Você está na página 1de 22

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. A.

A DENGAN SALAH SATU

ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI PENYAKIT “ TYPOID”

DI KELURAHAN TAMALATE

OLEH

KELOMPOK 6 :

SASKIA FAZYSMAWANTI ALULU ( 751440116075 )

WIRANTO NIODE ( 751440116080 )

SYAKINAH ALHASNI ( 751440116079 )

SEPTIANINGSI HALUTI ( 751440116076 )

AHMAD S. SAMAN ( 751440116042 )

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO

T.A 2018 / 2019

BAB II
TINJAUN TEORI
THYPOID
A. Konsep Medik
1. Pengertian
Typhoid abdominalis (demam typoid, enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya

terjadi pada saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan saluran

pencernaan dan gangguan kesadaran.


Typhoid abdominallis adalah : penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi

salmonella thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi

oleh feses dan urin dari orang yang terinfeksi kuman salmonella.

2. Etiologi
Salmonella typosa : basil gram negative,berbulu getar, tidak berspora. Masa tunas 14-20 hari.

Mempunyai 3 antigen yaitu :


a) Antigen O : somatic, terdiri zat kompleks lipopolisakarida
b) Antigen H : flagella
c) Antigen Vi : simpai kuman

Dalam serum penderita, terdapat zat (agglutinin) terhadap tiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh

pada suasana anaerob pada suhu 15-41OC (Optimum 37OC) dan pH pertumbuhan 6 – 8. Faktor

pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urine, makanan / minuman yang

terkontaminasi, fomitus, dan lain sebagainya

3. Tanda dan gejala


a. Demam : khas (pelana kuda) demam 3 minggu, sifat febris remotten dan suhu tidak seberapa

tinggi. Minggu I : suhu meningkat tiap hari,menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan

malam hari. minggu II : pasien terus beada dalam keadaan demam. Minggu III : suhu tubuh berangsur

turun dan normal pada akhir minggu ketiga.


b. Gangguan saluran pencernaan : mulut; nafas berbau tidak sedap,bibir kering, dan pecah-pecah,

lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor,

anoreksia, mual dan perasaan tidak enak di perut. Abdomen kembung(meteorismus), hepatomegali dan

splenomegali disertai nyeri tekan perabaan. Biasa ddi sertai konstipasi,kadang normal,dapat terjadi

diare.
c. Gangguan kesadaran : kesadaran menurun yaitu apatis sampai somnolen, jarang terjadi spoor, koma

atau gelisah.
d. Nyeri otot dan kepala
e. Bintik merah pada kulit(roseola) akibat emboli basil dalam kapiler kulit.
f. Epistaksis
g. Prodormal : tidak enak badan, lesu,nyeri kepala,pusing, tidak bersemangat

4. Patofisiologi
Penularan salmonella typi dapat ditullarkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5f yaitu : food

(makanan), fingers (jari tangan/kuku), fomitus (muntah), fly (lalat), dan melalui feses. Feses dan

muntah pada penderita thypoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain.

Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat dimana lalat akan hinggap di makanan yang

akan di makan oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan

dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh

orang yang sehat melalui mulut. Sebagian kuman akan di musnahkan oleh asam lambung, sebagian

masuk ke usus halus, jaringan limfoid dan berkembangbiak menyerang vulli usus halus. Kemudian

kuman masuk keperedaran darah ( bakteremia primer ) dan mencapai sel-sel

retikuloendoteal,hati,limpa, dan organ lain.


Proses ini terjadi pada masa tunas dan berakhir saat sel-sel retukuloendoteal melepaskan kuman

kedalam peredaran darah dan menimbulkan bakteremia untuk kedua kali. Kemudian kuman masuk ke

beberapa jaringan organ tubuh terutama limp, usus dan kandung empedu
Pada minggu I, terjadi hyperplasia plaks player pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu II

terjadi nekrosis. Minggu III terjadi ulserasi plaks player. Minggu IV terjadi penyembuhan dengan

menimbulkan sikatrik, ulkus dapat menyebabkan perdarahan sampai perforasi usus, hepar, kelenjar

mesenterikal dan limpa membesar. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala saluran

cerna karena kelainan pada usus halus.


5. Komplikasi
1) Pada usus halus
a. Perdarahan usus : diketahui dengan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Dapat terjadi melena. Disertai

nyeri perut dengan tanda renjatan


b. Perforasi usus : biasa terjadi pada minggu III bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai

peritonitis terjadi bila ada udara di rongga peritoneum dengan tanda pekak hati menghilang, terdapat

udara di hati dan diafragma pada foto RO abdomen posisi tegak


c. Peritonitis : gejala akut abdomen yang ditemui nyeri perut hebat, dinding abdomen tegang ( defence

musculair), dan nyeri tekan


2) Luar usus halus
Terdapat lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterinemia) seperti meningitis, kolesistitis,

ensefalopati dll. Infeksi sekunder : bronkopneumonia. Masukan nutrisi kurang : dehidrasi dan asidosis

dan perspirasi : suhu tubuh tinggi.

6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium :
a) Pemeriksaan darah tepi : terdapat gambaran leucopenia, limpositosis relative dan eosinofilia pada

awala penyakit, anemia, trobositopenia ringan dan pemeriksaan SGOT serta SGPT pada keadaan

demam thypoid biasanya meningkat dan akan kembali normal setelah sembuh.
b) Pemeriksaan sumsum tulang : gambaran sumsum tulang berupa hiperaktif RES dengan adanya sel

makrofag dan sistem eritropoesis, granulopoesis dan trombopoesis berkurang.


c) Biakan/kultur empedu : basil salmonella typosa ditemukan pada darah (minggu I), feses dan urin.

Hasil (+) untuk menegakkan diagnose, hasil (-) menetukan penderita sembuh dan tidak menjadi karier.
d) Pemeriksaan widal
1) Dasar pemeriksaan ialah reaksi aglutinasi antara serum pasien (antibodi) dengan suspense antigen

salmonella typosa. Hasil positif bila terjadi reaksi aglutinasi.


2) Cara dengan mengencerakan serum, maka kadar zat anti dapat ditentukan, dengan pengenceran

tertinggi yang masih dapat menimbulkan reaksi aglutinasi


3) Untuk mendiagnosa diperlukan titer zat anti terhadap antigen 0 yang bernilai 1/200/ lebih atau

menunjukkan kenaikkan yang proresif, sedangkan titer zat anti terhadap antigen H walaupun tinggi

akan tetapi tidak bermakna karena titer H akan tetap tinggi setelah di lakukan imunisasi, mencapai

puncaknya bersamaan dengan penyembuhan pasien.


4) Pemeriksaan widal tidak selalu positif walau pasien menderita thypoid abdominalis (negative semu ).

Sebaliknya titer dapat positif semu karena keadaan sebagai berikut :


a. Titer 0 dan H tingii karena terdapat agglutinin normal karena infeksi basil coli pathogen pada usus
b. Neonates : zat anti diperoleh dari ibu lewat tali pusat
c. Terdapat infeksi silang dengan Rikettsia (well felix)
d. Imunisasi alamiah karena masuknya basil per oral pada keadaan infeksi subklinis.
7. Penatalaksanaan
a) Medik
1) Isolasi pasien, disinfeksi pakaian dan ekskreta
2) Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah, anoreksia dll
3) Istirahat selama demam s/d 2 minggu ( 7-14 hari ) mencegah perdarahan usus, setelah suhu normal

kembali (bed rest total ), boleh duduk, bila tidak panas boleh berdiri dan berjalan di ruangan
4) Diit: TKTP (tinggi kalori tinggi protein ), tidak mengandung banyak serta, tidak merangsang dan tidak

menimbulkan gas. Susu 2x satu gelas. Diit typoid aakut : “ bubur saring “, setelah demam turun diberi

bubur kasar 2 hari, kemudian nasi tim dan nasi biasa setelah bebas dari demam 7 hari ). Untuk

penderita dengan kesadaran menurun : makanan cair lewat NGT, bila kesadaran baik diberikan

makanan lunak.
5) Terapi obat pilihan :
a. Klorafenikol dosis tinggi yaitu 100mg/kgBB/hari oral atau IM/IV bila dianjurkan
b. Tiamfenikol
c. Kontrimoxazol
d. Amoxillin dan ampixilin

b) Keperawatan
a. Kebutuhan nutrisi/cairan dan elektrolit
1) Kesadaran baik : makanan lunak dengan lauk pauk di cincang ( hati, daging), sayuran, labu siam /

wortel dimasak lunak sekali. Tahu, telur setengan matang/ matang. Susu 2x1 gelas/lebih
2) Kesadaran menurun : makanan cair per sonde, kalori disesuaikan kebutuhan. Diberikan setiap 3 jam

termasuk ekstra sari buah, bubur kacang hijau di haluskan.


3) Pasien payah (delirium) : infuse dengan cairan glukosa dan NaCL
b. Gangguan suhu tubuh
Penyebab demam infeksi basil salmonella tyhposa. Panas bisa sampai 3 minggu menyebabkan

kondisi melemah dan mengakibatkan kekurangan cairan karena perspirasi. Pasien menjadi gelisah,

selaput lendir mulut dan bibir kering dan pecah-pecah. Untuk menurunkan suhu dengan terapi

obat, istirahat mutlak ( bed rest), mobilisasi


: hubungan dengan orang lain. Pola fungsi kesehatan bertahap dan pengaturan ruangan yang cukup

ventilasi

c. Gangguan rasa aman dan nyaman


1) Pasien dengan bibir kering lidah kotor : perawatan mulut 2x sehari, oleskan krim dan sering minum
2) Pasien apatis : lebih di perhatikan dan diajak berkomunikasi
3) Pasien dengan sonde : perawatan mulut dan diberikan minum agar selaput lendir dan tenggorokkan

tidak kering.
d. Resiko terjadi komplikasi
1) Pengaturan jadwal pemberian terapi obat
2) Latihan ambulasi setelah bed rest : duduk di tempat tidur, berjalan mengelilingi tempat tidur

B. Konsep Keperawatan

1. Proses keperawatan

Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan secara sistematis

dengan latar belakang pengetahuan komperhensif untuk mengkaji status kesehatan klien,

mengidentifikasi masalah dan diagnosa, merencanakan intervensi dan mengimplementasikan rencana

dan mengevaluasi rencana sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistem

pencernaan

2. Tujuan Proses keperawatan

Tujuan proses keperawatan secara umum adalah untuk menyusun kerangka konsep berdasarkan

keadaan individu (klien), keluarga, dan masyarakat agar kebutuhan mereka dapat terpenuhi. Yura dan

Walsh (1983) menyatakan proses keperawatan adalah suatu tahapan desain tindakan yang ditujukan

untuk memenuhi tujuan keperawatan, yang meliputi mempertahankan keadaan kesehatan klien yang

optimal, apabila keadaanya berubah menjadi suatu kuantitas dan kualitas asuhan keperawatan terhadap

kondisinya guna kembali ke keadaan yang normal. Jika kesehatan yang optimal tidak dapat tercapai,

proses keperawatan harus dapat memfasilitasi kualitas kehidupan yang maksimal berdasarkan

keadaanya untuk mencapai derajat kehidupan yang lebih tinggi selama hidupnya (Iyer et al., 1996).
3. Tahap – Tahap Proses Keperawatan
a) Pengkajian
Fokus pengkajian pada pasien thypoid adalah :
1) Riwayat kesehatan sekarang
Mengapa pasien masuk rumah sakit dan apa keluhan utama pasien, sehingga dapat ditegakkan

prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul


2) Riwayat kesehatan sebelumnya
Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama
3) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam keluarga pasien ada yang sakit seperti pasien
4) Riwayat psikososial
Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien ( cemas atau sedih )
5) Interpersonal
Kaji tanda dan gejala meningkatnya suhu tubuh terutama malam hari, nyerikepala, lidah kotor,,

epistaskis dan penurunan kesadaran pola nutrisi dan metabolism : biasanya nafsu makan klien

berkurang karena terjadi gangguan pada usus halus


6) Pola istirahat dan tidur
Selamat sakit paisen merasakan tidak dapat istirahat karena sakit pada perutnya, mual , muntah dan

kadang diare
7) Pemeriksaan Fisik
 Kesadaran dan keadaan umum pasien
Kaji kesadaran pasien dari sadar – tidak sadar mengetahui berat ringannya prognosis penyakit
 Kaji TTV dan pemeriksaan fisik kepala – kaki ( Inspeksi, Auskultasi, palpasi dan perkusi )
TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari pasien
Kaji penurunan BB terjadi peningkatan gangguan nutrisi

b) Diagnosa Keperawatan
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

( sekunder tidak nafsu makan, mual dan kembung )


2) Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan dan peningkatan suhu

tubuh.
3) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi.
4) Kurang perawatan diri berhubungan dengan istirahat total.
5) Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi.

c) Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA NOC NIC

KEPERAWATAN
1 Perubahan nutrisi kurang Nutritional Status :  Nutritional Status :
 Nutritional status : food and Nutritional status : food and fluid
dari kebutuhan tubuh
fluid intake intake
berhubungan dengan
 Nutritional status : nutrient Nutritional status : nutrient intake
intake yang tidak adekuat (  Weight control
intake
sekunder tidak nafsu Weight control
makan, mual dan kembung Kriteria Hasil :
) Kriteria Hasil :  Adanya peningkatan BB sesuai
 Adanya peningkatan BB dengan tujuan
 BB ideal sesuai dengan tinggi badan
sesuai dengan tujuan
 Mampu mengidentifikasi kebutuhan
 BB ideal sesuai dengan
nutrisi
tinggi badan
 Tidak ada tanda – tanda malnutrisi
 Mampu mengidentifikasi
 Menunjukkan peningkatan fungsi
kebutuhan nutrisi
pengecapan dari menelan
 Tidak ada tanda – tanda
malnutrisi Tidak terjadi penurunan BB yang
 Menunjukkan peningkatan
berarti
fungsi pengecapan dari
menelan
 Tidak terjadi penurunan BB
yang berarti
2 Resiko kurangnya volume Fluid balance Fluid Management
 Hydration
cairan berhubungan  Timbang popok / pembalut jika
 Nutritional status : food and
dengan kurangnya intake diperlukan
fluid intake
cairan dan peningkatan  Pertahankan catatatn intake dan

suhu tubuh. Kriteria Hasil output yang akurat


 Monitor status hidrasi
 Mempertahankan urine Monitor vital sign
output sesuai dengan usia Monitor masukan makanan / cairan
dan BB, BJ urine normal, dan itung intake kalori harian
 Kolaborasikan pembarian cairan IV
HTT normal
 Monitor status nutrisi
 TD, nadi, SB dalam batas
 Berikan cairan IV pada suhu
normal
ruangan
Tidak ada tanda – tanda Dorong masukan oral
dehidrasi, elastisitas Dorong keluarga untuk membatu
turgorkulit baik, membrane pasien makan
 Kolaborasi dengan dokter
mukosa lembab, tidak ada Atur kemungkinan transfuse
rasa haus yang berlebihan  Monitor tingkat Hb dan hematoktrit
Monitor BB
3 Hipertermi berhubungan NOC: NIC :
Thermoregulasi Monitor suhu sesering mungkin
dengan proses infeksi
Setelah dilakukan tindakan Monitor warna dan suhu kulit
salmonella thypi.
keperawatan Monitor tekanan darah, nadi dan RR
selama………..pasien Monitor penurunan tingkat
menunjukkan : kesadaran
Suhu tubuh dalam batas Monitor WBC, Hb, dan Hct
normal dengan kreiteria Monitor intake dan output
hasil: Berikan anti piretik:
Suhu 36 – 37C Kelola Antibiotik:
Nadi dan RR dalam rentang ………………………..
normal Selimuti pasien
Tidak ada perubahan warna Berikan cairan intravena
kulit dan tidak ada pusing, Kompres pasien pada lipat paha dan
merasa nyaman aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
Monitor hidrasi seperti turgor kulit,
kelembaban membran mukosa
4 Kurang perawatan diri NOC : NIC :
Self care : Activity of Daily Self Care assistane : ADLs
berhubungan dengan
Living (ADLs) Monitor kemempuan klien untuk
istirahat total.
Setelah dilakukan tindakan perawatan diri yang mandiri.
keperawatan selama …. Monitor kebutuhan klien untuk alat-
Defisit perawatan diri alat bantu untuk kebersihan diri,
teratas dengan kriteria hasil: berpakaian, berhias, toileting dan
Klien terbebas dari bau makan.
badan Sediakan bantuan sampai klien
Menyatakan kenyamanan mampu secara utuh untuk
terhadap kemampuan untuk melakukan self-care.
melakukan ADLs Dorong klien untuk melakukan
Dapat melakukan ADLS aktivitas sehari-hari yang normal
dengan bantuan sesuai kemampuan yang dimiliki.
Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu melakukannya.
Ajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
Berikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.

5 Kurangnya pengetahuan NOC: NIC :


Kowlwdge : disease Kaji tingkat pengetahuan pasien dan
tentang penyakitnya
process keluarga
berhubungan dengan
Kowledge : health Behavior Jelaskan patofisiologi dari penyakit
kurang informasi. Setelah dilakukan tindakan dan bagaimana hal ini berhubungan
keperawatan selama …. dengan anatomi dan fisiologi,
pasien menunjukkan dengan cara yang tepat.
pengetahuan tentang proses Gambarkan tanda dan gejala yang
penyakit dengan kriteria biasa muncul pada penyakit, dengan
hasil: cara yang tepat
Pasien dan keluarga Gambarkan proses penyakit, dengan
menyatakan pemahaman cara yang tepat
tentang penyakit, kondisi, Identifikasi kemungkinan penyebab,
prognosis dan program dengan cara yang tepat
pengobatan Sediakan informasi pada pasien
Pasien dan keluarga mampu tentang kondisi, dengan cara yang
melaksanakan prosedur tepat
yang dijelaskan secara benar Sediakan bagi keluarga informasi
Pasien dan keluarga mampu tentang kemajuan pasien dengan
menjelaskan kembali apa cara yang tepat
yang dijelaskan perawat/tim Diskusikan pilihan terapi atau
kesehatan lainny penanganan
Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara yang
tepat
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, Deden, S.Kep,Ns dan Rahayu,Ningsih, S.Kep. Ns. 2010. Keperawatan Medikal Bedah

( Sistem Pencernaan). Yogyakarta : Gosyen Publishing

Lestari Titik. 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika

Kusuma, Hardhi dan Nurarif,Huda,Amin. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis dan NANDA NIC-NOC (Jilid 1). Yogyakarta : Mediaction Publishing

Kusuma, Hardhi dan Nurarif,Huda,Amin. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis dan NANDA NIC-NOC (Jilid 2). Yogyakarta : Mediaction Publishing


ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. A.A DENGAN SALAH SATU ANGGOTA

KELUARGA YANG MENGALAMI PENYAKIT “TYPOID”

DI KELURAHAN TAMALATE

A. DATA UMUM

1. Identitas kepala keluarga

Nama kepala keluarga : Tn. A.A

Umur : 43 tahun

Agama : islam

Suku : gorontalo

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : wiraswasta

Alamat : kelurahan tamalate

2. Komposisi Keluarga :

No Nama L/P Umur Hub. Keluarga Pekerjaan Pendidikan


1 Tn. A.A L 43th Kepala keluarga wiraswasta SMA

2 Ny. N.T P 41th istri IRT SMA

3 An. W.S.A L 16th anak siswa

4 An. S.N.A P 15th anak siswa

Genogram

Keterangan :
= laki – laki

= perempuan

= tinggal serumah

x = meninggal

= pasien

3. Tipe Keluarga

Tn. A.B merupakan tipe keluarga inti ( nuclear family )

4. Suku Ayah

Keluarga Tn. A.B merupakan penduduk asli gorontalo

5. Agama

Seluruh anggota keluarga beragama islam, jika ada keluarga yang sakit keluarga

senantiasa berdoa kepada Allah SWT

6. Status Sosial Ekonomi Keluarga

Status ekonomi keluarga cukup dengan penghasilan keluarga ± 1.500.000 / bulan

7. Aktifitas Rekreasi keluarga

a. Kebiasaan rekreasi dalam keluarga : kadang kadang keluarga Tn. A.B melakukan

rekreasi ke tempat wisata

b. Bagaimana keluarga menggunakan waktu senggang : berkumpul bersama

anggota keluarga

B. Riwayat Perkembangan

8. Tahap Perkembangan Saat ini

Tahap perkembangan keluarga saat ini merupakan keluarga dengan anak remaja ( tahap

V)

9. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

An. S.N.A ingin masalah kesehatan yang di hadapi saat ini bisa membaik sehingga bisa

menikmati hidup secara sehat jasmani dan rohani

10. Riwayat keluarga Inti

a. Riwayat kesehatan keluarga saat ini


An. S.N.A sudah lama menderita penyakit demam typoid, An.S.N.A

ketika demam melakukan pemeriksaan di puskesmas terdekat, An. S.N.A

merasakan badannya lemas dan demam, kurang nafsu makan.

11. Riwayat keluarga sebelumnya

An. S.N.A sebelumnya sering mengeluh demam, badannya lemas, dan kurang

nafsu makan, kadang juga di sertai dengan mual muntah, 6 bulan lalu pernah melakukan

pemeriksaan di puskesmas dan di diagnosa menderita typoid.

C. Lingkungan

12. Karakteristik rumah :

Status kepemilikan rumah Tn. A.A adalah milik sendiri, jenis bangunan

permanen, memiliki ketersediaan ventilasi memenuhi syarat yaitu 10% dari luas rumah,

jenis lantai rumah tehel, serta kondisi kebersihan rumah bersih, jumlah kamar yakni 2

kamar,rumah Tn. A.A terdapat ruang tamu dan ruang keluarga pengelolaan sampah

keluarga langsung di bakar, RAB dalam keluarga menggunakan PDAM, rumah Tn.A.A

tidak memiliki jamban keluarga, pembuangan limbah keluarga mengarah ke lubang

penampungan bagian belakang rumah.

13. Karakteristik tetangga dan Komunitas RW

Tetangga Tn.A.A merupakan penduduk asli gorontalo, keluarga Tn.A.A memiliki

komunikasi yang baik san terbuka dengan tetangganya.

14. Mobilisasi Geografis Keluarga

Keluarga Tn.A.A belum pernah berpindah – pindah tempat tinggal dan saat ini

mereka tinggal di kelurahan tamalate

15. Perkumpulan Keluarga dan interaksi di masyarakat

Waktu berkumpul keluarga terjadi pada malam hari karena pada siang hari

Tn.A.A berdagang begitupun dengan istrinya, interaksi keluarga dengan masyarakat

sekitar baik.

D. STRUKTUR KELUARGA
16. Struktur Komunikasi Keluarga

Komunikasi dalam keluarga Tn.A.A berjalan dengan baik dan bersifat terbuka,

bahasa yang digunakan adalah bahasa indonesia.

17. Struktur Kekuatan Keluarga

Dalam pengambilan keputusan di saat ada masalah bersama – sama.

18. Struktur Peran

- Tn.A.A sebagai kepala keluarga, suami dari Ny. N.T dan sebagai pencari nafkah

- Ny. N.T sebagai istri, IRT yang mengurus suami dan anak – anaknya kadang juga

membantu suaminya berdagang

- An. W.S.A dan An. S.N.A sebagai anak dari Tn. A.A dan Ny. N.T

19. Struktur Nilaia dan Norma Budaya

Keluarga mempunyai adat sopan santun terhadap orang lain, norma agama di

junjung tinggi

E. Fungsi Keluarga

20. Fungsi Afektif

Tn. A.A dan Ny. N.T sangat menyayangi keluarganya, mencari nafkah untuk keluarga
dan saling menjaga antara yang satu dengan yang lain.Berusaha mendidik anaknya agar
selalu menghormati orang tua, menyayangi sesama anggota keluarga dan menjaga nama
baik keluarga.

21. Fungsi Sosialisasi

Keluarga Tn.A.A mengatakan bahwa cara menanamkan hubungan interaksi sosial pada
anaknya dengan tetangga dan masyarakat yaitu membiarkan anaknya bermain dengan anak
sebayanya dirumah dan kegiatan yang bermanfaat di luar rumah.

22. Fungsi Perawatan Keluarga

An. S.N.A menderita penyakit demam typoid dan sering memeriksakan


kesehatannya di puskesmas terdekat

F. STRES DAN KOPING KELUARGA

23. Stres yang dihadapi keluarga

24. Stres jangka pendek panjang


Yang menjadi pemikiran keluarga saat ini adalah bagaimana keluarga bisa
meningkatkan kesehatan An.S.N.A supaya sakit yang di alami tidak kambuh lagi dan
tidak semakin parah.tidak ada stress lain lagi yang mengkhawatirkan
25. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah

Keluarga berupaya mengatasi masalah berdasarkan kemampuan yang ada dalam


iksakan keluarga dengan mencoba memeriksakan An.S.N.A kepelayanan kesehatan
yang ada dan berusaha melakukan perawatan sendiri.
26. Strategi koping yang digunakan

Bila Ada permasalahan dalam keluarga, sering diselesaikan dengan musyawarah tapi
untuk permasalahan masing-masing anggota keluarga dselesaikan sendiri-sendiri
27. Strategi adaptasi disfungsional

Saat dilakukan pengkajian tidak ditemukan koping yang tidak adaptif.

G. HARAPAN KELUARGA

Keluarga sangat berharap An.S.N.A penyakitnya tidak kambuh lagi dan cepat sembuh.

H. PEMERIKSAAN FISIK..

PEMERIKSAAN FISIK ( HEAD TO TOE )


a. keadaan umum : lemah
b. kesadaran : compos mentis
c. vital sign :

- TD : 100/80 - SB : 38,5 - BB : 20 kg
-N : 79X/mnt - R : 22x/mnt
d. kepala

bentuk kepala simetris, warna rambut hitam, tidak ada pembekakan , ukuran kepala normal
( mesosepalus ), kebersian rambut baik, tidak ada nyeri tekan.
e. wajah

bentuk wajah simetris kiri dan kanan


f. mata

keadaan mata simetris, konjungtiva normal, sclera putih bening, regular mata terhadap cahaya
baik.
g. hidung

simetris kiri dan kanan, tidak terdapat edema, tidak terdapat polip
h. telinga

bentuk telinga simetris kiri dan kanan, tidak terdapat peradangan, tidak terdapat serumen, reflex
terhadap suara baik
i. mulut
tidak ada peradangan pada gusi, tidak terdapat sianosis, lidah bersih
j. tenggorokan
tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid, tidak terdapat nyeri tekan.
k. Thorax / pernapasan
Bentuk dada simetris kiri dan kanan, ekspnsi paru normal yaitu terangkat sama rata, tidak
terdapat suara tambahan.
l. Jantung
Bibir tdak terdapat sianosis, auskultasi bunyi jantung 1 ‘ Lup’ dan bunyi jantung 2 ‘Dup’, tidak
terdapat bunyi tambahan.
m. Abdomen
Warna sekitar abdomen merata, tidak ada lesi, tidak terdapat nyeri tekan .
n. Genetalia dan anus

Tidak di kaji
o. Ekstremitas
5 5
5 4
Ket : pergerakkan motorik kanan dan kiri baik, tidak ada nyeri tekan
p. Persyarafan
 N I ( olfaktorius ) : fungsi penciuman baik
 N II ( optikus ) : fungsi penglihatan baik
 N III, IV, VI ( okulomotorius, trokhlearis, abdusen ) : kontraksi pupil, gerakan bola mata
normal.
 N V ( trigeminus ) : reflex kornea baik
 N VII ( facialis ) : gerak mimic wajah baik
 N VIII ( vestibulokokhlearis ) : fungsi pendengaran dan keseimbangan baik .
 N IX, X ( glosofaringeus, vagus ) : reflex menelan baik, reflex muntah baik, pengecapan
baik, suara normal.
 N XI ( asesorius ) : memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan norma , mampu
mengangkat bahu
 N XII ( hipoglosus ) : deviasi lidah normal

NAMA PESERTA DIDIK

.......................................................
ANALISA DATA

NO DATA MASALAH
1 DS : - klien
mengatakan Hipertermi berhubungan dengan
ketidakmampuan ayah An.S.N.A dalam
merasakan demam, kadang mual
membuat keputusan tindakan kesehatan
muntah,badannya lemas,dan yang tepat
kurang nafsu makan

DO : - k u : lemah
- Sb : 38,5 ºc
- Badan klien
teraba panas

2
DS : - klien mengatakan kurang Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan
nafsu makan dengan ketidakmaampuan memberi
Klien mengatakan kadang perawatan pada anggota keluarga yang
makanannya juga tidak dihabiskan sakit.

DO : ku lemah
Nafsu makan menurun
Bb menurun
SKALA PRIORITAS MASALAH

Masalah : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh = 4

No Kriteria Skor Bobot

1 Sifat masalah
Skala : 3 x1=1
 Aktual (Tidak/kurang sehat) 3 3
 Ancaman kesehatan 2 1
 Keadaan sejahtera 1

2 Kemungkinan masalah dapat diubah


Skala : 1 x 2=1
 Mudah 2 2
 Sebagian 1 2
 Tidak dapat 0

3 Potensial masalah untuk dicegah


Skala : 3 x 1 =1
 Tinggi 3 3
 Cukup 2 1
 Rendah 1

4 Menonjolnya masalah
Skala : 2 x 1 = 1
 Masalah berat, harus segera 2 2
ditangani 1
 Ada masalah, tetapi tidak perlu 0 1
segera ditangani
 Masalah tidak dirasakan

Hasil : 4
RUMUS :

SKOR X BOBOT
ANGKA TERTINGGI

SKALA PRIORITAS MASALAH

Masalah : hipertermi = 4

No Kriteria Skor Bobot

1 Sifat masalah
Skala : 2 x 1 = 1
 Aktual (Tidak/kurang sehat) 3 3
 Ancaman kesehatan 2 1
 Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala : 1 x 2 = 1
 Mudah 2 2
 Sebagian 1 2
 Tidak dapat 0

3 Potensial masalah untuk dicegah


Skala : 3 x 1 =1
 Tinggi 3 3
 Cukup 2 1
 Rendah 1

4 Menonjolnya masalah
Skala : 2 x1 = 1
 Masalah berat, harus segera 2 2
ditangani 1
 Ada masalah, tetapi tidak perlu 0 1
segera ditangani
 Masalah tidak dirasakan

Hasil : 4

RUMUS :

SKOR X BOBOT
ANGKA TERTINGGI

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

TUJUAN
NO DX KEPERAWATAN KELUARGA INTERVENSI
UMUM KHUSUS
1. Ketidakkeseimbangan nutrisi Setelah Setelah 1.kaji adanya alergi
kurang dari kebutuhan tubuh b/d dilakukan dilakukan makanan
ketidakmampuan memberi tindakan kunjungan 2.berikan informasi
perawatan pada anggota keluarga keperawatan rumah 1x tentang kebutuhan nutrisi
yang sakit keluarga diharapkan 3. anjurkan klien untuk
diharapkan keluarga makan sedikit tapi sering
ketidakseimbang mampu yaitu 2 jam sekali
annutrisi kurang memberikan 4. monitor adanya
dari kebutuhan perawatan penurunan berat badan
tubuh teratasi pada An.
dan keluarga S.N.A dan
mampu keluarga
mengenal mampu
masalah mengenal
keperawatan masalah
kesehatan
2. Hipertermi b/d ketidakmampuan Setelah Setelah 1.monitor suhu sesering
ayah An.S.N.A dalam membuat dilakukan dilakukan mungkin
keputusan tindakan kesehatan yang tindakan kunjungan 2.monitor tekanan
tepat hipertermi rumah 1x daraTD.RR.dan Nadi
teratasi dan maka di 3. beri kompress hanga
keluarga mampu harapkan pada dahi
mengenal keluarga 4.anjurkan klien minum
masalah mampu banyak 1,5 – 2ltr air
keperawatan membuat dalam 24 jam
keputusan 5.anjurkan unytk
tindakan memakai pakaian tipis
kesehatan yang dan yang dapat menyerap
tepat pada keringat
An.S.N.A dan
di harapkan
keluarga
mampu
mengenal
masalah
keperawatan

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

HARI/TANGGAL NO. DX JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


jumat, 31 agustus 1 10.03 1. mengkaji adanya alergi Waktu : 10.25
2018 makanan d/h klien
mengatakan tidak alergi S : - klien mengatakan
makanan tidak nafsu makan
10.05 2. memberikan informasi - klien mengatakan
tentang kebutuhan nutrisi makanan tidak di
d/h orang tua klien paham habiskan
dengan kebutuhan nutrisi
10.08 3. menganjurkan klien untuk O :- nafsu makan
makan sedikit 2x/hari, tidak menurun
di habiskan - ku lemah
10.12 4. memonitor adanya - BB menurun
penurunan BB d/h
A : masalah
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
belum teratasi

P : lamjutkan
intervensi

1. kaji adanya alergi


makanan
2. berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
3. anjurkan klien
untuk makan sedikit
tapi sering yaitu 2 jam
sekali
4. monitor adanya
penurunan BB

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

HARI/ NO JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


TANGGAL DX
Jumat, 31 2 09.45 1. memonitor suhu sesering Waktu :10.00
agustus mungkin d/h SB : 38,5 c S:
2018 2. . memonitor TD, R, N d/h TD : - klien mengatakan
100/80 R : 22x/mnt N : 79x/mnt demam sudah lebih dari
3 hari
3. beri kompress hanga pada dahi O : - ku : lemah

4.anjurkan klien minum banyak - SB : 38,5 c


1,5 – 2ltr air dalam 24 jam A : masalah hipertermi
belum teratasi
5.anjurkan unytk memakai P : lanjutkan intervensi
pakaian tipis dan yang dapat
menyerap keringat 1.monitor suhu sesering
mungkin
2.monitor tekanan
daraTD.RR.dan Nadi
3. beri kompress hanga
pada dahi
4.anjurkan klien minum
banyak 1,5 – 2ltr air
dalam 24 jam
5.anjurkan unytk
memakai pakaian tipis
dan yang dapat
menyerap keringat

Você também pode gostar