Você está na página 1de 5

ANALISIS PICO

1.1.Analisa jurnal
 Populasi/ problem :
Jumlah sampel sebanyak 78 responden dengan menggunakan purposive sampling.
Dari analsis bivariat yang berhubungan dengan outcome pasien cedera kepala saat
merujuk, jarak rujukan, dan faktor yang ditempuh. Pasien cedera kepala
mengalami penurunan nilai GCS pada saat dirujuk merupakan petunjuk bahwa
terjadi perburukan kondisi pasien, sehingga nilai GCS menjadi parameter yang
penting untuk diperhatikan. Sehingga apabila dalam setiap fase dalam
interpersonal nuring dapat dilaksankan dengan baik pada pasien cedera kepala
yang dirujuk, maka outcome cedera kepala dengan penilaian glasgow outcome
scale akan baik.
 Intervensi
Observasi yang dilakukan pada pasien di cedera kepala selama rujukan
meliputi, tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernapasan, saturasi oksigen dan
tekanan darah), GCS, EKG, observasi fungsi neuorologis observasi fungsi
motorik dan lain-lain.
 Comparison
1. Jurnal
Analsisi faktor yang berhubungan dengan ourcome pasien cedera kepala yang
dirujuk di IGD RSUD dr. ISKAK Tulungagung melalui pendekatan model
interpersonal nursing heldegrad e. Peplau. Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan bahwa Tingkat kesadaranpasien cedera kepala dinilai
dengan skor GCS merupakan tolok ukur kondisi klinis pasien cedera
kepala yang diperiksa ketika pasien tiba di IGD. Tingkat kesadaran dengan
skor GCS ini memiliki pengaruh yang kuat terhadap kesempatan hidup
dan penyembuhan pada pasien cedera kepala. Skor GCS yang rendah
pada awal cedera akan memiliki outcome pasien cedera kepala yang
dirujuk yang buruk Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
didapatkan sebagian besar pasien cedera kepala memiliki skor GCS 10 atau
bahkan <10, yaitu sebanyak 59 pasien (75,6%). Nilai GCS kurang dari 11
dalam waktu 24 jam akan memiliki outcome pasien cedera kepala yang
buruk. Selain itu juga dijelaskan bahwa outcome pasien cedera kepala
secara progresif akan menurun jika skor GCS yang sudah rendah.
Penilain kondisi awal pada pasien cedera kepala kurun waktu 3-6 bulan
juga menunjukkan outcome yang buruk. Hasil penelitian ini juga didukung
oleh hasil perbandingan kinerja tiga komponen pada nilai GCS selam
72 jam pertama pasca trauma untuk memprediksi mortalitas pasien cedera
kepala di Rumah Sakit. Skor yang dipelajari meliputi skor GCS setelah
perawatanawal dari Rumah Sakit, skor GCS terburuk dan skor GCS
terbaik selama 72 jam pertama pasca trauma kepala. Hasil penelitian
menunjukkan ada perubahan signifikan secara statistik antara skor GCS
dengan mortalitas pasien cedera kepala. hasil penelitian ini sama dengan
penelitian sebelumnya dengan signifikasni < 0,05 yang bermakna bahwa
kondisi awal pasien cedera kepala berhubungan dengan outcome
pasien cedera kepala yang dirujuk di IGD RSUD dr. Iskak
Tulungagung

 Outcome
Ada hubungan tingkat kesadaran pasien dengan outcome pasien cedera kepala yang
dirujuk.
1.2. Kekurangan dan Kelebuhan jurnal
 Kekurangan
1. Peneliti belum mencakup semua faktor yang mempengaruhi
outcome pasien cedera kepala yang dirujuk, seperti penanganan
awal keluarga saat mengambil keputusan dirujuk kerumah
sakit, penanganan yang cepat dari rim IGD Puskesmas atau Rumah
Sakit yang merujuk.
2. Peneliti hanya melakukan survei analitik saja terhadap faktor yang
mempengaruhi outcome pasien cedera kepala yang dirujuk.
3. Hasil data yang dikumpulkan hanya satu kali pengamatan saja.
4. Jumlah responden dalam penelitian ini relatif kecil, lokasi
penelitian ini hanya di RSUD dr. Iskak Tulungagung dan waktu
penelitian yang relatif pendek yang dirujuk

 Kelebihan
1. Dalam peneltian ini memudahkan kita untuk mengetahui faktir-
fakor yang berhubungan dengan outcome pada pasien cedera
kepala

2.1. Analisa jurnal


 Populasi/ problem :
Analisis kondisi pasien akan menentukan tindakan keperawatan yang tepat yang
mempengaruhi outcome pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pasien cedera kepala hasil di
Puskesmas Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto. Penelitian ini bersifat
prospektif dengan desain analitik observasional. Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 56 orang.
 Intervensi
 Comparison
Berdasarkan data pasien di IGD RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Puwokerto
pada tahun 2015, terdapat 972 kasus cedera kepala, dimana rata-rata per bulan
terdapat 81 kasus. Pada bulan Januari 2016 tercatat jumlah pasien 89 orang, yang
mengalami kematian sebesar 20,2% (18 orang), memiliki outcome buruk, yaitu
memerlukan bantuan dalam setiap aktifitas sebesar 37,1% (33 orang) dan sisanya
41,5% (38 orang) mampu beraktifitas seperti biasa.
Penelitian ini dilakukan di ruang IGD RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo
Purwokerto mulai tanggal 15 Mei sampai dengan 15 Juni tahun 2016. Instrumen
yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi karakteristik
responden, usia, skor awal GCS, tekanan darah sistolik, frekuensi pernafasan dan
nadi pasien cedera kepala di IGD. Sedangkan, outcome pasien cedera kepala
diukur menggunakan lembar observasi Glasgow Outcome Scale atau GOS. Pada
penelitian ini hanya melakukan satu kali pengukuran GCS yaitu ketika pasien
cedera kepala datang dan masuk ke ruang IGD. Hasil penelitian didapatkan bahwa
tekanan darah sistolik memiliki hubungan yang signifikan dengan outcome pasien
cedera kepala. Hal ini dapat dilihat dari nilai p value = 0,000 dan koefisien
korelasi = 0,759 yang berarti bahwa tekanan darah sistolik berhubungan dengan
outcome pasien cedera kepala dengan kekuatan hubungan kuat. Cedera kepala
menyebabkan perubahan sistemik pada pasien. Perubahan sistemik yang sering
terjadi adalah hipotensi, yaitu tekanan darah sistolik pasien < 90 mmHg. Pasien
yang mengalami hipotensi biasanya disebabkan karena kehilangan darah, sebagian
mungkin karena cedera sistemik, sebagian lagi karena cedera langsung pada pusat
refleks kardiovaskuler di medula oblongata. Pasien dengan hipotensi yang dirawat
selama 24 jam memiliki tingkat mortalitas 45% daripada mereka yang tidak
mengalami hipotensi. Hipotensi yang ditemukan pada awal cedera sampai selama
perawatan merupakan faktor utama yang menentukan outcome pasien pada cedera
kepala. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tekanan darah sistolik pada pasien
kurang dari 90 mmHg sebanyak 36 pasien (64,3%). Tekanan darah sistolik < 90
mmHg merupakan efek sekunder dari cedera otak, dan dilaporkan sebanyak 73%
dari total 67 kasus memiliki outcome buruk. Hasil penelitian ini menjelaskan
bahwa tekanan darah sistolik adalah variabel kontinyu dan bisa digunakan sebagai
prediktor dalam melakukan tatalaksana pasien cedera kepala
 Outcome
Ada hubungan antara skor awal GCS dan tekanan darah sistolik pasien terhadap
outcome pasien cedera kepala
2.2. Kekurangan dan Kelebihan jurnal
 Kekurangan
1.

3.1.Analisa jurnal
 Populasi/sampel :
Penelitian ini adalah studi yang bersifat analitik observasional dengan menggunakan
rancangan retrospektif terhadap 107 sampel rekam medis RSUD dr. R. Koesma
Tuban dari periode Januari-April 2016 yang kemudian dilakukan kunjungan rumah
untuk menilai outcome cedera kepala berdasarkan Functional Independence Measure
(FIM). Pengumpulan data menggunakan tehnik cluster random sampling dengan
kriteria inklusi: 1) Pasien masih hidup, 2) Pasien dengan gangguan imobilisasi, 3)
Pasien yang ≤ 6 bulan, 3) Pasien yang berdomisili di Kabupaten Tuban, 4) Pasien
bersedia menjadi responden.
 Intervensi
 Comparison
Berdasarkan data IGD RSUD dr. R. Koesma Tuban angka kejadian trauma dan
kegawatdaruratan akibat kecelakaan di daerah Pantai Utara (Pantura) meningkat
sebesar 5% dari tahun 2014 dan pada Bulan Januari sampai dengan April 2016,
kunjungan pasien karena cedera kepala secara umum berjumlah 175 kasus (100%);
kasus yang terbanyak karena kecelakaan lalu lintas berjumlah 86 kasus (55,8%) dan
responden yang berdomisili di kabupaten Tuban berjumlah 146 kasus (83,4%) yang
selanjutnya menjadi populasi dalam penelitian ini.
Derajat kesadaran tampaknya mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kesempatan
hidup dan penyembuhan. GCS juga merupakan faktor prediksi yang kuat dalam
menentukan prognosa, suatu skor GCS yang rendah pada awal cedera berhubungan
dengan prognosa yang buruk. Jennet dkk., melaporkan bahwa 82% dari penderita
dengan skor GCS 11 atau lebih, dalam waktu 24 jam setelah cedera mempunyai good
outcome atau moderately disabled dan hanya 12% yang meninggal atau mendapat
severe disability. Outcome secara progresif akan menurun kalau skor awal GCS
menurun. Di antara penderita–penderita dengan skor awal GCS 3 atau 4 dalam 24 jam
pertama setelah cedera hanya 7% yang mendapat good outcome atau moderate
disability. Di antara penderita dengan skor GCS 3 pada waktu masuk dirawat, 87%
akan meninggal.

Você também pode gostar