Você está na página 1de 45

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DISLOKASI

MAKALAH

oleh :
Kelompok 9

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATANN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
i

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DISLOKASI

MAKALAH
Disusun guna melengkapi tugas Mata Kuliah Keperawatan Bedah dengan Dosen
Pembimbing
Murtaqib, S.Kep., M.Kep.

oleh :
1. Eka Edyawati (162310101059)
2. Dhita Rizky Amalia (162310101068)
3. Sonya Kholila W. (162310101087)
4. Venti Kristian U. (162310101098)
5. Nia Nofilia Widarto (162310101101)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
ii

HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Mata KuliahKeperawatanBedah dengan Judul

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DISLOKASI”

yang disusun oleh :

Kelompok : 9

Kelas/Angkatan : B-2016

Telah disetujui untuk diseminarkan dan dikumpulkan pada :

Hari/Tanggal : mei 2018

Makalah ini dikerjakan dan disusun dengan pemikiran sendiri, bukan hasil jiplakan
atau reproduksi ulang makalah yang telah ada.

KetuaKelompok

Dhita Rizky Amalia

NIM 162310101068

Mengetahui

Penanggung jawab mata kuliah DosenPembimbing

Ns. Mulia Hakam, M.Kep. Murtaqib, S.Kep., M.Kep.


NIP 198103192014041001 NIP 1974081320021121002
iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Keperawatan Bedahdengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Dislokasi” Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Bedah pada Fakultas Keperawatan
Universitas Jember

Dalam penyusunan makah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak yang telah
membantu menyelesaikan tugas ini diantarnya:

1 Ns.MuliaHakam, M.kep,.Sp.Kep.MB selaku penanggung jawab mata kuliah


Keperawatan Bedah
2 Murtaqib, S.Kep., M.Kep. selaku pembimbing utama dalam penulisan Makalah
Keperawatan Bedah
3 Ucapan terimakasih penulis kepada teman-teman yang telah mendukung,

Penulis juga menerima kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi
penulis dan pembacanya

Jember, 29 April 2018


Penulis

Kelompok 9
iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

BAB 1. LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep Penyakit ...............................................................................1


1.1.1 Definisi ...................................................................................1
1.1.2 Etiologi ..................................................................................2
1.1.3 Klasifikasi .............................................................................2
1.1.4 Patofisiologi ...........................................................................5
1.1.5 Manifestasi Klinik ................................................................6
1.1.6 Pemeriksaan Penunjang ......................................................6
1.1.7 Penatalaksanaan Medis .......................................................7
1.1.8 Pathway ...............................................................................10
1.2 Asuhan Keperawatan ....................................................................11
1.2.1 Assessment / Pengkajian ....................................................11
1.2.2 Pemeriksaan Diagnostik ....................................................14
1.2.3 Diagnosa Keperawatan ......................................................15
1.2.4 Intervensi Keperawatan .....................................................15
1.2.5 Implementasi Keperawatan ...............................................16
1.2.6 Evaluasi Keperawatan .......................................................17

BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Kasus ................................................................................................18


2.2 Pengkajian Keperawatan ...............................................................18
2.3 Analisa Data ...................................................................................23
2.4 Diagnosa Keperawatan...................................................................26
v

2.5 Intervensi Keperawatan ................................................................26


2.6 Implementasi Keperawatan ..........................................................32
2.7 Evaluasi Keperawatan ...................................................................34

BAB 3.PENUTUP

3.1. Kesimpulan ...............................................................................36


3.2. Saran .........................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................37


1

BAB.1. LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep Penyakit


1.1.1 Definisi

Dislokasi adalah keluarnya bongkol sendi dari mangkok sendi, Keadaan


dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara
anatomis (tulang lepas dari sendi)(Brunner & Suddarth, 2002). Dislokasi
merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera (Arif
Mansyur, dkk. 2000). Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernyapermukaan
tulang yang membentuk persendian terhadap tulang lain (Sjamsuhidajat, 2011).
Dislokasi sendi adalah menggambarkan individu yang mengalami atau beresiko
tinggi untukmengalami perubahan posisi tulang dari posisinya pada sendi
(Carpenito, 2000). Dislokasi adalah deviasi hubungan normal antara rawan yang
satu dengan rawan yang lainnya sudah tidak menyinggung satu dengan lainnya
(Price & Wilson, 2006).

Dislokasi sendi adalah fragmen frakrtur saling terpisah dan menimbulkan


deformitas (Kowalak, 2011). Jadi, dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan
tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja
yang bergeser atau terlepasnya seluruhkomponen tulang dari tempat yang
seharusnya. Sebuah sendi yang ligamen-ligamennya pernahmengalami dislokasi,
biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang mengalamidislokasi
kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula patah tulang, pembetulannya menjadi
sulitdan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal usaha pengembalian sendi
itu dikerjakansemakin baik penyembuhannya.
2

1.1.2 Etiologi
Dislokasi terjadi saat ligamen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehingga
tulang berpindah dari posisinya yang normal didalam sendi. Dislokasi dapat
disebabkan oleh faktorpenyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena
sejak lahir (kongenital). Patah tulangdi dekat sendi atau mengenai sendi dapat
menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yangdisebut fraktur dislokasi. Hal-
hal yang menyebabkan terjadinya dislokasi sendi antara lain sebagai berikut.
a. Cedera olah raga biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki
serta olahraga yang beresiko jatuh, misalnya: terperosok akibat bermain ski,
senam, volley, basket, dan pemain sepak bola paling sering mengalami
dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola
dari pemain lain.
b. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga benturan keras pada sendi
saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi, terjatuh dari tangga
atau terjatuh saat
berdansa diatas lantai yang licin.
c. Terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang merupakan kompenen
vitalpenghubung tulang.
d. Terjatuh

1.1.3 Klasifikasi
1 Dislokasi congenital :
Yaitu dislokasi Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan,
paling sering terjadi pada sendi panggul
2 Dislokasi patologik :
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya
tumor,infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan
tulangyang berkurang

3 Dislokasi traumatic :
3

Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak


danmengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat
oedema(karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang
kuatsehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya
danmungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan
sistemvaskular.

Dislokasi anterior paling umum dan terjadi karena perpindahan dari


kondilus anterior ke artikular eminensia tulang temporal.Dislokasi anterior
lebih sering ditemukan pada kaput humerus berada dibawah glenoid,
sub korakoid dan sub klavikuler gambaran klinis dislokasi anterior serasa sangat
nyeri serta gangguan pergerakan sendi bahu.Kontursendi bahu menjadi rata karena
kaput humerus bergeser ke depan.Dislokasi anterior biasanya tambahan dalam
urutan aksi normal otot saat mulut menutup dari pembukaan ekstrim.Otot
masseter dan otot temporalis mengelevasi mandibula sebelum otot
pterygoideus lateralis rileks sehingga kondilus mandibula ditarik keluar dari
fosa glenoid dan anterior ke puncak tulang.Kekejangan otot masseter,
temporalis dan otot pterygoideus menyebabkan trismus dan menahan kondilus
kembali ke fossa glenoid.biasanya terjadi karena adanya pukulan langsung ke
dagu. Kondilus mandibula didorong ke posterior menuju mastoid.Cedera pada
saluran pendengaran eksternal dari puncak condylar dapat terjadi dari jenis
cedera.
Dislokasi pesterior juga disebut dislokasi pusat, dapat terjadi dari
pukulan langsung ke mulut setengah terbuka. Sudut mandibula dalam posisi ini
menjadi kecil dan bulat ,salah satu faktoe predeposisi adalah batas kepala
kondilus migrasi ke atas kondilus. Hal ini dapat mengakibatkan fraktur fossa
glenoid dan dislokasi kondilius mandibula ke dasar tengkorak tengah.Cedera
lebih lanjut dari jenis dislokasi ini dapat berupa cedera saraf wajah, hematoma
intrakranial, memar otak, kebocoran cairan serebrospinal, dan kerusakan pada
saraf kranial kedelapan mengakibatkan ketulian. Dislokasi medial yang kedua
4

dislokasi anterior . Avrahami et la mendokumentasikan 11 kasus dislokasi


medial dan menyatakan bahwa hal tersebut terjadi karena tarikan berkelanjutan
dari otot pterygoideus lateral pada kondilus dari sisi yang terkena.
Dislokasi lateral biasanya berhubungan dengan fraktur mandibula.
Kasus ini bisa terjadi pada tipe I (subluksasi) atau tipe II (luksasi).Tipe II di
sub-klasifikasikan menjadi tiga bentuk, tergantung pada durasi dan manajemen
yang dilakukan. Kepala condylar bermigrasi ke lateral dan superior dan sering
teraba di temporal space. Dislokasi akut datang dalam waktu 2 minggu dan itu
mudah direduksi oleh manuver Hipokrates.Setelah 2 minggu, kejang dan
pemendekan otot temporalis dan otot masseter terjadi dan pengurangan menjadi
sulit dicapai secara manual.Hal ini menyebabkan dimulainya dislokasi berlarut-
larut menjadi kronis. Pemanjangan artikular eminensia dapat mencegah
pergeseran kebelakang dalam posisi normal di fossa glenoid, dalam hal ini,
dislokasi kronis berkepanjangan dengan pembentukan pseudojoint baru dengan
berbagai derajat gerakan dan pasien tersebut memiliki masalah dengan
kesulitan dalam menutup mulut (kunci terbuka) dan maloklusi di mana ada
prognatisme mandibula dengan gigitan anterior.
Dislokasi kronis berulang terjadi pada orang-orang dengan kebiasaan
membuka mulut yang lebar biasanya terjadi secara spontan dan direduksi
tergantung pada tingkat perubahan morfologi sendi temporomandibular dan
struktur yang berdekatan.Ketika artikular eminensia memanjang, dislokasi sulit
untuk direduksi. Hal ini terjadi biasanya pada pasien dengan hipoplasia
eminensia, fossa sempit, kapsul longgar, gangguan kolagen, kondilus kecil,
sindrom hipermobilitas, oromandibulardystonias dan penggunaan obat
neuroleptik tampilan polos TMJ terutama pada transcranio-oblique, kontras
CT scan, i-CAT scan dan MRI, tomografi digital linear dan rotasi polos,
artroskopi sendi berguna untuk menilai posisi kepala kondilus dan meniskus
dalam kaitannya dengan fossa glenoid, proses mastoid, piring timpani dan
artikular eminensia. Alat baru termasuk sistem Dolphin yang mengimpor foto
wajah 2D (bungkus wajah) gambar stereografik 3D digunakan untuk
5

meningkatkan simulasi pengobatan.16 Klasifikasi dislokasi TMJ berdasarkan


posisi kepala kondilus ke artikular eminensia.

1.1.4 Patofisiologi

Etiologi dislokasi pada 60% kasus disebabkan oleh jatuh pada tangan.
kecelakaan lalu lintas, kecelakaan rumah tangga, kekerasan, dan penyebab lain
seperti membuka mulut yang berlebihan saat menguap, tertawa, bernyanyi,
membuka mulut berkepanjangan dari prosedur lisan dan THT, membuka mulut
secara kuat dari prosedur anestesi dan endoskopi memberikan kontribusi sekitar
40%. Humerus terdorong ke depan, merobek kapsul atau menyebabkan tepi
glenoid teravulsi. Kadang-kadang bagian posterolateral kaput hancur. Mesti jarang proses
akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta
(dengan tangan mengarah lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke
posisi dan bawah karakoid).

Selain itu, dislokasi dapat terjadi pada daerah anterior-medial, superior,


medial, lateral atau dislokasi posterior dan penyebabnya dapat spontan atau
diinduksi oleh trauma, membuka mulut dengan kuat dari intubasi endotrakeal
dengan larungeal mask atau tabung trakea, THT/prosedur Gigi, endoskopi,
pembukaan mulut yang berlebihan saat menguap, tertawa dan
muntah.Perubahan pada komponen structural seperti kapsul longgar, ligamen ,
dan atropi kondilus kecil atau pendek, atropi artikular, artikular memanjang,
hipoplasia lengkungan zygomatik, fossa glenoid kurang berlekuk dapat
menjadi penyebab terjadinya dislokasi. Faktor predisposisi meliputi epilepsi,
muntah parah, sindrom Ehlers-Danlos dan sindrom Marfan dan gerakan
distonik dari neuroleptic pada penyakit neuropsikiatri.
1.1.5 Manifestasi klinik
1. Nyeri akut
2. Perubahan kontur sendi
6

3. Perubahan panjang ekstremitas


4. Kehilangan mobilitas normal
5. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
6. Gangguan gerakan
7. Kekakuan
8. Pembengkakan
9. Deformitas pada persendian

1.1.6 Pemeriksaan penunjang


1. Sinar – X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif
untuk membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi
ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan
sendi berwarna putih.

2. CT Scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan
komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat
gambaran secara 3 dimensi. Pada pasien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi
dimana sendi tidak berada pada tempatnya .

3. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet
dan frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif,
sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan
lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya
pergeseran sendi dari mangkuk sendi .
1.1.7 Penatalaksaan medis
7

Dislokasi dapat direposisi tanpa anastesi, misalnya pada sendi bahu atau
siku. Reposisi dapat diadakan dengan gerakan yang berlawanan dengan gaya
trauma dan kontraksi atau tonus otot. Reposisi tidak boleh dilakukan dengan
kekuatan karena dapat mengakibatkan patah tulang. Untuk mengendurkan
kontraksi atau spasme otot perlu diberikan anastesi umum. Kekenduran otot
memudahkan reposisi.

1. Reposisi
1. Lakukan reposisi segera
2. Dengan manipulasi secara hati-hati permukaan sendi diluruskan kembali.
Tindakan ini sering dilakukan anastesi umum untuk melemaskan otot.
3. Dislokasi sendi:
a. Dislokasi sendi kecil dapat direposisi ditempat kejadian tanpa anastesi,
misalnya dislokasi jari (pada fase shock), dislokasi siku, dislokasi bahu.
b. Dislokasi sendi besar, misalnya panggul memerlukan anastesi umum.
c. Fisioterapi harus segera mulai untuk mempertahankan fungsi otot dan
latihan yang aktif dapat diawali secara dini untuk mendorong gerakan
sendi yang penuh khususnya pada sendi bahu.
4. Tindakan pembedahan harus dilakukan bila terdapat tanda-tanda gangguan
neumuskular yang berat atau jika tetap ada gangguan vaskuler setelah
reposisi tertutup berhasil dilakukan secara lembut. Pembedahan terbuka
mungkin diperlukan, khususnya kalau jaringan lunak terjepit diantara
permukaan tanah.
5. Persendian tersebut disangga dengan pembedahan, pemasangan gips
misalnya pada sendi pangkal paha, untuk memberikan kesembuhan pada
ligamentum yang teregang.
6. Dislokasi reduksi, dikembalikan ke tempat semula dengan menggunakan
anastesi jika dislokasi berat.
7. Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke
rongga sendi.
8

8. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalutan, bidai, gips atau traksi dan
dijaga agar tetap dalam posisi stabil.
9. Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-
4 kali sehari yang berguna untuk mengembalikan sendi..
10. Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan.
2. Penalaksanaan Medis
a. Farmakologi
Pemberian obat-obatan analgesik non narkotika.
1. Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala,
nyeri pinggang. Efek samping obat ini adalah agranulositosis. Dosis:
sesudah makan, dewasa: sehari 3 x 1 kapsul, anak: sehari 3x1/2 kapsul.
2. Bistamin yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang.
Kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri
setelah melahirkan. Efek samping obat ini adalah mual, muntah,
agranulositisis, aeukopenis. Dosis: dewasa: dosis awal 500mg lalu 250mg
tiap 6 jam
b. Pembedahan
1. Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengharuskan pada
pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi
arthritis yang mempengaruhi persendian utama, panggul, lutut, dan bahu
melalui bedah invasif minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur
pembedahan yang meliputi:
a. Reduksi terbuka: melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang
patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajaman tulang yang
patah.
b. Fiksasi interna: stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup,
plat, dan pin logam.
9

c. Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artrokop (suatu alat yang


memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang
besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
2. Non medis
a. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan
anastesi jika dislokasi berat.
RICE
1. R: Rest (istirahat)
I : Ice (kompres dengan es)
C: compression (kompresi pemasangan pembalut tekan)
E: Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)
b. Pencegahan
1. Cedera akibat olahraga
a. Gunakan peralatan yang diperlukan seperti sepatu untuk lari.
b. Latihan atau exercise
c. Conditioning
2. Trauma kecelakaan
a. Kurangi kecepatan
b. Memakai alat pelindung diri seperti helm, sabuk pengaman.
c. Patuhi peraturan lalu lintas.

1.1.8 Pathway

Trauma

Dislokasi pada sendi


10

Inveksi penyakit Kelainan kongenital


lain

Teroma joint dislocation

Deformitas tulang

Kesulitan dalam Rasa tidak


pergerakan sendi nyaman karena
inflamasi

Tidak nafsu
makan

Ketidak nyamanan
akibat bentuk yang
tidak normal
11

1.2 Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Data yang diperoleh berupa nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama,
pekerjaan, pendidikan, tanggal MRS, tanggal pengkajian, sumber informasi,
dan diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Berisi tentang keluhan yang paling mengganggu yang dirasakan klien. Keluhan
utama yang dirasakan pasien dislokasi adalah pasien mengeluhkan adanya nyeri
. Kaji penyebab , kualitas, skala nyeri dan saat kapan nyeri meningkat dan saat
kapan nyeri dirasakan menurun.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
mengetahui bagaimana penyakit, penyebab dan faktor yang mempengaruhi
mulai timbul sampai dibawa ke rumah sakit. Klien dengan dislokasi
biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian yang terjadi dislokasi , pergerakan
terbatas, pasien melaporkan penyebab terjadinya cedera.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi , serta
penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah
keadaan klien dan menghambat proses penyembuhan .
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengenai riwayat kesehatan dari keluarga klien seperti orang tua klien.
4. Pemeriksaan Kesehatan
a. 14 Kebutuhan dasar Henderson
Untuk dislokasi dapat difokuskan kebutuhan dasar manusia yang terganggu
adalah :
1. Rasa Nyaman (Nyeri)
Pasien dengan dislokasi biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian
dislokasi yang dapat mengganggu kenyamanan klien.
12

2. Gerak dan Aktivitas


Pasien dengan dislokasi dimana sendi tidak berada pada tempatnya
semula harus diimobilisasi. Klien dengan dislokasi pada ekstremitas
dapat mengganggu gerak dan aktivitas klien .
3. Makan dan minum
Pasien yang menglami dislokasi terutaman pada rahang sehingga
klien mengalami kesulitas menguyah dan menelan . Efeknya bagi
tubuh yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
.
4. Rasa Aman (Ansietas)
Klien dengan dislokasi tentunya mengalami gangguan rasa aman
atau cemas (ansietas) dengan kondisinya .

b. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien dengan dislokasi biasanya menunjukkan :
1. Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang
mengalami dislokasi..
2. Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang
mengalami dislokasi.
3. Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi.
4. Tampak adanya lebam pada dislokasi .
c. Pengkajian Fisik (B1-B6)
1. Breathing
Mengkaji laju nafas klien
2. Blood
Mengkajian peredaran darah klien
3. Brain
1. Tingkat kesadaran pada pasien yang mengalami dislokasi adalah
kompos mentis
2. Pemeriksaan fungsi serebral.
13

3. Pemeriksaan saraf kranial


4. Pemriksaan refleks . Pada pemeriksaan refleks dalam, refleks
achiles menghilang dan refleks patela biasanya melemah karena
otot hamstring melemah .
4. Bladder
Mengkaji tentang perkemihan klien.
5. Bowel
Mengkaji tentang asupan makan klien.
6. Bone
1. Paralisis motorik ekstremitas terjadi apabila trauma juga
mengompresi sekrum gejala gangguan motorik juga sesuai
dengan distribusi segmental dan saraf yang terkena.
2. Look , pada infeksi parineum biasanya di dapatkan adanya
perdarahan, pembengkakan dan deformitas.
3. Fell, kaji adanya derajat ketidakstabilan daerah trauma dengan
palpasi.
4. Move, disfungsi motorik yang paling umum adalah kelemahan
dan kelumpuhan pada daerah ekstremitas .
d. Head to Toe
1 Kepala
Mengakaji keadaan umum kepala klien dengan melakukan inspeksi dan
palpasi
2 Mata
Mengkaji keadaan mata klien dengan melakukan inspeksi dan palpasi
3 Telinga
Mengkaji keadaan telinga klien dengan melakukan inspeksi dan palpasi
4 Hidung
Mengkaji keadaan hidung klien dengan melakukan inspeksi dan palpasi
5 Mulut
Mengkaji keadaan mulut klien dengan melakukan inspeksi
14

6 Leher
Mengkaji keadaan leher klien dengan melakukan inspeksi, palpasi, dan
test ROM dan kekuatan otot
7 Dada
Melakukan pemeriksaan dada dengan inspeksi dada, selain itu juga
memeriksa jantung dan paru-paru melalui inspeksi, palpasi, perkusi,
dan aukskultasi
8 Abdomen
Mengkaji keadaan abdomen klien dengan melakukan inspeksi,
aukskultasi, palpasi, dan perkusi
9 Urogenital
Terjadi gangguan pada sistem urogenital klien dengan nefrolitiasis
10 Ekstremitas
Pemeriksaan ekstremitas meliputi pemeriksaan eksstremitas atas dan
ekstremitas bawah dengan melakukan inspeksi dan akuskultasi
11 Kulit dan Kuku
Mengkaji dengan melakukan inspeksi dan palpasi.
1.2.2 Pemeriksaan Diagnistik
1. Pemeriksaan rontgen untuk melihat lokasi dan dislokasi
2. Pemeriksaan CT-Scan digunakan untuk melihat ukuran dan lokasi tumor
dengan gambar 3 dimensi
3. Pemeriksaan MRI untuk pemeriksaan persendian dengan menggunakan
gelombang magnet dan gelombang frekuensi radio sehingga didapatkan
gambar yang lebih detail .

1.2.3. Diagnosa Keperawatan


15

a. Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosis


keperawatan
b. Kriteria Proses :
1. Proses diagnosis terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah
klien dan perumusan diagnosis keperawatan.
2. Komponen diagnosis keperawatan terdiri dari : masalah (P), Penyebab(E),
dan tanda atau gejala (S), atau terdiri dari masalah atau penyebab (PE).
3. Bekerjasama dengan klien, dekat dengan klien, petugas kesehatan lain
untuk memvalidasi diagnosis keperawata.
4. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosis berdasarkan data
baru.
5. Melanjutkan perawatan jika klien semakin membaik dan menuju ke
keadaan semula.

1.2.4. Intervensi Keperawatan


a. Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan
meningkatkan kesehatan klien.
b. Kriteria Proses :
1. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana
tindakan keperawatan.
2. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan
keperawatan.
3. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan
klien.
4. Mendokumentasikan rencana keperawatan.

Diagnosa Tujuan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
16

Perawat Perawat Kriteria hasil Intervensi Rasional


menentukan menuliskan merupakan dituliskan agar merupakan
diagnose yang tujuan yang tujuan dan mengetahui menjelaskan
ada setelah akan dicapai hasil-hasil setiap asuhan alas an atau
melalui setelah yang harus keperawatan rasional yang
keluhan pasien, menentukan tercapai yang dilakukan telah di
tanda gelaja diagnosis setelah oleh perawat lakukan pada
dan pada pasien. dilakukannya diketahui dan intervensi
pemeriksaan asuhan dapat di keperawatan.
fisik. keperawatan pertanggung
pada pasien. jawabkan
dengan jelas.
Dengan
intervensi
keperawatan
mempermudah
perawat dalam
akan
melakukan
tindakan pada
pasien.

1.2.5. Implementasi Keperawatan


a. Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam
rencana asuhan keperawatan

b. Kriteria Proses :
1. Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
17

2. Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk meningkatkan status


kesehatan klien
3. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan
klien.
4. Melakukan supervise terhadap tenaga pelaksana keperawatan dibawah
tanggung jawabnya.
5. Menjadi coordinator pelayanan dan advokasi terhadap klien untuk
mencapai tujuan kesehatan
6. Menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan fasilitas-
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
7. Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konssep,
ketrampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan
yang digunakannya
8. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan
berdasarkan respon klien

1.2.6. Evaluasi Keperawatan


a. Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan dalam pencapaian
tujuan dan merevisi data dasar serta perencanaan.
b. Kriteria Proses :
1. Menyususn perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara
komprehensif, tepat waktu dan terus menerus
2. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan
kearah pencapaian tujuan
3. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan klien
4. Bekerjasama dengan klien, keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
5. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan
18

BAB.2. ASUHAN KEPERAWATAN


2.2 Kasus

Seorang pasien laki-laki usia 35 tahun datang ke IGD Rumah Sakit Hasan Sadikin
karena tidak dapat menutup mulut kembali setelah menguap, dari anamnesis didapat
bahwa kurang lebih 2 jam sebelum masuk rumah sakit, saat pasien sedang menguap
tiba-tiba pasien tidak dapat menutup kembali mulutnya, pasien mempunyai riwayat
keluhan yang sama sebelumnya ± 2 tahun yang lalu, pasien juga mempunyai riwayat
mengunyah hanya disatu sisi yaitu disisi kanan, kemudian pasien langsung dibawa ke
IGD Rumah Sakit Hasan Sadikin. Dari pemeriksaan fisik dan tandatanda vital,
diperoleh hasil sebagai berikut: kesadaran compos mentis, tekanan darah normal
120/80 mmHg, nadi 78 kali/menit, suhu 36,3 ºC, pernafasan 18 kali/menit. Pada
pemeriksaan keadaan umum tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan ekstraoral
diperoleh hasil: wajah simetris,mulut yang terbuka, dan tidak ditemukan laserasi. Pada
pemeriksaan intraoral tidak ditemukan adanya kelainan di intra oral pada pasien ini.
Pada pemeriksaan odontogram ditemukan adanya gigi 47 dengan nekrosis pulpa dan
kalkulus diregio rahang bawah kiri. Dari anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik, pasien
didiagnosa dengan dislokasi sendi temporomandibula anterior bilateral. Tindakan di
IGD, pasien diberikan analgesik dan muscle relaxant, kemudian dilakukan reposisi
secara manual dan pemasangan head bandage. Pasien disarankan untuk tidak membuka
mulut terlalu lebar, head bandage dipertahankan selama tiga hari, dan juga disarankan
untuk pembersihan karang gigi serta pencabutan gigi

2.2 Pengkajian Data Keperawatan


No. Register : Tidak tertulis dalam kasus
Ruang : Tidak tertulis dalam kasus
Tgl/ jam MRS : desember 2016
Tgl pengkajian : desember 2016
Dignosa medis : Dislokasi sendi temporomandibula anterior bilateral
19

I. IDENTITAS
a. Biodata Klien
Nama : Tn. A
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 35 tahun
Agama : Tidak tertulis dalam kasus
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : Tidak tertulis dalam kasus
Pekerjaan : Tidak tertulis dalam kasus
Alamat : Tidak tertulis dalam kasus

II. RIWAYAT KESEHATAN

a. Keluhan Utama
Klien tidak dapat menutup mulut kembali setelah menguap

b. Riwayat Penyakit Sekarang


tidak dapat menutup mulut kembali setelah menguap kurang lebih 2 jam sebelum
masuk rumah sakit, saat pasien sedang menguap tiba-tiba pasien tidak dapat menutup
kembali mulutnya
c. Riwayat Penyakit dahulu
pasien mempunyai riwayat keluhan yang sama sebelumnya ± 2 tahun yang lalu, pasien
juga mempunyai riwayat mengunyah hanya disatu sisi yaitu disisi kanan,
d. Riwayat Penyakit Keluarga
-
20

III. DATA PSIKOSOSIAL


a. Status Emosi
b. Konsep Diri
1 Body image
Klien menerima penyakitnya dengan ikhlas dan menganggapnya sebagai cobaan
dari Tuhan
2 Self Ideal
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang agar dapat beraktivitas seperti
biasa dan dapat berkumpul dengan keluarganya kembali.
3 Self Esteem
-
4 Role Performance
-
5 Self Identify
-
c. Interaksi Sosial
Klien sangat kooperatif saat dilakukan pengkajian.

d. Spiritual
-

IV. PEMERIKSAAN FISIK


a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV :
6 tekanan darah normal 120/80 mmHg,
7 nadi 78 kali/menit
8 suhu 36,3 ºC
9 pernafasan 18 kali/menit
21

d. Kepala
- Ekspresi Wajah : -
- Rambut : -
- Wajah : Simetris,
- Mata :-
- Hidung :=
- Mulut :mulut yang terbuka, dan tidak ditemukan laserasi. Pada pemeriksaan
intraoral tidak ditemukan adanya kelainan di intra oral pada pasien ini. Pada
pemeriksaan odontogram ditemukan adanya gigi 47 dengan nekrosis pulpa dan
kalkulus diregio rahang bawah kiri.
- Telinga : Tidak tertulis dalam kasus
- Leher : Tidak tertulis dalam kasus
e. Thorax
- Inspeksi : Tidak tertulis dalam kasus
- Palpasi : Tidak tertulis dalam kasus
- Perkusi : Tidak tertulis dalam kasus
- Auskultasi : Tidak tertulis dalam kasus

VI. TERAPI
- pasien diberikan analgesik dan muscle relaxant
VII. DATA SENJANG
DS :
1 klien mengatakan kurang lebih 2 jam sebelum masuk rumah sakit, saat pasien
sedang menguap tiba-tiba pasien tidak dapat menutup kembali mulutnya,

DO :
1 Dari anamnesis didapat bahwa kurang lebih 2 jam sebelum masuk rumah sakit,
saat pasien sedang menguap tiba-tiba pasien tidak dapat menutup kembali
mulutnya, pasien mempunyai riwayat keluhan yang sama sebelumnya ± 2 tahun
22

yang lalu, pasien juga mempunyai riwayat mengunyah hanya disatu sisi yaitu
disisi kanan
2 kesadaran compos mentis
3 tekanan darah normal 120/80 mmHg
4 nadi 78 kali/menit,
5 suhu 36,3 ºC,
6 pernafasan 18 kali/menit.
23

2.3 Analisa data

No DATA PENYEBAB MASALAH


1 Ds:- klien dislokasi sendi Hambatan
mengatakan tidak temporo mandibula komunikasi verbal
dapat menutup anterior bilateral
kmembali
mulutnya setelah
menguap
Do:
- wajah simetris,
mulut yang terbuka,
dan tidak
ditemukan laserasi
- - Dari anamnesis
didapat bahwa
kurang lebih 2 jam
sebelum masuk
rumah sakit, saat
pasien sedang
menguap tiba-tiba
pasien tidak dapat
menutup kembali
mulutnya, pasien
mempunyai
riwayat keluhan
yang sama
sebelumnya ± 2
tahun yang lalu,
pasien juga
24

mempunyai riwayat
mengunyah hanya
disatu sisi yaitu
disisi kanan

2 Ds:- klien dislokasi sendi Gangguan menelan


mengatakan tidak temporo mandibula
dapat menutup anterior bilateral
kmembali
mulutnya setelah
menguap
Do:-wajah simetris,
mulut yang
terbuka, dan tidak
ditemukan laserasi
- - Dari anamnesis
didapat bahwa
kurang lebih 2 jam
sebelum masuk
rumah sakit, saat
pasien sedang
menguap tiba-tiba
pasien tidak dapat
menutup kembali
mulutnya, pasien
mempunyai
riwayat keluhan
yang sama
sebelumnya ± 2
25

tahun yang lalu,


pasien juga
mempunyai riwayat
mengunyah hanya
disatu sisi
yaitu disisi kanan
26

2.4 Diagnosa Keperawatan


a. Gangguan rasa nyaman b.d discontinuitas jaringan.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan untuk mencerna
atau ketidakmampuan mencerna makanan/absorpsi nutrient yang di perlukan
untuk pembentukan sel darah merah.
c. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakit
d. Gangguan bodi image b.d deformitas dan perubahan bentuk tubuh

2.1 Intervensi Keperawatan

Diagnosa tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional


keperawatan
a. Ganggu Setelah - Klien - Kaji - Menge
an rasa di beri tampak skla tahui
nyaman tindaka tidak nyeri intensi
b.d n mering - Berika tas
disconti kepera is lagi n nyeri
nuitas watan - Klien posisi - Posisi
jaringa diharap tampak relaks relaksa
n. kan rileks pada i pada
rasa klien klien
nyeri - Ajarka dapat
teratasi n menga
teknik lihkan
distrak fokus
si dan pikiran
relaks klien
asi pada
nyeri
27

- Berika - Teknik
n relaksa
lingku si dan
ngan distrak
nyama si
n dan dapat
aktifit mengu
as rangi
hibura rasa
n nyeri
- Kolab - Menin
orasi gkatka
pembe n
rian relaksa
analge si klien
sik - Analge
sik
mengu
rangi
nyeri
b. Peruba Setelah - Klien - Kaji - Mengi
han di beri menun riwaya dentifi
nutrisi tindaka jukkan t kasi
kurang n pening nutrisi defisie
dari kepera katan ,terma nsi,
kebutu watan atau suk memu
han diharap mempe makan dahkan
tubuh kan rtahan an interve
b.d kebutu kan yang nsi
28

kegagal han berat di - Menga


an nutrisi badan sukai wasi
untuk terpenu dengan - Obser masuk
mencer hi nilai vasi an
na atau laborat dan kalori
ketidak orium catat atau
mampu normal masuk kulatit
an - Tidak kan as
mencer mengal makan kekura
na ami an ngan
makana tanda pasien konsu
n/absor mal - Timba msi
psi nutrisi ng makan
nutrient - Klien berat an
yang di menuj badan - Menga
perluka ukkan setiap wasi
n untuk perilak hari penuru
pemben u, - Berika nan
tukan peruba n berat
sel han makan badan
darah pola sedikit atau
merah. hidup denga efektiv
untuk n itas
menin frekue interve
gkatka nsi nsi
n dan sering nutrisi
mempe - Obser - Menur
rtahan vasi unkan
kan dancat kelema
29

berat at han,
badan kejadi menin
yang an gkatka
sesuai mual/ n
munta pemas
h, ukkan
flatus dan
dan mence
gejala gah
lain distens
yang i gaster
berhub - Gejala
ungan GI
- Bantu dapat
klien menuj
hygien ukkan
e efek
mulut anemia
yang pada
baik organ
sebelu - Menin
m dan gkanka
sesuda n nafsu
h makan
makan - Menur
- Kolab unkan
orasi pertum
denga buhan
n ahli bakteri
30

gizi - Teknik
untuk perawa
rencan tan
a diet mulut
- Kolab - Memb
orasi antu
pantau rencan
hasil a diet
pemeri untuk
ksaan memb
laborat antu
orium kebutu
- Kolab han
orasi individ
berika ual
n obat - Menin
sesuai gkatka
indika n
si efektiv
itas
progra
m
pengo
batan
c. Ansieta Setelah - Klien - Kaji - Menge
s b.d di beri tampak tingkat tahui
kurang tindaka rileks ansieta tingkat
nya n - Klien s klien kecem
pengeta kepera tidak asan
31

huan watan tampak - Bantu klien


tentang diharap bertan klien dan
penyaki kan ya- mengu menen
t kecem tanya ngkap tukan
asan - kan interve
pasien rasa nsi
teratasi cemas selanju
nya tnya
- Kaji - Menga
penget li
ahuan penget
pasien ahuan
tentan dari
g pasien
prosed dan
ur mengu
yang rangi
akan kecem
di asan
jalani pasien
pasien - Menge
- Berika tahui
n sebera
inform pa
asi tingkat
yang penget
benar ahuan
tentan klien
g dengan
32

prosed penyak
ur itnya
yang - Agar
akan klien
di menge
jalani rti
klien tentan
- g
penyak
itnya
dan
tidak
cemas
lagi
d. Ganggu Setelah - Klien - Kaji - Dapat
an bodi di beri tampak konse menjal
image tindaka percay p diri in
b.d n a diri klien saling
deformi kepera dengan - Kemb percay
tas dan watan penam angka a
peruba diharap pilan n dengan
han kan body BHSP klien
bentuk body imagen denga - Menja
tubuh image ya n klien di
teratasi - Bantu tempat
klien bertan
mengu ya
ngkap klien
kan untuk
33

masala mengu
hnya ngkap
- Bantu kan
klien masala
menga hnya
tasi - Menge
masala tahui
hnya maslah
klien
dan
dapat
memec
ahkann
ya

2.6 Tabel Implementasi

No. Paraf dan


No. Hari/tanggal/jam implementasi
Diagnosa nama

1. Desember 2016 1. Mengkaji skala nyeri V

08:00 Ns. Venti

2. 08.15 2. Memberikan posisi rileks V


pada klien
1 Ns. Venti
34

3. 08:17 3. Mengajarkan teknik V


distraksi dan relaksasi
Ns. Venti

4. 8:22 4. Memberikan lingkungan V


yang nyaman dan
Ns. Venti
aktifitas hiburan

5. 8:25 5. Mengkolaborasikan V
pemberian analgesik
Ns. Venti

1. 12:00 1. Mengkaji riwayat nutrisi V


termasuk makanan yang
Ns. Venti
disukai

2. 12:15 2. Mengobservasi dan V


mencatat masukkan
Ns. Venti
makanan pasien.

3. 12:20 3. Menimbang berat badan V


2
setiap hari.
Ns. Venti

4. 12:22 4. Memberikan makanan V


sedikit dengan frekuensi
Ns. Venti
sering.

5. 12:27 5. Mengobservasi dan V


mencatat kejadian mual
Ns. Venti
muntah flatus dan gejala
lain yang berhubungan.
35

6. 12:35 6. Membantu klien hygiene V


mulut yang baik sebelum
Ns. Venti
dan sesudah makan

7. 12:40 7. Mengkolaborasikan V
dengan ahli gizi untuk
Ns. Venti
rencana diet

8. 14:20 8. Memantau hasil V


pemeriksaan
Ns. Venti
laboratorium

9. 14:25 9. Mengkolaborasikan dan V


memberikan obat sesuai
Ns. Venti
indikasi

1. 20:00 1. Mengkaji tingkat ansietas V


klien
Ns. Venti

2. 20:05 2. Membantu klien V


mengungkapkan rasa
3 Ns. Venti
cemasnya

3. 20:10 3. Mengkaji pengetahuan V


klien tentang prosedur
Ns. Venti
yang akan di jalani klien

4. 20:15 4. Memberikan informasi V


yang benar tentang
Ns. Venti
prosedur yang akan di
jalani klien
36

1. 20:20 1. Mengkaji konsep diri V


klien
Ns. Venti

2. 4 20:25 2. Mengembangkan BHSP V


dengan klien
Ns. Venti

3. 20:30 3. Membantu klien V


mengungkapkan
Ns. Venti
masalahnya

2.7 Tabel Evaluasi

No. Tanggal dan jam Evaluasi Paraf

Pukul: 08:00 S: klien mengatakan nyeri sudah tidak nyeri V


lagi dan sudah merasa nyaman
Ns. Venti
O:klien tampak rileks dan tidak meringis
kesakitan lagi

A:masalah keperawatan sudah teratasi

P: Hentikan intervensi

Pukul: 08:30 S: klien merasa lebih senang karena dapat V


memakan makanan kesukaanya dan klien
Ns. Venti
merasa berat badannya bertambah

O:kebutuhan nutrisi klien sudah tercukupi


dan hasil laboratorium sudah baik

A:masalah keperawatan sudah teratasi


37

P: Hentikan intervensi

S: klien merasa sudah tidak cemas dan V


mengerti tentang prosedur yang di jalaninya
Ns. Venti
O:klien tampak merasa lebih rileks

A:masalah keperawatan teratasi

P: Hentikan intervensi

Pukul: 09:00 S: klien merasa lebih nyaman dengan V


kondisi sekarang
Ns. Venti
O:klien tampak lebih percaya diri dan
terbuka

A:masalah keperawatan teratasi

P: Lanjutkan intervensi
38

BAB.3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau
terlepasnya seluruhkomponen tulang dari tempat yang seharusnya. Sebuah
sendi yang ligamen-ligamennya pernahmengalami dislokasi, biasanya menjadi
kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang mengalamidislokasi kembali.
Apabila dislokasi itu disertai pula patah tulang, pembetulannya menjadi
sulitdan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal usaha pengembalian
sendi itu dikerjakansemakin baik penyembuhannya.
Dislokasi pada 60% kasus disebabkan oleh jatuh pada tangan. kecelakaan
lalu lintas, kecelakaan rumah tangga, kekerasan, dan penyebab lain seperti
membuka mulut yang berlebihan saat menguap, tertawa, bernyanyi, membuka
mulut berkepanjangan dari prosedur lisan dan THT, membuka mulut secara
kuat dari prosedur anestesi dan endoskopi memberikan kontribusi sekitar 40%.
Dislokasi dapat direposisi tanpa anastesi, misalnya pada sendi bahu atau
siku. Reposisi dapat diadakan dengan gerakan yang berlawanan dengan gaya
trauma dan kontraksi atau tonus otot. Reposisi tidak boleh dilakukan dengan
kekuatan karena dapat mengakibatkan patah tulang. Untuk mengendurkan
kontraksi atau spasme otot perlu diberikan anastesi umum. Kekenduran otot
memudahkan reposisi.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang asuhan keperawatan
yang kami bahas di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak dan
terpercaya.
39

DAFTAR PUSTAKA

Davies Kim.2007, Buku Pintar Nyeri Otot & Tulang. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Meikahani Ranintya dkk, 2015, Pengembangan Buku Saku Pengenalan


Penolongan dan Perawatan Cedera. Volume 11 Nomor 1 April 2015.

https://media.neliti.com/media/publications/181824-ID-prinsip-penatalaksanaan-
dislokasi-sendi.pdf[diakses pada tanggal 28 April 2018]

https://www.scribd.com/doc/49451287/DISLOKASI[diakses pada tanggal 28


April 2018

Brunner and Suddart. Keperawatan Medikal-Bedah. 2002. Jakarta : EGC.

Baughman C,Diane. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit Buku Kedokteran


ECG, Jakarta

Brashers, Valentina L. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan & Manajemen, Ed.


2. Ahli bahasa oleh Kuncara. Jakarta:EGC

Septadina, I. S. 2015. Prinsip penatalaksanaan dislokasi sendi temporomandibular.


Majalah Kedokteran Sriwijaya. 47(1):61–66.

Yanti, Fitri. 2018. Dislokasi.


https://www.scribd.com/document/370393398/dislokasi-buk-amel-docx

Você também pode gostar