 5 hari
Injeksi Helicobacter jejuni Eritromisin 3x500 atau 4x500 mg/ hari selama 7 hari
Amubiasis:
-Metronidazol 4x500 mg/ hari selama 3 hari atau
-Tinidazol dosis tunggal 2 g/ hari selama 3 hari atau
-Secnidazole dosis tunggal 2 g/ hari selama 3 hari atau
-Tetrasiklin 4x500 mg/ hari, selama 10 hari
Giardiasis:
-Quinacrine 3x100 mg/ hari selama 1 minggu atau
-Chloroquin 3x100 mg/ hari selama 5 hari atau
-Metronidazol 3x250 mg/ hari selama 7 hari
Balantidiasis: Tetrasiklin 3x500 mg/ hari, selama 10 hari
Kandidosis: Nystatin 3x500.000 unit selama 10 hari
Virus : simtomatik dan suportif

2.8 Komplikasi Gastroenteritis


a)Bakteremia
Spesies E.Coli Salmonella dan Shigella adalah semua organisme yang masuk ke aliran
darah menyebabkan penyebaran organisme lain dan infeksi sistemik. Penting bahwa pasien
demam akut dengan diare telah dilakukan kultur darah. Jika pada awal apusan terlihat organisme
gram negative, diberikan terapi antibiotic.

8
b)Syok hipovolemyk.
Syok hipovolemik, terjadi apabila tubuh tidak mampu lagi melakukan kompensasi dalam
memenuhi kebutuhan sirkulasi darah. Kontrol syok berhubungan dengan kebutuhan yang tepat dari
pengkajian masukan dan keluaran dan penggantian cairan.Pada kejadian yang jarang, pasien
dengan ketidakseimbangan cairan berat membutuhkan perawatan di unit intensif dengan
pemantauan hemodinami.
c) Dehidrasi, baik ringan, sedang, maupun berat, akibat banyaknya kehilangan cairan tubuh saat diare
berlangsung, dehidrasi biasa terjadi pada anak kecil.
d)Cardiac disarhytmia, terjadi akibat gangguan elitrolit yang terjadi ketika diare berlangsung.
e)Hiponatremia, konsentrasi natrium serum yang kurang dari 136meq/liter , hal ini terjadi karena
banyaknya natrium yang hilang bersama dengan cairan tubuh ketika diare berlangsung.
f)Hipokalemia, konsentrasi kalium serum yang kurang dari 3,5 meq/liter , hal ini terjadi karena banyaknya
kalium yang hilang bersama dengan cairan tubuh ketika diare berlangsung.
g)Hipokalsemia, terjadi akibat rendahnya kadar kalsium dalam tubuh , hal ini terjadi karena banyaknya
kalsium yang hilang bersama dengan cairan tubuh ketika diare berlangsung.
h) Hipomagnesemia, konsentrasi magnesium kurang dari 1,7 mg/100 ml, hal ini terjadi karena banyaknya
magnesium yang hilang bersama dengan cairan tubuh ketika diare berlangsung.

9
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama:
Pada penderita gastrointestinal terdapat nyeri pada abdomen dan rasa nyeri menyebar ke bagian
tengah punggung
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
-nyeri pada abdomen
-malaise
-Hipertensi
-.berat badan turun
-mual-muntah
-membran mukosa kering
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Penderita gastrointestinal mempunyai riwayat penyakit apendiks
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Didalam keluarga tidak ada penyakit keturunan dan menular.
e) Genogram:

Keterangan :
: Laki – Laki : pasien

: Perempuan : tinggal 1 rumah

10
3.1.2 Pengkajian: Pola Gordon
a. Persepsi terhadap Kesehatan
Kesehatan itu sangat penting tapi menjadi tidak penting ketika orang yang diberi nikmat
berupakesehatan tidak ingat yang memberi nikmat tersebut (Allah SWT ).
b. Pola Aktivitas Latihan
Penderita gastrointestinal dalam aktivitas sehari-hari membutuhkan bantuan dari keluarga atau
orang lain karena lemah dan nyeri.
c. Pola Istirahat Tidur
Pada pasien gastrointestinal terdapat gangguan pola tidur yang disebabkan oleh nyeri pada
abdomen dan ras nyeri yang menyebar ke bagian tengah punggung .
d. Pola Nutrisi Metabolik
Pada penderita gastrointestinal mengalami mual, muntah, nafsu makan menurun.
e. Pola Eliminai
Tidak ada gangguan.
f. Pola Kognitif Perseptual
Pendarita gastrointestinal mampu berkomunikasi dan berorientasi dengan baik dengan orang lain.
g. Pola Konsep Diri.
Harga Diri :Pasein merasa malu karena sering BAB,pasien tidak percaya diri dalam aktifitasnya
karena nyeri
Ideal Diri : Pasien menginkan dapat beraktifitas seperti biasanya.
Peran Diri: Pasien mampu berperan aktif dalam masyarakat untuk menjalani kegiatan sehari hari.
h. Pola Koping
Pada penderita gastrointestinal terbuka dengan anggota keluarga yang lain sehingga ketika ada
masalah selalu dipecahkan bersama.
i. Pola Seksual Reproduksi
Terganggu
j. Pola Peran hubungan
Hubungan dengan keluarga,masyarakat dan lingkungan sekitar baik.
k. Pola nilai dan kepercayaan

11
Penderita gastrointestinal beribadah sesuai dengan keyakinan

A. PENGKAJIAN

Tanggal Masuk : 04-06-2012


Jam : 19:45
Tempat : RS Saiful Huda

1. BIODATA
a) Identitas Pasien
Nama : Tn.F
Umur : 39thn
Jenis kelamin :Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Status : Sudah menikah
Alamat : JL.Kahuripan No.53 Bangorejo
Sumber informasi : Keluarga Tn.Fatar
Dx medis : Gastrointestinal

b) Identitas Penanggung Jawab


Nama : Nn.M
Umur : 34 thn
Jenis Kelamin :Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Pembantu rumah tangga
Status : Sudah menikah
Alamat : JL.Kahuripan No.53 Bangorejo
Hubungan dengan klien : Istri

12
3.1.3. PEMERIKSAAN FISIK
a) Keadaan Umum
Kesan umum : baik
Wajah : menyeringai
Kesadaran : Compos mentis
TB: 175 cm
BB: 85 kg
b) Tanda – Tanda Vital
N : 50x/menit
RR : 27 x/menit
S : 37,5
TD : 110/60mmHg
c) Kulit,rambut, kuku
Inspeksi : warna kulit tidak normal, dan tidak ada lesi pada kulit, jumlah rambut tipis & warna
kuku putih kemerahan dengan bentuk normal, kuku tampak panjang dan kotor .
Palpasi : Suhu badn hipertermi, kelembapan kulit pasien kering turgor kulit kering.
d) Kepala
Inspeksi : mesocepale, simetri, dan tidak ada deformitas
palpasi : kepala tidak ada pendarahan pada mata
Inspeksi :Mata kanan semitris dan mata kiri simitris
Bentuk bola mata : bulat, simetris
Konjungtiva : pucat
Sklera : tidak ikterik
Pupil : isokor
Gerakan : tidak terbatas
Pada wajah : ekspresi wajah tampak lemah menahan nyeri
Telinga : tidak ada kotoran (serumen) , tidak ada inflamasi, tidak ada benda asingpada lubang
telinga, tinnitus
Pada hidung : tidak ada massa, pollip, fungsi pembauan baik, tidak ada perdarahan lewat hidung

13
Mulut : keadaan mulut simetris, kebersihan gigi dan mulut tidak terjaga

e) Pemeriksaan leher
inspeksi : leher kanan dan kiri simetris, tidak ada pembengkakan
palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
f) Pemeriksaan thorak (dada)
inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada retraksi pada saat inspirasi
palpasi : gerakan dada pada waktu bernafas simetris, tidak terdapat adanya massa dinding thorak,
tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : terdapat bunyi redup
Auskultasi : suara pernafasan vesikuler
g) Pada abdomen
inspeksi : abdomen tidak simetris.
palpasi : adanya nyeri tekan
perkusi : terdapat bunyi timpany
Auskultasi: suara usus hiperaktif
3.1.5 . Analisa Data
DATA MASALAH ETIOLOGI
DS: pasien mengeluh mual Kekurangan volume cairan Makan makanan pedas
muntah lebih dr 3kali dalm
sehari,mual muntah Peristaltic meningkat
cair,pusing,lemas
DO: k/u lemah Infeksi sal.cerna
TTV: - N: 50X/MNT
-RR : 24X/MNT Masuk berkembang biak dalam
-S : 37,5 tubuh
-TTD :110/60mmHg
- BB :40kg Hiper peristaltik
- TB: 165 cm
Distraksi abdomen

Frekuensi BAB berlebih

Diare

14
DATA MASALAH ETIOLOGI
DS: pasien mengeluh berat badan Kekurangan nutrisi Hiper peristaltik
semakin berkurang,tinggi tubuh
tidak ideal Distraksi abdomen
DS: k/u lemah
TTV: - N: 50X/MNT anoreksia
-RR : 24X/MNT
-S : 37,5
-TTD :110/60mmHg
- BB :40kg
- TB: 165 cm
- kelemahan dan nyeri tekan
otot

DATA MASALAH ETIOLOGI


DS: pasien mengeluh BAB Syok hipovolemia Bakteri masuk dalam usus
mengeluh encer,
DO: k/u lemah Menempel pada dinding usus
TTV: - N: 50X/MNT
-RR : 24X/MNT Memproduksi toksin
-S : 37,5
-TTD :110/60mmHg Feses cair
- BB :40kg
- TB: 165 cm Outpu >>>>
- peningkatan frekuensi bising
usus Input <<<<
-peningkatan feses cair
dehidrasi

15
DATA MASALAH ETIOLOGI
DS: pasien mengeluh sakit pada Nyeri abdomen Bakteri masuk dalam usus
daerah perut
DO: k/u lemah Menempel pada dinding usus
TTV: - N: 50X/MNT
-RR : 24X/MNT Memproduksi toksin
-S : 37,5
-TTD :110/60mmHg Distraksi abdomen
- BB :40kg
- TB: 165 cm
- wajah grimace
--perilaku
melindungi,protektif
-memfokuskann pada diri
sendiri
-penyempitan focus
-perilaku distraksi
-perubahan pada tonus otot

DATA MASALAH ETIOLOGI


DS: pasien mengeluh lecet pada Integritas kulit toksin
daerah anus
DS: k/u lemah Tekanan osmotic usus
TTV: - N: 50X/MNT meningkat
-RR : 24X/MNT
-S : 37,5 Absorbs tubuh menurun
-TTD :110/60mmHg
- BB :40kg Output berlebih
- TB: 165 cm
-pritus
-jaringan epitel terputus

16
3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output berlebih yang ditandai dengan mual
muntah dan pusing.
2. Kekurangan nutrisi berhubungan dengan kerusakan menelan yang di tandai dengan nyeri otot,
wajah pucat pasi, lemas.
3. Syok hipovolemia berhubungan dengan input cairan berkurang yang ditandai dengan
peningkatan frekuensi usus, dehidrasi dll.
4. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen yang ditandai dengan penyempitan
fokus,perilaku distraksi,perubahan tonus otot.
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan frekuensi BAB berlebih yang ditandai dengan pritus
dan jaringan epitel putus.

3.3 Intervensi

No Dianosa keperawatan Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional


1 Kekurangan volume Setelah dilakukan DS:klien 1) observasi TTV 1)mengetahui
cairan b/d output tindakan 1x24jam mengatakan bahwa 2) observasi perkembangan
berlebih diharapkan tidak mual muntah tanda-tanda kondisi pasien
hipovolemia lagi dehidrasi 2)mengetahui
3)pantau masukan derajat dehidrasi
hipovolemia dan DO:masukan dan
makanan setiap dan menentukan
output normal haluaran seimbang hari terapi yang
:DO: k/u baik 4) diet kaya kalori diberikan
TTV: tinggi nutrient 3) meningkatkan
-N: 70X/MNT 5) kolaborasi kenyamanan klien
-RR : 24X/MNT dengan dokter 4) meningkatkan
-S : 36,5 untuk berikan kondisi tubuh
-TTD infuse 5)
:110/80mmHg mengimbangkan
cairan tubuh

No Dianosa keperawatan Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional


2 Kekurangan nutrisi b/d Setelah dilakukan DS:klien 1) hilangkan 1)mempercepat
kerusakan menelan tindakan 3x24jam mengatakan bisa faktor penyebab penyembuhan
diharapkan menelan dan tidak 2) kurangi 2) agar nutrisi
kemampuan terasa sakit kemungkinan dalam tubuh tidak
aspirasi berkurang
menelan bias
3)masukan 3) mempermudah
kembali normal :DO: k/u baik makanan cair dalam menelan
TTV: 4) pemasangan 4) memperbaiki
-N: 70X/MNT NGT nutrisi
-RR : 24X/MNT 5) kolaborasi 5)mepercepat
-S : 36,5 dokter dalam
-TTD :110/80mmH penyembuhan dan
-dapat menelan pemberian obat
dengan baik

17
No Dianosa keperawatan Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
3 Syok hipovolemia b/d Setelah dilakukan DS:klien 1) pemberian 1)menganti cairan
input cairan berkurang tindakan 1x24jam mengatakan bahwa minum sebanyak yang telah hilang
diharapkan Tubuh menjadi – banyaknya 2) mengetahui
frekuensi bising lebih segar, bunyi 2) oservasi tanda derajat dehidrasi
dehidrasi dan menentukan
usus menurun, usus tidak sering
3)kolaborasi ahli terapi yang
input cairan lagi gizi untuk diberikan
normal, tidah DO: k/u baik pemberian nutrisi
dehidrasi TTV: 4) pantau 3)mempercepat
-N: 70X/MNT masukan penyembuhan
-RR : 24X/MNT makanan tiap hari pada pasien
-S : 36,5 5)kolaborasi 4)meningkatkan
-TTD dengan dokter kenyamanan klien
:110/80mmHg untuk 5)
pemberian mengimbangkan
cairan tubuh
infuse

No Dianosa keperawatan Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional


4 Nyeri b/d distensi Setelah dilakukan DS:pasien 1) pertahankan 1) tirah baring
bdomen tindakan 1x24jam mengungkapkan tirah baring pd mengurangi
Rasa nyeri teratasi/ penurunan posisi nyaman penggunaan
terkontrol ketidaknyamanan 2) kaji lokasi energy dan
berat dan tipe membantu
:menyatakan nyeri
nyeri mengontrol nyeri
pd tingkat dpt 3) kaji keefektifan 2) mengetahui
ditoleransi dan pantau thd sejauh mana
:menunjukkan efeksamping tingkat nyeri
relaks analgesic 3) analgesic da[at
DO: k/u baik 4) berikan mengurangi nyeri
TTV: periode istirahat shg nyaman
-N: 70X/MNT terencana 4) kolon di
-RR : 24X/MNT 5) hindari istirahatkan untuk
-S : 36,5 morfin penyembuhan
dan untuk
-TTD
menurunkan
:110/80mmHg kehilangan cairan
usus.
5) analgesic da[at
mengurangi nyeri
shg nyaman

18
No Dianosa keperawatan Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
5 Gangguan intergitas Setelah dilakukan DS:klien 1) pantau 1) meningkatkan
kulit b/d frekuensi tindakan 1x24jam mengatakan bahwa masukan kenyamanan klien
BAB berlebih diharapkan BAB BAB berkurang makanan setiap 2) meningkatkan
berkuarang dan :DO: k/u baik hari kondisi tubuh
2) diet kaya kalori 3)
nyeri menghilang TTV:
tinggi nutrient mengimbangkan
-N: 70X/MNT 3) berikan obat cairan tubuh
-RR : 24X/MNT anti diare
-S : 36,5
-TTD
:110/80mmHg

3.4 Implementasi :
Tanggal No.DX Implementasi/ catatankeperawatan Evaluasi
04-06-2012 1 -pemeriksaan TTV S: Rasa nyaman
R/pasien merasakn seluruh tubuhnya sudah membaik
-pemeriksaan dehidrasi pasien terpenuhi
R/ pasien mengatakan tidak dehidrasi O: K/U baik
-pemberian nutrisi
R/ pasien mengatakan tubuh sudah tdk lemas TTV:
-atur pola makan
R/ pasien mengatakan makan mulai teratur -N: 30X/mnt
-pemberian kebutuhan caiaran -RR: 28X/mnt
R/ pasien mengatakan tidak dehidrasi
-S: 37
2 -melakukan perawatan dengan baik
-TD: 110/70mmhg
R/pasien bisa lebih cepat sembuh
-mengobservasi pemeriksaan A: masalah
R/ pasien merasa diberi layanan kesehatan yang optimal
- pemberian kebutuhan caiaran teratasi
R/ pasien mengatakan tidak dehidrasi
P:Intervens
-melakukan tindakan prosedur perawatan
R/ pasien merasa lebih diperhatikan dihentikan
-melakukan kolaborasi dengan tim medis lain
R/ pasien kebutuhan dirinya terpenuhi

3 -memberikan minum
R/ pasien mengatakan tidak dehidrasi
- mengobservasi tanda dehidrasi
R//pasien mengatakan tidak dehidrasi
-pemberian nutrisi kolaborasi ahli gizi
R/ pasien mengatakan tubuh sudah tdk lemas
- mencatat makana yang masuk
R/ sebagai bahan pembanding
- pemberian kebutuhan caiaran
R/ pasien mengatakan perutnya tidak dehidrasi/ haus

19
4 -pengaturan posisi
R/ pasien mengatakan tubuh lebih nyaman
-melakukan palpasi,perkusi,auskultasi
R/ pasien mengatakan lokasi nyeri saat dilakukan
pemeriksaan
-pemberian analgesic
R/ pasien mengatakan nyeri berkurang(pantau tiap jam)
-istirahat yang cukup
R/pasien mengatakan keadaan tubuh lebih baek
-pembatasan obat analgesic
R/pasien mengatakan nyeri berkurang-pengaturan posisi

5 - pemberian kebutuhan caiaran


R/ pasien mengatakan tidak dehidrasi
-pemberian nutrisi kolaborasi ahli gizi
R/ pasien mengatakan tubuh sudah tdk lemas
-pemberian obat diare
R/ pasien mengatakan diare mengurang

20
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Saluran pencernaan memberi tubuh persediaan akan air,elektrolit, dan zat makanan
yang terus menerus. Pengobatan yang efektif untuk kebanyakan gangguan gastrointestinal
bergantung pada pengetahuan dasar mengenai fisiologi gastrointestinal

4.2 Saran

Perlu penyuluhan yang intensif tentang penyakit, proses penyakit dan pengobatannya
pada penderita diare. Menginformasikan tentang pencegahan-pencegahan terjadinya diare.

21
DAFTAR PUSTAKA

Djuhari,Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.


Price, Sylvia Anderson. 1984. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC.
Doenges (2001). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
Schrock, Theodore R. 1991. Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Lynda juall c 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
Perry dan Potter. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Carpenito, L.J. (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.

Doengoes, M.E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.

Rothrock, J.C. (2000), Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif, EGC, Jakarta.

Sjamsu hidajat, R. & Jong, W.D. (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. Revisi, EGC, Jakarta.

22

Você também pode gostar