Você está na página 1de 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap organisme yang hidup terdiri dari ratusan tipe sel, yang semuanya berasal
dari fertilisasi sel telur dengan sel sperma. Selama perkembangannya sejumlah sel
bertambah secara dramatis yang kemudian akan membentuk berbagai jaringan dan organ.
Seiring dengan pembentukan sel yang baru tersebut, sel yang mati merupakan proses
regulasi yang normal pada sejumlah sel dan jaringan. Pengendalian terhadap eliminasi sel-
sel yang mati ini disebut dengan kematian sel yang terprogram atau lebih sering disebut
apoptosis.
Kematian sel yang terprogram atau apoptosis merupakan suatu komponen yang
normal pada perkembangan dan pemeliharaan kesehatan pada organisme multiseluler. Sel
yang mati ini merupakan respon terhadap berbagai stimulus dan selama apoptosis sel ini
dikontrol dan diregulasi, sel yang mati kemudian difagosit oleh makrofag. Apoptosis
berbeda dengan nekrosis, pada nekrosis terjadi kematian sel tidak terkontrol. Sel yang mati
pada nekrosis akan membesar dan kemudian hancur dan lisis pada satu daerah yang
merupakan respon terhadap inflamasi.
Pada apoptosis sel-sel yang mati memberikan sinyal yang diperantarai oleh
beberapa gen yang mengkode protein untuk enzym pencernaan yang disebut dengan
caspase. Gen caspase ini merupakan bagian dari cystein protease yang akan aktif pada
perkembangan sel maupun merupakan sinyal untuk aktiif pada destruksi sel tersebut.
Kematian sel yang telah terprogram di dalam sel ini merupakan hal yang terjadi
secara alami. Selain itu, dengan mekanisme ini memungkinkan tubuh manusia untuk
“membiarkan mati” sel-sel yang beresiko menyebabkan kanker.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Apoptosis ?
2. Apa saja fungsi dan peranannya apoptosis?
3. Bagaimana mekanisme apoptosis ?

Lydia Ayu Arnita, 172426256 SPA 1


1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui apa itu apoptosis.
2. Untuk mengetahui fungsi dan peranan apoptosis
3. Untuk mengetahui mekanisme apoptosis.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Apoptosis

Lydia Ayu Arnita, 172426256 SPA 2


Apoptosis berasal dari bahasa yunani yaitu Apo “dari” dan ptosis “jatuh” adalah
mekanisme biologi yang merupakan salah satu jenis kematian sel terpogram. Apoptosis
digunakan oleh organism multisel untuk membuang sel yang sudah tidak diperlukan
oleh tubuh. Berbeda dengan nekrosis, yang merupakan bentuk kematian sel sebagai
akibat sel yang terluka akut, apoptosis terjadi dalam proses yang diatur sedemikian rupa
yang secara umum memberi keuntungan selama siklus kehidupan suatu organisme
(Gambar 1). Contohnya adalah pada diferensiasi jari manusia selama perkembangan
embrio membutuhkan sel-sel di antara jari-jari untuk apoptosis sehingga jari-jari dapat
terpisah.

Gambar 1. Perbedaan apoptosis dan nekrosis


Sejak awal tahun 1990, penelitian mengenai apoptosis berkembang dengan pesat.
Penelitian mengenai apoptosis dimulai dengan studi pada Caenorhabditis elegans.
Cacing dewasa memiliki 1000 sel, di mana selama perkembangannya ada 131 sel yang
mati. Ada 2 bentuk mutasi ditemukan yaitu ced 3 dan ced 4. Sekuen ced 3 homolog
dengan Interleukin Converting Enzyme (ICE) yang dibutuhkan untuk aktivasi
proteolitik dari prekursor interleukin 1, di mana selama aktivasi ada hormone tertentu
yang dilepaskan oleh sel imun tertentu yang dapat memacu terjadinya inflamasi. Hal ini
menunjukkan bahwa proteolisis dibutuhkan untuk apoptosis.
2.2 Peranan Apoptosis
Apoptosis memiliki peranan penting dalam fenomena biologis, proses
apoptosis yang tidak sempurna dapat menyebabkan timbulnya penyakit yang sangat
bervariasi. Terlalu banyak apoptosis menyebabkan sel mengalami kekacauan,

Lydia Ayu Arnita, 172426256 SPA 3


sebagaimana terlalu sedikit apoptosis juga menyebabkan proliferasi sel yang tidak
terkontrol (kanker). Beberapa contoh penyakityang ditimbulkan karena apoptosis yang
tidak sempurna antara lain:
a. Penyakit autoimun disebabkan karena sel T/B yang autoreaktif terus menerus.
b. Neurodegeneration, seperti pada penyakit Alzheimer dan Parkinson, akibat dari
apoptosis prematur yang berlebihan pada neuron di otak. Neuron yang tersisa tidak
mempunyai kemampuan untuk meregenerasi sel yang hilang.
c. Stroke iskemik, aliran darah ke bagian-bagian tertentu dari otak dibatasi sehingga
dapat menyebabkan kematian sel saraf melalui peningkatan apoptosis.
d. Kanker, sel tumor kehilangan kemampuannya untuk melaksanakan apoptosis
sehingga proliferasi sel meningkat.

2.3 Fungsi Apoptosis


a. Sel yang rusak atau terinfeksi Apoptosis dapat terjadi secara langsung ketika sel
yang rusak tidak bisa diperbaiki lagi atau terinfeksi oleh virus. Keputusan untuk
melakukan apoptosis dapat berasal dari sel itu sendiri, dari jaringan di sekitarnya,
atau dari sel yang merupakan bagian sistem imun. Jika kemampuan sel untuk ber-
apoptosis rusak atau jika inisiasi apotosis dihambat, sel yang rusak dapat terus
membelah tanpa batas, berkembang menjadi kanker.
b. Respon terhadap stress atau kerusakan DNA Kondisi stress sebagaimana kerusakan
DNA sel yang disebabkan senyawa toksik atau pemaparan sinar ultraviolet atau
radiasi ionisasi (sinar gamma atau sinar X), dapat menginduksi sel untuk memulai
proses apoptosis. Contohnya pada kerusakan genom dalam inti sel, adanya enzim
PARP-1 memacu terjadinya apoptosis. Enzim ini memiliki peranan penting dalam
menjaga integritas genom,tetapi aktivasinya secara berlebihan dapat
menghabiskan ATP, sehingga dapat mengubah proses kematian sel menjadi
nekrosis (kematian sel yang tidak terprogram).
c. Homeostasis adalah suatu keadaan keseimbangan dalam tubuh organisme yang
dibutuhkan organisme hidup untuk menjaga keadaan internalnya dalam batas
tertentu. Homeostasis tercapai saat tingkat mitosis (proliferasi) dalam jaringan
seimbang dengan kematian sel. Jika keseimbangan ini terganggu dapat terjadi :
1. sel membelah lebih cepat dari sel mati.
2. sel membelah lebih lambat dari sel mati.

2.4 Mekanisme Apoptosis


Mekanisme apoptosis sangat kompleks dan rumit. Secara garis besarnya apoptosis
dibagi menjadi 4 tahap, yaitu :
a. Adanya signal kematian (penginduksi apoptosis).

Lydia Ayu Arnita, 172426256 SPA 4


b. Tahap integrasi atau pengaturan (transduksi signal, induksi gen apoptosis yang
berhubungan, dll)
c. Tahap pelaksanaan apoptosis (degradasi DNA, pembongkaran sel, dll)
d. Fagositosis

a. Signal Penginduksi Apoptosis


Apoptosis tidak memerlukan suatu proses transkripsi atau translasi.
Molecular machine yang dibutuhkan untuk kematian sel dianggap mengalami
dormansi dan hanya memerlukan aktivasi yang cepat. Signal yang menginduksi
apoptosis bisa berasal dari ekstraseluler dan intraseluler.
Signal ekstraseluler contohnya hormon hormon. Hormon tiroksin
menginduksi apoptosis pada ekor tadpole. Apoptosis juga bisa dipicu oleh
kurangnya signal yang dibutuhkan sel untuk bertahan hidup seperti growth
factor. Sel lain, sel berhubungan dengan sel yang berdekatan juga bisa
memberikan signal untuk apoptosis. Signal intraseluler misalnya radiasi
ionisasi, kerusakan karena oksidasi radikal bebas, dan gangguan pada siklus sel.
Kedua jalur penginduksi tersebut bertemu di dalam sel, berubah menjadi
famili protein pengeksekusi utama yang dikenal sebagai caspase.Sel yang
berbeda memberikan respon yang berbeda terhadap penginduksi apoptosis.
Misalnya sel splenic limfosit akan mengalami apoptosis saat terpapar radiasi
ionisasi, sedangkan sel myocyte tidak mengalami apoptosis untuk pemaparan
yang sama.
b. Regulator Molekuler dari Apoptosis
Signal kematian dihubungkan dengan pelaksanaan apoptosis oleh tahap
integrasi atau pengaturan. Pada tahap ini terdapat molekul regulator positif
atau negatif yang dapat menghambat, memacu, mencegah apoptosis sehingga
menentukan apakah sel tetap hidup atau mengalami apoptosis (mati).
Apoptosis diperantarai oleh famili protease yang disebut caspase, yang
diaktifkan melalui proteolisis dari bentuk prekursor inaktifnya (zymogen).
Caspase merupakan endoprotease yang memiliki sisi aktif Cys (C) dan
membelah pada terminal C pada residu Asp, oleh karena itu dikenal sebagai
Caspases (Cys containing Asp specific protease). Saat ini telah ditemukan 13
anggota famili caspases pada manusia. Beberapa anggota famili caspase yang
terlibat dalam apoptosis dibedakan menjadi 2 golongan.
Golongan yang pertama terdiri dari caspase 8, 9,10 yang mengandung
prodomain yang panjang pada terminal N, fungsinya sebagai inisiator dalam
proses kematian sel. Golongan yang kedua terdiri dari caspase 3, 6, 7 yang
mengandung prodomain yang pendek dan berfungsi sebagai efektor,

Lydia Ayu Arnita, 172426256 SPA 5


membelah berbagai substrat yang mati yang pada akhirnya menyebabkan
perubahan morfologi dan biokimia yang tampak pada sel yang mengalami
apoptosis. Molekul efektor lain dalam apoptosis adalah Apaf-1 (apoptotic
protease activating factor) bersama sitokrom c mengambil procaspase 9 di
ATP-dependent manner, dan menstimulasi proses perubahan procaspase 9
menjadi caspase 9. Regulator apoptosis yang lain adalah anggota famili Bcl-2.
Saat ini ada 18 anggota famili Bcl-2 yang telah diidentifikasi, dan dibagi ke
dalam 3 grup berdasarkan strukturnya. Anggota grup pertama diwakili oleh
Bcl-2 dan Bcl-xL yang berfungsi sebagai anti-apoptosis. Anggota grup kedua
diwakili oleh Bax dan Bak (Bcl-2 associated killer), sebagaimana anggota
grup yang ketiga yaitu Bid (a novel BH3 domain-only death agonist) dan Bad
(the Bcl-2 associated death molecule), merupakan molekul pro-apoptosis
ICE (Interleukin Converting Enzim) secara normal tidak terlibat dalam
apoptosis, tetapi aktivasi tiruannya dalam sel mamalia, dapat mendorong ke
arah tersebut. Masing-masing caspase mempunyai urutan yang sama,
dirancang untuk membelah, maka menjadi jelas caspase membelah satu sama
lain dalam suatu jalur mekanisme pengaktifan. Dua rangkaian caspase saling
melibatkan. Yang satunya menginisiasi proses aktivasi caspase lainnya.
Pertanyaannya siapa yang mengaktifkan caspase yang pertama? Tampak
meragukan, sampai peneliti menemukan bahwa caspase dapat diaktifkan jika
mereka mengumpul pada konsentrasi kritik. Ini bisa terjadi oleh ikatan
molekul signal bunuh diri di permukaan sel. Perubahan konformasi reseptor
dapat mendorong ke arah agregasi dari molekul reseptor permukaan dengan
serentak dengan agregasi caspases intraseluler reseptor agregasi.

Target Caspase
Apoptosis melibatkan:
1. memadatkan inti sel
2. memadatkan dan membagi-bagi sitoplasma ke dalam selaput ikat badan
apoptotis
3. rusaknya kromosom ke dalam fragmen yang berisi berbagai nukleosom
Target protein pada umumnya harus protein lain, suatu DNA endonuklease.
Ketika protein target pecah, DNase bebas untuk berpindah tempat ke inti dan
mulai pelaksanaan. Perubahan dalam apoptosis terjadi ketika caspase 3
membelah gelsolin, suatu protein dilibatkan dalam pemeliharaan morfologi sel.
Gelsolin yang dibelah membelah actin filamen di dalam sel. Protein yang lain
diperlukan untuk membentuk badan apopotic: suatu kinase yang disebut p21-

Lydia Ayu Arnita, 172426256 SPA 6


activated kinase 2 (PAK-2). Kinase ini diaktifkan oleh caspase-3 dengan
proteolisis terbatas.

c. Tahap Pelaksanaan Apoptosis


Sinyal apoptosis bisa terjadi secara intraseluler dan ekstraseluler. Jalur
ekstrinsik (ekstraseluler) diinisiasi melalui stimulasi dari reseptor kematian
(death receptor) sedangkan jalur intrinsik diinisiasi melalui pelepasan faktor
signal dari mitokondria dalam sel.
Peristiwa apoptosis jalur ekstrinsik dimulai dari adanya pelepasan molekul
signal yang disebut ligan oleh sel lain tetapi bukan berasal dari sel yang akan
mengalami apoptosis. Ligan tersebut berikatan dengan death receptor yang
terletak pada transmembran sel target yang menginduksi apoptosis. Death
receptor yang terletak di permukaan sel adalah famili reseptor TNF (Tumor
Necrosis Factor), yang meliputi TNF-R1, CD 95 (Fas), dan TNF-Related
Apoptosis Inducing Ligan (TRAIL)-R1 dan R2.
Ligan yang berikatan dengan reseptor tersebut akan mengakibatkan
caspase inisiator 8 setelah membentuk trimer dengan adaptor FADD (Fas
Associeted Death Domain). Kompleks yang terbentuk antara ligan-reseptor
dan FADD disebut DISC (Death Inducing Signaling Complex). CD 95,
TRAIL-R1 dan R2 terikat dengan FADD, sedangkan TNF-R1 terikat secara
tidak langsung melalui molekul adaptor lain, yaitu :
TNF-Reseptor Associeted Death Domain protein (TRADD).
Stress mitokondria yang menginduksi apoptosis jalur intrinsik
disebabkan oleh senyawa kimia atau kehilangan faktor pertumbuhan,
sehingga menyebabkan gangguan pada mitokondria dan terjadi pelepasan
sitokrom c dari intermembran mitokondria. Protein capcase-8 akan
memotong anggota famili Bcl-2 yaitu Bid. Kemudian Bid yang terpotong
pada bagian ujungnya akan menginduksi insersi Bax dalam membran
mitokondria dan melepaskan molekul proapoptotik seperti sitokrom c,
Samc/Diablo, Apoptosis Inducing Factor (AIF), dan omi/Htr2. dengan
adanya dATP akan terbentuk kompleks antara sitokrom c, APAF1 dan
caspase 9 yang disebut apoptosom. Selanjutnya, capcase 9 akan
mengaktifkan downstream procaspase-3.
Protein caspase 3 yang aktif memecah berbagai macam substrat,
diantaranya enzim DNA repair seperti poly-ADP Ribose Polymerase
(PARP) dan DNA protein kinase yaitu protein struktural seluler dan
nukleus, termasuk aparatus mitotik inti, lamina nukleus, dan aktin serta
endonuklease, seperti Caspase-Aktivated Deoxyribonuklease Inhibitor

Lydia Ayu Arnita, 172426256 SPA 7


(ICAD) dan konstituen seluler lainnya. Selain itu, caspase 3 juga
mempunyai kemampuan untuk mengaktifkan caspese lainnya, seperti
procaspase-6 dan procaspase-7 yang memberikan amplifikasi terhadap
kerusakan seluler.
Adanya seluler stres meningkatkan ekspresi dari protein p53 yang
mengakibatkan terjadinya GI arrest atau apoptosis. Anggota dari apoptosis
Stimulating Protein p53 (ASPP) yaitu ASPP 1 dan ASPP 2 secara spesifik
menstimulasi fungsi transtivasi p53 pada promotor gen proapoptotik seperti
Bax dan p53 Inducible Gene 3 (PIG 3), tapi tidak pada promotor gen yang
menyebabkan cell cycle arrest, yaitu p21 dan MDM2.
d. Tahap Fagositosis
Sel yang terfragmentasi menjadi apoptotic body mengeluarkan signal “eat
me” yang dikenali oleh fagosit. Ada 2 macam fagosit, yaitu :
• Fagosit professional, contohnya sel makrofag.
• Fagosit semiprofesional, sel tetangga dari sel yang mengalani apoptosis.
Adanya sel-sel fagosit ini dapat menjamin tidak timbulnya respon inflamasi
setelah terjadinya apoptosis. Sel fagosit juga harus dihilangkan setelah aktif
bekerja. Sel imun aktif mulai mengekspresikan Fas beberapa hari setelah
aktivasi, mentargetkannya untuk eliminasi. Beberapa sel yang stress dapat
mengekspresikan Fas dan FasL lalu digunakan untuk bunuh diri. Akan tetapi
sebagian besar hanya dapat mengekspresikan Fas, sedangkan FasL
diekspresikan terutama oleh sel T aktif.
Penginduksi apoptosis dikategorikan dalam 3 grup, yaitu faktor kematian,
obat anti-kanker yang genotoksik, factor deprivation. Fas ligan, salah satu
contoh factor kematian, berikatan dengan reseptor Fas, menyebabkan
trimerisasi. Domain kematian yang mengalami trimerisasi dalam sitoplasma
mengikat pro-caspase 8 melalui FADD/MORT1 membentuk DISC. Pro-
caspase 8 mengalami autoaktivasi pada DISC menjadi bentuk enzim yang
aktif. Ada 2 jalur aktivasi caspase 3 melalui caspase 8 :
1) Caspase 8 secara langsung mengubah pro-caspase 3 menjadi
caspase 3.
Caspase 3 membelah berbagai protein sel termasuk ICAD sehingga
CAD
dilepaskan dari ICAD, lalu mendegradasi kromosom DNA.
2) Caspase 8 membelah Bid, molekul pro-apoptosis yang termasuk
famili Bcl-2, yang kemudian ditranslokasikan ke mitokondria untuk
melepaskan sitokrom c ke sitosol. Bcl-2 atau Bcl-xl, molekul anti-
apoptosis, dapat menghambat pelepasan sitokrom c dengan

Lydia Ayu Arnita, 172426256 SPA 8


mekanisme yang belum diketahui dengan pasti. Sitokrom c bersama
Apaf-1 mengaktifkan Caspase 9, dimana caspase 9 kemudian
mengaktifkan caspase 3. Caspase 3 membelah berbagai protein sel
termasuk ICAD sehingga CAD dilepaskan dari ICAD lalu
mendegradasi kromosom DNA.
Obat anti-kanker yang genotoksik seperti etoposida dan radiasi γ
menyebabkan kerusakan kromosom DNA. Signal tersebut ditransfer
ke mitokondria oleh p53 melalui mekanisme yang belum diketahui.
Hal ini dapat menyebabkan pelepasan sitokrom c dari mitokondria
dan mengaktifkan caspase 9 seperti dijelaskan di atas.
Apoptosis yang diinduksi oleh factor deprivation dapat
dipelajari dengan baik menggunakan IL-3 dependent myeloid cell
lines. Dengan keberadaan IL-3, signal dari reseptor IL-3
menyebabkan fosforilasi Bad, molekul pro-apoptosis famili Bcl-2.
Bad yang terfosforilasi tertangkap oleh adaptor 14-3-3. Bila IL-3
sudah tidak ada lagi maka Bad yang tak terfosforilasi dilepaskan
dari 14-3-3, lalu ditranslokasikan ke mitokondria untuk melepaskan
sitokrom c untuk mengaktifkan caspase 9.

2.5 Mengenali sel yang apoptosis


Sel yang mengalami apoptosis dapat diamati dengan menggunakan mikroskop
cahaya maupun mikroskop elektron melalui ciri-ciri morfologis yang
ditampakkan.Ciri-ciri tersebut antara lain :
a. Sel menjadi bulat (sirkuler). Ini terjadi karena struktur protein yang menyusun
sitoskeleton dicerna oleh enzim peptidase spesifik yang disebut caspaspse yang
telah diaktifkan di dalam sel.
b. Kromatin (DNA dan protein-protein yang terbungkus di dalam inti sel) mulai
mengalami degradasi dan kondensasi.
c. Kromatin mengalami kondensasi lebih lanjut, menjadi semakin memadat. Pada
tahap ini, membran yang mengelilingi inti sel masih tampak utuh, walaupun
caspase tertentu telah melakukan degradasi protein pori inti sel dan mulai
mendegradasi lamin yang terletak dalam lingkungan inti sel.
d. Lingkungan dalam inti sel tampak terputus dan DNA di dalamnya terfragmentasi
(proses ini dikenal dengan karyorrhexis). Inti sel pecah melepaskan berbagai
bentuk kromatin atau unit nukleosom karena disebabkan degradasi DNA.
e. Plasma membran mengalami blebbing.
f. Sel tersebut kemudian di’makan’ atau pecah menjadi gelembung-gelembung yang
disebut apoptotic bodiesdan kemudian di’makan’.

Lydia Ayu Arnita, 172426256 SPA 9


Sel yang mengalami apoptosis juga dapat dikenali dengan :
a. Penandaan inti yang mengalami kondensasi dengan pewarna fluorescence Hoechst
atau DAPI.
b. Sel yang mengalami apoptosis mengeluarkan PS (Phosphatidil Serin) pada
permukaan ekstraselulernya, sehingga dapat ditandai dengan annexin V yang
dilabeli fluorescence. PS secara normal terdapat pada cytosolic surface dari
membran plasma (di bagian dalam membran plasma), tetapi diredistribusikan ke
permukaan ekstraseluler selama apoptosis oleh protein hipotetik yang dikenal
sebagai scramblase.
c. DNA yang terfagmentasi dapat dideteksi dengan TUNEL (Terminal
deoxynuclotidyltransferase-mediated UTP end labelling) atau elektroforesis DNA
yang diisolasi dalam gel agarosa. TUNEL juga dapat digunakan untuk mendeteksi
enzim yang terlibat dalam pengrusakan inti sel.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Apoptosis berasal dari bahasa yunani yaitu Apo “dari” dan ptosis “jatuh” adalah
mekanisme biologi yang merupakan salah satu jenis kematian sel terpogram. Apoptosis

Lydia Ayu Arnita, 172426256 SPA 10


digunakan oleh organism multisel untuk membuang sel yang sudah tidak diperlukan
oleh tubuh. Berbeda dengan nekrosis, yang merupakan bentuk kematian sel sebagai
akibat sel yang terluka akut, apoptosis terjadi dalam proses yang diatur sedemikian rupa
yang secara umum memberi keuntungan selama siklus kehidupan suatu organism.
Pada apoptosis sel-sel yang mati memberikan sinyal yang diperantarai oleh
beberapa gen yang mengkode protein untuk enzym pencernaan yang disebut dengan
caspase. Gen caspase ini merupakan bagian dari cystein protease yang akan aktif pada
perkembangan sel maupun merupakan sinyal untuk aktiif pada destruksi sel tersebut.

3.2 Saran
Kematian sel yang terprogram atau apoptosis merupakan suatu komponen yang
normal pada perkembangan dan pemeliharaan kesehatan pada organisme
multiseluler. Kematian sel yang telah terprogram di dalam sel ini merupakan hal yang
terjadi secara alami. Selain itu, dengan mekanisme ini memungkinkan tubuh manusia
untuk “membiarkan mati” sel-sel yang beresiko menyebabkan kanker.

DAFTAR PUSTAKA

Devita V, Rosenberg S, Cancer Princtice of Oncologi, Book 1. 7th Ed. Lippincott


Williams and Wilkins, 2005 : 95 - 102

Apoptosis, available at : http://en.wikipedia.org/wiki/apoptosis

Lydia Ayu Arnita, 172426256 SPA 11


Apoptosis, available at : http://www.scq.ubc.ca/apoptosis

Hernessing Appotosis to Destroy Cancer Cell

Http://plan2004.cancer.gov/discovery/apoptosis.htm

Lydia Ayu Arnita, 172426256 SPA 12

Você também pode gostar

  • Jasa Pariwisata
    Jasa Pariwisata
    Documento4 páginas
    Jasa Pariwisata
    Lydia Ayu Arnita
    Ainda não há avaliações
  • Aspek Ekonomi Islam
    Aspek Ekonomi Islam
    Documento15 páginas
    Aspek Ekonomi Islam
    Lydia Ayu Arnita
    Ainda não há avaliações
  • Kebijakan, Panduan, SPO (EWS)
    Kebijakan, Panduan, SPO (EWS)
    Documento11 páginas
    Kebijakan, Panduan, SPO (EWS)
    Siti rokhayani
    88% (8)
  • Sherly
    Sherly
    Documento6 páginas
    Sherly
    Lydia Ayu Arnita
    Ainda não há avaliações
  • UAS Anak Linggau
    UAS Anak Linggau
    Documento8 páginas
    UAS Anak Linggau
    Lydia Ayu Arnita
    Ainda não há avaliações
  • RPP Keperawatan
    RPP Keperawatan
    Documento3 páginas
    RPP Keperawatan
    Lydia Ayu Arnita
    Ainda não há avaliações
  • PRD F 008 Daftar Diagnosa
    PRD F 008 Daftar Diagnosa
    Documento8 páginas
    PRD F 008 Daftar Diagnosa
    Ria Dylan
    Ainda não há avaliações
  • Cara Belanja Di Olx
    Cara Belanja Di Olx
    Documento4 páginas
    Cara Belanja Di Olx
    Lydia Ayu Arnita
    Ainda não há avaliações
  • Panduan Pelaksanaan Early Warning Score
    Panduan Pelaksanaan Early Warning Score
    Documento15 páginas
    Panduan Pelaksanaan Early Warning Score
    Akhmad Ikhsan Prafita Putra
    100% (9)
  • Lydia Ayu Arnita
    Lydia Ayu Arnita
    Documento23 páginas
    Lydia Ayu Arnita
    Lydia Ayu Arnita
    Ainda não há avaliações
  • RPP Keperawatan
    RPP Keperawatan
    Documento3 páginas
    RPP Keperawatan
    Lydia Ayu Arnita
    Ainda não há avaliações
  • RPP Lydia
    RPP Lydia
    Documento3 páginas
    RPP Lydia
    Lydia Ayu Arnita
    Ainda não há avaliações
  • Konsep Penyakit Gastritis
    Konsep Penyakit Gastritis
    Documento7 páginas
    Konsep Penyakit Gastritis
    Lydia Ayu Arnita
    Ainda não há avaliações
  • Penyakit Hipertensi
    Penyakit Hipertensi
    Documento9 páginas
    Penyakit Hipertensi
    Lydia Ayu Arnita
    Ainda não há avaliações
  • RPP Sapri
    RPP Sapri
    Documento1 página
    RPP Sapri
    Lydia Ayu Arnita
    Ainda não há avaliações
  • RPP Nova
    RPP Nova
    Documento3 páginas
    RPP Nova
    Lydia Ayu Arnita
    Ainda não há avaliações
  • RPS Keperawatan Anak
    RPS Keperawatan Anak
    Documento4 páginas
    RPS Keperawatan Anak
    Lydia Ayu Arnita
    Ainda não há avaliações
  • RPP Nova
    RPP Nova
    Documento3 páginas
    RPP Nova
    Lydia Ayu Arnita
    Ainda não há avaliações
  • RPP Nova
    RPP Nova
    Documento3 páginas
    RPP Nova
    Lydia Ayu Arnita
    Ainda não há avaliações
  • Tugas Wahyudi
    Tugas Wahyudi
    Documento12 páginas
    Tugas Wahyudi
    Lydia Ayu Arnita
    Ainda não há avaliações
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Documento10 páginas
    Bab Iv
    Lydia Ayu Arnita
    Ainda não há avaliações
  • Bab Vi
    Bab Vi
    Documento8 páginas
    Bab Vi
    Lydia Ayu Arnita
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento9 páginas
    Bab I
    Lydia Ayu Arnita
    Ainda não há avaliações
  • Ketersediaan Penguji
    Ketersediaan Penguji
    Documento1 página
    Ketersediaan Penguji
    Lydia Ayu Arnita
    Ainda não há avaliações
  • Kerangka Konsep Stres Kerja Perawat
    Kerangka Konsep Stres Kerja Perawat
    Documento3 páginas
    Kerangka Konsep Stres Kerja Perawat
    Lydia Ayu Arnita
    Ainda não há avaliações
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Documento1 página
    Abs Trak
    Lydia Ayu Arnita
    Ainda não há avaliações