Você está na página 1de 10

KELOMPOK 2

1.BELA OKTAVIANTI
2.TRISKA PUSPA NINGTYAS
REGULASI KEUANGAN NON PEMERINTAH

1. REGULASI TENTANG YAYASAN


Yayasan merupakan salah satu bentuk badan hukum yang
keberadaannya telah lama berkembang di Indonesia. Yayasan
adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan
dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang
sosial, keagamaan, dan kemanusiaan yang tidak mempunyai
anggota.
Dengan kegiatan yayasan yang terkait dengan kesejahteraan sosial
masyarakat luas, regulasi yang detail dibutuhkan untuk mengatur
pelaksanaan yayasan. Sebelumnya, pendirian yayasan di Indonesia
dilakukan berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat karena belum
ada peraturan perundangan yang mengatur tentang yayasan.
• Regulasi yang terkait dengan yayasan adalah Undang-Undang RI Nomor 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan. Undang-Undang ini dimaksudkan untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum
agar yayasan dapat berfungsi sesuai dengan maksud dan tujuannya berdasarkan prinsip
keterbukaan dan akuntabilitas kepada masyarakat.

• Berikut isi Undang-Undang No. 16/2001 secara ringkas.

• Ketentuan Umum Yayasan yang meliputi pengertian yayasan beserta organ-organ yang
membentuknya, persyaratan kegiatan usaha yang dapat dilakukan, dan kekayaan yayasan.
• Tata cara Pendirian Yayasan sejak pengajuan pendirian, pembuatan akta, sampai dengan
permohonan pengesahannya ke Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia (sekarang bernama
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia).
• 1. Tata cara perubahan Anggaran Dasar Yayasan.
• 2. Kewajiban pengumuman akta pendirian yayasan dalam Tambahan Berita Negara Republik
Indonesia.
• 3. Kekayaan yayasan.
• 4. Organ yayasan yang terdiri atas pembina, pengurus, dan pengawas.
• 5. Laporan tahunan yang harus disampaikan.
• 6. Tata cara pemeriksaan dan pembubaran yayasan.

• Undang-Undang ini diperbarui dalam beberapa aspek dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang yayasan.
• Berikut beberapa hal yang diubah pada UU 28/2004.

1. Memperjelas larangan pengalihan atau pembagian kekayaan yayasan. UU 16/2001


hanya menyebutkan bahwa kekayaan yayasan dilarang dialihkan atau dibagikan secara
langsung ataupun tidak langsung kepada pembina, penguru, pengawas, karyawan, atau pihak
lain yang mempunyai kepentingan terhadap yayasan. UU 28/2004 menambahkan bahwa
dilarang dialihkan atau dibagikan baik dalam bentuk gaji, upah, maupun honorarium, atau
bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang dengan beberapa pengecualian yang diatur lebih
detail.
2. Perubahan proses perolehan status badan hukum. Jika sebelumnya kewenangan menteri
dalam memberikan pengesahan akta pendirian yayasan sebagai badan hukum dilaksanakan
oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan HAM, permohonan kepada menteri
di UU 28/2004 diajukan melalui notaris yang membuat akta pendirian yayasan.
Undang-undang ini juga menjelaskan secara lebih detail dalam hal perspektif waktu tata cara
pengesahan pendirian yayasan.
3. Ketentuan baru mengenai tanggung jawab secara tanggung renteng oleh pengurus
yayasan untuk perbuatan hukum yang dilakukan oleh pengurus atas nama yayasan sebelum
yayasan memperoleh status badan hukum.
4. Jangka waktu pengumuman pendirian yayasan yang telah disetujui diperpendek dari
jangka waktu 30 hari (UU 16/2001) menjadi 14 hari (UU 28/2004) terhitung sejak tanggal
akta pendirian yayasan disahkan.
5. Pembagian kekayaan sisa hasil likuidasi yayasan sebelumnya diatur hanya diberikan
pada yayasan lain yang memiliki kesamaan kegiatan atau diserahkan pada negara. UU
28/2004 mengatur tambahan bahwa jika tidak diberikan pada yayasan lain yang memiliki
kesamaan kegiatan, sisa hasil likuidasi yayasan dapat diberikan pada badan hukum lain yang
memiliki kesamaan kegiatan sebelum opsi diserahkan pada negara.
• Selain dua undang-undang yang telah disebutkan, untuk lebih
menjamin kepastian hukum, pemerintah juga mengeluarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang tentang Yayasan. PP ini
memberikan penjelasan yang lebih detail dan aplikatif dari
ketentuan yang telah diatur dalam undang-undang tentang
yayasan, antara lain mengenai:


• 1. Pemakaian nama yayasan,
• 2. Kekayaan awal yayasan,
• 3. Tata cara pendirian yayasan oleh orang asing,
• 4. Tata cara perubahan anggaran dasar,
• 5. Syarat dan tata cara pemberian bantuan negara kepada
yayasan,
• 6. Syarat dan tata cara yayasan asing yang melakukan
kegiatan di Indonesia,
• 7. Syarat dan tata cara penggabungan yayasan.
• REGULASI TENTANG PARTAI POLITIK

• Regulasi tentang partai politik telah dikembangkan sejak lama, tetapi berkembang
dengan pesat sejak era reformasi dengan sistem multipartainya. Undang-undang
yang pertama ada setelah era reformasi adalah Undang-Undang Nomor 2 tahun
1999 tentang Partai Politik. Seiring dengan perkembangan masyarakat dan
perubahan sistem ketatanegaraan yang dinamis di awal-awal era reformasi,
undang-undang ini diperbarui dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 31
Tahun 2002 tentang Partai Politik.
• Undang-undang ini sudah mengatur pondasi dan hal-hal pokok mengenai partai
politik, antara lain:
1. pembentukan partai politik,
2. asas, ciri, tujuan, fungsi, hak, dan kewajiban partai politik,
3. keanggotaan dan kedaulatan anggota partai politik,
4. kepengurusan partai politik,
5. peradilan perkara jika terjadi masalah di partai politik,
6. keuangan,
7. larangan-larangan untuk partai politik,
8. penggabungan partai politik,
9. pengawasan partai politik.
• Undang-Undang 31/2002 kembali diperbarui pada tahun 2008 melalui
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. Secara
umum, UU 2/2008 ini bersifat melengkapi dan menyempurnakan UU
31/2002, misalnya memberikan pengertian partai politik yang lebih
lengkap. Menurut UU 2/2008, partai politik adalah organisasi yang
bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok WNI yang secara
sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat,
bangsa, dan negara, serta memelihara keutuhan NKRI berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.

• Undang-Undang 2/2008 ini juga memberikan tata cara yang lebih
terperinci untuk proses pembentukan partai politik serta mengenai
keuangan partai politik. UU 31/2002 belum memiliki ketentuan
mengenai kewajiban partai politik untuk menyusun laporan
pertanggungjawaban keuangan, sedangkan UU 2/2008 mengatur bahwa
rekening kas umum partai politik dan kewajiban pengurus di setiap
tingkatan organsasi untuk menyusun laporan pertanggungjawaban
penerimaan dan pengeluaran keuangan setelah tahun anggaran berakhir
dan bersifat terbuka untuk diketahui masyarakat. Hal ini sejalan dengan
semakin tingginya tuntutan akuntabilitas dan transparansi keuangan
partai politik dari masyarakat.
• Lembaga swadaya masyarakat

• Lembaga swadaya masyarakat (disingkat LSM) adalah
sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan ataupun
sekelompok orang yang secara sukarela yang memberikan
pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk
memperoleh keuntungan dari kegiatannya.
• Organisasi tersebut bukan menjadi bagian dari pemerintah,
birokrasi ataupun negara. Maka secara garis besar organisasi
non pemerintah dapat di lihat dengan ciri sbb :
• Organisasi ini bukan bagian dari pemerintah, birokrasi
ataupun negara
• Dalam melakukan kegiatan tidak bertujuan untuk memperoleh
keuntungan (nirlaba)
• Kegiatan dilakukan untuk kepentingan masyarakat umum,
tidak hanya untuk kepentingan para anggota seperti yang di
lakukan koperasi ataupun organisasi profesi
• Jenis dan kategori LSM
• Secara garis besar dari sekian banyak organisasi non pemerintah yang ada
dapat di kategorikan sbb :
• Organisasi donor, adalah organisasi non pemerintah yang memberikan
dukungan biaya bagi kegiatan ornop lain.
• Organisasi mitra pemerintah, adalah organisasi non pemerintah yang
melakukan kegiatan dengan bermitra dengan pemerintah dalam
menjalankan kegiatanya.
• Organisasi profesional, adalah organisasi non pemerintah yang
melakukan kegiatan berdasarkan kemampuan profesional tertentu seperti
ornop pendidikan, ornop bantuan hukum, ornop jurnalisme, ornop
kesehatan, ornop pengembangan ekonomi dll.
• Organisasi oposisi, adalah organisasi non pemerintah yang melakukan
kegiatan dengan memilih untuk menjadi penyeimbang dari kebijakan
pemerintah. Ornop ini bertindak melakukan kritik dan pengawasan
terhadap keberlangsungan kegiatan pemerintah
• Dasar Hukum
• Lembaga swadaya masyarakat secara hukum dapat didirikan dalam
dua bentuk:
• Organisasi Massa, yakni berdasarkan Pasal 1663-1664 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), serta UU No. 8
Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan ("UU Ormas").
• Badan Hukum, yakni berdasarkan Staatsblad 1870 No. 64, serta UU
No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 28 Tahun 2004 ("UU Yayasan").
• Era Otonomi Daerah
• Pada era otonomi daerah, pemerintah daerah memiliki peran dalam
mengatur dan membina lembaga swadaya masyarakat di daerah.
Pemerintah daerah juga dapat membuat Peraturan Daerah untuk
mengatur lebih lanjut segala sesuatu tentang LSM. Sebagai contoh
adalah Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 09 Tahun 2004
tentang Lembaga Swadaya Masyarakat.

Você também pode gostar