Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Suatu obat dapat dikatakan stabil jika kadarnya tidak berkurang dalam penyimpanan.
Adapun ketika obat berubah warna, bau, dan bentuk serta terdapat cemaran mikroba maka
a. Oksigen
Oksigen merupakan senyawa yang memegang peranan penting dalam reaksi oksidasi. Reaksi
oksidasi ini dapat mempengaruhi kestabilan obat karena dapat mendegradasi obat tersebut.
b. Suhu
Suhu yang tinggi dapat mempengaruhi semua reaksi kimia. Kenaikan suhu akan
mempercepat reaksi kimia suatu obat. Suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan stabilitas
obat menjadi berkurang dan akhirnya menyebabkan penurunan kadar dari obat tersebut.
c. pH
pH dapat mempengaruhi tingkat dekomposisi obat,. Obat biasanya stabil pada pH 4 sampai 8.
Dengan adanya penambahan asam ataupun basa dapat menyebabkan penguraian larutan obat
menjadi dipercepat dan menyebabkan obat menjadi tidak stabil. (Gokani, H. Rina D, N.
Kinjal, 2012)
DAFTAR PUSTAKA
1. Bajaj, S., Singla. D., Sakhuja. N., 2012. Stability Testing of Pharmaceutical Products.
2. Fitriani, Y.N., INHS. Cakra., Yuliati, N., Aryantini. D., 2015. Formulasi and Evaluasi
Stabilitas Fisik Suspensi Ubi Cilembu (Ipomea batatas L.) dengan Suspending Agent
CMC Na dan PGS Sebagai Antihiperkolesterol. Jurnal Farmasi Sains Dan Terapan.
Volume 2. Nomor 1.
No 3 : 62-67
LACHMAN
Salah satu aspek penting dari pemeriksaan terhadap obat jadi adalah untuk menjaga
keamanan obat itu dan mencegah toksisitas dari obat tersebut, melindungi obat dari
pemalsuan. Pemeriksaan secara analitik dapat mendeteksi pengotoran yang tidak tercantum
didalam formula dan hal ini dapat diatasi dengan menggunakan cara in vivo. (1659)
Untuk menentukan metode yang tepat seorang analis harus mempunyai pengetahuan
tentang sifat-sifat fisikokimia dari obat, degradasi obat, kecepatan degradasi. Kemudian dapat
dikembangkan metode yang khusus memantau kestabilan dari bahan berkhasiat di dalam obat
tersebut. Metode-metode yang digunakan di dalam studi kinetic (bentuk padat larutan) dapat
termasuk wadahnya . Batas kadaluarsa seperti yang ada di pasaran termasuk wadahnya. Batas
kadaluarsa dan cara-cara penyimpanan harus dituliskan pada label. Pengalaman menunjukkan
obat memerlukan waktu cukup lama untuk sampai ke tangan konsumen. Untuk mencegah
penurunan mutu atau khasiat obat selama penyimpanan maka diperhatikan cara-cara
penyimpanan yang baik selama obat berada di gudang. Untuk membantu menjamin
kestabilan obat selama dalam perjalanan dan dalam penyimpanan, maka petunjuk cara
Stabilitas obat adalah derajat degradasi suatu obat dipandangdari segi kimia. Stabilitas
obat dapat diketahui dari ada tidaknya penurunan kadar selama penyimpanan( Connors,1986)
obat yang diresepkan dan bukan hasilditemukan degradasi efek terapi aktif. farmasi
danmenginformasikan kepada pasien setiap perubahan yang mungkinterjadi setelah obat telah
diberikan (Parrot, 1978) . Stabilitas obat adalah suatu pengertian yang mencakupmasalah
kadar obat yang berkhasiat. Batas kadar obat yangmasih tersisa 90 % tidak dapat lagi atau
disebut sebagai substandar waktu diperlukan hingga tinggal 90 % disebut umur obat.Orde
degradasi. Stabilitas kimia obat sangat penting karena menjadi kurang efektif karena
mengalami degradasi. Dekomposisi obat juga dapat menghasilkan racun oleh produk-produk
yang berbahaya bagi pasien. Dekomposisiobat juga dapat menghasilkan Racun oleh produk-
produk yang menggila bagi Pasien. Ketidakstabilan mikrobiologis produk obat yang steril
DAFTAR PUTAKA
1. WHO.(2016).http://www.worldhealthorganization/int. com
2. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Infodatin Hipertensi. Data & Informasi Kesehatan
RI: Jakarta
3. Santoso, Karo-Karo, 2016. Cegah Dan Atasi Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah:
4. Fitriani, Y.N., INHS. Cakra., Yuliati, N., Aryantini. D., 2015. Formulasi and Evaluasi
Stabilitas Fisik Suspensi Ubi Cilembu (Ipomea batatas L.) dengan Suspending Agent
CMC Na dan PGS Sebagai Antihiperkolesterol. Jurnal Farmasi Sains Dan Terapan.
Volume 2. Nomor 1.
5. WHO.(2016).http://www.worldhealthorganization/int. com
http://www.academia.edu/31176590/Ketersediaan_hayati_dispersi_padat_furosemid_dengan
_polietilenglikol_4000_PEG_4000_pada_kelinci_jantan_The_bioavailability_of_furosemide-
polyethylene_glycol_PEG_4000_solid_dispersion_in_male_rabbits
kimia, seperti oksidasi atau hidrolisis dapat terjadi dengan meningkatnya temperatur (Talogo,
2014).Suatu obat dapat dikatakan stabil jika kadarnya tidak berkurang dalam penyimpanan.
Adapun ketika obat berubah warna, bau, dan bentuk serta terdapat cemaran mikroba maka
dapat disimpulkan bahwa obat tersebut tidak stabil (Fitriani, 2015). Tablet furosemide sangat
Degradasi kimia adalah suatu reaksi perubahan kimia atau peruraian komponen
suatu polimer karena reaksi dengan polimer sekitarnya berupa tindakan atau proses
penyederhanaan atau meruntuhkan sebuah molekul menjadi lebih sederhana (kecil) baik
secara alami maupun buatan. Degradasi atau penguraian kimia kerangka polimer-
polimer vinil yang tersusun dari rantai-rantai karbon yang tidak mengandung gugus-gugus
fungsional selain ikatan rangkap dua polimer-polimer diena pada prinsipnya terbatas
Kestabilan dari suatu zat merupakan dari suatu zat merupakan faktor yang harus
diperhatikan dalam formulai suatu sediaan farmasi. Hal itu penting mengingat sediaannya
biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan juga memerlukan waktu yang lama sampai
ke tangan pasien yang membutuhkannya. Obat yang disimpan dalam jangka waktu yang lama
dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil urai dari zat tersebut bersifat toksik
DAFTAR PUSTAKA
produk obat. Sebuah produk obat, yang tidak kestabilan yang cukup, dapat mengakibatkan
perubahan fisik (seperti kekerasan, laju disolusi, dll fasa pemisahan) serta karakteristik kimia
obat bisa mengalami perubahan secara fisik maupun kimia, sehingga diperlukan suatu uji
1. Stabilitas Kimia, tiap zat aktif mempertahankan keutuhan kimiawi dan potensiasi
yang tertera pada etiket dalam batas yang dinyatakan dalam spesifikasi.
dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang tertera. Zat antimikroba yang ada
4. Stabilitas Farmakologi, efek terapi tidak berubah selama usia guna sediaan.
A. Stabilitas Fisika
Stabilitas fisika adalah mengevaluasi perubahan sifat fisika dari suatu produk yang
tergantung waktu (periode penyimpanan). contoh dari perubahan fisika antara lain : migrasi
(perubahan) warna, perubahan rasa, perubahan bau, perubahan tekstur atau penampilan.
Evaluasi dari uji stabilitas fisika meliputi : pemeriksaan organoleptik, homogenitas, ph, bobot
jenis.
keseragaman bobot
keseragaman kandungan
suhu
disolusi
kekentalan
bobot jenis
visikositas
Sifat fisik meliputi hubungan tertentu antara molekul dengan bentuk energi yang telah
ditentukan dengan baik atau pengukuran perbandingan standar luar lainnya. Dengan
menghubungkan sifat fisik tertentu dengan sifat kimia dari molekul- molekul yang
memberikan keterangan untuk sifat kimia atau fisik relatif dari sebuah molekul
memberikan metode untuk analisis kualitatif dan kuantitatif untuk suatu zat farmasi
tertentu.
Ketidakstabilan Fisika
Berikut ini akan diuraikan jenis ketidakstabilan yang paling penting, tanpa memperdulikan
kesempurnaan prosesnya.
Banyak bahan obat menunjkkan perilaku polomorfi, yang disebabkan oleh perubahan
obat.
Dengan aktifnya daya gravitasi akan terjadi fenomena pemisahan pada sistem cairan banyak
fase, namun dalam stadium lanjut dapat terlihat sebagai sedimentasi atau pengapungan.
Sediaan obat semi padat seperti salep atau pasta selama penyimpanan dapat mengalami
pengerasan.
Pada sistem dispersi molekular (misalnya larutan bahan obat) dapat terjadi pemisahan bahan
bahan pelarut.
B. .Stabilitas Farmakologi
Aktivitas senyawa bioaktif disebabkan oleh interaksi antara molekul obat dengan bagian
molekul dari obyek biologis yaitu resptor spesifik. Untuk dapat berinteraksi dengan
reseptor spesifik dan menimbulkan aktivitas spesifik, senyawa bioaktif harus mempunyai
stuktur sterik dan distribusi muatan yang spesifi pula. Dasar dari aktivitas bioogis adalah
proses-proses kimia yang kompleks mulai dari saat obat diberikan sampai terjadinya respons
biologis.
1. Fasa farmasetik
Fasa ini menentukan ketersediaan farmasetik yaitu ketersediaan senyawa aktif untuk dapat
diabsorpsi oleh sistem biologis. Untuk dapat diabsorpsi senyawa obat harus dalam bentuk
molekul dan mempunyai lipofilitas yang sesuai. Bentuk molekul senyawa dipengaruhi oleh
nilai pKa dan pH lingkungan (lambung pH= 1-3 dan usus pH = 5-8).
Pada fasa I selain sifat molekul obat, seperti kestabilan terhadap asam lambung
dan larutan dalam air, formulasi farmasetis dan bentuk sediaan yang digunakan
2. Fasa Farmakokinetik
Meliputi proses fasa II dan fasa III. Fasa II adalah proses absorpsi molekul obat yang
mengahasilkan ketersediaan biologis obat, yaitu senyawa aktif dalam cairan darah (Ph = 7,4)
yang akan didistribusikan ke jaringan atau organ tubuh. Fasa III adalah fasa yang melibatkan
proses distribusi, metabolisme dan ekresi obat, yang menentukan kadar senyawa aktif pada
kompartemen tempat reseptor berbeda. Fasa I, II dan III menentukan kadar obat aktif yang
3. Fasa Farmakodinmik
Meliputi proses fasa IV dan fasa V. Fasa IV adalah tahap interaksi molekul senyawa aktif
dengan tempat aksi spesifik atau reseptor pada jaringan target, yang dipengaruhi oleh ikatan
kimia yang terlibat. Fasa V adalah induksi rangsangan, dengan melalui proses biokimia,
C .Stabilitas Kimia
Stabilitas kimia suatu obat adalah lamanya waktu suatu obat untuk
mempertahanakan integritas kimia dan potensinya seperti yang tercantum pada etiket
dalam batas waktu yang ditentukan. Pengumpulan dan pengolahan data merupakan langkah
kemungkinan adanya parameter lain yang harus diperhatikan. Data yang harus dikumpulkan
untuk jenis sediaan yang berbeda tidak sama, begitu juga untuk jenis sediaan sama tetapi cara
pemberiannya lain. Jadi sangat bervariasi tergantung pada jenis sediaan, cara pemberian,
stabilitas zat aktif dan lain-lain. Data yang paling dibutuhkan adalah data sifat, kimia,
kimiafisik, dan kerja farmakologi zat aktif (data primer), didukung sifat zat pembantu (data
sekunder). Secara reaksi kimia zat aktif dapat terurai karena beberapa faktor diantaranya
ialah, oksigen (oksidasi), air (hidrolisa), suhu (oksidasi), cahaya (fotolisis), karbondioksida
(turunnya pH larutan), sesepora ion logam sebagai katalisator reaksi oksidasi. Jadi jelasnya
1. Hidrolisis
Ikatan amida juga dpt terhidrolisa meskipun kecepatan hidrolisanya lebih lambat disbanding
ester. Sebagai contoh prokain akan terhidrolisa apabila di autoklaf, tetapi senyawa
benzodiazepine juga dapat tehidrolisis. Faktor kimia yang dapat menjadi katalis dalam
reaksi hidrolisi adalah Ph dan senyawa kimia tertentu (contohnya dextrose dan tembaga
2. Epimerisasi
cepat ketika obat dilarutkan dan terpapar dg pH lebih dari 3, mengakibatkan terjadinya
perubahan sterik pd gugus dimetilamin. Bentuk epimer dari tetrasiklin seperti epitetrasiklin
3. Dekarboksilasi
Beberapa asam senyawa asam karboksilat terlarut seperti para-amini salisilic acid dapat
kehilangan CO2 dari gugus karboksil ketika dipanaskan. Produk urainya memiliki potensi
farmakologi yang rendah. Beta-keto dekarboksilasi dpt terjadi pada beberapa antibiotik yg
memiliki gugus karbonil pada beta karbon dari asam karboksilat atau anion
4. Dehidrasi
hidrotetrasiklin, senyawa yg tdk memiliki efek anti bakteri dan memiliki efek toksisitas
5. Oksidasi
Struktur molekular yang dapat mudah teroksidasi adalah gugus hidroksil yang terikat
langsung pada cincin aromatik (contoh pd katekolamin dan morfin), gugusdien terkonjugasi
(vit A dan asam lemak tak jenuh), cicin heterosiklik aromatik, gugus turunan nitroso dan
nitrit dan aldehid (flavoring). Produk hasil oksidasi biasanya memiliki efek terapetik
lebih rendah. Identifikasi secara visual bisa terlihat pada perubahan warna contohnya pada
kasus efineprin. Oksidasi dapat dikatalisa oleh pH ion logam contohnya tembaga dan besi,
6. Dekomposisi fotokimia
Paparan pada UV dapat menyebabkan oksidasi (foto oksidasi) dan fotolisis pada ikatan
kovalen. Nipedipin, nitroprusin, ribovlavin, dan fenotiazin sangat tidak stabil terhadap foto
oksidasi.
7. Kekuatan Ion
Efek dari jumlah elektrolit yang terlarut terhadap kecepatan hidrolisis dipengaruhi
oleh kekuatan ion pada interaksi inter ionik. Secara umum konstanta kecepatan hidrolisis
berbanding tebalik dengan kekeuatan ion dan sebaliknya dengan muatan ion, sebagai contoh
8. Perubahan Nilai pH
Degradasi dari banyak senyawa obat dalam larutan dapat dipercepat atau diperlambat secara
ekponensial oleh nilai pH yg naik atau turun dari rentang pH nya. Nilai pH yang di luar
rentang dan paparan terhadap temperatur yang tinggi adalah faktor yang mudah
mengkibatkan efek klinik dari obat secara signifikan, akibat dari reaksi hidrolisis dan
oksidasi. Larutan obat atau suspensi obat dapat stabil dalam beberapa hari, beberapa minggu,
atau bertahun-tahun pada formulasi aslinya, tetapi ketika dicampurkan dengan larutan
lain yg dapat mempengaruhi nilai pH nya, senyawa aktif dapat terdegradasi dalam
hitungan menit. Sistem pH dapar yang biasanya terdegradasi dari asam atau basa lemah dan
mempertahankan pHnya pada rentang dimana terjadinya degradasi obat minimum. Pengaruh
pH pada kestabilan fisik sistem dua fase contohnya emulsi juga penting, sebagai contoh
9. Interionik
Kelarutan dari muatan ion yg berlawanan tergantung pada jumlah muatan ionnya dan
Reaksi pada kondisi padat relatif bersifat lambat, kecepatan degradasinya dikarakterisasi
sesuai dengan kecepatan kinetik orde 1 atau sesuai dengan kurva signoid. Sehingga obat-obat
berbentuk padat dengan titik leleh yang rendah tidak boleh dikombinasikan dengan bahan
kimia lain yang dapat membentuk campuran uetectic. Pada kondisi kelembaban yang tinggi,
kecepatan dekomposisinya berubah sesuai dengan kecepatan kinetik orde nol, karena
kecepatan dekomposisinya diatur secara relatif oleh fraksi kecil dari obat yang muncul pada
11. Temperatur
Secara umum kecepatan reaksi kimia meningkat secara eksponensial setiap kenaikan 10
derajat suhu. Faktor nyata yg mengakibatkan kenaikan kecepatan reaksikimia ini adalah
karena aktifasi energi. Waktu simpan obat pd suhu ruang biasanya akan berkurang ¼ atau
1/25 dari waktu simpan di dalam refrigrator. Temperatur dingin juga dapat mengakibatkan
sediaan cair dan menyebabkan supersaturasi pada kasus lain, dingin atau beku dapat merubah
ukuran droplet pd emulsi, dapat mendenaturasi protein atau pada kasus tertentu dapat
kimia, fisika, mikrobiologi, dan biofarmasi dalam batas-batas yang di tentukan selama masa
edarnya. Untuk produk farmasi yang dibuat oleh industri, terutama produk-produk yang
memasuki perdagangan internasional dan atau didistribusikan dalam wilayah tertentu dengan
kondisi iklim yang tidak cocok, stabilitas merupakan masalah yang serius. Tahun 1979,
komite Ahli WHO dalam Spesifikasi Sediaan Farmasi, dalam uraian tentang pemastian mutu
system pengadaan obat yang dilampirkan dalam laporannya, menyatakan bahwa bagian yang
harus diperhatikan pada pemastian mutu adalah penyimpanan. Hal ini dijelaskan lebih jauh
bahwa “penyimpanan yang tidak memadai dapat menyebabkan kerusakan fisik dan
penguraian kimia, yang menyebabkan penurunan aktivitas dan bahkan pembentukan produk
3. Bioavailability berubah
Faktor-faktor terpenting yang dapat mempengaruhi tingkat dan kecepatan penururnan mutu
1. Faktor lingkungan seperti panas, kelembapan, cahaya, oksigen, dan berbagai bentuk lain
(sebagai contoh, adanya pengotor tertentu, bentuk polimorf atau Kristal tertentu, ukuran
d. Sifat wadah atau kemasaan lainnya yang bersentuhan langsung dengan produk atau