Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DI KELURAHAN TAMALATE
OLEH
KELOMPOK 6 :
BAB II
TINJAUN TEORI
THYPOID
A. Konsep Medik
1. Pengertian
Typhoid abdominalis (demam typoid, enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
terjadi pada saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan saluran
salmonella thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi
oleh feses dan urin dari orang yang terinfeksi kuman salmonella.
2. Etiologi
Salmonella typosa : basil gram negative,berbulu getar, tidak berspora. Masa tunas 14-20 hari.
Dalam serum penderita, terdapat zat (agglutinin) terhadap tiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh
pada suasana anaerob pada suhu 15-41OC (Optimum 37OC) dan pH pertumbuhan 6 – 8. Faktor
pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urine, makanan / minuman yang
tinggi. Minggu I : suhu meningkat tiap hari,menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan
malam hari. minggu II : pasien terus beada dalam keadaan demam. Minggu III : suhu tubuh berangsur
lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor,
anoreksia, mual dan perasaan tidak enak di perut. Abdomen kembung(meteorismus), hepatomegali dan
splenomegali disertai nyeri tekan perabaan. Biasa ddi sertai konstipasi,kadang normal,dapat terjadi
diare.
c. Gangguan kesadaran : kesadaran menurun yaitu apatis sampai somnolen, jarang terjadi spoor, koma
atau gelisah.
d. Nyeri otot dan kepala
e. Bintik merah pada kulit(roseola) akibat emboli basil dalam kapiler kulit.
f. Epistaksis
g. Prodormal : tidak enak badan, lesu,nyeri kepala,pusing, tidak bersemangat
4. Patofisiologi
Penularan salmonella typi dapat ditullarkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5f yaitu : food
(makanan), fingers (jari tangan/kuku), fomitus (muntah), fly (lalat), dan melalui feses. Feses dan
muntah pada penderita thypoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain.
Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat dimana lalat akan hinggap di makanan yang
akan di makan oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan
dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh
orang yang sehat melalui mulut. Sebagian kuman akan di musnahkan oleh asam lambung, sebagian
masuk ke usus halus, jaringan limfoid dan berkembangbiak menyerang vulli usus halus. Kemudian
kedalam peredaran darah dan menimbulkan bakteremia untuk kedua kali. Kemudian kuman masuk ke
beberapa jaringan organ tubuh terutama limp, usus dan kandung empedu
Pada minggu I, terjadi hyperplasia plaks player pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu II
terjadi nekrosis. Minggu III terjadi ulserasi plaks player. Minggu IV terjadi penyembuhan dengan
menimbulkan sikatrik, ulkus dapat menyebabkan perdarahan sampai perforasi usus, hepar, kelenjar
mesenterikal dan limpa membesar. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala saluran
peritonitis terjadi bila ada udara di rongga peritoneum dengan tanda pekak hati menghilang, terdapat
ensefalopati dll. Infeksi sekunder : bronkopneumonia. Masukan nutrisi kurang : dehidrasi dan asidosis
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium :
a) Pemeriksaan darah tepi : terdapat gambaran leucopenia, limpositosis relative dan eosinofilia pada
awala penyakit, anemia, trobositopenia ringan dan pemeriksaan SGOT serta SGPT pada keadaan
demam thypoid biasanya meningkat dan akan kembali normal setelah sembuh.
b) Pemeriksaan sumsum tulang : gambaran sumsum tulang berupa hiperaktif RES dengan adanya sel
Hasil (+) untuk menegakkan diagnose, hasil (-) menetukan penderita sembuh dan tidak menjadi karier.
d) Pemeriksaan widal
1) Dasar pemeriksaan ialah reaksi aglutinasi antara serum pasien (antibodi) dengan suspense antigen
menunjukkan kenaikkan yang proresif, sedangkan titer zat anti terhadap antigen H walaupun tinggi
akan tetapi tidak bermakna karena titer H akan tetap tinggi setelah di lakukan imunisasi, mencapai
kembali (bed rest total ), boleh duduk, bila tidak panas boleh berdiri dan berjalan di ruangan
4) Diit: TKTP (tinggi kalori tinggi protein ), tidak mengandung banyak serta, tidak merangsang dan tidak
menimbulkan gas. Susu 2x satu gelas. Diit typoid aakut : “ bubur saring “, setelah demam turun diberi
bubur kasar 2 hari, kemudian nasi tim dan nasi biasa setelah bebas dari demam 7 hari ). Untuk
penderita dengan kesadaran menurun : makanan cair lewat NGT, bila kesadaran baik diberikan
makanan lunak.
5) Terapi obat pilihan :
a. Klorafenikol dosis tinggi yaitu 100mg/kgBB/hari oral atau IM/IV bila dianjurkan
b. Tiamfenikol
c. Kontrimoxazol
d. Amoxillin dan ampixilin
b) Keperawatan
a. Kebutuhan nutrisi/cairan dan elektrolit
1) Kesadaran baik : makanan lunak dengan lauk pauk di cincang ( hati, daging), sayuran, labu siam /
wortel dimasak lunak sekali. Tahu, telur setengan matang/ matang. Susu 2x1 gelas/lebih
2) Kesadaran menurun : makanan cair per sonde, kalori disesuaikan kebutuhan. Diberikan setiap 3 jam
kondisi melemah dan mengakibatkan kekurangan cairan karena perspirasi. Pasien menjadi gelisah,
selaput lendir mulut dan bibir kering dan pecah-pecah. Untuk menurunkan suhu dengan terapi
ventilasi
tidak kering.
d. Resiko terjadi komplikasi
1) Pengaturan jadwal pemberian terapi obat
2) Latihan ambulasi setelah bed rest : duduk di tempat tidur, berjalan mengelilingi tempat tidur
B. Konsep Keperawatan
1. Proses keperawatan
Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan secara sistematis
dengan latar belakang pengetahuan komperhensif untuk mengkaji status kesehatan klien,
dan mengevaluasi rencana sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pencernaan
Tujuan proses keperawatan secara umum adalah untuk menyusun kerangka konsep berdasarkan
keadaan individu (klien), keluarga, dan masyarakat agar kebutuhan mereka dapat terpenuhi. Yura dan
Walsh (1983) menyatakan proses keperawatan adalah suatu tahapan desain tindakan yang ditujukan
untuk memenuhi tujuan keperawatan, yang meliputi mempertahankan keadaan kesehatan klien yang
optimal, apabila keadaanya berubah menjadi suatu kuantitas dan kualitas asuhan keperawatan terhadap
kondisinya guna kembali ke keadaan yang normal. Jika kesehatan yang optimal tidak dapat tercapai,
proses keperawatan harus dapat memfasilitasi kualitas kehidupan yang maksimal berdasarkan
keadaanya untuk mencapai derajat kehidupan yang lebih tinggi selama hidupnya (Iyer et al., 1996).
3. Tahap – Tahap Proses Keperawatan
a) Pengkajian
Fokus pengkajian pada pasien thypoid adalah :
1) Riwayat kesehatan sekarang
Mengapa pasien masuk rumah sakit dan apa keluhan utama pasien, sehingga dapat ditegakkan
epistaskis dan penurunan kesadaran pola nutrisi dan metabolism : biasanya nafsu makan klien
kadang diare
7) Pemeriksaan Fisik
Kesadaran dan keadaan umum pasien
Kaji kesadaran pasien dari sadar – tidak sadar mengetahui berat ringannya prognosis penyakit
Kaji TTV dan pemeriksaan fisik kepala – kaki ( Inspeksi, Auskultasi, palpasi dan perkusi )
TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari pasien
Kaji penurunan BB terjadi peningkatan gangguan nutrisi
b) Diagnosa Keperawatan
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
tubuh.
3) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi.
4) Kurang perawatan diri berhubungan dengan istirahat total.
5) Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi.
c) Intervensi Keperawatan
KEPERAWATAN
1 Perubahan nutrisi kurang Nutritional Status : Nutritional Status :
Nutritional status : food and Nutritional status : food and fluid
dari kebutuhan tubuh
fluid intake intake
berhubungan dengan
Nutritional status : nutrient Nutritional status : nutrient intake
intake yang tidak adekuat ( Weight control
intake
sekunder tidak nafsu Weight control
makan, mual dan kembung Kriteria Hasil :
) Kriteria Hasil : Adanya peningkatan BB sesuai
Adanya peningkatan BB dengan tujuan
BB ideal sesuai dengan tinggi badan
sesuai dengan tujuan
Mampu mengidentifikasi kebutuhan
BB ideal sesuai dengan
nutrisi
tinggi badan
Tidak ada tanda – tanda malnutrisi
Mampu mengidentifikasi
Menunjukkan peningkatan fungsi
kebutuhan nutrisi
pengecapan dari menelan
Tidak ada tanda – tanda
malnutrisi Tidak terjadi penurunan BB yang
Menunjukkan peningkatan
berarti
fungsi pengecapan dari
menelan
Tidak terjadi penurunan BB
yang berarti
2 Resiko kurangnya volume Fluid balance Fluid Management
Hydration
cairan berhubungan Timbang popok / pembalut jika
Nutritional status : food and
dengan kurangnya intake diperlukan
fluid intake
cairan dan peningkatan Pertahankan catatatn intake dan
Dermawan, Deden, S.Kep,Ns dan Rahayu,Ningsih, S.Kep. Ns. 2010. Keperawatan Medikal Bedah
Kusuma, Hardhi dan Nurarif,Huda,Amin. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Kusuma, Hardhi dan Nurarif,Huda,Amin. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
DI KELURAHAN TAMALATE
A. DATA UMUM
Umur : 43 tahun
Agama : islam
Suku : gorontalo
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : wiraswasta
2. Komposisi Keluarga :
Genogram
Keterangan :
= laki – laki
= perempuan
= tinggal serumah
x = meninggal
= pasien
3. Tipe Keluarga
4. Suku Ayah
5. Agama
Seluruh anggota keluarga beragama islam, jika ada keluarga yang sakit keluarga
a. Kebiasaan rekreasi dalam keluarga : kadang kadang keluarga Tn. A.B melakukan
anggota keluarga
B. Riwayat Perkembangan
Tahap perkembangan keluarga saat ini merupakan keluarga dengan anak remaja ( tahap
V)
An. S.N.A ingin masalah kesehatan yang di hadapi saat ini bisa membaik sehingga bisa
An. S.N.A sebelumnya sering mengeluh demam, badannya lemas, dan kurang
nafsu makan, kadang juga di sertai dengan mual muntah, 6 bulan lalu pernah melakukan
C. Lingkungan
Status kepemilikan rumah Tn. A.A adalah milik sendiri, jenis bangunan
permanen, memiliki ketersediaan ventilasi memenuhi syarat yaitu 10% dari luas rumah,
jenis lantai rumah tehel, serta kondisi kebersihan rumah bersih, jumlah kamar yakni 2
kamar,rumah Tn. A.A terdapat ruang tamu dan ruang keluarga pengelolaan sampah
keluarga langsung di bakar, RAB dalam keluarga menggunakan PDAM, rumah Tn.A.A
Keluarga Tn.A.A belum pernah berpindah – pindah tempat tinggal dan saat ini
Waktu berkumpul keluarga terjadi pada malam hari karena pada siang hari
sekitar baik.
D. STRUKTUR KELUARGA
16. Struktur Komunikasi Keluarga
Komunikasi dalam keluarga Tn.A.A berjalan dengan baik dan bersifat terbuka,
- Tn.A.A sebagai kepala keluarga, suami dari Ny. N.T dan sebagai pencari nafkah
- Ny. N.T sebagai istri, IRT yang mengurus suami dan anak – anaknya kadang juga
- An. W.S.A dan An. S.N.A sebagai anak dari Tn. A.A dan Ny. N.T
Keluarga mempunyai adat sopan santun terhadap orang lain, norma agama di
junjung tinggi
E. Fungsi Keluarga
Tn. A.A dan Ny. N.T sangat menyayangi keluarganya, mencari nafkah untuk keluarga
dan saling menjaga antara yang satu dengan yang lain.Berusaha mendidik anaknya agar
selalu menghormati orang tua, menyayangi sesama anggota keluarga dan menjaga nama
baik keluarga.
Keluarga Tn.A.A mengatakan bahwa cara menanamkan hubungan interaksi sosial pada
anaknya dengan tetangga dan masyarakat yaitu membiarkan anaknya bermain dengan anak
sebayanya dirumah dan kegiatan yang bermanfaat di luar rumah.
Bila Ada permasalahan dalam keluarga, sering diselesaikan dengan musyawarah tapi
untuk permasalahan masing-masing anggota keluarga dselesaikan sendiri-sendiri
27. Strategi adaptasi disfungsional
G. HARAPAN KELUARGA
Keluarga sangat berharap An.S.N.A penyakitnya tidak kambuh lagi dan cepat sembuh.
H. PEMERIKSAAN FISIK..
- TD : 100/80 - SB : 38,5 - BB : 20 kg
-N : 79X/mnt - R : 22x/mnt
d. kepala
bentuk kepala simetris, warna rambut hitam, tidak ada pembekakan , ukuran kepala normal
( mesosepalus ), kebersian rambut baik, tidak ada nyeri tekan.
e. wajah
keadaan mata simetris, konjungtiva normal, sclera putih bening, regular mata terhadap cahaya
baik.
g. hidung
simetris kiri dan kanan, tidak terdapat edema, tidak terdapat polip
h. telinga
bentuk telinga simetris kiri dan kanan, tidak terdapat peradangan, tidak terdapat serumen, reflex
terhadap suara baik
i. mulut
tidak ada peradangan pada gusi, tidak terdapat sianosis, lidah bersih
j. tenggorokan
tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid, tidak terdapat nyeri tekan.
k. Thorax / pernapasan
Bentuk dada simetris kiri dan kanan, ekspnsi paru normal yaitu terangkat sama rata, tidak
terdapat suara tambahan.
l. Jantung
Bibir tdak terdapat sianosis, auskultasi bunyi jantung 1 ‘ Lup’ dan bunyi jantung 2 ‘Dup’, tidak
terdapat bunyi tambahan.
m. Abdomen
Warna sekitar abdomen merata, tidak ada lesi, tidak terdapat nyeri tekan .
n. Genetalia dan anus
Tidak di kaji
o. Ekstremitas
5 5
5 4
Ket : pergerakkan motorik kanan dan kiri baik, tidak ada nyeri tekan
p. Persyarafan
N I ( olfaktorius ) : fungsi penciuman baik
N II ( optikus ) : fungsi penglihatan baik
N III, IV, VI ( okulomotorius, trokhlearis, abdusen ) : kontraksi pupil, gerakan bola mata
normal.
N V ( trigeminus ) : reflex kornea baik
N VII ( facialis ) : gerak mimic wajah baik
N VIII ( vestibulokokhlearis ) : fungsi pendengaran dan keseimbangan baik .
N IX, X ( glosofaringeus, vagus ) : reflex menelan baik, reflex muntah baik, pengecapan
baik, suara normal.
N XI ( asesorius ) : memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan norma , mampu
mengangkat bahu
N XII ( hipoglosus ) : deviasi lidah normal
.......................................................
ANALISA DATA
NO DATA MASALAH
1 DS : - klien
mengatakan Hipertermi berhubungan dengan
ketidakmampuan ayah An.S.N.A dalam
merasakan demam, kadang mual
membuat keputusan tindakan kesehatan
muntah,badannya lemas,dan yang tepat
kurang nafsu makan
DO : - k u : lemah
- Sb : 38,5 ºc
- Badan klien
teraba panas
2
DS : - klien mengatakan kurang Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan
nafsu makan dengan ketidakmaampuan memberi
Klien mengatakan kadang perawatan pada anggota keluarga yang
makanannya juga tidak dihabiskan sakit.
DO : ku lemah
Nafsu makan menurun
Bb menurun
SKALA PRIORITAS MASALAH
1 Sifat masalah
Skala : 3 x1=1
Aktual (Tidak/kurang sehat) 3 3
Ancaman kesehatan 2 1
Keadaan sejahtera 1
4 Menonjolnya masalah
Skala : 2 x 1 = 1
Masalah berat, harus segera 2 2
ditangani 1
Ada masalah, tetapi tidak perlu 0 1
segera ditangani
Masalah tidak dirasakan
Hasil : 4
RUMUS :
SKOR X BOBOT
ANGKA TERTINGGI
Masalah : hipertermi = 4
1 Sifat masalah
Skala : 2 x 1 = 1
Aktual (Tidak/kurang sehat) 3 3
Ancaman kesehatan 2 1
Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala : 1 x 2 = 1
Mudah 2 2
Sebagian 1 2
Tidak dapat 0
4 Menonjolnya masalah
Skala : 2 x1 = 1
Masalah berat, harus segera 2 2
ditangani 1
Ada masalah, tetapi tidak perlu 0 1
segera ditangani
Masalah tidak dirasakan
Hasil : 4
RUMUS :
SKOR X BOBOT
ANGKA TERTINGGI
TUJUAN
NO DX KEPERAWATAN KELUARGA INTERVENSI
UMUM KHUSUS
1. Ketidakkeseimbangan nutrisi Setelah Setelah 1.kaji adanya alergi
kurang dari kebutuhan tubuh b/d dilakukan dilakukan makanan
ketidakmampuan memberi tindakan kunjungan 2.berikan informasi
perawatan pada anggota keluarga keperawatan rumah 1x tentang kebutuhan nutrisi
yang sakit keluarga diharapkan 3. anjurkan klien untuk
diharapkan keluarga makan sedikit tapi sering
ketidakseimbang mampu yaitu 2 jam sekali
annutrisi kurang memberikan 4. monitor adanya
dari kebutuhan perawatan penurunan berat badan
tubuh teratasi pada An.
dan keluarga S.N.A dan
mampu keluarga
mengenal mampu
masalah mengenal
keperawatan masalah
kesehatan
2. Hipertermi b/d ketidakmampuan Setelah Setelah 1.monitor suhu sesering
ayah An.S.N.A dalam membuat dilakukan dilakukan mungkin
keputusan tindakan kesehatan yang tindakan kunjungan 2.monitor tekanan
tepat hipertermi rumah 1x daraTD.RR.dan Nadi
teratasi dan maka di 3. beri kompress hanga
keluarga mampu harapkan pada dahi
mengenal keluarga 4.anjurkan klien minum
masalah mampu banyak 1,5 – 2ltr air
keperawatan membuat dalam 24 jam
keputusan 5.anjurkan unytk
tindakan memakai pakaian tipis
kesehatan yang dan yang dapat menyerap
tepat pada keringat
An.S.N.A dan
di harapkan
keluarga
mampu
mengenal
masalah
keperawatan
P : lamjutkan
intervensi