Você está na página 1de 9

Tinjauan Kasus

APAKAH HARUS DIKLAT FUNGSIONAL?


DIKLAT FUNGSIONAL SYARAT MENDUDUKI JABATAN FUNGSIONAL

Mangara Halomoan
Mahasiswa PIK BKN Angkatan X

Abstrak

Profesionalitas seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam melaksanakan


fungsi dan tugas jabatannya ditentukan oleh dipenuhinya kompetensi, kualifkasi
dan kinerja yang dibutuhkan oleh jabatan. Diklat Fungsional (DF) menjadi salah
satu indikator dipenuhinya syarat kompetensi untuk suatu Jabatan Fungsional.
Seorang PNS yang akan diangkat dalam Jabatan Fungsional wajib mengikuti DF
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Banyaknya pejabat fungsional yang belum mengikuti DF akan sangat


berpengaruh kepada profesionalitas seorang PNS dalam melakukan tugas dan
tanggung jawab jabatannya. Regulasi yang ada belum mengatur dengan jelas
tindakan apa yang diambil bila seorang pejabat fungsional belum juga mengikuti
DF sampai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Terdapat pula beberapa
Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) melakukan pembiaran dengan tidak
mengabil langkah tindakan berkaitan dengan persoalan ini. Jika hal ini tidak
segera ditindaklanjuti dengan tindakan yang nyata maka hal ini akan
menghambat tercapainya profesionalitas PNS dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya.

Kata Kunci : Jabatan Fungsional (JF), Diklat Fungsional (DF) dan


Profesionalitas
PENDAHULUAN

Ada dua faktor utama yang melatarbelakangi lahirnya Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN). Pertama, ASN

sejatinya adalah abdi negara yang melayani kepentingan publik yang dituntut

profesional. Kedua, pasca reformasi 1998 terjadi perubahan besar dalam kultur

tatakelola pemerintahan yang tidak menghendaki abdi negara menjadi alat politik.

Birokrasi dalam hal ini ASN adalah alat negara untuk memenuhi dan

melayani kebutuhan publik. Untuk itu diperlukan birokrasi yang profesional dan

memiliki sumber daya manusia yang memiliki integritas dan kompetensi di

bidangnya. Namun kenyataannya, publik mempersepsikan birokrasi kita belum

ideal seperti itu. Hal itu menjadi daya dorong untuk melakukan perubahan

terhadap tatanan birokrasi melalui Undang-Undang ASN seperti perubahan dalam

sistem, manajemen, rekrutmen dan budaya Pegawai Negeri Sipil, dan ASN harus

bekerja sesuai dengan tuntunan Undang-Undang dan kepentingan negara.

Untuk dapat menjalankan tugas pelayanan publik, tugas pemerintahan, dan

tugas pembangunan tertentu, Pegawai ASN harus memiliki profesi dan

Manajemen ASN yang berdasarkan pada Sistem Merit atau perbandingan antara

kualifikasi, kompetensi, dan kinerja yang dibutuhkan oleh jabatan dengan

kualifikasi, kompetensi, dan kinerja yang dimiliki oleh calon dalam rekrutmen,

pengangkatan, penempatan, dan promosi pada jabatan yang dilaksanakan secara

terbuka dan kompetitif, sejalan dengan tata kelola pemerintahan yang baik.

2
Dalam Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa dalam upaya memenuhi

kompetensi tersebut, setiap pegawai ASN memiliki hak yang sama untuk

mengembangkan kompetensinya, salah satunya dapat diperoleh melalui

pendidikan dan pelatihan. Oleh karena itu adanya ketentuan bahwa setiap pegawai

harus mengikuti pendidikan dan pelatihan terlebih dahulu sebelum menduduki

suatu jabatan, dimaksudkan agar kompetensi yang dimiliki oleh pegawai tersebut

sesuai dengan kompetensi jabatan yang dipangkunya.

Salah satu langkah mewujudkan profesionalisme ASN dibentuklah suatu

kelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas pokok tertentu yang disebut

dengan Jabatan Fungsional Tertentu. Tujuan penetapan Jabatan Fungsional

Tertentu diantaranya adalah : peningkatan produktifitas kerja PNS, peningkatan

produktivitas unit kerja, peningkatan karier PNS, dan peningkatan

profesionalisme PNS.

Ketentuan mengenai Jabatan Fungsional diatur dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 Tentang Jabatan Fungsional PNS Jo Peraturan

Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010. Petunjuk teknis pengangkatan dan lain-

lainnya terkait Jabatan Fungsional diatur oleh Instansi Pembina masing-masing

Jabatan Fungsional Tertentu. Beberapa Jabatan Fungsional pengangkatan pertama

dalam jabatan fungsionalnya tanpa melalui DF. Beberapa Jabatan Fungsional

pengangkatan pertamanya harus memenuhi syarat telah mengikuti DF terlebih

dahulu. Ada juga Jabatan Fungsional yang pengangkatan pertamanya sebelum

mengikuti DF, kemudian dengan batasan waktu tertentu diwajibkan untuk

mengikuti DF. Persoalannya beberapa Instansi Pemerintah Daerah melakukan

3
pengangkatan pertama dalam Jabatan Fungsional tidak memenuhi syarat DF yang

telah diatur, baik sebelum pengangkatan maupun setelah pengangkatan dengan

batas waktu tertentu harus mengikuti DF.

PIHAK-PIHAK YANG TERKAIT

Terdapat beberapa pihak terkait dengan kasus ini, yaitu :

1. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN

& RB).

Pihak pertama ini sebagai salah satu lembaga dalam Manajemen ASN

sebagaimana dimaksud dalam UU No. 5 Tahun 2014 bertugas menyusun

perumusan dan penetapan kebijakan, koordinasi dan sinkronisasi kebijakan,

serta pengawasan atas pelaksanaan kebijakan ASN.

Sebagai satu lembaga di bawah Presiden yang bertanggung jawab dalam

penyusunan peraturan di bidang manajemen ASN, peran Kementerian PAN &

RB sangat penting dalam persoalan yang muncul terkait kasus ini. Karena

Kementerian PAN & RB merupakan Lembaga yang mengeluarkan peraturan

terkait masing-masing Jabatan Fungsional.

2. Badan Kepegawaian Negara (BKN).

Merupakan lembaga pemerintah non kementerian yang kedudukannya berada

dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

BKN memiliki tugas penyelenggaraan Manajemen ASN. Adapun

kewenangannya adalah melakukan pengawasan dan pelaksanaan Norma,

Strandar, Prosedur dan Kriteria Manajemen ASN (mengelola Pegawai ASN).

4
3. Instansi Pembina Jabatan Fungsional

Peran Instansi Pembina : menyusun kurikulum diklat, menyelenggarakan

diklat, menyusun standar kompetensi, menyusun pedoman formasi,

membangun pusat informasi, memfasilitasi pelaksanaan jabatan, memfasilitasi

pembentukan organisasi, memfasilitasi penyusunan kode etik, monitoring dan

evaluasi, mengusulkan tunjangan jabatan fungsional.

4. Instansi Pengguna Jabatan Fungsional.

Peran Instansi Pengguna : menyusun formasi jabatan fungsional,

melaksanakan pengangkatan, pemindahan, pemberhentian sementara,

mengusulkan pengangkatan, pemindahan, pemberhentian sementara, dari dan

dalam jabatan fungsional untuk jenjang utama kepada Presiden,

penyelenggaraan pembinaan karier, memfasilitasi pelaksanaan tugas jabatan

fungsional, berkoordinasi dengan Instansi Pembina Jabatan Fungsional.

5. Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) baik pusat maupun daerah.

Adalah pejabat yang berwenang menetapkan pengangkatan, pemindahan dan

pemberhentian PNS dalam Jabatan Fungsional.

6. Auditor Kepegawaian. Sebagai pelaksana pengawasan dan pengendalian

terhadap pelaksanaan Norma, Strandar, Prosedur dan Kriteria Manajemen

ASN.

7. PNS secara keseluruhan. Merupakan pihak yang terkena dampak dari

munculnya kasus ini.

5
PEMBAHASAN

Masing-masing Instansi Pembina Jabatan Fungsional mengeluarkan

peraturan mengenai tata cara dan syarat-syarat pengangkatan PNS dalam Jabatan

Fungsional berpedoman kepada Peraturan Menteri PAN & RB mengenai masing-

masing Jabatan Fungsional. Dalam hal penerapan diklat sebagai syarat dalam

pengangkatan pertama dalam Jabatan Fungsional, ada beberapa Instansi Pembina

yang mensyaratkan Pendidikan dan Pelatihan (diklat) bagi PNS sebelum

menduduki Jabatan Fungsional tertentu. Ada juga yang mensyaratkan dalam batas

waktu tertentu PNS harus mengikuti diklat setelah PNS diangkat dalam Jabatan

Fungsional. Namun dalam prakteknya di beberapa Instansi Pemerintah Daerah

ada yang mengangkat PNS dalam Jabatan Fungsional tanpa memperhatikan

peraturan-peraturan yang berkaitan dengan jabatan fungsionalnya.

Di beberapa Instansi Pemerintah Daerah ada yang mengangkat PNS dalam

Jabatan Fungsional tanpa lebih dahulu mengikutsertakan PNS tersebut dalam DF,

dan dalam batas waktu yang telah ditentukan pun PNS yang bersangkutan tidak

mengikuti atau tidak diikutsertakan dalam DF. Namun dalam regulasi yang ada

terkait Jabatan Fungsional, belum ada aturan yang mengatur terkait tidak

dipenuhinya DF sebagai syarat pengangkatan PNS dalam Jabatan Fungsional.

Sehingga beberapa daerah mengangkat PNS dalam Jabatan Fungsional, tetapi

tidak memperhatikan perencanaan untuk memberikan DF bagi para PNS yang

diangkat dalam Jabatan Fungsional tersebut.

Hal baru yang menjadi masalah adalah dengan berlakunya PP Nomor 11

Tahun 2017 Tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, maka setiap PNS yang

6
akan diangkat dalam Jabatan Fungsional harus memenuhi salah satu syarat yaitu

mengikuti dan lulus Uji Kompetensi Teknis. Kompetensi Teknis berdasarkan

Pasal 1 angka 13 PP Nomor 11 Tahun 2017 adalah pengetahuan, keterampilan,

dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan yang

spesifik berkaitan dengan teknis jabatan. Bila dikaitkan dengan tujuan DF

dalam Pasal 11 PP Nomor 101 Tahun 2000 Tentang Pendidikan dan Pelatihan

Jabatan Pegawai Negeri Sipil “Diklat Fungsional dilaksanakan untuk

mencapai persyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenis dan jenjang

jabatan fungsional masing-masing”. Dalam hal ini PP Nomor 11 Tahun 2017

mensyaratkan persyaratan kompetensi jabatan dicapai dahulu (lulus Uji

Kompetensi Teknis) dengan dipenuhinya syarat DF sebelum PNS diangkat dalam

Jabatan Fungsional.

KRONOLOGIS KASUS

Ketika persoalan ini menjadi objek pengawasan dan pengendalian oleh

Direktorat Pengawasan dan Pengendalian Bidang Formasi, Pengadaan, dan Pasca

Pendidikan dan Pelatihan (Wasdal Bidang Forda Pasdik), maka Auditor

Kepegawaian biasanya akan melakukan pendataan PNS yang telah diangkat

dalam Jabatan Fungsional tetapi belum mengikuti DF yang menjadi prasyarat

pengangkatan dalam Jabatan Fungsional, dan PNS Jabatan Fungsional yang telah

melewati batas waktu yang ditentukan belum juga mengikuti DF. Saat ini Auditor

Kepegawaian masih menggunakan PP Nomor 101 Tahun 2000 sebagai salah satu

dasar pengawasan dan pengendalian. Dimana pengertian Peserta Diklat

Fungsional adalah PNS yang akan atau telah menduduki Jabatan Fungsional

7
Tertentu. Setelah itu Auditor Kepegawaian akan melakukan koordinasi/klarifikasi

pada pihak Pengelola Kepegawaian terkait kendala/permasalahan penyebab PNS

Jabatan Fungsional tersebut belum mengikuti DF. Auditor Kepegawaian selaku

pelaksana pengawasan dan pengendalian akan memberikan rekomendasi tindak

lanjut permasalahan tersebut kepada PPK Instansi setempat, agar sesegera

mungkin para PNS yang menduduki Jabatan Fungsional tersebut diikutsertakan

dalam DF.

PROBLEM STATEMENT

Berdasarkan uraian diatas terdapat beberapa problem statement dalam kasus

ini yang perlu dipecahkan ialah sebagai berikut :

1. Mengapa sampai terjadi di Instansi Pemerintah Daerah PNS diangkat dalam

Jabatan Fungsional Tertentu namun belum mengikuti DF?

2. Tindakan apa yang diambil menghadapi kondisi tersebut diatas, apakah PNS

tersebut harus diberhentikan dari jabatannya, apakah PNS yang bersangkutan

harus mengembalikan tunjangan jabatan yang telah ia terima selama ia

menduduki Jabatan Fungsional yang “Pengangkatannya Tidak Memenuhi

Persyaratan yang Berlaku”?

3. Apakah dengan regulasi yang baru PP 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen

Pegawai Negeri Sipil dapat menyelesaikan permasalahan terkait dengan

pengangkatan PNS dalam Jabatan Fungsional tanpa mengikuti DF/lulus Uji

Kompetensi terlebih dahulu?

4. Setelah berlakunya PP 11 Tahun 2017 apakah pengangkatan Jabatan

Fungsional masih mensyaratkan DF, karena syarat yang tertera dalam PP 11

8
Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil adalah melalui Uji

Kompetensi, tidak tertulis mengenai syarat telah mengikuti DF?

Você também pode gostar