Você está na página 1de 52

ASUHAN KEPERAWATAN PADA RENAL CALCULI

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA RENAL CALCULI

DEFINISI

Renal calculi adalah pengkristalan dari mineral-mineral yang mengelilingi suatu


zat organic seperti nanah, darah, atau sel-sel yang sudah mati. Kebanyakan dari renal calculi
terdiri dari garam-garam calcium (oxalate dan posphat), atau magnesium-ammonium phospat
dan uric acid. (diktat Sr.Mary Baradero,Renal Sistem)

Batu ginjal adalah benda-benda padat yang terjadi di dalam ginjal yang terbentuk
melalui proses fisikokimiawi dari zat-zat yang terkandung di dalam air kemih. Batu ginjal
terbentuk secara endogen yaitu dari unsur-unsur terkecil, mikrolith-mikrolith dan dapat
tumbuh menjadi besar. Massa yang mula-mula lunak, misalnya jendalan darah, juga dapat
mengalami pembatuan ( kalsifikasi ). (Price & Wilson, 1995 : 797)

Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvis atau
calyces dari ginjal. Pembentukan batu ginjal dapat terjadi di bagian mana saja dari saluran
kencing, tetapi biasanya terbentuk pada dua bagian terbanyak pada ginjal, yaitu di pasu ginjal
(renal pelvis) dan calix renalis. Batu dapat terbentuk dari kalsium, fosfat, atau kombinasi
asam urat yang biasanya larut di dalam urine. (Hadipratomo Y, 2008)

Batu Ginjal di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti
batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal)
maupun di dalam kandung kemih (batu kandung
kemih). (http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_ginjal")

ETIOLOGI
Banyak teori yang menerangkan proses pembentukan batu di saluran kemih.
Tetapi hingga kini masih belum jelas teori mana yang paling benar. Beberapa teori
pembentukan batu adalah :

1. Teori Nukleasi

Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu sabuk batu (nukleus). Partikel-
partikel yang berada dalam larutan yang kelewat jenuh (supersaturated) akan
mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti batu dapat
berupa kristal atau benda asing di saluran kemih.

2. Teori Matriks

Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin, dan mukoprotein)
merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal batu.

3. Penghambatan kristalisasi

Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal, antara lain :
magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu
atau beberapa zat itu berkurang, akan memudahkan terbentuknya batu di dalam
saluran kemih.

(Basuki, 2000 hal. 63).

Secara epidemiologis, terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya


batu pada ginjal. Faktor-faktor itu adalah:

1. Faktor intrinsik

Yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang. Faktor intrinsik dan faktor idiopatik
umumnya sukar untuk dikoreksi, sehingga mempunyai kecenderungan untuk kambuh.

Faktor intrinsik itu antara lain adalah :

1. Hereditair dan Ras


Diduga diturunkan dari orang tuanya dan ternyata anggota keluarga lebih banyak
mempunyai kesempatan untuk menderita penyakit yang sama dari pada orang lain.
Misalnya faktor genetik familial pada hipersistinuria, hiperkalsiuria primer dan
hiperoksaluria primer.

2. Umur.

Paling sering didapatkan pada usia 30 sampai 50 tahun.

3. Jenis kelamin

Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan
dan pada pria lebih banyak ditemukan batu ureter dan buli-buli sedangkan pada
wanita lebih sering ditemukan batu ginjal atau batu piala ginjal.

2. Faktor ekstrinsik

Yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya. Faktor ekstrinsik, bila
penyebabnya diketahui dapat diambil langkah-langkah untuk mengubah faktor
lingkungan atau kebiasaaan sehari-hari sehingga terjadinya rekurensi dapat
dicegah . Beberapa faktor ekstrinsik, diantaranya adalah :

1. Geografi

Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu yang lebih tinggi daripada
daerah lain, sehingga dikenal sebagai daerah stone belt

2. Iklim dan temperatur

Tempat yang bersuhu panas, misalnya di daerah tropis, di kamar mesin, menyebabkan
banyak mengeluarkan keringat yang akan mengurangi produksi urine dan
mempermudah pembentukan batu. Sedangkan pada daerah yang dingin, akan
menyebabkan kurangnya asupan air pada masyarakatnya.

3. Asupan air
Kurangnya asupan air menyebabkan kadar semua substansi dalam urine akan
meningkat dan akan mempermudah pembentukan batu dan tingginya kadar mineral
kalsium pada air yang dikomsumsi dapat meningkatkan insidensi batu.

4. Diet

Diet banyak purin, oksalat dan kalsium mempermudah terbentuknya batu. Pada
golongan masyarakat yang lebih banyak makan protein hewani, angka morbiditas
batu berkurang sedangkan pada golongan masyarakat dengan kondisi sosial ekonomi
rendah lebih sering morbiditas meningkat. Penduduk vegetarian yang kurang makan
putih telur lebih sering menderita batu buli-buli dan hanya sedikit yang ditemukan
menderita batu ginjal atau batu piala ginjal.

5. Pekerjaan

Penyakit nefrolithiasis sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk
atau kurang aktivitas atau sedentary life.

6. Infeksi

Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi
inti pembentukan batu. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum ( urea splitting
organism ) dan membentuk amonium akan mengubah pH urin menjadi alkali dan
akan mengendapkan garam-garam fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan
batu yang telah ada.

7. Obstruksi dan stasis urin

Adanya obstruksi saluran kemih, misalnya oleh tumor, striktur dan hiperplasi prostat,
akan menyebabkan stasis urine sedangkan urine sendiri adalah substansi yang banyak
mengandung kuman sehingga mempermudah terjadinya infeksi dan pembentukan
batu.

(Basuki Purnomo, 2003 : 57)


Sumber lain juga mengatakan bahwa terbentuknya batu bisa terjadi karena air
kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih
kekurangan penghambat pembentukan batu yang normal. Sekitar 80% batu terdiri dari
kalsium, sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat, sistin dan mineral struvit.
Batu struvit nesium, amonium dan fosfat) juga disebut "batu infeksi" karena batu ini hanya
terbentuk di dalam air kemih yang terinfeksi. Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak
dapat dilihat dengan mata telanjang sampai yang sebesar 2,5 sentimeter atau lebih. Batu yang
besar disebut "kalkulus staghorn". Batu ini bisa mengisi hampir keseluruhan pelvis renalis
dan kalises renalis.(http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_ginjal")

Faktor-faktor lain yang dikaitkan dengan pembentukan batu adalah sebagai


berikut :

 Pemakan Antasid dalam jangka panjang


 Terlalu banyak vitamin D,

 Terlalu banyak calsium carbonate

(Diktat Sr.Mary Baradero,Renal System)

PATOFISIOLOGI

Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui secara
pasti, akan tetapi beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu dapat disebabkan oleh
hal-hal sebagai berikut :

a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila air seni jenuh
akan terjadi pengendapan.
b. Adanya inti ( nidus ). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak, dimana tukak ini
menjadi inti pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya partikel-partikel batu pada
inti tersebut.

c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan muatan dan
meyebabkan terjadinya pengendapan.

Kecepatan tumbuhnya batu tergantung kepada lokasi batu, misalnya batu pada
buli-buli lebih cepat tumbuhnya dibanding dengan batu pada ginjal. Selain itu juga
tergantung dari reaksi air seni, yaitu batu asam akan cepat tumbuhnya dalam urine dengan pH
yang rendah. Komposisi urin juga akan mempermudah pertumbuhan batu, karena terdapat
zat-zat penyusun air seni yang relatif tidak dapat larut. Hal lain yang akan mempercepat
pertumbuhan batu adalah karena adanya infeksi. Batu ginjal dalam jumlah tertentu tumbuh
melekat pada puncak papil dan tetap tinggal dalam kaliks, yang sampai ke pyelum yang
kemudian dapat berpindah ke areal distal, tetap tinggal atau menetap di tempat dimana saja
dan berkembang menjadi batu yang besar.

(Dafid Arifiyanto, 2008)

Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal, kemudian berada di kaliks ginjal, pielum,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu
yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai
tanduk rusa sehinggga disebut batustaghorn. Kelainan atau obstruksi pada sistem pelvikalises
ginjal ( penyempitan infundibulum dan stenosis uteropelvik ) akan mempermudah timbulnya
batu ginjal. (M. Ismadi, 1976)

A. Teori Proses Pembentukan Batu

Garam-garam kalsium dapat diendapkan dalam bentuk batu atau kalkuli di dalam
sistem saluran dari berbagai organ. Kalkuli dibentuk dari berbagai zat, yang tersedia secara
lokal, yaitu bahan-bahan dari sekresi organ tertentu. Jadi, walaupun kalkuli-kalkuli itu sering
mengandung kalsium, tetapi pada awalnya, banyak dari kalkuli-kalkuli tersebut yang tidak
mengandung kalsium. Beberapa kalkuli terbentuk sebagai akibat dari hancurnya debris
nekrotik dalam saluran, sedangkan lainnya terbentuk dari ketidakseimbangan unsur-unsur
sekresi tertentu sedemikian rupa sehingga terjadi pengendapan dari unsur yang biasanya larut.
(Sabiston, 1997, hal : 472 – 473)

Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun
anorganik yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan
tetap terlarut ( metastable ) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang
menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan
presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan
menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya
cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup mampu menyumbat saluran
kemih. Untuk itu, agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih, membentuk retensi
kristal, dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat sehingga membentuk batu
yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih. (Sabiston, 1997, hal : 472 – 473)

Kondisi tetap terlarut dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam
urine, konsentrasi solute di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran kemih atau adanya
korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu. Kemih yang terus
menerus bersifat asam dapat terjadi pada asidosis metabolik dan pada keadaan pireksia,
sedangkan kemih yang terus menerus bersifat basa menyatakan adanya infeksi pada saluran
kemih, keadaan asidosis tubulus ginjal, kekurangan kalium dan pada sindrom Fanconi.
(Sabiston, 1997, hal : 472 – 473)

Terbentuk atau tidaknya batu di dalam saluran kemih, ditentukan juga oleh adanya
keseimbangan antara zat-zat pembentuk batu dan inhibitor, yaitu zat-zat yang mampu
mencegah timbulnya batu. Dikenal beberapa zat yang dapat menghambat terbentuknya batu
di saluran kemih, yang bekerja mulai dari proses reabsorbsi kalsium di dalam usus, proses
pembentukan inti batu atau kristal, proses agregasi kristal, hingga retensi kristal. Ion
magnesium dikenal dapat menghambat pembentukan batu karena jika berikatan dengan
oksalat, akan membentuk garam magnesium oksalat, sehingga jumlah oksalat yang akan
berikatan dengan kalsium untuk membentuk batu kalsium oksalat menurun. Demikian pula
dengan sitrat, jika berikatan dengan ion kalsium, akan membentuk garam kalsium sitrat,
sehingga jumlah kalsium yang akan berikatan dengan oksalat maupun fosfat berkurang. Hal
ini menyebabkan kristal kalsium oksalat atau kalsium fosfat jumlahnya berkurang. Beberapa
protein atau senyawa organik lain mampu bertindak sebagai inhibitor dengan cara
menghambat pertumbuhan kristal, menghambat agregasi kristal, maupun menghambat retensi
kristal. Senyawa itu antara lain adalah glikosaminoglikan, protein Tamm Horsfall atau
uromukoid, nefrokalsin, dan osteopontin. Defisiensi zat-zat yang berfungsi sebagai inhibitor
batu merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya batu saluran kemih. (M. Ismadi, 1976)

B. Komposisi Batu

1. Batu Kalsium

Batu jenis ini, paling banyak dijumpai, yaitu sekitar 70-80% dari seluruh batu saluran
kemih. Kandungan batu jenis ini, terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau
campuran dari kedua unsur itu. Batu kalsium oksalat biasanya terbentuk pada suasana
urine asam. Batu kalsium bentuknya bergerigi sehingga jarang keluar spontan. Faktor
terjadinya batu kalsium adalah:

a. Hiperkalsiuri

Yaitu kadar kalsium dalam urine > 250-300 mg/24 jam. Terdapat 3 macam penyebab
terjadinya hiperkalsiuria, antara lain :

 Hiperkalsiuria absorbtif : keadaan hiperkalsiuria absorbtif terjadi karena adanya


peningkatan absorbsi kalsium melalui usus.
 Hiperkalsiuri renal : keadaan hiperkalsiuria renal dapat terjadi karena adanya
gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium melalui tubulus ginjal.

 Hiperkalsiuria resorptif : keadaan hiperkalsiuria resorptif terjadi karena adanya


peningkatan resorpsi kalsium tulang. Banyak terjadi pada hiperparatiroidisme primer atau
pada tumor paratiroid.

b. Hiperoksaluri
Adalah ekskresi oksalat urine melebihi 45 gram / hari. Keadaan hiperoksaluria banyak
dijumpai pada pasien dengan gangguan pada usus setelah menjalani pembedahan usus
dan pada pasien yang banyak mengkomsumsi makanan kaya akan oksalat seperti teh,
kopi instant, soft drink, kokoa, arbei, jeruk, sitrun, dan sayuran berwarna hijau terutama
bayam.

c. Hiperurikosuria

Adalah kadar asam urat di dalam urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat yang
berlebihan dalam urine, bertindak sebagai inti batu / nidus untuk terbentuknya batu
kalsium oksalat. Sumber asam urat di dalam urine berasal dari makanan mengandung
banyak purin seperti daging, ikan, unggas maupun berasal dari metabolisme endogen.

d. Hipositraturia

Dapat terjadi pada asidosis tubulus ginjal, sindrom malabsorbsi, atau pemakaian
diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama

e. Hipomagnesiuria

Penyebab tersering hipomagnesiuria adalah penyakit inflamasi usus(inflammatory


bowel disease) yang diikuti gangguan malabsorbsi.

(M. Ismadi, 1976)

2. Batu struvit

Disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu struvit disebabkan oleh
adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi adalah kuman golongan pemecah
urea yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa
melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa memudahkan garam-garam
magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat
dan karbonat apatit. Karena terdiri atas 3 kation, dikenal sebagai batu triple phosphate.
Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea diantaranya adalah Proteus spp, Klebsiella,
Serratia, Enterobacter, Pseudomonas, dan Stafilokokus

(M. Ismadi, 1976)

3. Batu Asam Urat

Merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Sebagian besar terdiri atas batu asam
urat murni, sisanya merupakan campuran kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat
banyak diderita oleh pasien-pasien penyakit gout, mieloproliferatif, pasien dengan terapi
antikanker, dan banyak menggunakan obet urikosurik, antara lain sulfinpirazole, thiazide,
dan salisilat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein berpeluang besar
mendapat penyakit ini. Batu asam urat berbentuk bulat dan halus sehingga seringkali
keluar spontan.

(M. Ismadi, 1976)

Sumber asam urat berasal dari diet mengandung purin dan metabolisme endogen
di dalam tubuh. Purin di dalam tubuh didegradasi oleh asam inosinat, dirubah menjadi
hipoxanthin,. Dengan bantuan enzim xanthin oksidase, hipoxanthin dirubah menjadi xanthin
yang akhirnya dirubah menjadi asam urat. Pada manusia, karena tidak memiliki enzim
urikase, maka asam urat diekskresikan ke dalam urine dalam bentuk asam urat bebas dan
garam urat. Garam urat lebih sering berikatan dengan natrium membentuk natrium urat, yang
lebih mudah larut di dalam air dibandingkan asam urat bebas. Asam urat bebas relatif tidak
larut di dalam urine, sehingga pada keadaan tertentu mudah sekali membentuk kristal asam
urat dan selanjutnya membentuk batu asam urat. Beberapa faktor yang mempengaruhi
terbentuknya batu asam urat adalah:

 Urine yang terlalu asam ( pH urine <>


 Volume urine yang jumlahnya sedikit ( <>

 Hiperurikosuria atau kadar asam urat yang tinggi


(M. Ismadi, 1976)

Komposisi batu yang dapat ditemukan adalah dari jenis urat, asam urat, oksalat,
fosfat, sistin, dan xantin. Batu oksalat kalsium kebanyakan merupakan batu idiopatik. Batu
campuran oksalat kalsium dan fosfat biasanya juga idiopatik; di antaranya berkaitan dengan
sindrom alkali atau kelebihan vitamin D. Batu fosfat dan kalsium (hidroksiapatit) kadang
disebabkan hiperkalsiuria (tanpa hiperkalsemia). Batu fosfat amonium magnesium
didapatkan pada infeksi kronik yang disebabkan bakteria yang menghasilkan urease sehingga
urin menjadi alkali karena pemecahan ureum. Batu asam urin disebabkan hiperuremia pada
artritis urika. Batu urat pada anak terbentuk karena pH urin rendah (R. Sjamsuhidajat, 1998
Hal. 1027).

PATHWAYS

Diet tinggi oksalat

Penurunan intake cairan

Air kemih terinfeksi

dehidrasi
Air kemih jenuh

Batu infeksi

(batu struvit)

Stasis urine

Kristalisasi mineral

metastable

Banyaknya zat-zat organic

Presipitasi kristal

- ion magmesium

- sitrat

- protein inhibitor

Agregasi

Agregat kristal

Pembentukan batu terhambat


Menempel pd epitel sal.kemih

Retensi kristal

Pengendapan mineral

Batu ginjal

(renal calculi)

Kurang pengetahuan

nyeri

Urine <>

TTV tidak dalam dalam batas normal

Kolik yg berlebihan

gelisah
Lemas, mual, muntah, keringat dingin

Daerah perifer dingin pucat

Gangguan rasa nyaman

Kecemasan

Gangguan perfusi jaraingan

PENATALAKSANAAN MEDIK

Tujuan pengelolaan batu pada ginjal adalah untuk :

 menghilangkan obstruksi,
 mengobati infeksi,

 menghilangkan rasa nyeri,

 mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi.

(Palmer,1995)
Untuk mencapai tujuan tersebut, langkah-langkah yang dapat diambil adalah
sebagai berikut:

 Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasi dan besarnya batu
 Menentukan akibat adanya batu seperti rasa nyeri, obstruksi yang disertai perubahan
pada ginjal, infeksi dan adanya gangguan fungsi ginjal

 Menghilangkan obstruksi, infeksi dan rasa nyeri

 Analisis batu

 Mencari latar belakang terjadinya batu

 Mengusahakan pencegahan terjadinya rekurensi

(Purnomo, 2003)

Tindakan penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah:

1. Medikamentosa

Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5


mm, karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan lebih bersifat
simtomatis, yaitu bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan
memberikan diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar

2. ESWL ( Extracorporeal Shockwave Lithotripsy )

Alat ESWL dapat memecah batu ginjal tanpa melalui tindakan invasif dan
tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang, pecahan-pecahan batu yang sedang
keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan menyebabkan hematuria.

3. Endourologi

Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan


batu, tindakan tersebut terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari
saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat
tersebut dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses
pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidroulik,
energi gelombang suara, atau dengan energi laser. Beberapa tindakan endourologi untuk
mengeluarkan batu pada ginjal adalah :

a. PNL ( Percutaneous Nephro Litholapaxy )

Yaitu mengeluarkan batu di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan


alat endoskopi ke sistem kalises ginjal melalui insisi pada kulit. Batu kemudian
dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.

b. Uretero atau Uretero-renoskopi

Yaitu memasukkan alat ureteroskopi per uretram guna melihat kedaan ureter
atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di
dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan
ureterorenoskopi.

4. Bedah Terbuka

Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk


tindakan-tindakan endourologi, laparaskopi maupun ESWL, pengambilan batu masih
dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan itu antara lain adalah pielolitotomi
atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal. Tidak jarang pasien harus
menjalani tindakan nefrektomi karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan telah terjadi
pionefrosis, korteksnya sudah sangat tipis atau mengalami pengkerutan akibat batu yang
menimbulkan obstruksi dan infeksi yang menahun

(Ismadi M, 1976)

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

 Laboratorium :

1. Urin
 pH urin.
 Batu kalsium, asam urat dan batu sistin terbentuk pada urin dengan pH yang
rendah (pH<7).

 Batu struvit terbentuk pada urin dengan pH yang tinggi (pH> 7).

 Sedimen.

 Sel darah meningkat (90%), pada infeksi sel darah putih akan meningkat.

 Ditemukan adanya kristal, misalnya kristal oksalat.

 Biakan urin untuk melihat jenis mikroorganisme penyebab infeksi pada


saluran kemih.

2. Darah

 Hemoglobin, adanya gangguan fungsi ginjal yang kronis dapat terjadi anemia.
 Leukosit, infeksi saluran kemih oleh karena batu menyebabkan leukositosis.

 Ureum kreatinin, parameter ini digunakan untuk melihat fungsi ginjal.

 Kalsium, dan asam urat.

 Radiologik :

1. Foto Polos Abdomen

Bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radioopak di saluran kemih. Batu
jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radioopak dan paling sering
dijumpai, sedangkan batu asam urat bersifat radiolusen.

(M. Ismadi, 1976)

2. Pielografi Intra Vena

Bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu juga dapat
mendeteksi adanya batu semi opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat
oleh foto polos perut. Jika pielografi intra vena ( selanjutnya disebut dengan PIV )
belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan
fungsi ginjal, sebagai gantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograde.

(M. Ismadi, 1976)

3. Ultrasonografi

Dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV, yaitu pada keadaan
alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita yang sedang
hamil. Pemeriksaan ultrasonografi dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-
buli ( yang ditunjukkan sebagaiechoic shadow ), hidronefrosis, pionefrosis, atau
adanya pengkerutan ginjal.

(M. Ismadi, 1976)

KOMPLIKASI

Jika batu dibiarkan dapat menjadi sarang kuman yang dapat menimbulkan :

1. Infeksi
2. Obstruksi Ginjal

3. Perdarahan

4. Hidronefrosis

Yang pada akhirnya merusak ginjal, kemudian timbul gagal ginjal dengan segala akibatnya
yang jauh lebih parah.

(Dafid Arifiyanto, 2008)

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri pada daerah pinggang) berhubungan dengan cedera jaringan
sekunder terhadap adanya batu pada ureter atau pada ginjal
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya obstruksi (calculi) pada renal.

3. Kecemasan berhubungan dengan kehilangan status kesehatan.

4. Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, tujuan tindakan yang diprogramkan dan
pemeriksaan diagnostik berhubungan dengan kurangnya informasi.

1. Diagnosa Keperawatan/Data Penunjang

Gangguan rasa nyaman (nyeri pada daerah pinggang) berhubungan dengan cedera jaringan
sekunder terhadap adanya batu pada ginjal

Data Penunjang :

- Kolik yang berlebihan

- Lemes, mual, muntah, keringat dingin

- Pasien gelisah

TUJUAN/KRITERIA

Tujuan :

Rasa sakit dapat diatasi/hilang

Kriteria :

- Kolik berkurang/hilang

- Pasien tidak mengeluh nyeri

- Dapat beristirahat dengan tenang

RENCANA TINDAKAN
- Kaji intensitas, lokasi dan tempat/area serta penjalaran dari nyeri.

- Observasi adanya abdominal pain

- Kaji adanya keringat dingin, tidak dapat istirahat dan ekspresi wajah.

- Jelaskan kepada pasien penyebab dari rasa sakit/nyeri pada daerah pinggang tersebut.

- Anjurkan pasien banyak minum air putih 3 – 4 liter perhari selama tidak ada kontra indikasi.

- Berikan posisi dan lingkungan yang tenang dan nyaman.

- Ajarkan teknik relaksasi, teknik distorsi serta guide imagine

- Kolaborasi dengan tim dokter :

· Pemberian Cairan Intra Vena

· Pemberian obat-obatan Analgetic, Narkotic atau Anti Spasmodic.

- Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian obat-obat Narkotic, Analgetic
dan Anti Spasmodic.

RASIONAL

- Peningkatan nyeri adalah indikatif dari obstruksi, sedangkan nyeri yang hilang tiba-tiba
menunjukkan batu bergerak. Nyeri dapat menyebabkan shock.

- Kemungkinan adanya penyakit/komplikasi lain.

- Kemungkinan salah satu tanda shock

- Memberikan informasi tentang penyebab dari rasa sakit/nyeri pada daerah pinggang
tersebut.

- Cairan membantu membesihkan ginjal dandapat mengeluarkan batu kecil.

- Untuk mengurangi sumber stressor


- Untuk mengurangi/menghilang kan nyeri tanpa obat-obatan

· Untuk memudahkan pemberian obat serta pemenuhan cairan bila mual, muntah dan keringat
dingin terjadi.

· Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyeri/kolik yang berlebihan

- Untuk mengetahui efek samping yang tidak diharapkan dari pemberian obat-obatan
tersebut.

2. Diagnosa Keperawatan/Data Penunjang

Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya obstruksi (calculi) pada renal.

Data Penunjang :

Urine out put <>

Daerah perifer dingin pucat

TD <>

HR > 120 X/mt,

RR > 28 X/mt.

Pengisian kapiler > 3 detik

TUJUAN/KRITERIA

Tujuan :

Gangguan perfusi dapat diatasi

Kriteria :
- Produksi urine 30 – 50 cc perjam.

- Perifer hangat

- Tanda-tanda vital dalam batas normal :

· Sistolik 100 – 140 mmHg.

· Diastolik 70 – 90 mmHg.

· Nadi 60 – 100 X/mt

· Pernafasan 16 – 24 X/mt

- Pengisian kapiler <>

RENCANA TINDAKAN

- Observasi tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah dan pernafasan).

- Observasi Produksi urine setiap jam.

- Observasi perubahan tingkat kesadaran.

- Kolaborasi dengan tim kesehatan:

· Pemeriksaan laboratorium : kadar ureum/kreatinin, Hb, urine HCT.

· Pemberian diet rendah protein, rendah kalsium dan posfat

· Pemberian ammonium chloride dan mandelamine.

RASIONAL

- sebagai indokator/volume sirkulasi dan kebutuhan intervensi. Catatan : peningkatan TD


dalam upaya untuk meningkatkan aliran darah ginjal.
- memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi, contohnya infeksi dan
perdarahan.

- akumilasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP.

3. Diagnosa Keperawatan/Data Penunjang

Kecemasan berhubungan dengan kehilangan status kesehatan.

Data Penunjang :

- Ekspresi wajah tegang, gelisah, tidak bisa tidur.

- Tidak kooperatif dalam pengobatan.

- HR = 125 X/mt

TUJUAN/KRITERIA

Tujuan :

Rasa cemas dapat diatasi/berkurang.

Kriteria :

- Pasien dapat nenyatakan kecemasan yang dirasakan.

- Pasien dapat beristirahat dengan tenang.

- Nadi dalam batas normal.

- Ekspresi wajah ceria/rileks.

RENCANA TINDAKAN
- Berikan dorongan terhadap tiap-tiap proses kehilangan status kesehatan yang timbul.

- Berikan privacy dan lingkungan yang nyaman.

- Batasi staf perawat/petugas kesehatan yang menangani pasien.

- Observasi bahasa non verbal dan bahasa verbal dari gejala-gejala kecemasan.

- Temani pasien bila gejala-gejala kecemasan timbul.

- Berikan kesempatan bagi pasien untuk mengekspresikan perasaannya .

- Hindari konfrontasi dengan pasien.

- Berikan informasi tentang program pengobatan dan hal-hal lain yang mencemaskan pasien.

- Lakukan intervensi keperawatan dengan hati-hati dan lakukan komunikasi terapeutik.

- Anjurkan pasien istirahat sesuai dengan yang diprogramkan.

- Berikan dorongan pada pasien bila sudah dapat merawat diri sendiri untuk meningkatkan
harga dirinya sesuai dengan kondisi penyakit.

- Hargai setiap pendapat dan keputusan pasien.

RASIONAL

- Untuk mengurangi rasa cemas

- privacy dan lingkungan yang nyaman dapat mengurangi rasa cemas.

- Untuk dapat lebih memberikan ketenangan.

- Untuk mendeteksi dini terhadap masalah

- Untuk mengurangi rasa cemas


- Kemampuan pemecahan masalah pasien meningkat bila lingkungan nyaman dan
mendukung diberikan.

- Untuk mengurangi ketegangan pasien

- Informasi yang diberikan dapat membantu mengurangi kecemasan/ansietas

- Untuk menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan

- Untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan pasien

- Untuk mengurangi ketergantungan pasien

- Untuk meningkatkan harga diri pasien.

4. Diagnosa Keperawatan/Data Penunjang

Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, tujuan tindakan yang diprogramkan dan
pemeriksaan diagnostik berhubungan dengan kurangnya informasi.

Data Penunjang :

- Pasien menyatakan belum memahami tentang penyakitnya.

- Pasien bertanya-tanya tentang proses penyakit dan pengobatan.

- Pasien kurang kooperatif dalam program pengobatan

TUJUAN/KRITERIA

Tujuan :

Pengetahuan pasien tentang penyakitnya meningkat

Kriteria :
- Pasien dapat menjelaskan kembali tentang sifat penyakit, tujuan tindakan yang
diprogramkan dan pemeriksaan diagnostik.

- Pasien tidak bertanya lagi tentang keadaan penyakit dan program pengobatannya.

- Pasien kooperatif dalam program pengobatan.

RENCANA TINDAKAN

- Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit dan pengobatannya.

- Berikan penjelasan tentang penyakit, tujuan pengobatan dan program pengobatan.

- Berikan kesempatan pasien dan keluarga untuk mengekspresikan perasaannya dan


mengajukan pertanyaan terhadap hal-hal yang belum dipahami.

- Diskusikan pentingnya banyak minum air putih 3 – 4 liter perhari selama tidak ada kontra
indikasi.

- Diskusikan tentang pentingnya diet rendah protein, rendah kalsium dan posfat.

- Batasi aktifitas fisik yang berat.

RASIONAL

- Pengetahuan membantu mengembangkan kepatuhan pasien dan keluarga terhadap rencana


terapeutik

- Untuk menambah pengetahuan pasien

- Meningkatkan kemampuan pasien untuk memecahkan masalah

- Untuk menambah pengetahuan pasien bahwa cairan dapat membantu pembersihan ginjal
dan dapat mengeluargan batu kecil
- Untuk menambah pengetahuan pasien dan mencegah kekambuhan

- Untuk mencegah kekambuhan

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Linda Jual. 1995. Rencana Asuhan & Dokumentasi


Keperawatan (terjemahan). Jakarta : EGC.

Doenges, et al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). Jakarta : EGC

Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal BedahVolume I


(terjemahan). Jakarta : EGC.

Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Volume I.


(terjemahan).Bandung:Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran.

Soeparman. 1990. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: FKUI.

Ashadi T. 1998. Manfaat Diagnosa Radiografi pada Batu Saluran Kemih,24 (8), hal ; 544
– 9, Jakarta : Medika

Palmer P.E.S. 1995. Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum. Jakarta : EGC

Sabiston C. D. Jr, MD. 1997. Batu Ginjal dan Ureter dalam Buku Ajar Bedah 2, hal ; 472 –
3. Jakarta : EGC
Batu Ginjal, www.wikipedia.com, 2009

http://ekspresi-ekspresiku.blogspot.co.id/2009/05/asuhan-keperawatan-pada-renal-
calculi.html pukul 18:51

2.1 DEFINISI

Urolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius. Urolithiasis merupakan


penyakit yang salah satu tanda gejalanya adalah pembentukan batu di dalam saluran kemih.

2.2 ETIOLOGI

Factor-faktor yang mempengaruhi pembentukan batu:

1. Idiopatik.

2. gangguan saluran kemih : fomisis, striktur meatus, hipertrofi prostate, refluks vesiko-
ureteral, ureterokele, konstriksi hubungan ureteropelvik.

3. gangguan metabolisme : hiperparatiroidisme, hiperurisemia, hiperkalsiuria. Hiperkalsemia


(kalsium serum tinggi) dan hiperkalsiuria (kalsium urin tinggi) dapat disebabkan oleh:

 hiperparatiroidisme

 asidosis tubular renal

 malignasi

 penyakit granulamatosa (sarkoidosis, tuberculosis), yang menyebabkan peningkatan


produksi vitamin D oleh jaringan granulamatosa.

 Masukan vitamin D yang berlebihan.


 Masukan susu dan alkali.

 Penyakit mieloproliferatif (leukemia, polisitemia, mieloma multiple), yang menyebabkan


proliferasi abnormal sel darah merah dari sumsum tulang.

4. Infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya membuat urease (Proteus


mirabilis).

5. Dehidrasi : kurang minum, suhu lingkungan tinggi.

6. Benda asing : fragmen kateter, telur sistosoma.

7. Jaringan mati (nekrosis papil).

8. Multifaktor : anak di negara berkembang, penderita multitrauma.

2.3 PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI

Sebagian besar batu saluran kencing adalah idiopatik dan dapat bersifat simtomatik
ataupun asimtomatik. Teori terbentuknya batu antara lain:

Terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya substansi organic sebagai inti.
Substansia organic ini terutama terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang akan
mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu.

b. Teori supersaturasi

Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti sistin, santin, asam
urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.

c. Teori presipitasi-kristalisasi
Perubahan PH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin. Pada urin yang
bersifat asam akan mengendap sistin, santin, asam dan garam urat, sedangkan pada urin yang
bersifat alkali akan mengendap garam-garam fosfat.

factor penghambat

Berkurangnya factor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat,


magnesium, asam mukopolisakarid akan mempermudah terbentuknya batu saluran kencing.

Factor lain terutama factor eksogen dan lingkungan yang diduga ikut mempengaruhi
kalkuligenesis antara lain:

1. Infeksi

Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti
pembentukan batu saluran kencing. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum dan
membentuk ammonium akan mengubah PH urin menjadi alkali dan akan mengendapkan
garam-garam fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada.

2. Obstruksi dan stasis urin

Adanya obstruksi dan stasis urin akan mempermudah terjadinya infeksi.

3. Jenis kelamin

Data menunjukkan bahwa batu saluran kencing lebih banyak ditemukan pada pria.

4. Ras

Batu saluran kencing lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asiasedangkan pada
penduduk Amerika dan Eropa jarang.

5. Keturunan

Riwayat anggota keluarga yang mempunyai batu saluran kencing mempunyai factor
resiko lebih besar menderita batu saluran kencing dibandingkan dengan tidak mempunyai
riwayat tersebut.

6. Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu, sedangkan bila kurang minum menyebabkan kadar substansi dalam urin
akan meningkat dan akan mempermudah pembentukan batu. Kejenuhan air yang diminum
sesuai dengan kadar mineralnya terutama kalsium diperkirakan mempengaruhi terbentuknya
batu saluran kencing.

7. Pekerjaan

Pekerja-pekerja keras seperti buruh dan petani akan mengurangi kemungkinan terjadinya
batu saluran kencing daripada pekerja-pekerja yang lebih banyak duduk.

8. Makanan

Pada golongan masyarakat yang lebih banyak makan protein hewani angka morbiditas
batu saluran kencing berkurang, sedangkan pada golongan masyarakat dengan kondisi social
ekonominya rendah lebih sering terjadi. Penduduk vegetarian yang kurang makan putih telur
lebih sering menderita batu saluran kencing (buli-buli dan uretra) dan hanya sedikit yang
ditemukan menderita batu ginjal atau piala.

9. Suhu

Tempat bersuhu panas misalnya di daerah tropis di kamar mesin, meyebabkan banyak
mengeluarkan keringat, akan mengurangi produksi urin dan mempermudah pembentukan
batu saluran kencing.

2.4 TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya, besarnya dan
morfologinya. Walaupun demikian penyakit ini mempunyai tanda umum yaitu hematuria,
baik hematuria terbuka atau mikroskopik; nyeri pinggang, sisi, atau sudut kostovertebral;
pielonefritis dan atau sistitis; pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing; nyeri tekan
kostovertebral; gangguan faal ginjal. Selain itu bila disertai infeksi saluran kemih dapat juga
ditemukan kelainan endapan urin bahkan mungkin demam atau tanda sistemik lain.

2.5 MANIFESTASI KLINIK


Manifestasi klinik adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya obstruksi,
infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan
peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi
(pielonefritis dan sistitis yang disertai demam, menggigil dan disuria) dapat terjadi dari iritasi
batu yang terus menerus.

Batu di piala ginjal berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus menerus di area
kostovertebral. Hematuria dan piuria dapat dijumpai.

Batu yang terjebak di ureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut dan
kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. Pasien sering merasa ingin berkemih namun
hanya sedikit urin yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasif batu.

Batu yang terjebak dikandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan
berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria. Jika batu menyebabkan
obstruksi pada leher kandung kemih, akan terjadi retensi urin. Jika infeksi berhubungan
dengan adanya batu, maka kondisi ini jauh lebih serius, disertai sepsis yang mengancam
kehidupan pasien.

2.6 PENATALAKSANAAN

Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu,
mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi dan mengurangi obstruksi yang terjadi.

Indikasi pengeluaran batu saluran kemih:

 Obstruksi jalan kemih

 Infeksi

 Nyeri menetap atau nyeri berulang-ulang

 Batu yang agaknya menyebabkan infeksi atau obstruksi

 Batu metabolic yang tumbuh cepat.

Pengurangan nyeri
Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau ureteral adalah untuk mengurangi nyeri
sampai penyebabnya dapat dihilangkan; morfin atau meperidin diberikan untuk mencegah
syok dan sinkop akibat nyeri yang luar biasa. Mandi air hangat diarea panggul dapat
bermanfaat. Cairan diberikan, kecuali pasien mengalami muntah atau menderita gagal
jantung kongestif atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan cairan. Ini meningkatkan
tekanan hidrostatik pada ruang di belakang batu sehingga mendorong pasase batu tersebut ke
bawah. Masukan cairan sepanjang hari mengurangi konsentrasi kristaloid urin, mengencerkan
urin dan menjamin haluaran urin yang besar.

Pengangkatan batu

Pemeriksaan sitoskopik dan pasase kateter ureteral kecil untuk menghilangkan batu yang
menyebabkan obstruksi (jika mungkin), akan segera mengurangi tekanan-belakang pada
ginjal dan mengurangi nyeri.

Lithotripsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal (ESWL)

Adalah prosedur noninvasive yang digunakan untuk menghancurkan batu di kaliks ginjal.
Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut
dikeluarkan secara spontan.

Metode Endourologi Pengangkatan Batu

Mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Nefrostomi perkutan (atau


nefrolitotomi perkutan) dilakukan dan nefroskop dimasukkan ke traktus perkutan yang sudah
dilebarkan ke dalam parenkim ginjal.

Ureteroskopi

Mencakup visualisasi dan aksis ureter dengan memasukkan suatu alat ureteroskop melalui
sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik
atau ultrasound kemudian diangkat.

Pelarutan batu

Infus cairan kemolitik (misal: agen pembuat asam dan basa) untuk melarutkan batu dapat
dilakukan sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi lain
dan menolak metode lain, atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut (struvit).
Pengangkatan batu

Jika batu terletak didalam ginjal, pembedahan dilakukan dengannefrolitotomi (insisi pada
ginjal untuk mengangkat batu) atau nefrektomi,jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau
hidronefrosis. Batu dalam piala ginjal diangkat dengan pielolitotomi, sedangkan batu pada
ureter diangkat dengan ureterolitotomi dan sistotomi jika batu berada dikandung kemih. Jika
batu berada dikandung kemih; suatu alat dapat dimasukkan ke uretra ke dalam kandung
kemih; batu kemudian dihancurkan oleh penjepit pada alat ini. prosedur ini
disebut sistolitolapaksi.

2.7 PENCEGAHAN

Batu ginjal terutama mengandung kalsium, fosfor dan atau oksalat. Pencegahan batu
ginjal makanan dan minuman yang harus dibatasi:

 Makanan kaya vitamin D harus dihindari (vitamin D meningkatkan reabsorpsi kalsium).

 Garam meja dan makanan tinggi natrium harus dikurangi (Na bersaing dengan Ca dalam
reabsorpsinya diginjal).

 Daftar makanan berikut harus dihindari :

- Produk susu: semua keju (kecuali keju yang lembut dan keju batangan); susu dan produk
susu (lebih dari ½ cangkir per hari); krim asam (yoghurt).

- Daging, ikan, unggas: otak, jantung, hati, ginjal, sardine, sweetbread, telur, ikan.

- Sayuran: bit hijau, lobak, mustard hijau, bayam, lobak cina, buncis kering, kedelai, seledri.

- Buah: kelembak, semua jenis beri, kismis, buah ara, anggur.

- Roti, sereal, pasta: roti murni, sereal, keripik, roti gandum, semua roti yang dicampur
pengembang roti, oatmeal, beras merah, sekam, benih gandum, jagung giling, seluruh sereal
kering (kecuali keripik nasi, com flakes).

- Minuman: teh, coklat, minuman berkarbonat, bir, semua minuman yang dibuat dari susu
atau produk susu.
- Lain-lain: kacang, mentega kacang, coklat, sup yang dicampur susu, semua krim, makanan
pencuci mulut yang dicampur susu atau produk susu (kue basah, kue kering, pie).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA UROLITHIASIS

A. PENGKAJIAN

Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:


Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji
adalah:

1. Aktivitas/istirahat:

Gejala:

- Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk

- Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi

- Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera serebrovaskuler,


tirah baring lama)

2. Sirkulasi

Tanda:

- Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)

- Kulit hangat dan kemerahan atau pucat

3. Eliminasi

Gejala:

- Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya


- Penrunan volume urine

- Rasa terbakar, dorongan berkemih

- Diare

Tanda:

- Oliguria, hematuria, piouria

- Perubahan pola berkemih

4. Makanan dan cairan:

Gejala:

- Mual/muntah, nyeri tekan abdomen

- Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat

- Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup

Tanda:

- Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus

- Muntah

5. Nyeri dan kenyamanan:

Gejala:

- Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu ginjal
menimbulkan nyeri dangkal konstan)

Tanda:

- Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi

- Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit


6. Keamanan:

Gejala:

- Penggunaan alkohol

- Demam/menggigil

7. Penyuluhan/pembelajaran:

Gejala:

- Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis

- Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme

- Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat, tiazid,


pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.

1. Tes Diagnostik
Lihat konsep medis.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan,


edema dan iskemia seluler.
2. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal
dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.
3. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf
abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d
kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif,
kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.
C. NTERVENSI KEPERAWATAN

1. Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma


jaringan, edema dan iskemia seluler.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri Membantu evaluasi tempat obstruksi dan


(skala 1-10) dan penyebarannya. kemajuan gerakan batu. Nyeri panggul sering
Perhatiakn tanda non verbal seperti: menyebar ke punggung, lipat paha, genitalia
peningkatan TD dan DN, gelisah, sehubungan dengan proksimitas pleksus saraf
meringis, merintih, menggelepar. dan pembuluh darah yang menyuplai area
lain. Nyeri tiba-tiba dan hebat dapat
menimbulkan gelisah, takut/cemas.

Melaporkan nyeri secara dini memberikan


kesempatan pemberian analgesi pada waktu
yang tepat dan membantu meningkatkan
kemampuan koping klien dalam menurunkan
2. Jelaskan penyebab nyeri dan ansietas.
pentingnya melaporkan kepada staf
perawatan setiap perubahan karakteristik
nyeri yang terjadi. Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
ketegangan otot.

3. Lakukan tindakan yang mendukung


kenyamanan (seperti masase Mengalihkan perhatian dan membantu
ringan/kompres hangat pada punggung, relaksasi otot.
lingkungan yang tenang)

4. Bantu/dorong pernapasan dalam,


bimbingan imajinasi dan aktivitas
terapeutik.
Aktivitas fisik dan hidrasi yang adekuat
meningkatkan lewatnya batu, mencegah
stasis urine dan mencegah pembentukan batu
selanjutnya

Obstruksi lengkap ureter dapat menyebabkan


5. Batu/dorong peningkatan aktivitas
perforasi dan ekstravasasiurine ke dalam area
(ambulasi aktif) sesuai indikasi disertai
perrenal, hal ini merupakan kedaruratan
asupan cairan sedikitnya 3-4 liter perhari
bedah akut.
dalam batas toleransi jantung.

6. Perhatikanpeningkatan/menetapnya
keluhan nyeri abdomen.

Analgetik (gol. narkotik) biasanya diberikan


selama episode akut untuk menurunkan kolik
ureter dan meningkatkan relaksasi
otot/mental.

Menurunkan refleks spasme, dapat


menurunkan kolik dan nyeri.
7. Kolaborasi pemberian obat sesuai
program terapi:

- Analgetik Mungkin digunakan untuk menurunkan


edema jaringan untuk membantu gerakan
batu.
- Antispasmodik Mencegah stasis/retensi urine, menurunkan
risiko peningkatan tekanan ginjal dan infeksi.

- Kortikosteroid

2. Pertahankan patensi kateter urine bila


diperlukan.

2. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi
ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Awasi asupan dan Memberikan informasi tentang fungsi ginjal


haluaran, karakteristik urine, catat dan adanya komplikasi. Penemuan batu
adanya keluaran batu. memungkinkan identifikasi tipe batu dan
mempengaruhi pilihan terapi

2. Tentukan pola berkemih


Batu saluran kemih dapat menyebabkan
normal klien dan perhatikan
peningkatan eksitabilitas saraf sehingga
variasi yang terjadi.
menimbulkan sensasi kebutuhan berkemih
segera. Biasanya frekuensi dan urgensi
meningkat bila batu mendekati pertemuan
uretrovesikal.

Peningkatan hidrasi dapat membilas bakteri,


3. Dorong peningkatan darah, debris dan membantu lewatnya batu.
asupan cairan.

Akumulasi sisa uremik dan


ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi
4. Observasi perubahan
toksik pada SSP.
status mental, perilaku atau
tingkat kesadaran.

Peninggian BUN, kreatinin dan elektrolit


5. Pantau hasil pemeriksaan menjukkan disfungsi ginjal
laboratorium (elektrolit, BUN,
kreatinin)

6. Berikan obat sesuai


indikasi:
- Asetazolamid (Diamox), Alupurinol Meningkatkan pH urine (alkalinitas) untuk
(Ziloprim) menurnkan pembentukan batu asam.

- Hidroklorotiazid (Esidrix, Hidroiuril), Mencegah stasis urine ddan menurunkan


Klortalidon (Higroton) pembentukan batu kalsium.

- Amonium klorida, kalium atau natrium Menurunkan pembentukan batu fosfat


fosfat (Sal-Hepatika)

- Agen antigout mis: Alupurinol


(Ziloprim) Menurnkan produksi asam urat.

- Antibiotika

Mungkin diperlukan bila ada ISK


- Natrium bikarbonat

Mengganti kehilangan yang tidak dapat


teratasi selama pembuangan bikarbonat dan
atau alkalinisasi urine, dapat mencegah
pemebntukan batu.

- Asam askorbat

7. Pertahankan patensi Mengasamkan urine untuk mencegah


kateter tak menetap (uereteral, berulangnay pembentukan batu alkalin.
uretral atau nefrostomi).
Mungkin diperlukan untuk membantu
kelancaran aliran urine.

8. Irigasi dengan larutan


asam atau alkali sesuai indikasi. Mengubah pH urien dapat membantu
pelarutan batu dan mencegah pembentukan

9. Siapkan klien dan bantu batu selanjutnya.


prosedur endoskopi. Berbagai prosedur endo-urologi dapat
dilakukan untuk mengeluarkan batu.

3. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf


abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Awasi asupan dan haluaran Mengevaluasi adanya stasis urine/kerusakan


ginjal.

Mual/muntah dan diare secara umum


2. Catat insiden dan karakteristik muntah,
berhubungan dengan kolik ginjal karena saraf
diare.
ganglion seliaka menghubungkan kedua
ginjal dengan lambung.

Mempertahankan keseimbangan cairan untuk


homeostasis, juga dimaksudkan sebagai
3. Tingkatkan asupan cairan 3-4 liter/hari.
upaya membilas batu keluar.

Indikator hiddrasi/volume sirkulasi dan


4. Awasi tanda vital. kebutuhan intervensi.

Peningkatan BB yang cepat mungkin


berhubungan dengan retensi.
5. Timbang berat badan setiap hari.

Mengkaji hidrasi dan efektiviatas intervensi.

6. Kolaborasi pemeriksaan HB/Ht dan


elektrolit. Mempertahankan volume sirkulasi (bila
asupan per oral tidak cukup)

7. Berikan cairan infus sesuai program


terapi. Makanan mudah cerna menurunkan aktivitas
saluran cerna, mengurangi iritasi dan
membantu mempertahankan cairan dan
8. Kolaborasi pemberian diet sesuai keseimbangan nutrisi.
keadaan klien.

Antiemetik mungkin diperlukan untuk


menurunkan mual/muntah.

9. Berikan obat sesuai program terapi


(antiemetik misalnya Proklorperasin/
Campazin).

4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d


kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif,
kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Tekankan pentingnya memperta-hankan Pembilasan sistem ginjal menurunkan


asupan hidrasi 3-4 liter/hari. kesemapatan stasis ginjal dan pembentukan
batu.

Jenis diet yang diberikan disesuaikan dengan


2. Kaji ulang program diet sesuai indikasi.
tipe batu yang ditemukan.
a. Diet rendah purin

b. Diet rendah kalsium

c. Diet rendah oksalat

d. Diet rendah kalsium/fosfat

3. Diskusikan program obat-obatan,


hindari obat yang dijual bebas.
Obat-obatan yang diberikan bertujuan untuk
mengoreksi asiditas atau alkalinitas urine
tergantung penyebab dasar pembentukan
batu.

4. Jelaskan tentang tanda/gejala yang


memerlukan evaluasi medik (nyeri
Pengenalan dini tanda/gejala berulangnya
berulang, hematuria, oliguria)
pembentukan batu diperlukan untuk
memperoleh intervensi yang cepat sebelum
timbul komplikasi serius.

Meningkatakan kemampuan rawat diri dan


5. Tunjukkan perawatan yang tepat
kemandirian.
terhadap luka insisi dan kateter bila ada.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Lakukanlah apa yang harus anda lakukan pada saat itu. Dan catat apa yang telah anda
lakukan tidakan pada pasien.

E. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi semua tindakan yang telah anda berikan pada pasien. Jika dengan tindakan
yang diberikan pasien mengalami perubahan menjadi lebih baik. Maka tindakan dapat
dihentikan. Jika sebaliknya keadaan pasien menjadi lebih buruk, kemungkinan besar tindakan
harus mengalami perubahan atau perbaikan

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Urolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius. Urolithiasis merupakan


penyakit yang salah satu tanda gejalanya adalah pembentukan batu di dalam saluran kemih.
Factor-faktor yang mempengaruhi pembentukan batu: Idiopatik,gangguan
saluran,kemih,gangguan metabolism,Infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya
membuat urease (Proteus mirabilis),dehidrasi,benda asin,multifaktor,jaringan mati (nekrosis
papil).

Tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya, besarnya dan
morfologinya. Manifestasi klinik adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada
adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi,
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai demam, menggigil dan disuria) dapat terjadi
dari iritasi batu yang terus menerus.

DAFTAR PUSTAKA

runner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2, EGC, Jakarta

Doengoes,Merilynn, E, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ketiga, penerbit buku


kedokteran. EGC.1999.

Junaidi, Purnawan, dkk kapita selecta kedokteran, edisi kedua, FKUI.1982.

Scholtmeijer.R.J. 1987. Urologi. EGC. Jakarta.

Schrock, Theodore R. Ilmu Bedah, EGC. Jakarta.

Soeparman & Waspadji, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2 Edisi 3, FKUI,Jakarta

http://bkp2011.blogspot.co.id/2011/03/asuhan-keperawatan-pada-penderita.html
catatan anak udik

Selasa, 16 April 2013


LAPORAN PENDAHULUAN BATU GINJAL
1. Deifnisi
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman
Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi.Batu
saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal,
pielum, ureter, buli-buli dan uretra.Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke
saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena
adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang
terbentu di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal
kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta
seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo,
2000, hal. 68-69).
2. Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran
urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang
masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan
faktor ekstrinsik.
a. Faktor intrinsik, meliputi:
1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
b. Faktor ekstrinsik, meliputi:
1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada
daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)
2. Iklim dan temperature
3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih.
5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk
atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).

3. PATOFISIOLOGI
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian dijadikan
dalam beberapa teori (Soeparman, 2001:388):
1. Teori Supersaturasi
Tingkat kejenuhan komponen-komponen pembentuk batu ginjal mendukung terjadinya
kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya agregasi kristal dan
kemudian menjadi batu.
2. Teori Matriks
Matriks merupakan mikroprotein yang terdiri dari 65 % protein, 10 % hexose, 3-5 hexosamin
dan 10 % air. Adanya matriks menyebabkan penempelan kristal-kristal sehingga menjadi
batu.
3. Teori Kurangnya Inhibitor
Pada individu normal kalsium dan fosfor hadir dalam jumlah yang melampaui daya
kelarutan, sehingga membutuhkan zat penghambat pengendapan. fosfat mukopolisakarida
dan fosfat merupakan penghambat pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka
akan mudah terjadi pengendapan.
4. Teori Epistaxy
Merupakan pembentuk batu oleh beberapa zat secara bersama-sama. Salah satu jenis batu
merupakan inti dari batu yang lain yang merupakan pembentuk pada lapisan luarnya. Contoh
ekskresi asam urat yang berlebih dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium
dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.
5. Teori Kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari bermacam-macam teori diatas

Komposisi Batu
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam
urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan tentang komposisi
batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan timbulnya batu residif.
a. Batu Kalsium
Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan yaitu sekitar
75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor tejadinya batu kalsium adalah:
1. Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi karena
peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan
reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan resorpsi
tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.
2. Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai pada
pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti the, kopi
instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam.
3. Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam urine
dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium
oksalat.Asam urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau
berasal dari metabolisme endogen.
4. Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat
sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan hipositraturia
dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian
diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama.
5. Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai
penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium akan bereaksi dengan
oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium ddengan
oksalat.
b. Batu Struvit
Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini dipicu oleh
adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan pemecah urea
(uera splitter seperti: Proteus spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan
Stafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah urine menjadi basa
melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan garam-garam
magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat
(MAP) dan karbonat apatit.
c. Batu Urat
Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak dialami oleh
penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan urikosurik
(sulfinpirazone, thiazide dan salisilat).Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi protein
mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang mempengaruhi
terbentuknya batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6, volume urine < 2 liter/hari
atau dehidrasi dan hiperurikosuria.

Ion-ion yang berada pada di dalam saluran kemih yang berperan dalam pembentukan buli-
buli antara lain :
a. Kalsium
Kalsium adalah ion utama dalam kristal urin. Hanya 50% kalsium plsma yang terionisasi dan
siap difiltrasi di glomerulus.
b. Oksalat
Oksalat adalah produk sampah metabolisme dan relatif Insolubel. Normalnya sekitar 10-50 %
oksalat yang ditemukan di urin berasal dari diet.Sebagian besar adalah hasil metabolisme.
c. Fosfat
Fosfat adalah buffer penting dan mengkompleks dengan kalsium dalam urin. Merupakan
komponen kunci batu kalsium fosfat dan magnesium amonium fosfat. Ekskresi fosfat urin
pada dewasa normal berkaitan dengan jumlah fosfat diet ( khususnya dalam daging dairy
product dan sayuran ).
d. Asam urat
Asam urat adalah sampah metabolisme urin. Pka asam urat adalah 5,75. Asam uarat yang
tidak trdisosiasi akan dominan pada Ph dibawahnya.
e. Sodium
Walaupun bukan merupakan konstituen utama batu saluran kemih, sodium memainkan
peranan yang sangat penting dalaqm regulasi kristalisasi garam kalsium.
f. Sitrat
Sitrat sangat berpengaruh dalam hal pembentukkan batu kalsium. Defigiensi sitrat pada
umumnya dikaitkan dengan pembentukan batu pada penderita diare kronik, asidosis tubular
renal tipe 1 ( defek tubular distal ) dan pada penderita yang mengalami terapi tiazid jangka
lama.
g. Magnesium
Defisiensi magnesium diet berhubungan dengan peningkatan insiden batu saluran kemih.
Magnesium adalah salah satu komponen batu struvit.Kekurangan magnesium diet telah
terbukti bisa menyebabkan peningkatan pembentukan batu kalsium oksalat dan kristaluria
kalsium oksalat.
h. Sulfat
Sulfat urin membantu mencegah pembentukan batu saluran kemih. Karena bisa membentuk
kompleks dengan kalsium, sulfat ini berperan terutama sebagai komponen protein urin,
seperti kondritin sulfat dan heparin sulfat.
4. Tadan dan gejala
Ketika batu menghambat dari saluran urin, terjadi obstruksi, meningkatkan tekanan
hidrostatik. Bila nyeri mendadak terjadi akut disertai nyeri tekan disaluran osteovertebral dan
muncul mual muntah maka klien sedang mengalami episode kolik renal. Diare, demam dan
perasaan tidak nyaman di abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat refleks
dan proxsimitas anatomik ginjal kelambung, pangkereas dan usus besar. Batu yang terjebak
dikandung kemih menyebabkan gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik yang menyebar
kepala obdomen dan genitalia. Klien sering merasa ingin kemih, namun hanya sedikit urin
yang keluar, dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasi batu gejala ini disebabkan
kolik ureter. Umumnya klien akan mengeluarkan batu yang berdiameter 0,5 sampai dengan 1
cm secara spontan. Batu yang berdiameter lebih dari 1 cm biasanya harus diangkat atau
dihancurkan sehingga dapat dikeluarkan secara spontan dan saluran urin membaik dan lancar.
( Brunner and Suddarth. 2001).
5. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan Sectio Alta
a. Pre operasi
1. observasi tanda- tanda vital
2. Beri penjelasan tentang penyakit
3. berikan obat analgesik dan antibiotik
b. Pasca operasi
1. Observasi tanda- tanda vital
2. Infus diteruskan dengan komposisi 2 garam fisiologis dan dextrose 5% dalam 24 jam
sampai makan peroral dapat dimulai
3. Bising usus mulai terdengar dapat dimulai minum sedikit- sedikit ( 3 sendok makan
perjam )
4. Bila flatus sudah terjadi dan perut tidak kembung, maka makan cair dapat dimulai
5. Fisioterapi dapat dimulai segera pasca operasi
6. Pemberian anti biotik, ampisilin 3 x 1 gram dan analgesik 3 x 500 mg

6. Pemeriksaan Diagnostik.
Adapun pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien batu kandung kemih adalah :
a. Urinalisa
Warna kuning, coklat atau gelap.
b. Foto KUB
Menunjukkan ukuran ginjal ureter dan ureter, menunjukan adanya batu.
c. Endoskopi ginjal
Menentukan pelvis ginjal, mengeluarkan batu yang kecil.
d. EKG
Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.
e. Foto Rontgen
Menunjukan adanya di dalam kandung kemih yang abnormal.
f. IVP ( intra venous pylografi ) :
Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih,membedakan derajat obstruksi
kandung kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal otot kandung kemih.
g. Vesikolitektomi ( sectio alta ):
Mengangkat batu vesika urinari atau kandung kemih.
h. Litotripsi bergelombang kejut ekstra korporeal. Prosedur menghancurkan batu ginjal
dengan gelombang kejut.
i. Pielogram retrograde
Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih.
Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi intravena atau
pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24 jam untuk mengukur kalsium,
asam urat, kreatinin, natrium, dan volume total merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat
diet dan medikasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam keluarga
di dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya batu kandung
kemih pada klien. ( Tjokro, N.A, et al. 2001)

http://liendawina.blogspot.co.id/2013/04/laporan-pendahuluan-batu-ginjal-1.html

Você também pode gostar