Você está na página 1de 5

Analisia Jalur Pedestrian Kawasan Di Jalan Mandala,

Merauke
Furqan Eastyanto
Indra Kusuma Irja
E-mail : kokoneastyanto@gmail.com 1)
E-mail : SpermaStrong11@gmail.com 2)

Abstrak
Pusat kota yang dirancang sebagai kota yang baik adalah kota yang memberikan kemudahan pergerakan bagi
lalu lintas, baik itu lalu lintas pejalan kaki maupun lalu lintas kendaraan. Kenyataan bertolak dari pengalaman
empiris, alokasi ruang bagi lalu lintas kendaraan bermotor lebih besar daripada ruang untuk pejalan kaki. Salah
satunya adalah Jalan Raya Mandala di kota Merauke, yang setiap harinya ramai oleh lalu lalang kendaraan
bermotor dan pejalan kaki, baik itu dari kalangan mahasiswa, pelajar maupun masyarakat umum namun tidak
memiliki fasilitas pedestrian yang memadai sebagai akses pendukung bagi pejalan kaki. Sehingga dibutuhkan
sebuah penelitian ilmiah yang hasil akhirnya nanti akan menjadi salah satu solusi disain dalam perencanaan
jalur pedestrian yang mempertimbangkan lokasi tapak, material, kebutuhan sarana dan prasarana, sekaligus
sebagai bentuk peningkatan fasilitas perkotaan di Jalan Raya Mandala Basalamah, Merauke. Metode penelitian
dilakukan dengan metode deskriptif dimana data-data yang diperoleh nantinya akan dijabarkan, dianalisa lalu
dibuat kesimpulannya.

Katakunci: Pedestrian,Ruang untuk Pejalan Kaki, Jalan Raya Mandala

Abstract
Properly designed city center is a city that provides ease of movement for traffic, be it for pedestrians or for
vehicular traffic. In fact, contrary to the empirical experience, the inventory of space for motor vehicle traffic is
greater than the space for pedestrians.One example is Jalan Raya Mandala the city of Merauke, is every day
crowded by motor vehicles and pedestrians, either from among students or the general public, but it does not
have adequate pedestrian facilities as a support access for pedestrians.Therefore it takes a scientific research that
the final result will be one of the design solutions plan of the pedestrian path with observe to the location of the
site, the material, the needs of facilities and infrastructure, as well as the form of improvement of urban facilities
in Jalan Raya Mandala, Merauke.This research uses descriptive method, where the data obtained then
elaborated, analyzed and concluded.

Keywords :Pedistrian, Space for Pedistrians,Jalan Raya


1. PENDAHULUAN Darmawan, M.Eng. mengemukakan bahwa
perancangan kota yang SMART memberi
Kota merupakan salah satu tempat artisuatu hasil perancangan yang memiliki
kehidupan manusia yang dapat dikatakan kekhususan tersendiri sesuai dengan kondisi
paling kompleks karena perkembangannya lokal, dapat diukur dimensinya, dapat
dipengaruhi oleh aktivitas pengguna perkotaan dikerjakan dan realistis serta dapat
yang menyesuaikan dengan perkembangan diselesaikan dalam kurun waktu tertentu.
zaman dan tuntutan hidup. Kota sebagai suatu
proses yang dapat dilihat hasilnya dan
perkembangannya lebih menonjol
Untuk mencapai itu diperlukan suatu
dibandingkan dengan kawasan luar kota serta
kajian atau program tindakan nyata(Action
cenderung lebih menekankan pada segi
Plan/Action Program). Pusat kota yang
ekonomi, dianggap sebagai hasil rekayasa
dirancang sebagai kota yang baik adalah kota
manusia untuk memenuhi kehidupan ekonomi
yang harus memberikan kemudahan terhadap
penggunanya. Selain itu, kota juga
pergerakan bagi lalu lintas, baik itu lalu lintas
mempengaruhi kehidupan di segala bidang
pejalan kaki maupun lalu lintas kendaraan.
yang berdampak pada timbulnya masalah-
Kenyataan bertolak dari pengalaman empiris,
masalah yang semakin kompleks yang
alokasi ruang bagi lalu lintas kendaraan lebih
memerlukan pemecahan. Penataan ruang kota
besar daripada ruang pejalan kaki dan hal ini
yang keliru jelas akan mengalami kesulitan
sangatlah tidak adil. Pusat kota sebagai
dalam mengembalikan seperti kondisi asalnya,
kawasan yang akrab dengan pejalan kaki,
sebab berdampak pada struktur ruang kota atau
secara perlahan akan mengalami penurunan
kawasan tertentu di dalam kota karena
kualitas dan ditinggalkan oleh pejalan kaki
pembangunan kota pada dasarnya bertumpu
yang beralih kepada masyarakat yang
dan berorientasi diseputar kepentingan
bergantung pada kendaraan karena fungsinya
kesejahteraan masyarakat/warga kota maka
sebagai kota yang akrab dengan pejalan kaki
apabila hal ini terjadi secara terusmenerus dan
telah terganggu. Dalam kaitannya dengan
tidak ada upaya untuk mencegahnya maka
paparan diatas, dari hasil pengamatan penulis
cepat atau lambat pada gilirannya akan
bahwa untuk kasus Kota Makassar sendiri
berdampak pada penderitaan rakyat yang
masih minim kawasan yang benar-benar
berkepanjangan disamping beban bagi
dirancang dengan penyediaan jalur akses bagi
Pemerintah Daerah/Kota akan semakin
pejalan kaki. Walaupun telah muncul berbagai
bertambah pula. Dewasa ini, masalah penting
rancanganreal estateyang telah
dalam ‘Perancangan Kota’ sudah tidak dapat
mengaplikasikan kawasan perumahan yang
lagi menunggu/ mengharapkan bantuan subsidi
menyediakan jalur pejalan kaki namun
dari Pemerintah Pusat melainkan harus
lokasinya terletak di kawasan pinggiran kota.
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah sendiri
Jalur pejalan kaki(pedestrian ways)adalah
dalam konteks Otonomi Daerah. Dengan
suatu sub-sistem perencanaan kota yang
demikian pola pikirnya harus dirubah agar apa
sangatlah vital bagi pencitraan suatu kota dan
yang direncanakan benar-benar dapat
menjadi suatu energi kota untuk hidup.
menunjangdaya tarik kota untuk dipasarkan
Gambaran kota yang hidup dapat dilihat dari
(marketable city) pada investor yang akan
banyaknya lalu lalang pejalan kaki di kota
menanamkan modalnya. Untuk meningkatkan
tersebut. Arus lalu lintas yang padat bukanlah
kapasitas manajemen pemerintahan kota dan
satu-satunya dinamika eksistensi kehidupan
pemanfaatan sumberdaya lokal, maka
suatu kota. Keberadaan dan perlunya jalur
dibutuhkan desentralisasi dan otonomi
pedestrian atau jalur pejalan kaki juga telah
penataan ruang kota yangterpadu dan
dituangkan dalam peraturanperundangan-
fungsional. Dalam kaitan itu, maka suatu
undangan di Negara Republik Indonesia, salah
produk ‘Perancangan Kota’ perlu dibuat yang
satunya adalah PP No. 34 tahun 2006 tentang
SMART (Spesific, Measurable, Attainable,
jalan. Dimana pada pasal 34 ayat 3 di utarakan
Realistic and Time Bond). Menurut Ir. Edy
bahwa salah satu manfaat ruang.
jalan adalah dimanfaatkan sebagai trotoar. objek pengamatan, yaitu teori
Dan diperjelas di ayat 4, bahwa trotoar yang keyamanan untuk jalur pejalan kaku
dimaksud hanya diperuntukkan untuk lalu
lintas pejalan kaki. Berikutnya pada pasal 86
ayat 5 disebutkan bahwa setiap perencanaan 2. HASIL PEMBAHASAN
teknis jalan harus memperhitungkan
kebutuhan prasarana pejalan kaki dan Dari analisa jalur pejalan kaki pada jalan raya
penyandang cacat. mandala memberikan berberapa data
,mengenai hasil yang sesuia data di lapangan
Dalam analisa ini d bagi menjadi 4 segmen
2. METODOLOGI agar memberikan perbandingan dan
memberikan data yang mudah di megerti , dari
Untuk mempelajari perubahan kdipakai
berberapa segmen ada berberapa gambaran
pendekatan studi a.) tipologi morfologi, yaitu
umum mengenai studi analisa ini yaitu ,
metoda yang mengamati fisik jalan yang baru kawasan pejalan kaki di area jalan raya
b) jalur pejalan kakai diamati dan dipandang mandala merauke hanya berupa trotoar yang
dari sudut arsitektur yaitu mempelajari mengunakan pavingblock berupa batu merah
keyamanan pejalan kaki c) Dalam mengamati
bersusun lurus ,dan garis zebra hitam putting
berberapa aspek yang bersangkutan dengan
mengunakan bata ukuran 20 x 40 .
kenyamanan pejalan kaki dapat digunakan
pendekatan teori figure ground, linkage, dan
place. Metodologi penelitian yang dilakukan
adalah dengan membaca fenomena yang
terjadi di beberapa kasus bagian-bagian kota,
khususnya pada Transformasi kawasan-
kawasan yang terdapat pembangunan baru.
Karena penelitian ini juga merupakan
penelitian kualitatif yang bertujuan untuk
memberi penjelasan (explanatory), maka cara
yang diambil dalam penelitian ini melalui
penalaran induktif, yaitu memperoleh
kesimpulan-kesimpulan umum dari sejumlah Gambar 1 screnshot go0gle eart di area
kasus tunggal. Pendekatan penelitian yang penelitian jalan raya mandala
dipakai dalam melaksanakan penelitian ini
adalah dengan grounded theory, yaitu jenis
penelitian kualitatif yang mempunyai sasaran
secara induktif menghasilkan sebuah teori dari
hasil data-data yang didapat. Pada model
penelitian

Metode Pengumpulan Data


a. Observasi trotoar pada jalan raya
mandala merauke dengan perolehan
data berupa Foto-foto yang
memperlihatkan bentuk dan aspek
aspek yang terdapa pada jalur pejalan
kaki di jalan mandala merauke Gambar 2 bentuk dan potongan jalur pejalan
b. Melakukan studi literatur, mengenai kaki di area penelitian jalan raya mandala
landasan teori yang berkaitan dengan
Dari 920 meter area penelitian d bagi menjadi
5 segmen penelitian yaitu , segmen 1 toko jaya
dan rumah warga segmen 2 rumah warga dan c .Segmen 1 rumah warga / aneka tas
senyum 5000 , segmen yang 3 rumah warga
dan aneka tas segmen 4 mandala motor dan
took garuda

a.Segmen 1 rumah warga / took jaya

Gambar 5 bentuk dan potongan jalur pejalan


kaki di area penelitian segmen 3

Pada segmen ini hanya terdapat trotoar


dengan batu merah dan berberapa lampu
penerang , serta dengan kekurangan seperti
Gambar 3 bentuk dan potongan jalur pejalan
kaki di area penelitian segmen banyak bata yang sudah tidak layak di
gunakan untuk trotoar adanya tiang di tengah
Pada segmen ini hanya terdapat trotoar jalur trotoar
dengan batu merah dan berberapa lampu
penerang , serta dengan kekurangan seperti d.Segmen 1 rumah warga / mandala
banyak bata yang sudah tidak layak di motor
gunakan untuk trotoar adanya tiang di tengah
jalur trotoar

b.Segmen 1 rumah warga / senyum 5000

Gambar 6 bentuk dan potongan jalur pejalan


kaki di area penelitian segmen 3

Pada segmen ini hanya terdapat trotoar


Gambar 4 bentuk dan potongan jalur pejalan dengan batu merah dan berberapa lampu
kaki di area penelitian segmen 2 penerang , serta dengan kekurangan seperti
banyak bata yang sudah tidak layak di
gunakan untuk trotoar adanya tiang di tengah
jalur trotoar
pada segmen ini masih sama dengan segmen
seblumnya hanya saja pada segmen ini
memiliki ukuran trotoar yang berbeda 10 cm
dari segmen 1 ,
Gambar 7 data pengukuran lapangan

Kesimpulan

Jalur pejalan kaki di jalan ini terletak pada area trotoar


kanan dan kiri badan Jalan dengan lebar trotoar sebesar 1.5 meter
mengunakan papving blok dan bata untuk garis zebra dan ,
tanpa adanya elemen pendukung seperti lampu dan bangku dan
kurangnya pembatas untuk pengaman ke daerah jalan
dan daerah saluran kota.
bentuk trotoar yang tidak rata kurang efektif serta terdapat
halangan ditengah-tengah jalur pejalan kaki sehingga tidak nyaman
untuk pejalan kaki karena akan merasa mudah capek

Daftar pustaka
1) Shirvani, Hamid;1985; Urban Design
Proces; Van Nostrand Reinhold, New
York.
2) Anggriani, Niniek. 2009. Pedestrian
Ways dalam Perancangan Kota.
Penerbit Yayasan Humaniora klaten.
3) .Pengantar Arsitektur Kota.

Você também pode gostar