Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
oleh:
HALAMAN JUDUL....................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................................. i
A. Konsep Teori.......................................................................................................... 1
2. Definisi ............................................................................................................... 2
3. Epidemiologi ...................................................................................................... 3
4. Etiologi ............................................................................................................... 4
5. Klasifikasi .......................................................................................................... 4
6. Patofisiologi ....................................................................................................... 5
a. Enzim jantung................................................................................................. 7
b. Troponin ......................................................................................................... 8
d. Elektrokardiografi .......................................................................................... 8
1. Pengkajian ........................................................................................................ 15
a. Identitas ........................................................................................................ 15
i. Pemeriksaan fisik.......................................................................................... 17
2. Diagnosa........................................................................................................... 21
3. Intervensi ......................................................................................................... 22
4. Evaluasi ............................................................................................................ 30
ii
1
A. Konsep Teori
tubuh yang terletak dalam rongga toraks pada bagian mediastinum. Jantung terdiri
atas 4 ruang, yaitu atrium dekstra, ventrikel dekstra, atrium sinistra dan ventrikel
sinistra. Pada sistem peredaran jantung terdapat 3 yaitu A. koronaria kanan, A.
Koronaria kiri dan aliran vena jantung (Syaifuddin, 2011).
Jantung terdiri dari 3 tipe otot utama, yaitu otot atrium, otot ventrikel dan
serat otot khusus pengantar rangsangan sebagai pencetus rangsangan. Aktivitas
listrik jantung merupakan akibat dari perubahan permeabilitas membran sel,
sehingga ion-ion akan mengalami pergerakan melalui membran ion. Dalam
keadaan istirahat sel otot jantung mempunyai muatan positif dan negatif dengan
diberikan rangsangan akan menyebabkan terjadinya perubahan muatan yang
disebut depolarisasi dan setelah rangsangan kembali ke muatan semula disebut
repolarisasi (Syaifuddin, 2011).
2. Definisi
Infark adalah kematian jaringan yang disebabkan oleh iskemia. Infark
miokard akut terjadi iskemia miokard yang terlokalisasi menyababkan perkembangan
regio nekrosisi dengan batas jelas. Hal itu, disebabkan oleh ruptir lesi aterosklerotik
pada arteri koroner yang menyebabkan pembentukan trombus dan dapat
menghentikan pasokan darah ke regio jantung yang disuplai (Aaoronson, 2010)
Infark Miokard Akut atau IMA merupakan gangguan aliran darah ke jantung
yang menyebabkan sel otot jantung mati. Aliran darah di pembuluh darah terhenti
setelah terjadi sumbatan koroner akut, kecuali sejumlah kecil aliran kolateral dari
3
pembuluh darah di sekitarnya. Daerah otot yang tidak mendapat aliran darah atau
aliran sedikit sehingga tidak dapat mempertahankan fungsi otot jantung disebut infark
(Guyton dan Hall, 2007).
Dengan demikian disimpulkan bahwa Infark Miokard Akut atau IMA adalah
gangguan aliran darah ke jantung yang menyebabkan sel otot jantung mati karena
ruptur lesi aterosklerotik pada arteri koronera, sehingga menyebabkan aliran darah ke
jantung tersumbat sampai fungsi otot jantung mengalami kerusakan.
3. Epidemiologi
Data World Health Organization atau WHO tahun 2012 menunjukkan angka
17,5 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskuler atau 31% dari 56,5
juta kematian di seluruh dunia. Dan lebih dari ¾ kematian akibat penyakit
kardiovaskuler terjadi di negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai
sedang (Kemenkes RI, 2017).
Menurut American Heart Association atau AHA terdapat 81,1 juta kasus
penyakit jantung di seluruh dunia dan diantaranya sebanyak 17,6 juta kasus
merupakan penyakit jantung koroner (PJK) dengan manifestasi infark miokard akut
(IMA). Pada tahun 2013, ± 478.000 pasien di Indonesia didiagnosa penyakit jantung
koroner. Saat ini, prevalensi STEMI meningkat dari 25% hingga 40% berdasarkan
presentasi infark miokard (Depkes RI, 2013).
sebesar 1,5% dengan prevelensi tertinggi Berada di provinsi Sulawesi Tengah 0,8%,
diikuti Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Aceh, masing-masing 0,7% (Riskesdas,
2013).
4. Etiologi
Penyebab IMA paling sering adalah oklusi lengkap atau hampir lengkap dari
arteri coroner, biasanya dipicu oleh ruptur plak arterosklerosis yang rentan dan diikuti
oleh pembentukan trombus. Ruptur plak dapat sebagai faktor-faktor internal maupun
eksternal (M.Black, Joyce, 2014).
Infark miokard akut dapat terjadi karena beberapa faktor risiko antara lain
merokok, dislipidemia, diabetes mellitus, hipertensi, menopause dan faktor risiko lain
(Steg et al., 2012).
5. Klasifikasi
Klasifikasi IMA berdasarkan penatalaksanaanya, gejala, kelainan gambaran
EKG, dan enzim jantung. dapat dibagi menjadi STEMI atau ST Elevation Myocardial
Infarction dan NSTEMI atau Non ST Elevation Myocardial Infarction (Reeder and
Kennedy, 2014).
a) STEMI
adalah pasien dengan nyeri dada atau gejala iskemik lain yang disertai dengan elevasi
segmen ST pada dua sadapan yang berhubungan pada rekaman EKG.
b) NSTEMI
adalah pasien dengan gejala iskemik dan peningkatan biomarker penanda infark
miokard namun tanpa adanya elevasi segmen ST pada EKG.
Infark miokard akut berkaitan dengan berbagai kondisi klinis. ESC/AHA tahun 2012
mengklasifikasikan infark miokard akut sebagai:
5
d) Tipe 4
6. Patofisiologi
7. Manifestasi klinik
Gejala khas infark miokard akut, yaitu nyeri dada memanjang, ansietas atau
rasa gelisah, berkeringat, sesak napas dan mual ( Gray H,et all, 2003). Gejala infark
miokard akut diantaranya, sebagai berikut:
manula dan penderita diabetes nyeri yang dirasakan sedikit atau tidak ada sama
sekali.
b. Sesak napas
Disebabkan peningkatan mendadak tekanan akhir diastolik ventrikel kiri,
mengindikasikan ancaman gagal ventrikel dan sering dijadikan sebagai
manifestasi satu-satunya infark miokard. Ansietas dapat menyebabkan
hiperventilasi. Pada infark tanpa gejala, sesak napas lanjut merupakan tanda
disfungsi ventrikel kiri bermakna.
c. Gejala gastrointestinal
Peningkatan aktivitas vagal akan menyebabkan mual dan muntah yang
mengidentifikasikan terjadi infark inferior. Stimulasi diafragmatik infark inferior
dapat menyebabkan cegukan.
d. Gejala lain
Terdiri atas palpitasi, rasa pusing atau sinkop dari aritmia ventrikel dan gejala
akibat emboli arteri misalnya stroke dan iskemia ekstremitas.
8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa
Infark Miokard Akut diantaranya sebagai berikut: ( Gray H,et all, 2003).
a. Enzim jantung
Kreatin fosfokinase atau Creatine Phosphokinase dapat dideteksi 6-8 jam setelah
infark miokard dan memuncak dalam 24 jam serta kembali normal setelah 24 jam
selanjutnya. Isoenzim spesifik untuk otot jantung juga dapat dilepaskan pada
kardiomiositis, trauma jantung dan syok yang melawan aliran lansung. Aspartat
Amino Transferase atau AAT sebagai bagian skrining biokimiawi dideteksi
dalam 12 jam memuncak pada 36 jam. Dan kembali normal setelah 4 hari.
Peningkatan enzim nonspesifik laktat dehidrogenase atau LDH terjadi tahap
8
infark miokard dideteksi dalam 24 jam memuncak dalam 3-6 hari. Pengukuran
enzim jantung diukur tiap hari selama 3 hari pertama.
b. Troponin
Merupakan protein regulator yang terletak dalam aparatus kontraktil miosit.
Troponin meningkat pada infark miokard akut dan pasien resiko tinggi angina
tidak stabil dengan kadar CPK normal. Kriteria diagnostik untuk infark miokard
akut didefinisikan berdasarkan pengukuran troponin.
d. Elektrokardiografi
EKG memiliki tingkat akurasi positif sekitar 80%. Repolarisasi inkomplet
miokard yang rusak menyebabkan elevasi segmen ST pada daerah yang
9
mengalami infark. Pada EKG pasien infark gelombang T yang tinggi dan simetris
dapat terlihat dan terbalik pada segmen ST mengalami elevasi. Depresi segmen
ST resiprokal didapatkan pada lead yang berlawanan dengan infark.
a. Penatalaksanaan farmakologi
1) Penanganan nyeri, dapat berupa pemberian:
a) Morfin sulfat
c) Penghambat beta
d) Anatagonis Ca
b) Trombolitik
c) Antilipdemik
a. NSTEMI
Terapi antiiskemia
Terdiri dari nitrogliserin sub lingual dan dilanjutkan intravena dan penyekat
beta oral. Antagonis kalsium non dihidropiridin untuk iskemia refrakter atau
tidak toleran dengan obat penyekat beta. Diberikan untuk menghilangkan
nyeri dada dan mencegah nyeri dada berulang.
Untuk pencegahan terhadap faktor resiko antara lain mencapai berat badan
yang optimal, penghentian perilaku merokok, olahraga, pengontrolan
hipertensi dan tatalaksana diabetes melitus dan deteksi adanya diabetes yang
tidak dikenali sebelumnya.
b. STEMI
B. Clinical Pathway
1. Pengkajian
a. Identitas
Perlu ditanyakan: nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku, agama, nomor
register, pendidikan, tanggal MRS, serta pekerjaan yang berhubungan dengan
stress atau lingkungan yang tidak menyenangkan. Identitas tersebut digunakan
untuk membedakan antara pasien yang satu dengan yang lain dan untuk
menentukan resiko penyakit jantung koroner yaitu laki-laki umur di atas 35 tahun
dan wanita lebih dari 50 tahun (William C Shoemarker, 2011).
c. Keluhan Utama
Pasien Infark Miokard Akut mengeluh nyeri pada dada substernal, yang
rasanya tajam dan menekan sangat nyeri, terus menerus dan dangkal.Nyeri dapat
menyebar ke belakang sternum sampai dada kiri, lengan kiri, leher, rahang, atau
bahu kiri. Nyeri miokard kadang-kadang sulit dilokalisasi dan nyeri mungkin
dirasakan sampai 30 menit tidak hilang dengan istirahat atau pemberian
nitrogliserin.
g. Riwayat Psikososial
Rasa takut, gelisah dan cemas merupakan psikologis yang sering muncul pada
klien dan keluarga. Hal ini terjadi karena rasa sakit, yang dirasakan oleh klien.
Perubahan psikologis akibat kurangnya pengetahuan terhadap penyebab, proses
dan penanganan penyakit infark miokard akut.Hal ini terjadi dikarenakan klien
kurang kooperatif dengan perawat.
2. Pola Nutrisi dan Metabolisme yaitu berapa kali klien makan dalam sehari,
komposisi apa saja dan minum berapa gelas sehari, pada klien infark
miokard akut didapatkan mual dan mutah).
17
3. Pola Aktivitas yaitu klien dapat mengalami gangguan aktivitas akibat dari
nyeri yang sangat hebat.
4. Pola Eliminasi yaitu berapa kali klien buang air besar dan buang air kecil
sehari, bagaimna konsistensinya serta apakah ada kesulitan.
5. Pola Tidur dan Istirahat, yaitu adanya nyeri dada hebat disertai mual,
muntah, sesak sehingga klien mengalami ganguan tidur.
6. Pola Sensori dan Kognitif, yaitu klien mengerti atau tidak akan
penyakitnya.
9. Pola repruduksi dan seksual, yaitu klien mempunyai anak berapa serta
berapa kali klien melakukan hubungan seksual dalam seminggu.
10. Pola penanggulangan stress, yaitu apakah ada katidak efektifan mengatasi
masalah.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan, yaitu kepercayaan atau agama yang dianut
klien serta ketaatan dalam menjalankan ibadah.
i. Pemeriksaan fisik
Beberapa pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan diantaranya: ( Gray H,et all,
2003).
1) Tampilan umum
18
3. Intervensi
aktivitas perlahan, dan tindakan nyaman 6. Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk
5. Bantu melakukan teknik relaksasi, mis,, pemakaian miokardia dan juga mengurangi
napas dalam/perlahan, perilaku distraksi, ketidaknyamanan sehubungan dengan iskemia
visualisasi, bimbingan imajinasi. jaringan.
6. Kolaborasi : Berikan oksigen tambahan 7. Nitrat berguna untuk kontrol nyeri dengan efek
dengan kanula nasal atau masker sesuai fasodilatasi koroner, yang meningkatkan aliran
indikasi. darah koroner dan perfusi miokardia.
7. Berikan obat sesuai indikasi, contoh:
Antiangina, seperti nitrogliserin (Nitro-Bid,
Nitrostat, Nitro-Dur).
2. Penurunan curah 1. Catat terjadinya S3, S4 1. Hipotensi ortostatik(postural) mungkin
jantung b.d 2. Pantau frekuensi jantung dan irama. Catat berhubungan dengan komplikasi infark, contoh
perubahan disritmia melalui telemetri. GJK.
frekuensi,irama 3. Pantau data laboratorium : contoh enzim 2. Frekuaensi dan irama jantung berespon terhadap
jantung jantung, GDA, elektrolit. obat dan aktivitas sesuai dengan terjadinya
4. Berikan obat antidisritmia sesuai indikasi komplikasi/disritmia yang mempengaruhi fungsi
5. Observasi ulang seri EKG. jantung atau meningkatkan kerusakan iskemik.
3. Enzim memantau perbaikan/perluasan infark.
Adanya hipoksia menunjukkan kebutuhan
24
6. Observasi fungsi gastroentestinal, catat 5. Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distres
anoreksia, penurunan/tak ada bising usus, pernapasan. Namun, dispnea tibatiba/berlanjut
mual/muntah, distensi abdomen, konstipasi. menunjukkan komplikasi tromboemboliparu
7. Pantau pemasukan dan catat perubahan 6. Penurunan aliran darah ke mesenteri dapat
haluaran urine. Catat berat jenis sesuai mengakibatkandisfungsigastroentestinal, contoh
indikasi. kehilangan peristaltik.
8. Pantau data laboratorium contoh, GDA, 7. Penurunan pemasukan/mual terus-menerus dapat
BUN, kreatinin, elektrolit. mengakibatkan penurunan volume sirkulasi yang
9. Beri obat sesuai indikasi, berdampak negatif pada perfusi dan fungsi organ.
contoh:Heparin/natrium warfarin (cou 8. Indikator perfusi/fungsi organ.
madin) 9. Kolaborasi obat : Dosis rendah heparin diberikan
secara profilaksis pada pasien resiko tinggi (contoh,
fibrilasi atrial, kegemukan, aneurisma ventrikel,
atau riwayat tromboflebitis) dapat untuk
menurunkan resiko tromboflebitis atau
pembentukan trombus mural.
4. Pola napas tidak 1. Evaluasi frekuensi pernapasan dan 1. Respons pasien bervariasi. Kecepatan dan upaya
efektif kedalaman. Catat upaya pernapasan, contoh mungkin meningkat karena nyeri, takut. Penekanan
berhubungan adanya dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan dapat terjadi dari penggunaan analgesik
26
5 Kelebihan 1. Auskultasi bunyi napas terhadap adanya 1. Indikasi terjadinya edema paru sekunder akibat
volume cairan krekels. dekompensasi jantung
b.d retensi 2. Pantau adanya DVJ dan edema anasarka 2. Dicurigai adanya GJK atau kelebihan volume
natrium dan air 3. Hitung keseimbangan cairan dan timbang cairan (overhidrasi)
berat badan setiap hari bila tidak 3. Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan
kontraindikasi.. perfusi ginjal, retensi natrium/air dan penurunan
4. Pertahankan asupan cairan total 2000 ml/24 haluaran urine. Keseimbangan cairan positif yang
jam dalam batas toleransi kardiovaskuler. ditunjang gejala lain (peningkatan BB yang tiba-
5. Kolaborasi pemberian diet rendah natrium. tiba) menunjukkan kelebihan volume cairan/gagal
6. Kolaborasi pemberian diuretik sesuia jantung
indikasi (Furosemid/Lasix, Hidralazin/ 4. Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa
Apresoline, Spironlakton/ Hidronolak- tetapi tetap disesuaikan dengan adanya
ton/Aldactone) dekompensasi jantung.
7. Pantau kadar kalium sesuai indikasi. 5. Natrium mengakibatkan retensi cairan sehingga
harus dibatasi
6. Diuretik mungkin diperlukan untuk mengoreksi
kelebihan volume cairan
7. Hipokalemia dapat terjadi pada terapi diuretik yang
juga meningkatkan pengeluaran kalium
28
6 Intoleransi 1. Pantau HR, irama, dan perubahan TD 1. Menentukan respon klien terhadap aktivitas
aktivitas b.d sebelum, selama dan sesudah aktivitas 2. Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen,
ketidakseimbang sesuai indikasi. menurunkan risiko komplikasi.
an antara suplai 2. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas 3. Manuver Valsava seperti menahan napas,
oksigen miokard 3. Anjurkan klien untuk menghindari menunduk, batuk keras dan mengedan dapat
dan kebutuhan peningkatan tekanan abdominal. mengakibatkan bradikardia, penurunan curah
4. Batasi pengunjung sesuai dengan keadaan jantung yang kemudian disusul dengan takikardia
klinis klien. dan peningkatan tekanan darah
5. Bantu aktivitas sesuai dengan keadaan klien 4. Keterlibatan dalam pembicaraan panjang dapat
dan jelaskan pola peningkatan aktivitas melelahkan klien tetapi kunjungan orang penting
bertahap. dalam suasana tenang bersifat terapeutik
6. Kolaborasi pelaksanaan program rehabilitasi 5. Mencegah aktivitas berlebihan; sesuai dengan
pasca serangan IMA kemampuan kerja jantung.
6. Menggalang kerjasama tim kesehatan dalam proses
penyembuhan klien.
7 Ansietas b.d 1. Pantau respon verbal dan non verbal yang 1. Respon klien terhadap situasi IMA bervariasi,
ancaman menunjukkan kecemasan klien. dapat berupa cemas/takut terhadap ancaman
kematian 2. Dorong klien untuk mengekspresikan kematian, cemas terhadap ancaman kehilangan
perasaan marah, cemas/takut terhadap situasi pekerjaan, perubahan peran sosial dan sebagainya.
29
krisis yang dialaminya. 2. Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi
3. Kolaborasi pemberian agen terapeutik anti klien dapat menurunkan kecemasan/rasa asing
cemas/sedativa sesuai indikasi terhadap lingkungan sekitar dan membantu klien
(Diazepam/Valium, Flurazepam/Dal-mane, mengantisipasi dan menerima situasi yang terjadi.
Lorazepam/Ativan) 3. Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
kecemasan.
30
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan untuk menilai
keberhasilan rencana tindakan yang telah dilakukan dan untuk menyusun rencana
baru apabila rencana tindakan yang dilakukan belum memberi kesembuhan bagi
pasien. Evaluasi terdiri atas evaluasi berjalan atau formatif, yaitu evaluasi yang
dikerjakan dalam bentuk pengisian catatan perkembangan berorientasi pada
masalah yang di alami klien. Format yang digunakan dalam evaluasi formatif
adalah SOAP dengan mengkaji perasaan pasien dan perkembangan tanda-tanda
vital pasien setalah dilakukan proses implementasi kepada pasien.
Hasil yang diharapkan
a. Memperlihatkan berkurangnya kecemasan
1) Mengidentifikasi rasa takut
2) Mendiskusikan rasa takut dengan keluarga
3) Menggunakan pengalaman dahulu sebagai focus perbandingan
4) Mengekspresikan pandangan positif mengenai hasil pembedahan
5) Mengekspresikan rasa percaya diri mengenai cara yang digunakan untuk
mengurangi rasa sakit
b. Menerima pengetahuan mengenai prosedur pembedahan dan perjalanan
pascaoperasi
1) Mengidentifikasi maksud prosedur persiapan pra operasi
2) Meninjau unit perawatan intensif bila diinginkan
3) Mengidentifikasi keterbatasan hasil setelah pembedahan
4) Mendiskusikan lingkungan pasca operasi dengan segera, misalnya pipa,
mesin, dan pemeriksaan perawat
5) Memperagakan aktivitas yang seharusnya dilakukan setelah pembedahan
(misalnya, menarik napas dalam, batuk efektif, latihan kaki) (Bararah,
Jauhar, 2013
31
D. Discharge Planning
1. Anjurkan kepada pasien mengurangi makan makanan yang berlemak dan
mengandung kolesterol tinggi.
2. Anjurkan kepada pasien untuk rajin berolahraga.
3. Anjurkan kepada pasien banyak mengkonsumsi makanan yang berserat dan
rendah kolesterol.
4. Ajarkan kepada pasien bagaimana cara diet rendah kalori untuk mencegah
terjadinya aterosklerosis yang dapat memicu timbulnya IMA.
32
DAFTAR PUSTAKA
Aaronson, I. Philip. and Ward, P.T. Jeremy., 2010. At a Glance Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta : EGC.
Guyton AC, Hall JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Harun S., dan Alwi I. 2009. Kardiologi: Tatalaksana Infark Miokard Akut Tanpa
Elevasi ST.
http://www.depkes.go.id/article/view/17073100005/penyakit-jantung-
penyebab-kematian-tertinggi-kemenkes-ingatkan-cerdik-.html [Diakses pada
4 Januari 2018]
Robbins, et al, 2007. Buku Ajar Patologi Vol. 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.