Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
MAKALAH
oleh :
Kelompok 9
MAKALAH
Disusun guna melengkapi tugas Mata Kuliah Keperawatan Bedah dengan Dosen
Pembimbing
Murtaqib, S.Kep., M.Kep.
oleh :
1. Eka Edyawati (162310101059)
2. Dhita Rizky Amalia (162310101068)
3. Sonya Kholila W. (162310101087)
4. Venti Kristian U. (162310101098)
5. Nia Nofilia Widarto (162310101101)
HALAMAN PENGESAHAN
Kelompok : 9
Kelas/Angkatan : B-2016
Makalah ini dikerjakan dan disusun dengan pemikiran sendiri, bukan hasil jiplakan
atau reproduksi ulang makalah yang telah ada.
KetuaKelompok
NIM 162310101068
Mengetahui
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Keperawatan Bedahdengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Dislokasi” Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Bedah pada Fakultas Keperawatan
Universitas Jember
Dalam penyusunan makah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak yang telah
membantu menyelesaikan tugas ini diantarnya:
Penulis juga menerima kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi
penulis dan pembacanya
Kelompok 9
iv
DAFTAR ISI
BAB 3.PENUTUP
1.1.2 Etiologi
Dislokasi terjadi saat ligamen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehingga
tulang berpindah dari posisinya yang normal didalam sendi. Dislokasi dapat
disebabkan oleh faktorpenyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena
sejak lahir (kongenital). Patah tulangdi dekat sendi atau mengenai sendi dapat
menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yangdisebut fraktur dislokasi. Hal-
hal yang menyebabkan terjadinya dislokasi sendi antara lain sebagai berikut.
a. Cedera olah raga biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki
serta olahraga yang beresiko jatuh, misalnya: terperosok akibat bermain ski,
senam, volley, basket, dan pemain sepak bola paling sering mengalami
dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola
dari pemain lain.
b. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga benturan keras pada sendi
saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi, terjatuh dari tangga
atau terjatuh saat
berdansa diatas lantai yang licin.
c. Terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang merupakan kompenen
vitalpenghubung tulang.
d. Terjatuh
1.1.3 Klasifikasi
1 Dislokasi congenital :
Yaitu dislokasi Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan,
paling sering terjadi pada sendi panggul
2 Dislokasi patologik :
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya
tumor,infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan
tulangyang berkurang
3 Dislokasi traumatic :
3
1.1.4 Patofisiologi
Etiologi dislokasi pada 60% kasus disebabkan oleh jatuh pada tangan.
kecelakaan lalu lintas, kecelakaan rumah tangga, kekerasan, dan penyebab lain
seperti membuka mulut yang berlebihan saat menguap, tertawa, bernyanyi,
membuka mulut berkepanjangan dari prosedur lisan dan THT, membuka mulut
secara kuat dari prosedur anestesi dan endoskopi memberikan kontribusi sekitar
40%. Humerus terdorong ke depan, merobek kapsul atau menyebabkan tepi
glenoid teravulsi. Kadang-kadang bagian posterolateral kaput hancur. Mesti jarang proses
akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta
(dengan tangan mengarah lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke
posisi dan bawah karakoid).
2. CT Scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan
komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat
gambaran secara 3 dimensi. Pada pasien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi
dimana sendi tidak berada pada tempatnya .
3. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet
dan frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif,
sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan
lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya
pergeseran sendi dari mangkuk sendi .
1.1.7 Penatalaksaan medis
7
Dislokasi dapat direposisi tanpa anastesi, misalnya pada sendi bahu atau
siku. Reposisi dapat diadakan dengan gerakan yang berlawanan dengan gaya
trauma dan kontraksi atau tonus otot. Reposisi tidak boleh dilakukan dengan
kekuatan karena dapat mengakibatkan patah tulang. Untuk mengendurkan
kontraksi atau spasme otot perlu diberikan anastesi umum. Kekenduran otot
memudahkan reposisi.
1. Reposisi
1. Lakukan reposisi segera
2. Dengan manipulasi secara hati-hati permukaan sendi diluruskan kembali.
Tindakan ini sering dilakukan anastesi umum untuk melemaskan otot.
3. Dislokasi sendi:
a. Dislokasi sendi kecil dapat direposisi ditempat kejadian tanpa anastesi,
misalnya dislokasi jari (pada fase shock), dislokasi siku, dislokasi bahu.
b. Dislokasi sendi besar, misalnya panggul memerlukan anastesi umum.
c. Fisioterapi harus segera mulai untuk mempertahankan fungsi otot dan
latihan yang aktif dapat diawali secara dini untuk mendorong gerakan
sendi yang penuh khususnya pada sendi bahu.
4. Tindakan pembedahan harus dilakukan bila terdapat tanda-tanda gangguan
neumuskular yang berat atau jika tetap ada gangguan vaskuler setelah
reposisi tertutup berhasil dilakukan secara lembut. Pembedahan terbuka
mungkin diperlukan, khususnya kalau jaringan lunak terjepit diantara
permukaan tanah.
5. Persendian tersebut disangga dengan pembedahan, pemasangan gips
misalnya pada sendi pangkal paha, untuk memberikan kesembuhan pada
ligamentum yang teregang.
6. Dislokasi reduksi, dikembalikan ke tempat semula dengan menggunakan
anastesi jika dislokasi berat.
7. Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke
rongga sendi.
8
8. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalutan, bidai, gips atau traksi dan
dijaga agar tetap dalam posisi stabil.
9. Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-
4 kali sehari yang berguna untuk mengembalikan sendi..
10. Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan.
2. Penalaksanaan Medis
a. Farmakologi
Pemberian obat-obatan analgesik non narkotika.
1. Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala,
nyeri pinggang. Efek samping obat ini adalah agranulositosis. Dosis:
sesudah makan, dewasa: sehari 3 x 1 kapsul, anak: sehari 3x1/2 kapsul.
2. Bistamin yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang.
Kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri
setelah melahirkan. Efek samping obat ini adalah mual, muntah,
agranulositisis, aeukopenis. Dosis: dewasa: dosis awal 500mg lalu 250mg
tiap 6 jam
b. Pembedahan
1. Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengharuskan pada
pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi
arthritis yang mempengaruhi persendian utama, panggul, lutut, dan bahu
melalui bedah invasif minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur
pembedahan yang meliputi:
a. Reduksi terbuka: melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang
patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajaman tulang yang
patah.
b. Fiksasi interna: stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup,
plat, dan pin logam.
9
1.1.8 Pathway
Trauma
Deformitas tulang
Tidak nafsu
makan
Ketidak nyamanan
akibat bentuk yang
tidak normal
11
b. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien dengan dislokasi biasanya menunjukkan :
1. Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang
mengalami dislokasi..
2. Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang
mengalami dislokasi.
3. Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi.
4. Tampak adanya lebam pada dislokasi .
c. Pengkajian Fisik (B1-B6)
1. Breathing
Mengkaji laju nafas klien
2. Blood
Mengkajian peredaran darah klien
3. Brain
1. Tingkat kesadaran pada pasien yang mengalami dislokasi adalah
kompos mentis
2. Pemeriksaan fungsi serebral.
13
6 Leher
Mengkaji keadaan leher klien dengan melakukan inspeksi, palpasi, dan
test ROM dan kekuatan otot
7 Dada
Melakukan pemeriksaan dada dengan inspeksi dada, selain itu juga
memeriksa jantung dan paru-paru melalui inspeksi, palpasi, perkusi,
dan aukskultasi
8 Abdomen
Mengkaji keadaan abdomen klien dengan melakukan inspeksi,
aukskultasi, palpasi, dan perkusi
9 Urogenital
Terjadi gangguan pada sistem urogenital klien dengan nefrolitiasis
10 Ekstremitas
Pemeriksaan ekstremitas meliputi pemeriksaan eksstremitas atas dan
ekstremitas bawah dengan melakukan inspeksi dan akuskultasi
11 Kulit dan Kuku
Mengkaji dengan melakukan inspeksi dan palpasi.
1.2.2 Pemeriksaan Diagnistik
1. Pemeriksaan rontgen untuk melihat lokasi dan dislokasi
2. Pemeriksaan CT-Scan digunakan untuk melihat ukuran dan lokasi tumor
dengan gambar 3 dimensi
3. Pemeriksaan MRI untuk pemeriksaan persendian dengan menggunakan
gelombang magnet dan gelombang frekuensi radio sehingga didapatkan
gambar yang lebih detail .
b. Kriteria Proses :
1. Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
17
Seorang pasien laki-laki usia 35 tahun datang ke IGD Rumah Sakit Hasan Sadikin
karena tidak dapat menutup mulut kembali setelah menguap, dari anamnesis didapat
bahwa kurang lebih 2 jam sebelum masuk rumah sakit, saat pasien sedang menguap
tiba-tiba pasien tidak dapat menutup kembali mulutnya, pasien mempunyai riwayat
keluhan yang sama sebelumnya ± 2 tahun yang lalu, pasien juga mempunyai riwayat
mengunyah hanya disatu sisi yaitu disisi kanan, kemudian pasien langsung dibawa ke
IGD Rumah Sakit Hasan Sadikin. Dari pemeriksaan fisik dan tandatanda vital,
diperoleh hasil sebagai berikut: kesadaran compos mentis, tekanan darah normal
120/80 mmHg, nadi 78 kali/menit, suhu 36,3 ºC, pernafasan 18 kali/menit. Pada
pemeriksaan keadaan umum tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan ekstraoral
diperoleh hasil: wajah simetris,mulut yang terbuka, dan tidak ditemukan laserasi. Pada
pemeriksaan intraoral tidak ditemukan adanya kelainan di intra oral pada pasien ini.
Pada pemeriksaan odontogram ditemukan adanya gigi 47 dengan nekrosis pulpa dan
kalkulus diregio rahang bawah kiri. Dari anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik, pasien
didiagnosa dengan dislokasi sendi temporomandibula anterior bilateral. Tindakan di
IGD, pasien diberikan analgesik dan muscle relaxant, kemudian dilakukan reposisi
secara manual dan pemasangan head bandage. Pasien disarankan untuk tidak membuka
mulut terlalu lebar, head bandage dipertahankan selama tiga hari, dan juga disarankan
untuk pembersihan karang gigi serta pencabutan gigi
I. IDENTITAS
a. Biodata Klien
Nama : Tn. A
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 35 tahun
Agama : Tidak tertulis dalam kasus
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : Tidak tertulis dalam kasus
Pekerjaan : Tidak tertulis dalam kasus
Alamat : Tidak tertulis dalam kasus
a. Keluhan Utama
Klien tidak dapat menutup mulut kembali setelah menguap
d. Spiritual
-
d. Kepala
- Ekspresi Wajah : -
- Rambut : -
- Wajah : Simetris,
- Mata :-
- Hidung :=
- Mulut :mulut yang terbuka, dan tidak ditemukan laserasi. Pada pemeriksaan
intraoral tidak ditemukan adanya kelainan di intra oral pada pasien ini. Pada
pemeriksaan odontogram ditemukan adanya gigi 47 dengan nekrosis pulpa dan
kalkulus diregio rahang bawah kiri.
- Telinga : Tidak tertulis dalam kasus
- Leher : Tidak tertulis dalam kasus
e. Thorax
- Inspeksi : Tidak tertulis dalam kasus
- Palpasi : Tidak tertulis dalam kasus
- Perkusi : Tidak tertulis dalam kasus
- Auskultasi : Tidak tertulis dalam kasus
VI. TERAPI
- pasien diberikan analgesik dan muscle relaxant
VII. DATA SENJANG
DS :
1 klien mengatakan kurang lebih 2 jam sebelum masuk rumah sakit, saat pasien
sedang menguap tiba-tiba pasien tidak dapat menutup kembali mulutnya,
DO :
1 Dari anamnesis didapat bahwa kurang lebih 2 jam sebelum masuk rumah sakit,
saat pasien sedang menguap tiba-tiba pasien tidak dapat menutup kembali
mulutnya, pasien mempunyai riwayat keluhan yang sama sebelumnya ± 2 tahun
22
yang lalu, pasien juga mempunyai riwayat mengunyah hanya disatu sisi yaitu
disisi kanan
2 kesadaran compos mentis
3 tekanan darah normal 120/80 mmHg
4 nadi 78 kali/menit,
5 suhu 36,3 ºC,
6 pernafasan 18 kali/menit.
23
mempunyai riwayat
mengunyah hanya
disatu sisi yaitu
disisi kanan
- Berika - Teknik
n relaksa
lingku si dan
ngan distrak
nyama si
n dan dapat
aktifit mengu
as rangi
hibura rasa
n nyeri
- Kolab - Menin
orasi gkatka
pembe n
rian relaksa
analge si klien
sik - Analge
sik
mengu
rangi
nyeri
b. Peruba Setelah - Klien - Kaji - Mengi
han di beri menun riwaya dentifi
nutrisi tindaka jukkan t kasi
kurang n pening nutrisi defisie
dari kepera katan ,terma nsi,
kebutu watan atau suk memu
han diharap mempe makan dahkan
tubuh kan rtahan an interve
b.d kebutu kan yang nsi
28
berat at han,
badan kejadi menin
yang an gkatka
sesuai mual/ n
munta pemas
h, ukkan
flatus dan
dan mence
gejala gah
lain distens
yang i gaster
berhub - Gejala
ungan GI
- Bantu dapat
klien menuj
hygien ukkan
e efek
mulut anemia
yang pada
baik organ
sebelu - Menin
m dan gkanka
sesuda n nafsu
h makan
makan - Menur
- Kolab unkan
orasi pertum
denga buhan
n ahli bakteri
30
gizi - Teknik
untuk perawa
rencan tan
a diet mulut
- Kolab - Memb
orasi antu
pantau rencan
hasil a diet
pemeri untuk
ksaan memb
laborat antu
orium kebutu
- Kolab han
orasi individ
berika ual
n obat - Menin
sesuai gkatka
indika n
si efektiv
itas
progra
m
pengo
batan
c. Ansieta Setelah - Klien - Kaji - Menge
s b.d di beri tampak tingkat tahui
kurang tindaka rileks ansieta tingkat
nya n - Klien s klien kecem
pengeta kepera tidak asan
31
prosed penyak
ur itnya
yang - Agar
akan klien
di menge
jalani rti
klien tentan
- g
penyak
itnya
dan
tidak
cemas
lagi
d. Ganggu Setelah - Klien - Kaji - Dapat
an bodi di beri tampak konse menjal
image tindaka percay p diri in
b.d n a diri klien saling
deformi kepera dengan - Kemb percay
tas dan watan penam angka a
peruba diharap pilan n dengan
han kan body BHSP klien
bentuk body imagen denga - Menja
tubuh image ya n klien di
teratasi - Bantu tempat
klien bertan
mengu ya
ngkap klien
kan untuk
33
masala mengu
hnya ngkap
- Bantu kan
klien masala
menga hnya
tasi - Menge
masala tahui
hnya maslah
klien
dan
dapat
memec
ahkann
ya
5. 8:25 5. Mengkolaborasikan V
pemberian analgesik
Ns. Venti
7. 12:40 7. Mengkolaborasikan V
dengan ahli gizi untuk
Ns. Venti
rencana diet
P: Hentikan intervensi
P: Hentikan intervensi
P: Hentikan intervensi
P: Lanjutkan intervensi
38
BAB.3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau
terlepasnya seluruhkomponen tulang dari tempat yang seharusnya. Sebuah
sendi yang ligamen-ligamennya pernahmengalami dislokasi, biasanya menjadi
kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang mengalamidislokasi kembali.
Apabila dislokasi itu disertai pula patah tulang, pembetulannya menjadi
sulitdan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal usaha pengembalian
sendi itu dikerjakansemakin baik penyembuhannya.
Dislokasi pada 60% kasus disebabkan oleh jatuh pada tangan. kecelakaan
lalu lintas, kecelakaan rumah tangga, kekerasan, dan penyebab lain seperti
membuka mulut yang berlebihan saat menguap, tertawa, bernyanyi, membuka
mulut berkepanjangan dari prosedur lisan dan THT, membuka mulut secara
kuat dari prosedur anestesi dan endoskopi memberikan kontribusi sekitar 40%.
Dislokasi dapat direposisi tanpa anastesi, misalnya pada sendi bahu atau
siku. Reposisi dapat diadakan dengan gerakan yang berlawanan dengan gaya
trauma dan kontraksi atau tonus otot. Reposisi tidak boleh dilakukan dengan
kekuatan karena dapat mengakibatkan patah tulang. Untuk mengendurkan
kontraksi atau spasme otot perlu diberikan anastesi umum. Kekenduran otot
memudahkan reposisi.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang asuhan keperawatan
yang kami bahas di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak dan
terpercaya.
39
DAFTAR PUSTAKA
Davies Kim.2007, Buku Pintar Nyeri Otot & Tulang. Jakarta: Penerbit Erlangga.
https://media.neliti.com/media/publications/181824-ID-prinsip-penatalaksanaan-
dislokasi-sendi.pdf[diakses pada tanggal 28 April 2018]