Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pada umumnya bronkitis memiliki berbagai tanda dan gejala, berikut adalah tanda dan
gejalanya :
2.4 Etiologi
Bronkitis kronik dapat terjadi apabila seseorang yang menderita bronkitis akut tidak
mengalami penyembuhan. Hal ini terjadi karena terdapat penebalan dan peradangan pada
dinding bronkus yang bersifat permanen. Disebut bronkitis kronik apabila batuk terjadi
minimal tiga bulan dalam satu tahun selama dua tahun berturut-turut. Ada beberapa penyakit
yang dapat menyebabkan bronkitis kronik yaitu :
Spesifik :
1. Asma
2. Infeksi saluran nafas bagian atas misalnya sinobronkitis
3. Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis
4. Sindrom aspirasi
5. Penekanan pada saluran nafas
6. Kelainan sillia primer
Non-spesifik :
1. Perokok
2. Polusi udara dan debu
3. Gas beracun di tempat kerja
2.5 Klasifikasi
1. Bronkitis kronik ringan (simple chronic bronchitis), ditandai dengan batuk berdahak
dan keluhan lain yang ringan.
2. Bronkitis kronis mukopurulen (chronic mucupurulent bronchitis), ditandai dengan
batuk berdahak kental, purulen (berwarna kekuningan).
3. Bronkitis kronis dengan penyempitan saluran nafas (chronic bronchitis with
obstruction), ditandai dengan batuk berdahak yang disertai dengan sesak nafas berat.
2.6 Patofisiologi
Bronkhitis kronis mula-mula hanya memengaruhi bronkus besar, namun lambat laun akan
memengaruhi seluruh saluran nafas. Mukus yang kental dan pembesaran bronkus akan
mengobstruksi jalan napas terutama selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami
kolaps dan udara terperangkap pada bagian distal dari paru-paru.
Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolus, hipoksia, dan acidosis. Pasien
mengalami kekurangan 02, jaringan dan ratio ventilasi perfusi abnormal timbul, di mana terjadi
penurunan PO2 Kerusakan ventilasi juga dapat meningkatkan nilai PCO, sehingga pasien
terlihat sianosis. Sebagai kompensasi dari hipoksemia, maka terjadi polisitemia (produksi
eritrosit berlebihan).
2.8 Manifestasi Klinik
Bronkitis kronik terjadi dengan adanya batuk produktif, dan berlangsung secara kronis
atau berbulan bulan. Batuk yang terjadi dapat diperparah dengan kondisi atau cuaca dingin,
lembab, dan iritan paru. Pasien yang mengalami penyakit bronkitis kronik biasanya memiliki
riwayat merokok dan mengalami infeksi pernafasan (Smeltzer & Bare, 2002).
Kebanyakan pasien mengeluh kelelahan atau lemah akibat batuk berdahak tersebut.
Gangguan saluran infeksi yang sering dialami seperti flu dan pilek yang disertai batuk. Atau
dapat terjadi akibat infeksi bakteri seperti Streptococcus Pneumoniae. Karena bronkitis kronik
dapat disebabkan adanya riwayat merokok sehingga pasien atau risiko tertinggi terkena
penyakit bronkitis kronik yaitu laki.laki. selama ini bronkhitis kronis tidak selalu
memperlihatkan gejala, dan baru terasa setelah beberapa waktu terpapar. Adanya penurunan
stamina, dan sering batuk-batuk akan semakin parah sejalan dengan bertambahnya usia dan
perkembangan penyakit. Sehingga menyebabkan kesukaran bernafas, kurangnya oksigen
dalam darah dan kelainan fungsi paru-paru.
2.10 Penatalaksanaan
Objektif utama pengobatan adalah untuk menjaga agar bronkiolus terbuka dan
berfungsi, untuk memudahkan pembuangan sekresi bronkial, untuk mencegah infeksi, dan
untuk mencegah kecacatan. Perubahan dalam pola sputum (sifat, warna, jumlah, ketebalan)
dan dalam pola batuk adalah tanda yang penting untuk dicatat (Smaltzer & Bare, 2002).
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk penatalaksanaan penyakit bronkitis kronis
sebagai berikut :
1. Bronkodilator
Diberikan dalam bentuk oral, kombinasi golongan beta 2 agonis dengan golongan
antikolinergik. Kombinasi kedua golongan obat ini akan memperkuatkan efek bronkodilatasi
karena keduanya mempunyai tempat kerja yang berbeda. Masing-masing dalam dosis
suboptimal, sesuai dengan berat badan dan beratnya penyakit sebagai dosis pemeliharaan.
Contohnya aminofilin/teofilin 100-150 mg kombinasi dengan salbutamol 1 mg atau terbutalin
1 mg.
2. Kortikosteroid (Antiinflamasi)
Diberikan golongan metilprednisolon atau prednison, dalam bentuk oral atau injeksi intravena,
setiap hari atau selang sehari dengan dosis minimal 250mg.
3. Antibiotik
Diberikan untuk mencegah dan mengobati eksaserbasi serta infeksi. Antibiotik juga diberikan
sekiranya ada peningkatan jumlah sputum, sputum berubah menjadi purulen dan peningkatan
sesak. Pemilihan antibiotik disesuaikan dengan pola kuman setempat. Jenis antibiotik yang bisa
diberikan adalah makrolid, sefalosporin generasi II, generasi III, kuinolon dan flurokuinolon.
4. Mukolitik
5. Antitusif
Kodein hanya diberikan bila batuk kering dan sangat mengganggu. Manfaatkan obat antitusif
yang tersedia sesuai dengan perkiraan patogenesis yang terjadi pada keluhan klinis. Perhatikan
dosis dan waktu pemberian untuk menghindari efek samping obat.
6. Antioksidan
GASTRITIS
2.4 Klaifikasi
1. Gastritis Akut
Gastritis Akut adalah (inflamsi mukosa lambung) yang sering terjadi akibat
diet sembarangan, terlalu banyak makan, makan makanan yang yang
mengandung banyak bumbu dan mikroorganisme penyebab penyakit.
Menurut Hirlan dalam Suyono (2001), gastritis akut erosif adalah suatu
peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-
kerusakan erosi. Disebut erosi apabila kerusakan yang terjadi tidak
lebih dalam dari pada mukosa muskularis. Penyakit ini dijumpai di
klinik, sebagai akibat efek samping dari pemakaian obat, sebagai
penyulit penyakit-penyakit lain atau karena sebab yang tidak diketahui.
2. Gastritis Kronis
4. Atrofi lambung
2.5 Etiologi
10. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke
lambung.
11. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara
agresi dan mekanisme pertahanan umtuk menjaga integritas mukosa, yang
dapat menimbulkan respon peradangan pada mukosa lambung.
1. Gastritis Akut
c) Minuman beralkohol
2. Gastritis Kronik
Penyebab pasti dari gastritis kronik belum diketahui, tapi ada dua predisposisi
penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu infeksi dan non-
infeksi (Wehbi, 2008).
1. Gastritis infeksi Beberapa agen infeksi bisa masuk ke mukosa lambung dan
memberikan manifestasi peradangan kronik. Beberapa agen yang diidentifikasi
meliputi hal-hal berikut.
c) Infeksi parasit
d) Infeksi virus
2. Gastritis non-infeksi
2.6 Patofisiologi
1. Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-
obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada pasien yang
mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang
akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya HCl
yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan
anoreksia. Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel
epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi
produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung
agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus
bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster
terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan pembuluh darah.
Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat.
Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh
karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa
lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan).
Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya
sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya perdarahan. Perdarahan yang terjadi
dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses
regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah perdarahan
2.8 Komplikasi
7. Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut:
h. Feses: tes feses akan positifH. PyloryKreatinin : biasanya tidak meningkat bila
perfusi ginjal di pertahankan.
i. Amonia: dapat meningkat apabila disfungsi hati berat menganggu metabolisme
dan eksresi urea atau transfusi darah lengkap dan jumlah besar diberikan.
k. Kalium: dapat menurun pada awal karena pengosongan gaster berat atau muntah
atau diare berdarah. Peningkatan kadar kalium dapat terjadi setelah trasfusi
darah.
Hasil Lab:
2.10 Penatalaksanaan
b. Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan intravena
untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-gejala mereda,
untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida dan istirahat.
e. Pembedahan:untukmengangkatgangrenedanperforasi,
Pemberian Obat-obatan
Pengobatan yang dilakukan terhadap Gastritis bergantung pada penyebabnya. Pada
banyak kasus Gastritis, pengurangan asam lambung dengan bantuan obat sangat
bermanfaat. Antibiotik untuk menghilangkan infeksi. Penggunaan obat-obatan
yang mengiritasi lambung juga harus dihentikan. Pengobatan lain juga diperlukan
bila timbul komplikasi atau akibat lain dari Gastritis.
HEPATITIS
1. Hepatitis A
2. Hepatitis B
Infeksi virus hepatitis B (HBV) sebelumnya dinamai dengan sebutan
“Hepatitis serum” disebabkan oleh virus kelompok hepadnavirus, virus
tersebut mengandung DNA. Pada umumnya infeksi virus hepatitis B terjadi
lebih lambat dibandingkan dengan infeksi virus hepatitis A. Hepatitis B
cencerung relatif lebih ringan pada bayi dan anak-anak serta mungkin tidak
diketahui. Beberapa penderita infeksi terutama neonatus akan menjadi karier
kronis. Masa inkubasi hepatitis B dimulai sejak pemaparan hingga awitan
ikterus selama 2 – 5 bulan. Pada penyakit ini tidak terdapat prevalensi yang
berhubungan dengan musim. Penularannya dapat melalui parental yaitu
berasal dari produk-produk intravena, kontak seksual, dan perinatal secara
vertikel ( dari ibu ke janin)
3. Hepatitis C
160 hari, rata-rata sekitar 50 hari. Seperti HBV, maka HCV diduga terutama
ditularkan melalui jalan parenteral dan kemungkinan melalui kontak seksual.
Dahulu disebut hepatitis non-A dan non-B, merupakan penyebab tersering
infeksi hepatitis yang ditularkan melalui suplai darah komersial. HCV
ditularkan dengan cara yang sama seperti HBV, tetapi terutama melalui
tranfusi darah. Populasi yang paling sering terinfeksi adalah pengguna obat
injeksi, individu yang menerima produk darah, potensial risiko terhadap
pekerja perawatan kesehatan dan keamanan masyarakat yang terpajan pada
darah. Masa inkubasinya adalah selama 18-180 hari.
4. Hepatitis D
5. Hepatitis E
Hepatitis E disebabkan oleh HEV, merupakan virus RNA kecil,
diameternya kurang lebih 32 sampai 34 nm. Masa inkubasi sekitar 6 minggu.
Penularan eperti halnya HAV, infeksi HEV ditularkan melalui jalan fekal-
oral.
1. Masa Tunas
Warna kuning atau ikterik akan timbul bila kadar bilirubin dalam
serum melebihi 2 mg/dl. Pada saat ini penderita baru menyadari
bahwa ia menderita sakit kuning atau hepatitis. Selama minggu
pertama dari fase ikterik, warna kuningnya akan terus meningkat,
selanjutnya menetap. Setelah 7-10 hari, secara perlahan-lahan warna
kuning pada mata dan kulit akan berkurang. Pada saat ini, keluhan
yang ada umumnya mulai berkurang dan penderitamerasa lebih
enak. Fase ikterik ini berlangsung sekitar 2-3 minggu. Pada usia
lebih lanjut sering terjadi gejala hambatan aliran empedu (kolestasis)
yang lebih berat sehingga menimbulkan warna kuning yang lebih
hebat dan berlangsung lebih lama.
2.6 Etiologi
Menurut Price dan Wilson (2005: 485) Secara umum hepatitis disebabkan
oleh virus. Beberapa virus yang telah ditemukan sebagai penyebabnya, berikut ini.
direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran
dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
2.8 Komplikasi
Pada perkembangan penyakit teruma yang menetap atau kronis seing mengalami
komplikasi, seperti sirosis hati dan kanker hati (hepatoma).
1. Sirosis Hati
Merupakan penyakit hati kronis yang di tandai dengan kerusakan sel-\ sel hati oleh
jaringan-jaringan ikat dan jajringan parut srta sering diiringi pembentukan raturan
nodules (benjolan). Sirosis hati mengubah struktur hati dari jaringan hati normal
menjadi benjolan-benjolan keras yang abnormal dan mengubah pembuluh drah. Hati
yang terkena sirosis terlihat bejolan, penuh parut, berlemak dan bewarna kuning.
Karsinoma hepato seluler merupakan tumor hati primer yang berasal dari jaringan
ikat itu sendiri.
1. Stadium Praikterik berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah,
anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri perut kanan atas, urine
menjadi lebih cokelat.
2. Stadium ikterik yang berlangsung selama 3-6 minggu. Ikterus mula-mula terikat pada
sclera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan-keluhan berkurang tapi pasien
masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuing muda.
Hati membesar dan nyeri tekan.
3. Stadium pasca ikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja
menjadi normal lagi. Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat dari orang dewasa,
yaitu pada akhir bulan kedua, karena penyebab yang biasanya berbeda.
2.10 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada pasien yang di duga hepatitis di lakukan untuk
memastikan diagnosis, menilai fungsi hati dan mengetahui penyebab hepatitis.
Pemeriksaan di bagi menjadi 2 yaitu:
a. Pemeriksaan serologi
Dilakukan dengan cara memeriksa kadar antigen maupun antibodi terhadap virus
penyebab hepatitis yang bertujuan untuk memastikan diagnosis hepatitis dan
mengetahui peyebabnya.
Parameter biokimia hati yang dapat dijadikan pertanda fungsi hati, sebagai berikut
:
1. Aminotransferase
Enzim ini ditemukan pada sel-sel hati yang berada di dekat saluran empedu.
Apabila kadar ALP meningkat menunjukkan bahwa adanya sumbatan atau
hambatan pada saluran empedu, peningkatan ALP dapat disertai dengan gejala
warna kuning di kulit, kuku, atau bagian putih bola mata.
3. Serum Protein
Hati menghasilkan serum protein antara lain albumin, globumin, dan faktor
pembekuan darah. Pemeriksaan serum ini bertujuan untuk mengetahui fungsi dari
biosintesis hati. Dengan adanya penurunan kadar albumin dapat menunjukkan
adanya gangguan fungsi sintesis hati.
4. Bilirubun
Merupakan pigmen kuning yang di hasilkan dari suatu pemecahan hemoglobin
(hb) di hati. Bilirubin ini di keluarkan melalui empedu dan di keluarkan melalui
feses.
(wanita)
(wanita)
(wanita)
(GGT) 5
5-25 IU/L (wanita)
2. Penatalaksanaan Medis
Memberikan anti virus sesuai dengan kebutuhan. Karena anti virus dapat menghambat
virus untuk menginfeksi sel-sel yang ada di dalam hati. Adapun anti virus untuk penyakit
hepatitis yaitu :
a. Interferon
Protein alami yang di sintesis oleh sel-sel sistem imun tubuh sebgai respon adanya
inducter sperti virus, bakteri, parasit atau sel kanker. Antivirus yang biasanya di
gunakan untuk terapi yakni interferon alfa yang digunakan sebagai terapi pada VHB
dan VHC kronis. Pada hepatitis B kronis interferon alfa ini dapat memperbaiki sel-sel
yang rusak dan parameter biokimia sekitar 25-50 %. Efek samping yang timbul
setelah pemakaian interferon alfa ini beberapa jam setelah injeksi seperti gejala flu,
pasien mengeluh demam, menggigil, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi.
b. Lamivudin
c. Ribavirin
Merupakan antivirus yang dapat menghampat replikasi virus RNA dan DNA.
Tersedia dalam bentuk tablet, spray (semprotn), dan injeksi.
Digunakan sebagai kombinasi dengan interferon alfa yang di gunakan untuk hepatitis
c. Efek samping yang timbul dalam pemakaian ribavirin spray yaitu iritasi ringan pada
mata, bersih-bersin serta kulit kemerahan, sedangkan untuk ribavirin tablet dan injeksi
memiliki efek samping nyeri kepala, gangguan saluran pencernaan, kaku badan,
mengantuk, dan gangguan mood.
2 Adepovir dipivoksil
3 Entecavir
a. Tirah baring (bed rest) biasanya dilakukan tanpa memperhitungkan bentuk terapi yang
lain sampai gejala hepatitis sudah mulai mereda. Selain itu, aktivitas pasien harus di
batasi sampai gejala pembesaran hati dan kenaikan kadar bilirubin serta enzim-enzim
hati dalam serum sudah kembali normal
2.4 Epidemiologi
Frekuensi dan penyebab
Tinglat kejadian pankreatitis sangat berfariasi dari satu negara ke negara lainnya karena perilaku
aktivitas, budaya negara satu dengan negara lainnya juga berbeda, misalnya alkoholisme, batu empedu dll.
Misalnya di Amerika serikat, pankreatitis akut lebih banyak berhubungan dengan pemakaian alkohol,
daripada batu empedu. Akan tetapi keadaan yang sebaliknya terjadi di Inggris dimana kejadian pankreatitis
akut lebih banyak terjadi karena batu empedu ( Tjokronegoro, 1998 ). Di negara barat penyakit pankreatitis
sering di temukan dan berhubungan dengan penyalah gunaan pemakaian alkohol dan penyakit hepati bilier,
frekuensi berkisar antara 0,14-1% atau 10-15 klien pada 1000 ( Tjokronegoro, 1998 ). Pada tahun 2002 di
USA, pankreatitis terjadi pada 70-80 orang per 100.000 orang ( Pratama, 2016 ). Di Indonesia pankreatitis
belum banyak di temukan karena adanya dugaan bahwa karena tingkat konsumsi alkohol masih rendah.
Klien dengan nyeri ulu hati yang hebat biasanya didiagnosis sebagai gastritis akut atau tukak peptik.
Frekuensi berdasarkan kelamin
di negara barat yang apabila batu empedu menjadi penyebab utama pankreatitis akut maka usia
terbanyak terdapat sekitar 60 tahundan terdapat lebih banyak pada wanita (75%). Dan apabila dihubungkan
dengan penyebab pemakaian alkohol yang berlebih maka pria lebih banyak (80-90%)
2.5 Etiologi
Pankreatitis akut mempunyai banyak penyebab, seperti penyalah gunaan alkohol (etanol). Alkohol
menambah konsentrasi protein dalam cairan pankreas dan mengakibatkan endapan yang merupakan inti
untuk terjadinya kalsifikasi yang selanjutnya menyebabkan tekanan intraduktal lebih tinggi.
Kolelitiasis (batu kandung empedu), ada 30-70% klien pankreatitis disertai dengan adanya batu
empedu yang diduga menyebabkan trauma sewaktu pasase batuatau menyebabkan sumbatan di daerah vater.
Batu di dalam papila veter juga menyebabkan sumbatan dan spasme yang juga dianggap sebagai salah satu
faktor penyebab pankreatitis.
Mekanisme dimana kondisi-kondisi ini memicu peradangan pankreas belum teridentifikasi (Black,
2014). Pankreatitis akut ini diperkirakan akibat dari protease dalam pankreas tidak sesuai yang
menyebabkan autodigestif pankreas, belum diketahui secara pasti bagaimana hal itu bisa terjadi.
Diperkirakan pankreatitis diinduksi alkohol termasuk perubahan fisikokimia protein yang mengakibatkan
penyumbatan duktus – duktus kecil pankreas. Pankreatitis juga bisa terjadi ketika edema atau obsteruksi
menghalangi ampula vatter, mengakibatkan aliran balik empedu ke duktus pankreas atau cidera langsung
terhadap sel-sel acinar. Penyebab lain yang mungkin terjadi adalah :
- Hiperlipidemia, yang mungkin terjadi sekunder terhadap nefritis, kastrasi, atau pemberian estrogen
eksogen, atau sebagai hiperlipidemia herediter
- Hiperkalsemia meningkat sebagai akibat hiperparatiroid
- Kolesistisis dan kolelitiasis
- Kasus – kasus dengan riwayat keluarga dengan mekanisme tidak pasti
- Tumor pankreas
- Trauma pankreas atau obstruksi duktus pankreas, seperti trauma eksternal tumpul ( Black, 2014 )
Pankreatitis kronik juga jarang terjadi, namun hal ini juga sangat penting karena dapat menimbulkan
nyeri yang sangat dan dapat menyebabkan insufiensi pankreas dan sindroma mal-absorpsi.
2.6 Manifestasi Klinis
Pankreatitis akut
Klien dengan pankreatitis akut sebagian besar akibat aktivasi protease dan lipase dan menyebabkan
autodigesti pankreas dan akan mengalami keluhan yang mungkin muncul seperti berikut : Mengalami nyeri
seperti ditusuk pada mid-Epigastrium yang menyebar ke punggung dalam beberapa menit atau jam. Rasa
penuh perut yang akan berkurang apabila klien dalam posisi duduk atau dalam posisi melengkung seperti
bayi dalam kandungan. Apabila makan dan minum terlalu banyak juga akan merangsang nyeri. Mual,
muntah dan demam juga akan ditemukan pada klien dengan pankreatitis akut.
Pankreatitis kronis
Klien dengan pankreatitis kronis dengan gejala nyeri abdomen, mal-absorpsi, atau keduanya dapat
dikelompokkan menjadi tiga :
- Klien yang mengalami serangan nyeri abdomen ringan secara berulang
- Klien yang mengalami pankreatitis akut diikuti insufisiensi secara bertahap
- Klien secara pasti mengalami perkembangan ke arah insufisiensi pankreas dengan atau tanpa nyeri
Rasa nyeri pada pankreatitis kronis umumnya kurang berat dibandingkan dengan pankreatitis akut dan
dapat disertai rasa mual dan muntah. Sering ada riwayat alkoholisme, penyakit saluran empedu, atau
trauma tumpul.
2.7 Patofisiologi
Mekanisme etiologi kerusakan pankreas tetap tidak jelas ( Black, 2014 ). Perubahan patologik yang
terjadi di pankreas mungkin dikarenakan aktivasi prematur enzim proteolitik dan lipolitik pankreas. Enzim-
enzim ini secara normal diaktivasididalam duodenum. Pankreas secara normal mengeluarkan protease dalam
bentuk tidak aktif. Ketika protease didalam usus, aksi enterokinase usus merubah tripsinogen (salah satu
protease) pankreas kedalam tripsin. Sedangkan pada pankreatitis, aktivase pritease dan lipase terjadi sebelum
sekresi kedalam usus ketika kerusakan pankreas terjadi. Kepastian enzim didalam pankreas menjadi aktif
itu belum diketahui, tetapi kemingkinan dipacu oleh aliran empedu dari duodenum kedalam duktus pankreas
atau dengan obstruksi duktus pankreas. Ketika peradangan pankreas itu mengalami peradangan, siklus yang
buruk akan terus menerus terjadi mengakibatkan kerusakan jaringan lebih lanjut dan aktivasi enzim.
STROKE
2.1 Klasifikasi
2.6 Penatalaksanaan
Dalam kondisi normal, aliran darah otak orang dewasa adalah 50-60
ml/100gram otak/menit. Pada otak yang mengalami iskemik, terdapat area
infark yang terdiri dari ischemic core (inti iskemik) dan penumbra atau area
yang mengelilingi ischemic core. Pada area ischemic core, aliran darah amat
rendah (0-20 ml/100g/menit). Sedangkan di daerah sekelilingnya, atau
penumbra, aliran darah berkurang di bawah normal (20-50 ml/100
g/menit).Konsep tentang area penumbra merupakan dasar dalam
penatalaksanaan stroke iskemik.Terdapat periode yang dikenal sebagai
"window therapy" (jendela terapi), yaitu 6 jam setelah awitan. Bila ditangani
dengan baik dan tepat, maka daerah penumbra akan dapat diselamatkan
sehingga infark tidak bertambah luas.