Você está na página 1de 47

UJI DAYA HAMBAT FRAKSI n-HEKSANA EKSTRAK

ETANOL DAUN KELOR (Moringa oleifera L.) TERHADAP


BAKTERI Staphylococcus Aureus

Oleh:
MOCH. ALI MA’SUM
NIM : 1016032

PROGRAM DIPLOMA TIGA FARMASI

SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH

CIREBON

2019
UJI DAYA HAMBAT FRAKSI n-HEKSANA EKSTRAK
ETANOL DAUN KELOR (Moringa oleifera L.) TERHADAP
BAKTERI Staphylococcus Aureus

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh ijazah Diploma Tiga Farmasi

Oleh:
MOCH. ALI MA’SUM
NIM : 1016032

PROGRAM DIPLOMA TIGA FARMASI

SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH

CIREBON

2019
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini telah Diperiksa dan Disetujui oleh Dosen
Pembimbing

Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon

Cirebon, Januari 2019

Pembimbing I

Drs. H. Affair Masnun, M. Si.,M.Sc.,Apt


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Moch. Ali Ma’sum

Tempat, Tanggal Lahir : Majalengka, 05 Agustus 1998

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Desa Ciborelang, RT/RW: 001/009

Kecamatan Jatiwang Kabupaten Majalengka

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 4 Ciborelang : Tahun 2004-2010

2. SMP Negeri 2 Jatiwangi : Tahun 2010-2013

3. SMK Negri1 Cianjur : Tahun 2013-2016

4. Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon : Tahun 2016-2019


UJI DAYA HAMBAT FRAKSI n-HEKSANA EKSTRAK ETANOL DAUN
KELOR (Moringa oleifera L.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus

Moch. Ali Ma′sum1 Affair Masnun2


Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon, Cideng Indah, Kedawung,
Cirebon, Jawa Barat 45153
mochalimasum98@gmail.com

ABSTRAK

Introduction
Salah satu tanaman yang berkhasiat obat adalah tanaman kelor (Moringa
oleifera L.) tanaman kelor telah menjadi objek penelitian karena beberapa
kegunaannya dan di kenal berpotensi sebagai bakterisida. Bakteri Staphylococcus
aureus merupakan bakteri yang bersifat patogen, infeksi yang di sebabkan oleh
bakteri ini biasanya timbul dengan tanda-tanda khas yaitu peradangan,nekrosis, dan
pembentukan abses.

Metode
Penelitian ini dilakukan dengan mengekstraksi daun kelor secara maserasi
menggunakan etanol 96%. Setelah terdapat ekstrak daun kelor di fraksinasi
menggunakan fraksi n-heksan. Fraksi n-heksan di buat pengenceran pada konsentrasi
20%, 40%, 60% dan 80%. Sebagai kontrol positif digunakan Amoxan Injeksi 0,2 %
dan kontrol negatif menggunakan n-heksan. Pengujian daya hambat dilakukan
dengan metode difusi cetak lubang. Parameter pengujian dilihat dari terbentuknya
zona bening di sekitar sumuran.
Kata kunci : Daun kelor (Moringa oleifera L.), Staphylococcus aureus, Daya hambat.

i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah Swt, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya

penulis dapat menyelesaikan penyusunan Proposal Karya Tulis Imiah dengan judul

“Uji Daya Fraksi n-Heksana Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera L.)

pada Bakteri Staphylococcus aureus”. Proposal ini disusun sebagai salah satu

persyaratan untuk memperoleh ijazah Diploma Tiga Farmasi Sekolah Tinggi Farmasi

Muhammadiyah Cirebon.

Penulis menyadari, keberhasilan peyusunan ProposalKarya Tulis Ilmiah ini

adalah karena karunia Allah SWT dan dorongan serta bantuan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Drs. H. Arsyad Bachtiar, M.Si. selaku Ketua Sekolah Tinggi Farmasi

Muhammadiyah Cirebon.

2. Bapak Didi Rohadi, S.Si., M.Sc., Apt selaku Kaprodi D-III Farmasi Sekolah

Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon.

3. Bapak Drs. Affair Masnun, M.Si., M.Sc selaku Pembimbing I dalam

penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah.

4. Kedua Orang Tua bapak dan mimih tercinta serta keluarga besar yang telah

memberika dorongan dan bantuan baik moril maupun material, serta doanya

sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Rekan se Tim (Hanny, Dwi, Muslihun, Fhia, Istianah dan Mila) terimakasih atas

kerjasamanya.

6. Teman-teman kosan yang telah membantu saya dalam menyelesaikan tugas

akhir ini.

ii
7. Teman-teman Mahasiswa seperjuangan dan terimakasih atas kebersamaan serta

kerjasamanya

8. Seluruh dosen dan staf Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak mungkin disebutkan satu

persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam

penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini. Kritik dan saran yang bersifat

membangun dari pembaca sangat diharapkan guna kesempurnaan dalam penulisan

Proposal ini. Besar harapan semoga Proposal ini dapat bermanfaat untuk

pengembangan ilmu pengetahuan di masa sekarang dan yang akan datang.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Cirebon, Januari 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian....................................................................................................... 4
E. Ruang Lingkup .............................................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kelor (Moringa oleifera Lamk.) .................................................................................... 5
B. Staphylococcus aureus................................................................................................. 8
C. Simplisia ......................................................................... Error! Bookmark not defined.
D. Anti Bakteri ................................................................................................................ 12
E. Amoxicillin .................................................................................................................. 16
F. Ekstraksi ..................................................................................................................... 16
G. Fraksinasi.................................................................................................................... 18
H. N- Heksana ................................................................................................................. 19
I. Metode Sterilisasi ...................................................................................................... 20
J. Metode pengujian aktivitas mikroba ( Pratiwi,2008). ............................................... 20
K. Media Kultur .............................................................................................................. 23
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian........................................................................................................... 24
B. Populasi dan Sampel .................................................................................................. 24
C. Tempan dan Waktu Penelitian................................................................................... 24
D. Hipotesis..................................................................................................................... 25
E. Evaluasi ...................................................................................................................... 25
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................................... 26
G. Prosedur Penelitian .................................................................................................... 26

iv
H. Pengolahan Data ........................................................................................................ 33
I. Analisa Data ............................................................................................................... 33
J. Penyajian Data ........................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Berbagai macam tumbuhan memiliki manfaat yang luas bagi manusia.

Tidak hanya sebagai tanaman hias, namun dapat di manfaatkan sebagai obat.

Tumbuhan merupakan sebagai sumber senyawa kimia yang memiliki khasiat

sebagai obat (Dima dkk., 2016). Salah satu tanaman yang berkhasiat obat

adalah tanaman kelor (Moringa oleifera L.) tanaman kelor telah menjadi

objek penelitian karena beberapa kegunaannya dan di kenal berpotensi

sebagai bakterisida (Vieira dkk., 2010). Kelor (Moringa oleifera L.)

mempunyai kandungan senyawa yang berkhasiat sebagai antibakteri yaitu 4-

(α-L-rhamnopyranosyloxy) benzyl isothiocyanate, pterygospermin, dan 4- (α-

L-rhamnopyranosyloxy)benzyl glucosinolate, tetapi dalam daun kelor itu

sendiri hanya terdapat 4-(α-L-rhamnopyranosyloxy) benzyl isothiocyanate

serta kandungan flavonoid, saponin, alkaloid, tannins, dan phenols. Senyawa-

senyawa ini mudah larut dalam pelarut Etanol, Metanol, Butanol, Aseton,

Dimetilsulfoksida (DMSO), Dimetilmormamida (DMF), air, dan lain-lain

(Nugraha, 2013).

Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang bersifat

patogen, infeksi yang di sebabkan oleh bakteri ini biasanya timbul dengan

tanda–tanda khas yaitu peradangan,nekrosis, dan pembentukan abses,

Stapylococcus aureus bertanggung jawab atas 80% penyakit inflamasi

1
2

dengan permukaan kulit sebagai habitat sebagai alaminya. Infeksi kulit dan

luka terbuka seperti ulkus, bekas terbakar, dan luka bekas operasi

memperbesar kemungkinan terinfeksi bakteri dan berakibat infeksi sistemik.

Infeksi oleh bakteri menimbulkan peradangan di sertai rasa sakit dan terjadi

supurasi (proses pembentukan nanah akibat radang) sehingga perlu adanya

suatu tindakan untuk mengeluarkan pus/nanah tersebut dan membatasi

pertumbuhan serta penyebaran bakteri. Tindakan tersebut dapat dilakukan

dengan menggunakan antibiotik (Dewi, 2007).

Fraksinasi pada prinsipnya merupakan proses penarikan senyawa pada

suatu ekstrak dengan menggunakan dua macam pelarut yang tidak saling

bercampur. Pelarut yang umumnya dipakai untuk fraksinasi adalah n-

heksana, etil asetat, dan metanol (Rasab, 2016).

Pada peneltian widya, (2013) dilakukan menggunakan penyari etanol

70% menunjukan bahwa kandungan kimia ekstrak etanol 70% daun kelor

dengan konsentrasi 25%, 50%, dan 75%. Hasil penelitian di dapat diameter

daya hambat ekstrak daun kelor yaitu 15.5 mm pada konsentrasi 25%, 18.5

mm pada konsentrasi 50%, 23 mm pada konsentrasi 75% daun kelor

mempunyai aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Stapylococcus

aureus.

Dari latar belakang di atas maka penulis ingin melakukan penelitian

yang berjudul “UJI DAYA HAMBAT FRAKSI N-HEKSANA EKSTRAK

ETANOL DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) TERHADAP

BAKTERI Stapylococcus aureus”.


3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, daun kelor merupakan tanaman

yang dapat digunakan sebagai anti bakteri alami. Namun tentunya hal ini juga

perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Berdasarkan penelitian diatas maka

penulis dapat merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Adakah aktivitas daya hambat yang di timbulkan oleh fraksi n-heksan

ekstrak etanol daun kelor terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus?

2. Apakah fraksi n-heksan ekstrak etanol daun kelor dengan konsentrasi

20%, 40%, 60% dan 80% dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah di rumuskan di atas, maka

tujuan di lakukan penelitian adalah :

1. Tujuan umum

Ingin mengetahui apakah fraksi n-heksan ekstrak etanol daun kelor

berpengaruh terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus.
4

2. Tujuan khusus

Untuk mengetahui apakah fraksi n-heksan ekstrak etanol daun kelor

dengan konsentrasi 20%, 40%, 60% dan 80% dapat menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi tentang

aktivitas antibakteri fraksi n-heksan ekstrak etanol daun kelor.dan juga

sebagai bahan informasi atau rujukan peneliti lain untuk melakukan

penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan pemanfaatan daun kelor.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi kepada masyarakat

tentang manfaat daun kelor.

E. Ruang Lingkup

Penelitian digunakan menggunakan fraksi n-heksan ekstrak etanol

daun kelor konsentrasi 20%, 40%, 60% dan 80% terhadap pertumbuhan

bakteri Stapylococcus aureus, dengan menggunakan metode difusi cetak

lubang. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2018 sampai juni 2019

dan dilaksanakan di Laboratorim Mikrobiologi Sekolah Tinggi Farmasi

Muhammadiya Cirebon.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kelor (Moringa oleifera Lamk.)

1. Klasifikasi kelor (Moringa oloifera Lamk.)

Tanaman kelor memiliki klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Brassicales

Famili : Moringaceae

Genus : Moringa

Spesies : Moringa oleifera L.

Gambar 2.1 Daun kelor (Nugraha, 2013)

5
6

2. Morfologi tanaman

Moringa oleifera L. dapat berupa semak atau dapat pula berupa pohon

dengan tinggi 12 m dengan diameter 30 cm. Kayunya merupakan jenis

kayu lunak dan memiliki kualitas rendah. Daun tanaman kelor memiliki

karakteristik bersirip tak sempurna, kecil, berbentuk telur, sebesar ujung

jari. Helaian anak daun memiliki warna hijau sampai hijau kecoklatan,

bentuk bundar telur atau bundar telur terbalik, panjang 1-3 cm, lebar 4

mm sampai 1 cm, ujung daun tumpul, pangkal daun membulat, tepi daun

rata. Kulit akar berasa dan berbau tajam dan pedas, dari dalam berwarna

kuning pucat, bergaris halus, tetapi terang dan melintang. Tidak keras,

bentuk tidak beraturan, permukaan luar kulit agak licin, permukaan dalam

agak berserabut, bagian kayu warna cokelat muda, atau krem berserabut,

sebagian besar terpisah.

3. Kandungan kimia

Menurut Singh dkk dalam Luthfiana (2013), daun kelor mengandung

senyawa aktif fitokimia seperti flavonoid, saponin, tanin, dan beberapa

senyawa fenolik yang memiliki aktivitas Antimikroba. Hasil analis

nutrient juga melaporkan adanya kandungan senyawa-senyawa berikut:


7

Tabel 2.1 senyawa-senyawa yang terkandung pada daun kelor.

Protein 6,7 mg Arginin 6,0 mg

Lemak 1,7 mg Metionin 2,0 mg

Karbohidrat 13,4 mg Treonin 4,9 mg

Serat 0,9 mg Leusin 9,3 mg

Kalsium 440 mg Isoleusin 6,3 mg

Fosfor 70 mg Valin 7,3 mg

Besi 7,5 mg/100g

Karoten 11300 ui

Vitamin C 220 mg

Tokaferol 7,5 mg/100g

4. Khasiat

Semua bagian tamnaman terbukti berkhasiat untuk mengobati

berbagai macam penyakit. Namun pada dasarnya setiap bagian tanaman

kelor memiliki kangdungan zat aktif yang berbeda beda sehingga

pemanfaatanya pun harus di sesuaikan dengan penyakit yang akan di

sembuhkan .

Daun kelor memiliki manfaat sebagai antimikroba, anti bakteri,

antiinflamasi (anti radang), antitumor, antioksidan, sumber nutrisi(protein

dan mineral), mengobati infeksi, gangguan hati, sakit kepala, cacingan,


8

bronchitis, virus herves simpleks (HVS-1), virus estein Barr, tiroid,

diabetes, kolesterol, gangguan saraf, kilik saluran pencernaan, tonik dan

HIV/AIDS (Arief H. 2015).

B. Staphylococcus aureus

1. Kalsifikasi Staphylococcus aureus

Domain : Bacteria

Kingdom : Eubacteria

Phlum : Firmicutes

Class : Bacilli

Order : Bacillales

Genus : Staphylococcaceae

Spesies : Staphylococcus aureus

(Sudirman,2014).

2. Bakteri Staphylococcus aureus

Gambar 2.2 bakteri Staphylococcus aureus


9

3. Morfologi Staphylococcus aureus

Bentuknya bulat atau lonjong (0,8 sampai 0,9 μ), jenis yang tidak

bergerak, tidak bersampai, tidak berspora dan gram positif. Tersusun

dalam kelompok (seperti buah anggur). Pembentukan kelompok ini

terjadi karena pembelahan sel terjadi dalam tiga bidang dan sel-sel

anaknya cenderung untuk tetap berada di dekat sel induknya.

4. Pertumbuhan dan pembenihan

Berbagai spesies staphylococcus tumbuh dengan baik dalam kaldu

biasa pada suhu 37oC. Kisaran suhu untuk pertumbuhannya ialah 15oC-

40oC, sedangkan suhu pertumbuhan optimum ialah 35oC. Pada lempeng

agar, koloninya berbentuk bulat, diameter 1-2 mm,

cembung,buram,mengkilat dan konsistensinya lunak. Warna khas ialah

kuning keemasan, hanya intensitas warnanya dapat bervariasi

(Radji,2011).

5. Daya Tahan

Merupakan salah satu kuman yang cukup kebal di antar organisme-

organisme penyakit tak ber spora. Tahan dipanaskan pada 60oC selama 30

menit. Tahan terhadap 1% fenol selama 15 menit.

Tahan merkuri perklorida (sublimat) selama 10 menit. Dapat dibunuh

dengan violet kristal (kadar 1:500.000) dan hijau brilian (1:10 juta)

(Gupte,1982).
10

6. Patogenesis

Stafilococus aureus dapat menyebabkan sebagian besar jenis infeksi

pada kulit seperti bisul, atau infeksi yang lebih serius seperti pneumonia,

mastitis (peradangan pada jaringan payudara) dan meningitis dan infeksi

pada saluran urine. Staphylococcus aureus merupakan salah satu

penyebab utama infeksi nosokomial akibat luka tindakan operasi dan

pemakaian alat-alat perawatan dirumah sakit (Radji,2011).

C.

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain , berupa

bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan simplisia nabati, simplisia

hewani dan simplisia pelikan (mineral). Simplisia nabati adalah simplisia yang

berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat

tumbuhan ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel

yang dengan cara tertentu dikeluaran dari selnya, atau senyawa nabati lainnya

yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa

senyawa kimia murni (Depkes RI, 2000).

Proses pembuatan simplisia :

1. Sortasi Basah

Sortasi basah perlu dilakukan karena bahan baku simplisia harus benar

dan murni artinya berasal dari tanaman yang merupakan bahan baku

simplisia yang dimaksud, bukan dari tanaman lain. perlu dilakukan

pemisahan dan pembuangan bahan organik asing atau bagian tumbuhan


11

lainnya yang terikut. Bahan baku simplisia juga harus bersih, artinya tidak

boleh tercampur dengan tanah, krikil atau pengotor lainnya, misalnya

serangga atau bagiannya.

2. Pencucian

Pencucian bahan baku simplisia seharusnya tidak menggunakan air

sungai karena cemarannya tinggi. Pencucian sebaiknya menggunakan air

dari mata air, sumur, atau air ledeng (PAM). Setelah bahan baku simplisia

dicuci ditiriskan agar kelebihan air cucian keluar.

3. Perajangan

Banyak simplisia yang memerlukan perajangan agar pengeringan

berlangsung lebih cepat.

4. Pengeringan

Pengeringan merupakan cara mengawetkan simplisia agar simplisia

tahan lama dan tidak terurai kandungan kimianya karena pengaruh enzim.

Selain itu, pengeringan yang cukup akan mencegah pertumbuhan

mikroorganisme dan kapang (jamur). Misalnya, jamur Asergillus flavus

akan menghasilkan aflaktoksin yang sangat beracun dan dapat

menyebabkan kanker hati. Tandanya simplisia sudah kering, yakni mudah

meremah apabila diremas atau mudah patah. Pengeringan sebaiknya

jangan dibawah sinar matahari langsung, melainkan dengan lemari

pengering yang dilengkapi dengan kipas penyedot udara sehingga terjadi

sirkulasi yang baik. Apabila terpaksa dilakukan pengeringan dibawah sinar


12

matahari, maka perlu ditutup dengan kain hitam untuk menghindari

terurainya kandungan kimia karena sinar matahari, menghindari debu, dan

jika sudah kering tidak terbawa oleh angin. Agar pengeringan berlangsung

tidak singkat bahan harus dibuat rata dan tidak bertumpuk. Pengeringan

diupayakan sedemikian rupa sehingga tidak merusak kandungan kimianya.

5. Sortasi Kering

Pada simplisia yang telah kering dilakukan sortasi untuk memisahkan

kotoran, bahan organik langsung dan simplisia yang rusak karena sebagai

akibat proses sebelumnya (Soegihardjo, 2013).

D. Anti Bakteri

1. Definisi

Bahan-bahan atau obat-obatan yang digunakan untuk memberantas

infeksi mikroba pada manusia termasuk diantaranya antibiotik, antiseptik,

disinfektansia, dan preservatif.

Obat-obat yang digunakan untuk membasmi mikroorganisme

yang menyebabkan infeksi pada manusia, hewan maupun tumbuhan harus

bersifat toksisitas selektif artinya obat atau zat tersebut harus bersifat

toksis terhadap mikroorganisme penyebab penyakit tetapi relatif tidak

toksik terhadap jasad inang atau hospes (Djide,Sartini dalam Nurhayati,

2011).
13

2. Sifat antibakteri

a. Bakteriostatik

Zat atau bahan yang dapat menghambat atau menghentikan

pertumbuhan mikroorganisme (bakteri). Dalam keadaan seperti ini

jumlah mikroorganisme menjadi stasioner, tidak dapat lagi

bermultiplikasi dan berkembang biak. Contoh sulfonamida,

tetrasiklin, kloramfenikol, dan eritromisin.

b. Bakteriosida

Zat atau bahan yang dapat membunuh mikroorganisme

(bakteri). Dalam hal ini jumlah mikroorganisme (bakteri) akan

berkurang atau bahkan habis, tidak dapat lagi melakukan atau

berkembang atau bahkan habis, tidak dapat lagi melakukan atau

berkembang biak. Contoh penisilin, sefalosporin, dan neomisin (Djide

dalam Nurhayati, 2011).

3. Mekanisme kerja antibakteri

Antimikroba mempunyai mekanisme kerja antara lain sebagai berikut:

a. Denaturasi protein

Turunan alkohol, halogen dan halogenator, senyawa merkuri,

peroksida, turunan fenol dan senyawa amonium kuartener bekerja

sebagai antiseptika dan desinfektan dengan cara denaturasi dan

konjugasi protein sel bakteri (Djide dalam Nurhayati, 2011).


14

b. Mengubah permaebilitas membran sitoplasma bakteri

Mengubah permeabilitas membran sitoplasma bakteri yang

sifatnya semipermeabel dan mengendalikan transport berbagai

metabolit ke dalam dan ke luar sel adanya gangguan atau kerusakan

struktur pada membran plasma dapat menghambat atau merusak

kemampuan membran plasma sabagai penghalang (barrier) osmosis

dan mengganggu sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam

membran yang menyebabkan bocornya konstituen sel yang

esensial,sehingga bakteri mengalami kematian.

Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh selaput sitoplasma

yang bekerja sebagai penghalang dengan permeabilitas selektif,

melakukan fugsi pengangkutan aktif sehingga dapat mengendalikan

susunan sel. Bila integritas fungsi selaput sitoplasma terganggu

misalnya oleh zat bersifat surfaktan sehinga permeabilitas dinding sel

berubah atau bahkan menjadi rusak, maka komponen penting, seperti

protein, asam nukleat, nukleotida, dan lain-lain keluar dari sel dan sel

berangsur-angsur mati. Amfoterisin B, kolistin, poimiksin, imidazol,

dan polien menunjukkan mekanisme karja tersebut ( Djide dalam

Nurhayati, 2011).

c. Penghambatan terhadap sintesis dinding sel

Antimikroba golongan ini dapat menghambat sintesis atau

menghambat aktivitas enzim yang dapat merusak dinding sel

mikroorganisme.Yang temasuk golongan ini antara lain: Penisilin,


15

Sefalosporin, Vankomosin, Sikloserin, Basitrasin ( Djide dalam

Nurhayati, 2008).

Mekanisme kerjanya adalah dapat mencegah ikatan silang

peptidoglikan pada tahap akhir sintesis dinding sel, yaitu dengan cara

menghambat protein pengikat penisilin. Protein ini mer upakan enzim

dalam membran plasma sel bakteri yang secara normal terlibat dalam

penambahan asam amino yang berikatan silang dengan peptidoglikan

dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim transpeptidase yang

membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjang yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga dinding sel menjadi rapuh

dan mudah lisis (Pratiwi dalam Nurhayati, 2008)

d. Penghambatan sintesis protein

Antimikroba sangat mempengaruhi fungsi ribosom pada

mikroorganisme yang menyebabkan sintesa protein terhambat. Dalam

hal ini antimikroba dapat :

1) Berinteraksi dengan ribosom 30S, termasuk kelompok ini adalah

Aminoglikosida, Tetrasiklin dan lain-lain. Aminoglikosida

menyebabkan akumulasi sintesis protein awal yang kompleks.

Salah dalam menterjemahkan tanda mRNA dan menghasilkan

polipeptida yang abnormal. Tetrasiklin bekerja menghambat

ikatan aminoasil tRNA dengan ribosom mRNA kompleks.

2) Berinteraksi dengan ribosom 50S, misalnya pada kloramfenikol,

linkomisin, klindamisin, eritromisin (Djide dalam Nurhayati,

2008).
16

e. Penghambatan sintesis asam nukleat

Begitu pentingnya DNA dan RNA dalam proses kehidupan

sel. Hal ini berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi pada

pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan

kerusakan total pada sel. Dalam hal ini mempengaruhi metabolisme

asam nukleat, seperti berikatan dengan enzim DNA dependen RNA-

polymerase bakteri, memblokir helix DNA. Contoh quinolon,

pyrimetamin, trimethoprin, dan trimetrexat (Pelczar. Michael J. And

Chan. E. C. S. dalam Lukman, 2016).

E. Amoxicillin

Amoxicillin merupakan antibiotika turunan dari penisilin semi sintetik

yang stabil dalam suasana asam, kerja bakterisida, atau membunuh bakterinya

seperti ampisilin. Amoksisilin diabsorbsi dengan cepat dan baik di saluran

pencernaan, tidak tergantung adanya makanan dalam lambung, dan setelah 1

jam konsentrasinya dalam darah sangat tinggi sehimgga efektivitas tinggi.

Amoksisilin dieksresikan atau dibuang terutama melalui ginjal, dalam air

kemih terdapat dalam bentuk aktif. Amoksisilin sangat efektif terhadap

organisme gram positif dan gram negatif ( Junaedi dalam Legiawati, 2018).

F. Ekstraksi

ekstraksi atau penyaringan merupakan proses pemisahan senyawa dari

matriks atau simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Metode

ekstrasi yang digunakan tergantung pada jenis,sifat fisik, dan sifat kimia
17

kandungan senyawa yang akan di ekstraksi. Pelarut yang digunakan

tergantung pada polaritas senyawa yang akan diekstrasi bertingkat. Pelarut

yang digunakan dimulai dengan heksana, petroleum eter, lalu selanjutnya

kloroform atau diklometana, diikuti dengan alkohol, metanol dan terakhir

apabila diperlukan, digunakan air (Hanani, 2014).

Tujuan ekstrasi adalah menarik atau memisahkan senyawa dari campurannya

atau simplisia. Dalam buku farmakope indonesia edisi iv disebutkan bahwa

ekstraksi adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

senyawa aktif dari simplisia dari simplisia nabati atau hewani menggunakan

pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan

dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga

memenuhi buku yang ditetapkan.

1. Maserasi

Maserasi adalah cara ekstraksi simplisia dengan merendam dalam

pelarut pada suhu kamar sehingga kerusakan atau degradasi metabolit

dapat diminimalisasi. Pada maserasi, terjadi proses keseimbangan

konsentrasi antara larutan diluar dan didalam sel sehingga diperlukan

penggantian pelarut secara berulang. Kinetik adalah cara maserasi yang

dilakukan pada suhu yang lebih tinggi dari suhu kamar, yaitu 40-60oC

(Hanani, 2014).

2. Perkolasi

Perkolasi adalah cara ekstraksi simplisia menggunakan pelarut yang

selalu baru, dengan mengalirkan pelarut melalui simplisia sehingga


18

senyawa tersari sempurna. Cara ini memerlukan waktu lebih lama dan

pelarut yang lebih banyak. Untuk menyakinkan perkolasi sudah

sempurna, perkolat dapat diuji adanya metabolit dengan preaksi yang

spesifik.

3. Soxhletasi

Soxhletasi adalah cara ekstraksi menggunakan pelarut organik pada

suhu didih dengan alat soxhlet. Pada soxhletasi, simplisia dan ekstrak

berada pada labu berbeda. Pemanasan mengakibatkan pelarut menguap,

dan uap masuk dalam labu pendingin. Hasil kondensasi jatuh bagian

simplisia sehingga ekstraksi berlangsung terus-menerus dengan jumlah

pelarut relatif konstan. Ekstaksi relatif konstan. Ekstraksi ini dikenal

sebagai ekstraksi sinambung.

4. Refluks

Refluks adalah cara ekstraksi dengan pelarut pada suhu titik didihnya

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan

dengan adanya pendingin balik. Agar hasil penyaringan lebih baik atau

sempurna, refluks umumnya dilakukan berulang-ulang (3-6 kali) terhadap

residu pertama.

G. Fraksinasi

Fraksinasi pada prinsipnya adalah proses penarikan senyawa pada

suatu ekstrak dengan menggunakan dua macam pelarut yang tidak saling
19

bercampur. Pelarut yang umumnya dipakai untuk fraksinasi adalah n-heksan,

etil asetat, dan metanol.

Untuk menarik senyawa lemak dan senyawa non polar digunakan n-

heksan, etil asetat untuk menarik senyawa semi polar, sedangkan metanol

untuk menarik senyawa-senyawa polar.

Dari proses ini dapat diduga sifat kepolaran dari senyawa yang akan

dipisahkan. Sebagaimana diketahui bahwa senyawa-senyawa yang bersifat

non polar akan larut dalam pelarut yang non polar sedangkan senyawa-

senyawa yang bersifat polar akan larut dalam pelarut yang polar juga (Rasab,

2016).

H. N- Heksana

Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus

kimia C6H14. Awalan heks- merujuk pada enam karbon atom yang terdapat

pada heksana dan akhiran -ana berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan

tunggal yang menghubungkan atom-atom karbon tersebut. Dalam keadaan

standar senyawa ini merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam

air.

Bobot molekul : 86,2 gram/mol

Warna dan Bentuk :Tak berwarna, Cair

Titik lebur : -95°C

Titik didih : 69°C (pada 1 atm)

Densitas : 0,6603 gr/ml pada 20°C

(Munawaroh dan Handayani, 2010).


20

I. Metode Sterilisasi

Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan proses penghilangan semua

jenis organisme hidup dalam hal ini adalah mikroorganisme

(protozoa,fungi,bakteri,mycoplasma,virus) yang terdapat pada didalam suatu

benda. Proses ini melibatkan aplikasi biocidal agent atau proses fisik dengan

tujuan untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme.

Metode sterilisasi dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Metode sterilisasi fisik

Metode ini dapat dilakukan dengan cara panas baik kering maupun

panas basah,radiasi, dan filtrasi.

2. Metode sterilisasi kimia

Metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan yang

rusak bila di sterilkan pada suhu tinggi (misalnya bahan-bahan dari

plastik). Metode sterilisasi kimia dapat dilakukan dengan menggunakan

gas ( dengan cara fumigasi atau pengasapan) atau radiasi.

J. Metode pengujian aktivitas mikroba ( Pratiwi,2008).

Kegunaan uji antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan

yang efektif dan efesien. Metode pengujian aktivitas mikroba sebagai berikut:

1. Metode difusi

a. Metode disc diffusion (tes Kirby & Bauer)

Metode disc diffusion (tes Kirby & Bauer) Untuk menentukan

aktivitas agen antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba

diletakkan pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang


21

akan berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih

mengidentifikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme

oleh agen antimikroba pada permukaan media agar.

b. E-test

Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (Minimum

inhibitor concentration) atau KHM (Kadar hambat minimum), yaitu

konsetrasi minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat

pertumbuhan mikroorganisme.

c. Ditch-plate technique

Pada metode ini sampel uji berupa agen antimikroba yang

diletakkan pada parit yang dibuat dengan cara memotong media agar

dalam cawan petri pada bagian tengah secara membujur dan mikroba

uji (maksimum 6 macam) digoreskan ke arah parit yang berisi agen

antimikroba.

d. Cup-plate technique

Metode ini serupa dengan metode disc duffusion, dimana

dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan

mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba

yang akan diuji.

e. Gradient-plate technique

Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba pada media

agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal. Media agar

dicairkan dan larutan uji ditambahkan. Campuran kemudian dituang

kedalam cawan petri dan diletakkan pada posisi miring. Nutrisi kedua

selanjutnya dituang diatasnya.


22

Plate diinkubasis selama 24 jam untuk memungkinkan agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mengering. Mikroba uji

(maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai dari konsentrasi

tinggi rendah. Hasil diperhitungkan sebagai panjang total

pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin

dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan.

Bila :

X= panjang total pertumbuhan mikroorganisme yang mengkin.

Y= panjang pertumbuhan aktual

C= konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media

mg/mL atau μm/mL .

Maka konsentrasi hambatan adalah [(X.Y)]: C mg/mL atau atau

μm/mL .

Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang

didapatkan dari lingkingan padat dan cair, faktor difusi agen antimikroba

dapat mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat.

2. Metode dilusi (pengenceran)

Prinsip metode ini adalah senyawa antibakteri diencerkan hingga

diperoleh beberapa macam konsentrasi, kemudian masing- masing

konsentrasi ditambahkan suspensi bakteri uji dalam media cair. Metode

ini dapat menentukan Konsentrasi Hambatan Minimal (KHM) atau

Minimal Inhibitor Concentration (MIC) dan Konsentrasi Bunuh Minimal

(KBM) atau Minimal Bactericidal Concentration (MBC) (Pratiwi,2008).


23

K. Media Kultur

Berdasarkan konsistensinya, media di kelompokkan menjadi dua

macam yaitu media cair (liquid media) dan media padat (solid media). Apakah

media cair merupakan ekstrak komleks material biologis, maka media tersebut

dinamakan rich media atau broth. Media padat menggunakan bahan pembeku

(solidifying agent). Agar memiliki komposisi kimia berupa D-galaktosa, 3,6-

anhidro-L-galaktosa, D-glucuronic acid. Agar sebagai bahan pembeku akan

mencair saat dididihkan, kemudian dididihkan pada suhu 40-42oC sebelum

dibekukan. Media agar ini tidak akan mencair lagi kecuali pada suhu 80-90oC.

Agar merupakan agen pengeras yang bagus sekali karena tidak dapat di

degradasi oleh mikroorganisme (Pratiwi,2008).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini di lakukan metode eksperimen yaitu melakukan

percobaan dan pengamatan pada objek yang sedang di teliti untuk

mengetahui daya hambat fraksi n-heksan ekstrak etanol daun kelor pada

beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri Stapylococcus aureus.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel yaitu fraksi n-heksan ekstrak etanol daun kelor

(Moringa oleifera L.) yang di buat di laboratorium Farmakognosi Sekolah

Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon. Daun kelor (Moringa oleifera L) di

peroleh dari daerah pilang.

C. Tempan dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2018 sampai Juni 2019 di

Laboratorium Mikrobiologi dan Farmakognosi Sekolah Tinggi Farmasi

Muhammadiyah Cirebon.

24
25

D. Hipotesis

1. Hipotesis Nol

Ho : Fraksi n-heksan ekstrak etanol daun kelor tidak memiliki aktivitas

anti bakteri terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

peningkatan konsentrasi fraksi n-heksan ekstrak etanol daun kelor tidak

berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

2. Hipotesis Alternatif

Hi : Fraksi n-heksan ekstrak etanol daun kelor memiliki aktivitas anti

bakteri terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

peningkatan konsentrasi fraksi n-heksan ekstrak etanol daun kelor

berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

E. Evaluasi

1. Variable Bebas

Fraksi n-heksan ekstrak etanol daun kelor konsentrasi 20%, 40%, 60%

dan 80%.

2. Variabel Terikat

Daerah hambat fraksi n-heksan ekstrak etanol daun kelor terhadap

bakteri Staphylococcus aureus.


26

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Pengumpulan data primer

Data primer yaitu data yang secara langsung diperoleh berdasarkan

hasil penelitian dan percobaan dengan mengukur diameter daerah bening

disekitar lubang.

2. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi literatur dari

beberapa informasi dan buku sumber dari perpustakaan, sebagai acuan

bagi penulisan dalam melakukan penelitian.

G. Prosedur Penelitian

1. Tahap persiapan

a. ALAT

Jangka sorong 0,1 mm(Krisbow); Cawan petri(Pyrex 90-100 mm);

Tabung ukur5 ml; Spuit injeksi 1 ml (Terumo Sringe 1 cc/mm);

Erlemeyer 250 ml; Inkubator; Perforator; Beacker glass; Tabung reaksi

(Pyrex 12 x 75 mm); Tipcon; Bunsen; Jarum ose; Labu ukur 5

ml(Iwake); Cawan penguap; Maserator; Timbangan analitik 0,1 mg

(Radweg); Autoklaf (Model 25 x Eledric138° max); Pipet mikro

(Baaeco Germany); Vacum rotary evaporator (IKAR).


27

b. BAHAN

Simplisia daun kelor; Etanol 96%; n-Heksana (Brataco);

Amoxicillin injeksi 0,2% (Sanbe); Nutrient agar; Bakter

Staphylococcus aureus; Kain kasa; benang kasur; NaCL 0,9%

(Otsuka); Kertas Perkamen; Benang Kasur; Kapas Berlemak; Wipol;

Air.

2. Tahap pengerjaan

1. Pembuatan simplisia daun kelor (Moringa oleifera Lamk.)

Daun kelor (Moringa oleifera Lamk.) dicuci bersih dibawah

air mengalir. Selanjutnya dirajang menggunakan pisau atau gunting

yang bersih dan tajam. Kemudian dikeringkan dengan cara di oven

pada suhu 40°C. setelah diperoleh daun kelor kering, dilakukan sortasi

kering terhadap simplisia daun kelor yang mengalami kerusakan pada

saat proses pengeringan. Daun kelor yang telah disortasi kering

kemudian siap diekstraksi.

2. Pembuatan ekstrak daun kelor

1) Simplisia daun kelor sebanyak 200 gram yang telah dirajang

diekstraksi dengan cara maserasi dengan menggunakan 75 bagian

cairan penyari (etanol 96%) sebanyak 1500 ml.

2) Dimaserasi dalam bejana selama 5 hari terlindung dari cahaya.

3) Setelah itu disaring, diperas.

4) Dicuci ampas dengan 25 bagian cairan penyari (etanol 96%)

sebanyak 500 ml.


28

5) Uapkan pelarutnya dengan menggunakan evaporator pada suhu

400C dan 60 rpm sampai menjadi endapan tidak terlalu kental.

6) Pekatkan ekstrak sampai menjadi ekstrak kental dengan

menggunakan waterbath.

7) Menghitung hasil rendemen.

3. Pembuatan fraksi n-heksan ekstrak etanol daun kelor

a. Timbang 20 gram ekstrak etanol daun kelor yang sudah pekat di

cawan.

b. Masukan ekstrak etanol daun kelor kedalam corong pisah tambah

10 ml n-heksan (kocok kuat selama 10 menit) tunggu sampai

terjadi pemisahan antara zat cair dengan n-heksan. Lakukan

sebanyak 4 kali.

c. Ambil pisahkan n-heksan, masukan kedalam cawan.

d. Uapkan hingga ½ bagian didalam lemari asam. Saring, masukkan

kedalam wadah yang telah diberi label fraksi n-heksan. Tutup

menggunakan aluminium foil dan plastik kemudian menggunakan

karet.

e. Timbang cawan kosong.

f. Timbang cawan yang berisi haasil penguapan.

g. Hitung rendemen.
29

Fraksi n-heksan ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera

Lamk.) yang diperoleh kemudian dibuat pengenceran dengan

konsentrasi sebagai berikut:

a. Konsentrasi 80% b/v

Ekstrak etanol daun kelor 8 gr ekstrak masukkan ke labu ukur

kemudian tambahkan n-heksan sampai 10 ml.

b. Konsentrasi 60% b/v

Ekstrak etanol daun kelor 6 gr konsentrasi masukkan ke labu ukur

kemudian tambahkan n-heksan sampai 10 ml.

c. Konsentrasi 40% b/v

Ekstrak etanol daun kelor 4 gr konsentrasi masukkan ke labu ukur

kemudian tambahkan n-heksan sampai 10 ml.

d. Konsentrasi 20% b/v

Ekstrak etanol daun kelor 2 gr konsentrasi masukkan ke labu ukur

kemudian tambahkan n-heksan sampai 10 ml.

4. Sterilisasi Alat

Alat-alat yang digunakan didesinfeksi terlebih dahulu yaitu

dengan menggunakan deterjen. Setelah itu dicuci dengan air mengalir

kemudian dikeringkan. Alat-alat disumbat mulutnya dengan kasa

yang didalamnya terdapat kapas berlemak dibungkus lagi dengan

kertas perkamen. Kemudian diikat dengan benang kasur sedangkan

untuk Beacker glass mulutnya hanya ditutup dengan kertas perkamen

dan diikat dengan benang kasur. Alat-alat tersebut kemudian


30

disterilisasikan dengan menggunkan autoklaf pada suhu 1210C selama

15 menit, setelah suhu tercapai juga agar tetap konsisiten.

5. Pembuatan Media Agar Miring

a. Menimbang nutrient agar seberat 0,28 gram

b. Larutkan dengan aquadest sebanyak 10ml didalam erlemeyer,

aduk sampai rata

c. Memanaskan larutan nutrient agar didalam air yang dipanaskan,

kemudian tutup dengan kapas berlemak, bungkus dengan kertas

perkamen dan ikat dengan benang kasur

d. Mensterilkan dengan autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit

e. Setelah steril menuangkan media kedalam tabung reaksi,

kemudian dimiringkan biarkan memadat.

6. Pembuatan Media Cawan Petri

a. Menimbang nutrient agar sebanyak 1,68 gram

b. Melarutkan dengan aquadest 60 ml didalam erlemeyer aduk

sampai larut.

c. Memanaskan larutan nutrient agar didalam air yang dipanaskan

,kemudian tutup dengan kapas berlemak bungkus dengan kertas

perkamen dan diikat dengan benang kasur.

d. Mensterilkan dengan autoklaf pada suhu 1210C.


31

7. Peremajaan Bakteri

a. Jarum ose diflambir sampai bujung menjadi pijar kemudian

diteruskan perlahan-lahan ke arah pegangan sampai batas kawat

b. Mengambil biakan bakteri Staphylococcus aureus dari tabung

reaksi tutup tabung reaksi dibuka kemudian mulut tabung di

flambir

c. Mengambil 1 ose inokula bakteri Staphylococcus aureus dengan

jarum ose kemudian mulut tabung di flambir

d. Menginokulasikan pada agar mmiring zig-zag tutup kembli

kemudian diinkubasikan pada suhu 370C selama 24 jam

8. Pembuatan Suspensi Mc.Farland

Sebanyak 0,5 larutan klorida 0,048 M (BaCl2.2H2O 1,176 %)

Dicampurkan dengan 9,5 larutan asam sulfat 0,18 M (H2SO4 1% b/v)

dalam labu takar dan dihomogenkan suspensi ini digunakan sebagai

larutan pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji.

9. Pembuatan Suspensi Bakteri

Membuat suspensi dengan mengambil 1 ose inokula bakteri

Staphylococcus aureus yang telah diinkubasikan selama 24 jam

dengan jarum ose tambahkan larutan NaCl 0,9% 1 ml lalu dikocok.

Kemudian kekeruhannya dilihat dengan membandingkan kekeruhan

standar Mc.Farland.
32

10. Pembanding

Pembanding bertujuan untuk melihat hasil perbedaan pada

konsentrasi yang diujikan sehingga tampak pada media pertumbuhan

bakteri Staphylococcus aureus dan zona penghambatnya

pembandingnya yaitu kontrol positif Amoxicillin 0,2 % dan kontrol

negatif n-heksan

11. Pelaksanaan pengujian

a. Mengambil hasil suspensi biakan bakteri sebanyak 1 ml inokulasi

bakteri kedalam media nutrient agar, kocok pelan.

b. Masukkan media nutrient agar kedalam 3 cawan petri, masing-

masing 20 ml, goyang pelan, kemudian biarkan dingin atau

memadat.

c. Biarkan pada suhu kamar selama 15-30 menit dalam keadaan

tertutup supaya permukaan bebas air kondensasi.

d. Melubangi media dengan pencadang logam, sesuai dengan tanda

yang sudah dibuat pada cawan petri.

e. Masukkan zat yang akan diuji kedalam lubang uji dengan masing-

masing lubang sebanyak 20 µl.

f. Inkubasikan selama 24 jam pada suhu 370C.

12. Pembaca Hasil

Pembacaan hasil penelitian ini dilakukan setelah diinkubasi

selama 24 jam dengan cara maelihat daerah bening di sekitar lubang


33

yang mengandung fraksi n-heksan ekstrak etanol daun kelor (Moringa

oleifera L.). Kemudian, diameter hambatan tersebut diukur dengan

menggunakan jangka sorong.

13. Desinfeksi Alat

Alat-alat yang digunakan selama melakukan penelitian di

desinfeksi dengan menggunakan wipol dengan cara :

a. Alat-ala yang telah digunakan direndam dalam wadah yang berisi

larutan wipol lalu dididihkan.

b. Biarkan selama 24 jam, kemudian alat-alat dicuci dengan sabun

dan dibilas dengan air sampai bersih kemudian keringkan.

H. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara maanual dengan mengelompokkan data


sesuai variabel yang akan di teliti guna memudahkan analisis data.

I. Analisa Data

Analisa data pada penelitian ini berupa analisa univariat. Hasil


pengamatan uji daya hambat bakteri dari tiap cawan petri dish dideskripsikan
kemudian dibuat kesimpulan.
.

J. Penyajian Data

Data hasil penelitian yang sudah dianalisis disimpulkan dalam bentuk


tabel menurut variable yang diteliti. Akan disajikan dalam bentuk narasi
untuk memperjelas hasil pengamantan.
DAFTAR PUSTAKA

Arief. H, 2015. Tumbuhaan obat dan khasiatnya. Jakarta. Penebar swadaya.


Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.
Dewi, A. 2007. Uji sensitivitas Staphylococcus Aureus Dari pus Pasien Di
rumah sakit Umum Pusat Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Terhadap
Beberapa antibiotik. Skripsi tesis, Universitas Muhammaadiyah
Surakarta.
Dima, L. L. R. H., Fatmawali, dan W. A. Lolo. 2016. Uji aktivitas antibakteri
ekstrak daun kelor (Moringa oleifera L.) terhadap bakteri
Escherichia coli dan staphylococcus aureus. Jurnal Ilmiah Farmasi.
2(5): 282-289.
Gupte, S. 1990. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Binarupa Aksara.

Hanani, E. 2015. Analisis Fitokimia. Jakarta : Buku kedokteran EGC.

Legiawati, D.P. Uji Daya Hambat Ekstrak etanol Daun Sirih Merah (Piper
Crocatum Ruiz & Pav) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Stapyhlococcus aureus. Karya Tulis Akademi Farmasi
Muhammadiyah Cirebon.

Lukman, A. 2016. Uji Aktivitas Anti Bakteri Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum
sanctum L.) Terhaadap Bakteri Patogen Dengan Metode KLT-
Bioautografi Skripsi Pakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan.
Universitas Islam Negara Allaudin Makassar. 26.
Luthfiana. 2013. Uji Aktivitas anti inflamasi Ekstrak daun kelor dengan
Metode Stabilitas Membran sel Darah Merah Secara In Vitro.
Jakarta. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah.
Munawaroh, S. Handayani, P.A. 2010. Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut
(Citrus hystrix D.C.) Dengan Pelarut Etanol dan N-Heksana. Jurnal
Kompetensi Teknik. Vol. 2, No.1.
Nugraha, A. 2013. Bioaktivitas Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera)
Terhadap Eschericia Coli Penyebab Kolibasilosis Pada Babi, Bali.
Universitas Udaayana Denpasar.
Nurhayati. 2011. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak etanol Daun Ubi Jalar
(Ipomoea batatas L.) Culvitar Umbi Putih Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Sripsi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Negri Islam alauddin Makassar.
13-15.
Pratiwi, A. T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Yogyakarta : Erlangga.
Radji, Maksum. 2011. Buku Ajar Mikro Biologi Panduan Mahasiswa Farmasi
dan Kedokteran. Jakarta EFG.
Rasab, S. 2016. Uji Aktivitas Antimikroba Fraksi Daun Belimbing Wuluh
(Averrhoabilimbi L.) Terhadap Beberapa Mikroba Uji. Tugas Akhir.
Tidak di terbitkan. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin : Makasar.
Vieria, G. H. F., J. A. Mourao, A. M. Angelo, R. A. Costa, dan R. H. Silva.
2010. Antibakterial effect (in vitro) of Moringa oleifera and annona
muricata against gram positive and gram negative bacteria. Rev.
Inst. Med. Trop. 3(52):129-132.
Widya, A. 2013. Uji aktivitas anti bakteri ekstrak maserasi daun kelor
(Moringa oleifera lamk.) terhadap baakteri Staphylococcus aureus.
Surakarta. Universitas Setiaa Budi.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Skema pembuatan fraksi n-Heksan

Ekstrak etanol daun kelor

 Tambahkan 10 ml n-heksan.
 Kocok sampai 10 menit, diamkan sampai terjadi
pemisahaan.

Fraksi n-Heksan (1) Fraksi air


 Tambahkan 10 ml n-heksan.
 Kocok sampai 10 menit, diamkan
sampaai terjadi pemisahan.

Fraksi air Fraksi n-Heksan (2)


 Tambahkan 10 ml n-heksan.
 Kocok saampai 10 menit, diamkan sampai terjadi pemisahan.

Fraksi n-Heksan (3)


Fraksi air

Fraksi n-heksan
(1,2,3)

 Dicampurkan hasil semua fraksi didaalam 1


wadah.
 Simpan dilemari asam.
 Masukkan kedalam wadah, beri label fraksi n-
heksan.

Hasil fraksi n-heksan


lampiran 2. Skema perlakuan

Pembuatan medium
nutrient agar

Sterilisasi alat dan bahan

Peremajaan bakteri Pengenceran fraksi n-


Staphylococcus aureus heksan ekstrak etanol
daun kelor
etanodaun
Pembuatan suspensi
Staphylococcus aureus 20%, 40%, 60%, 80%

perlakuan

Media di cawan petri +


suspense bakteri
Staphylococcus aureus

Kelompok 1 kontrol (+) Kelompok 2 kontrol (-) Kelompok 3 fraksi n-


amoxicillin injeksi 0,2% n-heksana dan aqua heksan ekstrak etanol
pro injeksi daun kelor

Uji daya hambat

Desinfeksi alat

Analisis data

Você também pode gostar