Você está na página 1de 13

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM “TATA

CARA MENGKAFANI JENAZAH”

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


“TATA CARA MENGKAFANI JENAZAH”

NAMA KELOMPOK :
 ADITIA SEPTIANDI
 EMI FATMAWATI
 HANIFAH AWALIAH




DAFTAR ISI

 BAB I PENDAHULUAN
 Kata Pengantar
 Latar Belakang
 Tujuan

 BAB II PEMBAHASAN
 1. Pengertian Mengkafani Jenazah
1.1 Pengertian perawatan jenazah

 2. Tata Cara Mengkafani Jenazah


2.1 Tata cara mengkafani jenazah laki-laki
2.2 Tata cara mengkafani jenazah wanita

 BAB III PENUTUP


 Kesimpulan
 Saran
 DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pendidikan
Agama Islam yang berjudul “Tata Cara Mengkafani
Jenazah” . Tidak lupa saya ucapkan kepada Bapak guru
Pendidikan Agama Islam dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan, baik dalam penulisan maupun dalam
penyajiannya.

Sebagai penulis kami juga mengharapkan kritik dan


saran yang sifatnya membangun. Bila ada kesalahan dalam
penulisan makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Dan kami berharap semoga makalah ini berguna
bagi semua orang yang memerlukan materi ini dan sebagai
bahan pelajaran
Wassalamualaikum wr.wb
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hal yang menyebabkan Mengkafani Jenazah menjadi
bidang kajian Agama yang penting tidak lain
karena Perawatan jenazah adalah pengurusan jenazah seorang
muslim/muslimat dengan cara memandikan, mengkafani,
menyalatkan dan menguburannya. Hukum melaksanakan
pengurusan jenazah seorang muslim/muslimat dengan cara-
cara tersebut adalah fardu kifayah bagi orang-orang islam
yang masih hidup. Artinya, berdosa jika tidak ada seorangpun
yang mengerjakannya.
Karena itu setiap muslim/muslimat hendaknya
mempelajari serta memahami tata cara pengurusan jenazah
dengan sebaik-baiknya.
B. Tujuan
1. Dapat mengetahui tata cara dalam perawatan jenazah
2. Dapat mengetahui tata cara mengkafani jenazah
3. Dapat mengetahui perbedaan tata cara mengkafani
jenazah laki-laki dan wanita
4. Dapat mengetahui tata cara mengkafani jenazah dengan
benar
5. Dapat mengetahui Hal-Hal yang Perlu Dilakukan

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Mengkafani Jenazah


Mengkafani jenazah maksudnya membungkus jenazah
dengan kain kafan. Hukum mengkafani jenazah ialah fardu
kifayah bagi orang-orang islam yang masih hidup. Kain kafan
diperoleh dengan cara yang halal, yakni diambilkan dari harta
peninggalan jenazah, jika ia meninggalkan harta.
Kalau jenazah tidak meninggalkan harta, maka yang
wajib menyediakan kain kafan adalah keluarga terdekatnya
(orang yang wajib memberi nafkah jenazah dimasa hidupnya).
Kalau keluarga terdekatnya tidak ada/tidak mampu, maka
untuk membeli kain kafan itu diambilkan dari baitul
mal. Jika baitul mal tidak ada, yang wajib menyediakan kain
kafan itu adalah orang Islam yang mampu.
Kain kafan hendaknya kain yang bersih, berwarna putih
dan sederhana yakni tidak mahal harganya dan tidak pula
terlalu murah. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:

)‫اض فَ ِانَّ َها َخ ْي ُر ِث َيا ِب ُك ْم َو َك ِفِّنُ ْوا فِ ْي َها َم ْوتَا ُك ْم (رواه الترمذي‬
ِ ‫س ْوا ِم ْن ِث َيا ِب ُك ُم اْلبَ َي‬
ُ ‫اْل ِب‬

Artinya: “Berpakaianlah kamu dengan pakaianmu yang


berwarna putih, karena pakaian putih itu merupakan pakaian
terbaikmu, dan kafanilah mayat kamu dengan kain putih itu.”
(HR. Tirmizi)
Juga Rasulullah SAW bersabda,
“janganlah kamu berlebih-lebihan memilih kain yang
mahal-mahal untuk kafan, karena sesungguhnya kain kafan
itu akan segera hancur,” (HR. Abu Daud)

1.1 Pengertian Perawatan Jenazah


Perawatan jenazah adalah pengurusan jenazah seorang
muslim/muslimat dengan cara memandikan, mengkafani,
menyalatkan dan menguburannya. Hukum melaksanakan
pengurusan jenazah seorang muslim/muslimat dengan cara-
cara tersebut adalah fardu kifayah bagi orang-orang islam
yang masih hidup. Artinya, berdosa jika tidak ada seorangpun
yang mengerjakannya.
Karena itu setiap muslim/muslimat hendaknya
mempelajari serta memahami tata cara pengurusan jenazah
dengan sebaik-baiknya.

2. TATA CARA MENGKAFANI JENAZAH

a. Ukuran kain kafan yang digunakan.

Ukurlah lebar tubuh jenazah. Jika lebar tubuhnya 30 cm,


maka lebar kain kafan yang disediakan adalah 90 cm. 1
: 3.
b. Ukurlah tinggi tubuh jenazah.

1. Jika tinggi tubuhnya 180 cm, maka panjang kain


kafannya ditambah 60 cm.
2. Jika tinggi tubuhnya 150 cm, maka panjang kain
kafannya ditambah 50 cm.
3. Jika tinggi tubuhnya 120 cm, maka panjang kain
kafannya ditambah 40 cm.
4. Jika tinggi tubuhnya 90 cm, maka panjang kain
kafannya ditambah 30 cm.
5. Tambahan panjang kain kafan dimaksudkan agar
mudah mengikat bagian atas kepalanya dan bagian
bawahnya.

2.1 Tata cara mengkafani jenazah laki-laki

1. Jenazah laki-laki.
Jenazah laki-laki dibalut dengan tiga lapis kain kafan.
Berdasar dengan hadits.
“Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam dikafani
dengan 3 helai kain sahuliyah yang putih bersih dari
kapas, tanpa ada baju dan serban padanya, beliau
dibalut dengan 3 kain tersebut.

a. Cara mempersiapkan tali pengikat kain kafan.


1. Panjang tali pengikat disesuaikan dengan lebar tubuh
dan ukuran kain kafan. Misalnya lebarnya 60 cm maka
panjangnya 180 cm.
2. Persiapkan sebanyak 7 tali pengikat. ( jumlah tali
usahakan ganjil). Kemudian dipintal dan diletakkan
dengan jarak yang sama diatas usungan jenazah.
Gambar penempatan tali pengikat pada jenazah :

b. Cara mempersiapkan kain kafan.


1. helai kain diletakkan sama rata diatas tali pengikat yang
sudah lebih dahulu , diletakkan diatas usungan jenazah,
dengan menyisakan lebih panjang di bagian kepala.

c. Cara mempersiapkan kain penutup aurat.


1. Sediakan kain dengan panjang 100 cm dan lebar 25 cm (
untuk mayyit yang berukuran lebar 60 cm dan tinggi 180 cm),
potonglah dari atas dan dari bawah sehingga bentuknya
seperti popok bayi.
2. Kemudian letakkan diatas ketiga helai kain kafan tepat
dibawah tempat duduk mayyit, letakkan pula potongan kapas
diatasnya.
3. Lalu bubuhilah wewangian dan kapur barus diatas kain
penutup aurat dan kain kafan yang langsung melekat pada
tubuh mayyit.

d. Cara memakaikan kain penutup auratnya.


1. Pindahkan jenazah kemudian bubuhi tubuh mayyit dengan
wewangian atau sejenisnya. Bubuhi anggota-anggota sujud.
2. Sediakan kapas yang diberi wewangian dan letakkan di
lipatan-lipatan tubuh seperti ketiak dan yang lainnya.
3. Letakkan kedua tangan sejajar dengan sisi tubuh, lalu
ikatlah kain penutup sebagaimana memopok bayi dimulai dari
sebelah kanan dan ikatlah dengan baik.

e. Cara membalut kain kafan :


1. Mulailah dengan melipat lembaran pertama kain kafan
sebelah kanan, balutlah dari kepala sampai kaki .
2. Demikian lakukan denngan lembaran kain kafan yang
kedua dan yang ketiga.

f. Cara mengikat tali-tali pengikat.


1. Mulailah dengan mengikat tali bagian atas kepala mayyit
dan sisa kain bagian atas yang lebih itu dilipat kewajahnya
lalu diikat dengan sisa tali itu sendiri.
2. Kemudian ikatlah tali bagian bawah kaki dan sisa kain
kafan bagian bawah yang lebih itu dilipat kekakinya lalu
diikat dengan sisa tali itu sendiri.
3. Setelah itu ikatlah kelima tali yang lain dengan jarak yang
sama rata. Perlu diperhatikan, mengikat tali tersebut jangan
terlalu kencang dan usahakan ikatannya terletak disisi sebelah
kiri tubuh, agar mudah dibuka ketika jenazah dibaringkan
kesisi sebelah kanan dalam kubur.

2.2 Tata Cara Mengkafani jenazah wanita.


Jenazan wanita dibalut dengan lima helai kain kafan.
Terdiri atas : Dua helai kain, sebuah baju kurung dan
selembar sarung beserta kerudungnya. Jika ukuran
lebar tubuhnya 50 cm dan tingginya 150 cm, maka lebar
kain kafannya 150 cm dan panjangnya 150 ditambah 50
cm.
Adapun panjang tali pengikatnya adalah 150 cm,
disediakan sebanyak tujuh utas tali, kemudian dipintal
dan diletakkan sama rata di atas usungan jenazah.
Kemudian dua kain kafan tersebut diletakkan sama rata
diatas tali tersebut dengan menyisakan lebih panjang
dibagian kepala.

a. Cara mempersiapkan baju kurungnya.


1. Ukurlah mulai dari pundak sampai kebetisnya, lalu
ukuran tersebut dikalikan dua, kemudian persiapkanlah
kain baju kurungnya sesuai dengan ukuran tersebut.
2. Lalu buatlah potongan kerah tepat ditengah-tengah
kain itu agar mudah dimasuki kepalanya.
3. Setelah dilipat dua, biarkanlah lembaran baju kurung
bagian bawah terbentang, dan lipatlah lebih dulu
lembaran atasnya (sebelum dikenakan pada mayyit, dan
letakkan baju kurung ini di atas kedua helai kain
kafannya) lebar baju kurung tersebut 90 cm.

b. Cara mempersiapkan kain sarung.


Ukuran kain sarung adalah : lebar 90 cm dan panjang
150 cm. Kemudian kain sarung tersebut dibentangkan
diatas bagian atas baju kurungnya.

c. Cara mempersiapkan kerudung.


Ukuran kerudungnya adalah 90 cm x90 cm. Kemudian
kerudung tersebut dibentangkan diatas bagian atas baju
kurung.

d. Cara mempersiapkan kain penutup aurat.


1. Sediakan kain dengan panjang 90 cm dan lebar 25
cm.
2. Potonglah dari atas dan dari bawah seperti popok.
3. Kemudian letakkanlah diatas kain sarungnya tepat
dibawah tempat duduknya, letakkan juga potongan
kapas diatasnya.
4. Lalu bubuhilah wewangian dan kapur barus diatas
kain penutup aurat dan kain sarung serta baju
kurungnya.

e. Cara melipat kain kafan.


Sama seperti membungkus mayat laki-laki.

f. Cara mengikat tali.


Sama sepert membungkus mayat laki-laki.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Jadi , Tata cara mengkafani jenazah harus dilakukan
dengan benar dan tepat sesuai anjuran agama
islam.dari penjelasan diatas berbeda dengan anak yang
masih berusia dibawah tujuh tahun baik untuk laki-laki
maupun perempuan.
1. Cara mengkafani anak laki-laki yang berusia dibawah
tujuh tahun adalah membalutnya dengan sepotong baju
yang dapat menutup seluruh tubuhnya atau
membalutnya dengan tiga helai kain.
2. Cara mengkafani anak perempuan yang berusia
dibawah tujuh tahun adalah dengan membalutnya
dengan sepotong baju kurung dan dua helai kain.

Saran
Makalah yang kami buat belum sempurna sesuai
yang diharapkan. Masih terdapat banyak
kekurangan maupun kesalahan. Karena, kami hanya
manusia biasa yang tidak luput dari khilaf /
kesalahan, kelebihan itu hanya milik Allah SWT
semata.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak atau pembaca demi perbaikan di masa
mendatang.

Você também pode gostar