Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ASUHAN KEPERAWATAN
DEFINISI
Batu ginjal adalah benda-benda padat yang terjadi di dalam ginjal yang terbentuk
melalui proses fisikokimiawi dari zat-zat yang terkandung di dalam air kemih. Batu ginjal
terbentuk secara endogen yaitu dari unsur-unsur terkecil, mikrolith-mikrolith dan dapat
tumbuh menjadi besar. Massa yang mula-mula lunak, misalnya jendalan darah, juga dapat
mengalami pembatuan ( kalsifikasi ). (Price & Wilson, 1995 : 797)
Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvis atau
calyces dari ginjal. Pembentukan batu ginjal dapat terjadi di bagian mana saja dari saluran
kencing, tetapi biasanya terbentuk pada dua bagian terbanyak pada ginjal, yaitu di pasu ginjal
(renal pelvis) dan calix renalis. Batu dapat terbentuk dari kalsium, fosfat, atau kombinasi
asam urat yang biasanya larut di dalam urine. (Hadipratomo Y, 2008)
Batu Ginjal di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti
batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal)
maupun di dalam kandung kemih (batu kandung
kemih). (http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_ginjal")
ETIOLOGI
Banyak teori yang menerangkan proses pembentukan batu di saluran kemih.
Tetapi hingga kini masih belum jelas teori mana yang paling benar. Beberapa teori
pembentukan batu adalah :
1. Teori Nukleasi
Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu sabuk batu (nukleus). Partikel-
partikel yang berada dalam larutan yang kelewat jenuh (supersaturated) akan
mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti batu dapat
berupa kristal atau benda asing di saluran kemih.
2. Teori Matriks
Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin, dan mukoprotein)
merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal batu.
3. Penghambatan kristalisasi
Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal, antara lain :
magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu
atau beberapa zat itu berkurang, akan memudahkan terbentuknya batu di dalam
saluran kemih.
1. Faktor intrinsik
Yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang. Faktor intrinsik dan faktor idiopatik
umumnya sukar untuk dikoreksi, sehingga mempunyai kecenderungan untuk kambuh.
2. Umur.
3. Jenis kelamin
Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan
dan pada pria lebih banyak ditemukan batu ureter dan buli-buli sedangkan pada
wanita lebih sering ditemukan batu ginjal atau batu piala ginjal.
2. Faktor ekstrinsik
Yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya. Faktor ekstrinsik, bila
penyebabnya diketahui dapat diambil langkah-langkah untuk mengubah faktor
lingkungan atau kebiasaaan sehari-hari sehingga terjadinya rekurensi dapat
dicegah . Beberapa faktor ekstrinsik, diantaranya adalah :
1. Geografi
Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu yang lebih tinggi daripada
daerah lain, sehingga dikenal sebagai daerah stone belt
Tempat yang bersuhu panas, misalnya di daerah tropis, di kamar mesin, menyebabkan
banyak mengeluarkan keringat yang akan mengurangi produksi urine dan
mempermudah pembentukan batu. Sedangkan pada daerah yang dingin, akan
menyebabkan kurangnya asupan air pada masyarakatnya.
3. Asupan air
Kurangnya asupan air menyebabkan kadar semua substansi dalam urine akan
meningkat dan akan mempermudah pembentukan batu dan tingginya kadar mineral
kalsium pada air yang dikomsumsi dapat meningkatkan insidensi batu.
4. Diet
Diet banyak purin, oksalat dan kalsium mempermudah terbentuknya batu. Pada
golongan masyarakat yang lebih banyak makan protein hewani, angka morbiditas
batu berkurang sedangkan pada golongan masyarakat dengan kondisi sosial ekonomi
rendah lebih sering morbiditas meningkat. Penduduk vegetarian yang kurang makan
putih telur lebih sering menderita batu buli-buli dan hanya sedikit yang ditemukan
menderita batu ginjal atau batu piala ginjal.
5. Pekerjaan
Penyakit nefrolithiasis sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk
atau kurang aktivitas atau sedentary life.
6. Infeksi
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi
inti pembentukan batu. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum ( urea splitting
organism ) dan membentuk amonium akan mengubah pH urin menjadi alkali dan
akan mengendapkan garam-garam fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan
batu yang telah ada.
Adanya obstruksi saluran kemih, misalnya oleh tumor, striktur dan hiperplasi prostat,
akan menyebabkan stasis urine sedangkan urine sendiri adalah substansi yang banyak
mengandung kuman sehingga mempermudah terjadinya infeksi dan pembentukan
batu.
PATOFISIOLOGI
Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui secara
pasti, akan tetapi beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu dapat disebabkan oleh
hal-hal sebagai berikut :
a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila air seni jenuh
akan terjadi pengendapan.
b. Adanya inti ( nidus ). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak, dimana tukak ini
menjadi inti pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya partikel-partikel batu pada
inti tersebut.
c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan muatan dan
meyebabkan terjadinya pengendapan.
Kecepatan tumbuhnya batu tergantung kepada lokasi batu, misalnya batu pada
buli-buli lebih cepat tumbuhnya dibanding dengan batu pada ginjal. Selain itu juga
tergantung dari reaksi air seni, yaitu batu asam akan cepat tumbuhnya dalam urine dengan pH
yang rendah. Komposisi urin juga akan mempermudah pertumbuhan batu, karena terdapat
zat-zat penyusun air seni yang relatif tidak dapat larut. Hal lain yang akan mempercepat
pertumbuhan batu adalah karena adanya infeksi. Batu ginjal dalam jumlah tertentu tumbuh
melekat pada puncak papil dan tetap tinggal dalam kaliks, yang sampai ke pyelum yang
kemudian dapat berpindah ke areal distal, tetap tinggal atau menetap di tempat dimana saja
dan berkembang menjadi batu yang besar.
Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal, kemudian berada di kaliks ginjal, pielum,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu
yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai
tanduk rusa sehinggga disebut batustaghorn. Kelainan atau obstruksi pada sistem pelvikalises
ginjal ( penyempitan infundibulum dan stenosis uteropelvik ) akan mempermudah timbulnya
batu ginjal. (M. Ismadi, 1976)
Garam-garam kalsium dapat diendapkan dalam bentuk batu atau kalkuli di dalam
sistem saluran dari berbagai organ. Kalkuli dibentuk dari berbagai zat, yang tersedia secara
lokal, yaitu bahan-bahan dari sekresi organ tertentu. Jadi, walaupun kalkuli-kalkuli itu sering
mengandung kalsium, tetapi pada awalnya, banyak dari kalkuli-kalkuli tersebut yang tidak
mengandung kalsium. Beberapa kalkuli terbentuk sebagai akibat dari hancurnya debris
nekrotik dalam saluran, sedangkan lainnya terbentuk dari ketidakseimbangan unsur-unsur
sekresi tertentu sedemikian rupa sehingga terjadi pengendapan dari unsur yang biasanya larut.
(Sabiston, 1997, hal : 472 – 473)
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun
anorganik yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan
tetap terlarut ( metastable ) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang
menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan
presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan
menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya
cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup mampu menyumbat saluran
kemih. Untuk itu, agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih, membentuk retensi
kristal, dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat sehingga membentuk batu
yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih. (Sabiston, 1997, hal : 472 – 473)
Kondisi tetap terlarut dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam
urine, konsentrasi solute di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran kemih atau adanya
korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu. Kemih yang terus
menerus bersifat asam dapat terjadi pada asidosis metabolik dan pada keadaan pireksia,
sedangkan kemih yang terus menerus bersifat basa menyatakan adanya infeksi pada saluran
kemih, keadaan asidosis tubulus ginjal, kekurangan kalium dan pada sindrom Fanconi.
(Sabiston, 1997, hal : 472 – 473)
Terbentuk atau tidaknya batu di dalam saluran kemih, ditentukan juga oleh adanya
keseimbangan antara zat-zat pembentuk batu dan inhibitor, yaitu zat-zat yang mampu
mencegah timbulnya batu. Dikenal beberapa zat yang dapat menghambat terbentuknya batu
di saluran kemih, yang bekerja mulai dari proses reabsorbsi kalsium di dalam usus, proses
pembentukan inti batu atau kristal, proses agregasi kristal, hingga retensi kristal. Ion
magnesium dikenal dapat menghambat pembentukan batu karena jika berikatan dengan
oksalat, akan membentuk garam magnesium oksalat, sehingga jumlah oksalat yang akan
berikatan dengan kalsium untuk membentuk batu kalsium oksalat menurun. Demikian pula
dengan sitrat, jika berikatan dengan ion kalsium, akan membentuk garam kalsium sitrat,
sehingga jumlah kalsium yang akan berikatan dengan oksalat maupun fosfat berkurang. Hal
ini menyebabkan kristal kalsium oksalat atau kalsium fosfat jumlahnya berkurang. Beberapa
protein atau senyawa organik lain mampu bertindak sebagai inhibitor dengan cara
menghambat pertumbuhan kristal, menghambat agregasi kristal, maupun menghambat retensi
kristal. Senyawa itu antara lain adalah glikosaminoglikan, protein Tamm Horsfall atau
uromukoid, nefrokalsin, dan osteopontin. Defisiensi zat-zat yang berfungsi sebagai inhibitor
batu merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya batu saluran kemih. (M. Ismadi, 1976)
B. Komposisi Batu
1. Batu Kalsium
Batu jenis ini, paling banyak dijumpai, yaitu sekitar 70-80% dari seluruh batu saluran
kemih. Kandungan batu jenis ini, terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau
campuran dari kedua unsur itu. Batu kalsium oksalat biasanya terbentuk pada suasana
urine asam. Batu kalsium bentuknya bergerigi sehingga jarang keluar spontan. Faktor
terjadinya batu kalsium adalah:
a. Hiperkalsiuri
Yaitu kadar kalsium dalam urine > 250-300 mg/24 jam. Terdapat 3 macam penyebab
terjadinya hiperkalsiuria, antara lain :
b. Hiperoksaluri
Adalah ekskresi oksalat urine melebihi 45 gram / hari. Keadaan hiperoksaluria banyak
dijumpai pada pasien dengan gangguan pada usus setelah menjalani pembedahan usus
dan pada pasien yang banyak mengkomsumsi makanan kaya akan oksalat seperti teh,
kopi instant, soft drink, kokoa, arbei, jeruk, sitrun, dan sayuran berwarna hijau terutama
bayam.
c. Hiperurikosuria
Adalah kadar asam urat di dalam urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat yang
berlebihan dalam urine, bertindak sebagai inti batu / nidus untuk terbentuknya batu
kalsium oksalat. Sumber asam urat di dalam urine berasal dari makanan mengandung
banyak purin seperti daging, ikan, unggas maupun berasal dari metabolisme endogen.
d. Hipositraturia
Dapat terjadi pada asidosis tubulus ginjal, sindrom malabsorbsi, atau pemakaian
diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama
e. Hipomagnesiuria
2. Batu struvit
Disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu struvit disebabkan oleh
adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi adalah kuman golongan pemecah
urea yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa
melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa memudahkan garam-garam
magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat
dan karbonat apatit. Karena terdiri atas 3 kation, dikenal sebagai batu triple phosphate.
Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea diantaranya adalah Proteus spp, Klebsiella,
Serratia, Enterobacter, Pseudomonas, dan Stafilokokus
Merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Sebagian besar terdiri atas batu asam
urat murni, sisanya merupakan campuran kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat
banyak diderita oleh pasien-pasien penyakit gout, mieloproliferatif, pasien dengan terapi
antikanker, dan banyak menggunakan obet urikosurik, antara lain sulfinpirazole, thiazide,
dan salisilat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein berpeluang besar
mendapat penyakit ini. Batu asam urat berbentuk bulat dan halus sehingga seringkali
keluar spontan.
Sumber asam urat berasal dari diet mengandung purin dan metabolisme endogen
di dalam tubuh. Purin di dalam tubuh didegradasi oleh asam inosinat, dirubah menjadi
hipoxanthin,. Dengan bantuan enzim xanthin oksidase, hipoxanthin dirubah menjadi xanthin
yang akhirnya dirubah menjadi asam urat. Pada manusia, karena tidak memiliki enzim
urikase, maka asam urat diekskresikan ke dalam urine dalam bentuk asam urat bebas dan
garam urat. Garam urat lebih sering berikatan dengan natrium membentuk natrium urat, yang
lebih mudah larut di dalam air dibandingkan asam urat bebas. Asam urat bebas relatif tidak
larut di dalam urine, sehingga pada keadaan tertentu mudah sekali membentuk kristal asam
urat dan selanjutnya membentuk batu asam urat. Beberapa faktor yang mempengaruhi
terbentuknya batu asam urat adalah:
Komposisi batu yang dapat ditemukan adalah dari jenis urat, asam urat, oksalat,
fosfat, sistin, dan xantin. Batu oksalat kalsium kebanyakan merupakan batu idiopatik. Batu
campuran oksalat kalsium dan fosfat biasanya juga idiopatik; di antaranya berkaitan dengan
sindrom alkali atau kelebihan vitamin D. Batu fosfat dan kalsium (hidroksiapatit) kadang
disebabkan hiperkalsiuria (tanpa hiperkalsemia). Batu fosfat amonium magnesium
didapatkan pada infeksi kronik yang disebabkan bakteria yang menghasilkan urease sehingga
urin menjadi alkali karena pemecahan ureum. Batu asam urin disebabkan hiperuremia pada
artritis urika. Batu urat pada anak terbentuk karena pH urin rendah (R. Sjamsuhidajat, 1998
Hal. 1027).
PATHWAYS
dehidrasi
Air kemih jenuh
Batu infeksi
(batu struvit)
Stasis urine
Kristalisasi mineral
metastable
Presipitasi kristal
- ion magmesium
- sitrat
- protein inhibitor
Agregasi
Agregat kristal
Retensi kristal
Pengendapan mineral
Batu ginjal
(renal calculi)
Kurang pengetahuan
nyeri
Urine <>
Kolik yg berlebihan
gelisah
Lemas, mual, muntah, keringat dingin
Kecemasan
PENATALAKSANAAN MEDIK
menghilangkan obstruksi,
mengobati infeksi,
(Palmer,1995)
Untuk mencapai tujuan tersebut, langkah-langkah yang dapat diambil adalah
sebagai berikut:
Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasi dan besarnya batu
Menentukan akibat adanya batu seperti rasa nyeri, obstruksi yang disertai perubahan
pada ginjal, infeksi dan adanya gangguan fungsi ginjal
Analisis batu
(Purnomo, 2003)
1. Medikamentosa
Alat ESWL dapat memecah batu ginjal tanpa melalui tindakan invasif dan
tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang, pecahan-pecahan batu yang sedang
keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan menyebabkan hematuria.
3. Endourologi
Yaitu memasukkan alat ureteroskopi per uretram guna melihat kedaan ureter
atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di
dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan
ureterorenoskopi.
4. Bedah Terbuka
(Ismadi M, 1976)
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Laboratorium :
1. Urin
pH urin.
Batu kalsium, asam urat dan batu sistin terbentuk pada urin dengan pH yang
rendah (pH<7).
Batu struvit terbentuk pada urin dengan pH yang tinggi (pH> 7).
Sedimen.
Sel darah meningkat (90%), pada infeksi sel darah putih akan meningkat.
2. Darah
Hemoglobin, adanya gangguan fungsi ginjal yang kronis dapat terjadi anemia.
Leukosit, infeksi saluran kemih oleh karena batu menyebabkan leukositosis.
Radiologik :
Bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radioopak di saluran kemih. Batu
jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radioopak dan paling sering
dijumpai, sedangkan batu asam urat bersifat radiolusen.
Bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu juga dapat
mendeteksi adanya batu semi opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat
oleh foto polos perut. Jika pielografi intra vena ( selanjutnya disebut dengan PIV )
belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan
fungsi ginjal, sebagai gantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograde.
3. Ultrasonografi
Dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV, yaitu pada keadaan
alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita yang sedang
hamil. Pemeriksaan ultrasonografi dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-
buli ( yang ditunjukkan sebagaiechoic shadow ), hidronefrosis, pionefrosis, atau
adanya pengkerutan ginjal.
KOMPLIKASI
Jika batu dibiarkan dapat menjadi sarang kuman yang dapat menimbulkan :
1. Infeksi
2. Obstruksi Ginjal
3. Perdarahan
4. Hidronefrosis
Yang pada akhirnya merusak ginjal, kemudian timbul gagal ginjal dengan segala akibatnya
yang jauh lebih parah.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri pada daerah pinggang) berhubungan dengan cedera jaringan
sekunder terhadap adanya batu pada ureter atau pada ginjal
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya obstruksi (calculi) pada renal.
4. Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, tujuan tindakan yang diprogramkan dan
pemeriksaan diagnostik berhubungan dengan kurangnya informasi.
Gangguan rasa nyaman (nyeri pada daerah pinggang) berhubungan dengan cedera jaringan
sekunder terhadap adanya batu pada ginjal
Data Penunjang :
- Pasien gelisah
TUJUAN/KRITERIA
Tujuan :
Kriteria :
- Kolik berkurang/hilang
RENCANA TINDAKAN
- Kaji intensitas, lokasi dan tempat/area serta penjalaran dari nyeri.
- Kaji adanya keringat dingin, tidak dapat istirahat dan ekspresi wajah.
- Jelaskan kepada pasien penyebab dari rasa sakit/nyeri pada daerah pinggang tersebut.
- Anjurkan pasien banyak minum air putih 3 – 4 liter perhari selama tidak ada kontra indikasi.
- Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian obat-obat Narkotic, Analgetic
dan Anti Spasmodic.
RASIONAL
- Peningkatan nyeri adalah indikatif dari obstruksi, sedangkan nyeri yang hilang tiba-tiba
menunjukkan batu bergerak. Nyeri dapat menyebabkan shock.
- Memberikan informasi tentang penyebab dari rasa sakit/nyeri pada daerah pinggang
tersebut.
· Untuk memudahkan pemberian obat serta pemenuhan cairan bila mual, muntah dan keringat
dingin terjadi.
- Untuk mengetahui efek samping yang tidak diharapkan dari pemberian obat-obatan
tersebut.
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya obstruksi (calculi) pada renal.
Data Penunjang :
TD <>
RR > 28 X/mt.
TUJUAN/KRITERIA
Tujuan :
Kriteria :
- Produksi urine 30 – 50 cc perjam.
- Perifer hangat
· Diastolik 70 – 90 mmHg.
· Pernafasan 16 – 24 X/mt
RENCANA TINDAKAN
RASIONAL
- akumilasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP.
Data Penunjang :
- HR = 125 X/mt
TUJUAN/KRITERIA
Tujuan :
Kriteria :
RENCANA TINDAKAN
- Berikan dorongan terhadap tiap-tiap proses kehilangan status kesehatan yang timbul.
- Observasi bahasa non verbal dan bahasa verbal dari gejala-gejala kecemasan.
- Berikan informasi tentang program pengobatan dan hal-hal lain yang mencemaskan pasien.
- Berikan dorongan pada pasien bila sudah dapat merawat diri sendiri untuk meningkatkan
harga dirinya sesuai dengan kondisi penyakit.
RASIONAL
Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, tujuan tindakan yang diprogramkan dan
pemeriksaan diagnostik berhubungan dengan kurangnya informasi.
Data Penunjang :
TUJUAN/KRITERIA
Tujuan :
Kriteria :
- Pasien dapat menjelaskan kembali tentang sifat penyakit, tujuan tindakan yang
diprogramkan dan pemeriksaan diagnostik.
- Pasien tidak bertanya lagi tentang keadaan penyakit dan program pengobatannya.
RENCANA TINDAKAN
- Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit dan pengobatannya.
- Diskusikan pentingnya banyak minum air putih 3 – 4 liter perhari selama tidak ada kontra
indikasi.
- Diskusikan tentang pentingnya diet rendah protein, rendah kalsium dan posfat.
RASIONAL
- Untuk menambah pengetahuan pasien bahwa cairan dapat membantu pembersihan ginjal
dan dapat mengeluargan batu kecil
- Untuk menambah pengetahuan pasien dan mencegah kekambuhan
DAFTAR PUSTAKA
Ashadi T. 1998. Manfaat Diagnosa Radiografi pada Batu Saluran Kemih,24 (8), hal ; 544
– 9, Jakarta : Medika
Palmer P.E.S. 1995. Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum. Jakarta : EGC
Sabiston C. D. Jr, MD. 1997. Batu Ginjal dan Ureter dalam Buku Ajar Bedah 2, hal ; 472 –
3. Jakarta : EGC
Batu Ginjal, www.wikipedia.com, 2009
http://ekspresi-ekspresiku.blogspot.co.id/2009/05/asuhan-keperawatan-pada-renal-
calculi.html pukul 18:51
2.1 DEFINISI
2.2 ETIOLOGI
1. Idiopatik.
2. gangguan saluran kemih : fomisis, striktur meatus, hipertrofi prostate, refluks vesiko-
ureteral, ureterokele, konstriksi hubungan ureteropelvik.
hiperparatiroidisme
malignasi
Sebagian besar batu saluran kencing adalah idiopatik dan dapat bersifat simtomatik
ataupun asimtomatik. Teori terbentuknya batu antara lain:
Terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya substansi organic sebagai inti.
Substansia organic ini terutama terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang akan
mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu.
b. Teori supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti sistin, santin, asam
urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
c. Teori presipitasi-kristalisasi
Perubahan PH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin. Pada urin yang
bersifat asam akan mengendap sistin, santin, asam dan garam urat, sedangkan pada urin yang
bersifat alkali akan mengendap garam-garam fosfat.
factor penghambat
Factor lain terutama factor eksogen dan lingkungan yang diduga ikut mempengaruhi
kalkuligenesis antara lain:
1. Infeksi
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti
pembentukan batu saluran kencing. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum dan
membentuk ammonium akan mengubah PH urin menjadi alkali dan akan mengendapkan
garam-garam fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada.
3. Jenis kelamin
Data menunjukkan bahwa batu saluran kencing lebih banyak ditemukan pada pria.
4. Ras
Batu saluran kencing lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asiasedangkan pada
penduduk Amerika dan Eropa jarang.
5. Keturunan
Riwayat anggota keluarga yang mempunyai batu saluran kencing mempunyai factor
resiko lebih besar menderita batu saluran kencing dibandingkan dengan tidak mempunyai
riwayat tersebut.
6. Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu, sedangkan bila kurang minum menyebabkan kadar substansi dalam urin
akan meningkat dan akan mempermudah pembentukan batu. Kejenuhan air yang diminum
sesuai dengan kadar mineralnya terutama kalsium diperkirakan mempengaruhi terbentuknya
batu saluran kencing.
7. Pekerjaan
Pekerja-pekerja keras seperti buruh dan petani akan mengurangi kemungkinan terjadinya
batu saluran kencing daripada pekerja-pekerja yang lebih banyak duduk.
8. Makanan
Pada golongan masyarakat yang lebih banyak makan protein hewani angka morbiditas
batu saluran kencing berkurang, sedangkan pada golongan masyarakat dengan kondisi social
ekonominya rendah lebih sering terjadi. Penduduk vegetarian yang kurang makan putih telur
lebih sering menderita batu saluran kencing (buli-buli dan uretra) dan hanya sedikit yang
ditemukan menderita batu ginjal atau piala.
9. Suhu
Tempat bersuhu panas misalnya di daerah tropis di kamar mesin, meyebabkan banyak
mengeluarkan keringat, akan mengurangi produksi urin dan mempermudah pembentukan
batu saluran kencing.
Tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya, besarnya dan
morfologinya. Walaupun demikian penyakit ini mempunyai tanda umum yaitu hematuria,
baik hematuria terbuka atau mikroskopik; nyeri pinggang, sisi, atau sudut kostovertebral;
pielonefritis dan atau sistitis; pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing; nyeri tekan
kostovertebral; gangguan faal ginjal. Selain itu bila disertai infeksi saluran kemih dapat juga
ditemukan kelainan endapan urin bahkan mungkin demam atau tanda sistemik lain.
Batu di piala ginjal berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus menerus di area
kostovertebral. Hematuria dan piuria dapat dijumpai.
Batu yang terjebak di ureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut dan
kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. Pasien sering merasa ingin berkemih namun
hanya sedikit urin yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasif batu.
Batu yang terjebak dikandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan
berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria. Jika batu menyebabkan
obstruksi pada leher kandung kemih, akan terjadi retensi urin. Jika infeksi berhubungan
dengan adanya batu, maka kondisi ini jauh lebih serius, disertai sepsis yang mengancam
kehidupan pasien.
2.6 PENATALAKSANAAN
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu,
mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi dan mengurangi obstruksi yang terjadi.
Infeksi
Pengurangan nyeri
Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau ureteral adalah untuk mengurangi nyeri
sampai penyebabnya dapat dihilangkan; morfin atau meperidin diberikan untuk mencegah
syok dan sinkop akibat nyeri yang luar biasa. Mandi air hangat diarea panggul dapat
bermanfaat. Cairan diberikan, kecuali pasien mengalami muntah atau menderita gagal
jantung kongestif atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan cairan. Ini meningkatkan
tekanan hidrostatik pada ruang di belakang batu sehingga mendorong pasase batu tersebut ke
bawah. Masukan cairan sepanjang hari mengurangi konsentrasi kristaloid urin, mengencerkan
urin dan menjamin haluaran urin yang besar.
Pengangkatan batu
Pemeriksaan sitoskopik dan pasase kateter ureteral kecil untuk menghilangkan batu yang
menyebabkan obstruksi (jika mungkin), akan segera mengurangi tekanan-belakang pada
ginjal dan mengurangi nyeri.
Adalah prosedur noninvasive yang digunakan untuk menghancurkan batu di kaliks ginjal.
Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut
dikeluarkan secara spontan.
Ureteroskopi
Mencakup visualisasi dan aksis ureter dengan memasukkan suatu alat ureteroskop melalui
sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik
atau ultrasound kemudian diangkat.
Pelarutan batu
Infus cairan kemolitik (misal: agen pembuat asam dan basa) untuk melarutkan batu dapat
dilakukan sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi lain
dan menolak metode lain, atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut (struvit).
Pengangkatan batu
Jika batu terletak didalam ginjal, pembedahan dilakukan dengannefrolitotomi (insisi pada
ginjal untuk mengangkat batu) atau nefrektomi,jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau
hidronefrosis. Batu dalam piala ginjal diangkat dengan pielolitotomi, sedangkan batu pada
ureter diangkat dengan ureterolitotomi dan sistotomi jika batu berada dikandung kemih. Jika
batu berada dikandung kemih; suatu alat dapat dimasukkan ke uretra ke dalam kandung
kemih; batu kemudian dihancurkan oleh penjepit pada alat ini. prosedur ini
disebut sistolitolapaksi.
2.7 PENCEGAHAN
Batu ginjal terutama mengandung kalsium, fosfor dan atau oksalat. Pencegahan batu
ginjal makanan dan minuman yang harus dibatasi:
Garam meja dan makanan tinggi natrium harus dikurangi (Na bersaing dengan Ca dalam
reabsorpsinya diginjal).
- Produk susu: semua keju (kecuali keju yang lembut dan keju batangan); susu dan produk
susu (lebih dari ½ cangkir per hari); krim asam (yoghurt).
- Daging, ikan, unggas: otak, jantung, hati, ginjal, sardine, sweetbread, telur, ikan.
- Sayuran: bit hijau, lobak, mustard hijau, bayam, lobak cina, buncis kering, kedelai, seledri.
- Roti, sereal, pasta: roti murni, sereal, keripik, roti gandum, semua roti yang dicampur
pengembang roti, oatmeal, beras merah, sekam, benih gandum, jagung giling, seluruh sereal
kering (kecuali keripik nasi, com flakes).
- Minuman: teh, coklat, minuman berkarbonat, bir, semua minuman yang dibuat dari susu
atau produk susu.
- Lain-lain: kacang, mentega kacang, coklat, sup yang dicampur susu, semua krim, makanan
pencuci mulut yang dicampur susu atau produk susu (kue basah, kue kering, pie).
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
2. Sirkulasi
Tanda:
3. Eliminasi
Gejala:
- Diare
Tanda:
Gejala:
Tanda:
- Muntah
Gejala:
- Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu ginjal
menimbulkan nyeri dangkal konstan)
Tanda:
Gejala:
- Penggunaan alkohol
- Demam/menggigil
7. Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
- Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis
1. Tes Diagnostik
Lihat konsep medis.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
6. Perhatikanpeningkatan/menetapnya
keluhan nyeri abdomen.
- Kortikosteroid
2. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi
ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.
- Antibiotika
- Asam askorbat
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Lakukanlah apa yang harus anda lakukan pada saat itu. Dan catat apa yang telah anda
lakukan tidakan pada pasien.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi semua tindakan yang telah anda berikan pada pasien. Jika dengan tindakan
yang diberikan pasien mengalami perubahan menjadi lebih baik. Maka tindakan dapat
dihentikan. Jika sebaliknya keadaan pasien menjadi lebih buruk, kemungkinan besar tindakan
harus mengalami perubahan atau perbaikan
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya, besarnya dan
morfologinya. Manifestasi klinik adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada
adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi,
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai demam, menggigil dan disuria) dapat terjadi
dari iritasi batu yang terus menerus.
DAFTAR PUSTAKA
runner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2, EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2 Edisi 3, FKUI,Jakarta
http://bkp2011.blogspot.co.id/2011/03/asuhan-keperawatan-pada-penderita.html
catatan anak udik
3. PATOFISIOLOGI
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian dijadikan
dalam beberapa teori (Soeparman, 2001:388):
1. Teori Supersaturasi
Tingkat kejenuhan komponen-komponen pembentuk batu ginjal mendukung terjadinya
kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya agregasi kristal dan
kemudian menjadi batu.
2. Teori Matriks
Matriks merupakan mikroprotein yang terdiri dari 65 % protein, 10 % hexose, 3-5 hexosamin
dan 10 % air. Adanya matriks menyebabkan penempelan kristal-kristal sehingga menjadi
batu.
3. Teori Kurangnya Inhibitor
Pada individu normal kalsium dan fosfor hadir dalam jumlah yang melampaui daya
kelarutan, sehingga membutuhkan zat penghambat pengendapan. fosfat mukopolisakarida
dan fosfat merupakan penghambat pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka
akan mudah terjadi pengendapan.
4. Teori Epistaxy
Merupakan pembentuk batu oleh beberapa zat secara bersama-sama. Salah satu jenis batu
merupakan inti dari batu yang lain yang merupakan pembentuk pada lapisan luarnya. Contoh
ekskresi asam urat yang berlebih dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium
dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.
5. Teori Kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari bermacam-macam teori diatas
Komposisi Batu
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam
urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan tentang komposisi
batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan timbulnya batu residif.
a. Batu Kalsium
Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan yaitu sekitar
75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor tejadinya batu kalsium adalah:
1. Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi karena
peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan
reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan resorpsi
tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.
2. Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai pada
pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti the, kopi
instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam.
3. Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam urine
dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium
oksalat.Asam urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau
berasal dari metabolisme endogen.
4. Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat
sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan hipositraturia
dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian
diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama.
5. Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai
penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium akan bereaksi dengan
oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium ddengan
oksalat.
b. Batu Struvit
Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini dipicu oleh
adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan pemecah urea
(uera splitter seperti: Proteus spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan
Stafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah urine menjadi basa
melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan garam-garam
magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat
(MAP) dan karbonat apatit.
c. Batu Urat
Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak dialami oleh
penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan urikosurik
(sulfinpirazone, thiazide dan salisilat).Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi protein
mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang mempengaruhi
terbentuknya batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6, volume urine < 2 liter/hari
atau dehidrasi dan hiperurikosuria.
Ion-ion yang berada pada di dalam saluran kemih yang berperan dalam pembentukan buli-
buli antara lain :
a. Kalsium
Kalsium adalah ion utama dalam kristal urin. Hanya 50% kalsium plsma yang terionisasi dan
siap difiltrasi di glomerulus.
b. Oksalat
Oksalat adalah produk sampah metabolisme dan relatif Insolubel. Normalnya sekitar 10-50 %
oksalat yang ditemukan di urin berasal dari diet.Sebagian besar adalah hasil metabolisme.
c. Fosfat
Fosfat adalah buffer penting dan mengkompleks dengan kalsium dalam urin. Merupakan
komponen kunci batu kalsium fosfat dan magnesium amonium fosfat. Ekskresi fosfat urin
pada dewasa normal berkaitan dengan jumlah fosfat diet ( khususnya dalam daging dairy
product dan sayuran ).
d. Asam urat
Asam urat adalah sampah metabolisme urin. Pka asam urat adalah 5,75. Asam uarat yang
tidak trdisosiasi akan dominan pada Ph dibawahnya.
e. Sodium
Walaupun bukan merupakan konstituen utama batu saluran kemih, sodium memainkan
peranan yang sangat penting dalaqm regulasi kristalisasi garam kalsium.
f. Sitrat
Sitrat sangat berpengaruh dalam hal pembentukkan batu kalsium. Defigiensi sitrat pada
umumnya dikaitkan dengan pembentukan batu pada penderita diare kronik, asidosis tubular
renal tipe 1 ( defek tubular distal ) dan pada penderita yang mengalami terapi tiazid jangka
lama.
g. Magnesium
Defisiensi magnesium diet berhubungan dengan peningkatan insiden batu saluran kemih.
Magnesium adalah salah satu komponen batu struvit.Kekurangan magnesium diet telah
terbukti bisa menyebabkan peningkatan pembentukan batu kalsium oksalat dan kristaluria
kalsium oksalat.
h. Sulfat
Sulfat urin membantu mencegah pembentukan batu saluran kemih. Karena bisa membentuk
kompleks dengan kalsium, sulfat ini berperan terutama sebagai komponen protein urin,
seperti kondritin sulfat dan heparin sulfat.
4. Tadan dan gejala
Ketika batu menghambat dari saluran urin, terjadi obstruksi, meningkatkan tekanan
hidrostatik. Bila nyeri mendadak terjadi akut disertai nyeri tekan disaluran osteovertebral dan
muncul mual muntah maka klien sedang mengalami episode kolik renal. Diare, demam dan
perasaan tidak nyaman di abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat refleks
dan proxsimitas anatomik ginjal kelambung, pangkereas dan usus besar. Batu yang terjebak
dikandung kemih menyebabkan gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik yang menyebar
kepala obdomen dan genitalia. Klien sering merasa ingin kemih, namun hanya sedikit urin
yang keluar, dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasi batu gejala ini disebabkan
kolik ureter. Umumnya klien akan mengeluarkan batu yang berdiameter 0,5 sampai dengan 1
cm secara spontan. Batu yang berdiameter lebih dari 1 cm biasanya harus diangkat atau
dihancurkan sehingga dapat dikeluarkan secara spontan dan saluran urin membaik dan lancar.
( Brunner and Suddarth. 2001).
5. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan Sectio Alta
a. Pre operasi
1. observasi tanda- tanda vital
2. Beri penjelasan tentang penyakit
3. berikan obat analgesik dan antibiotik
b. Pasca operasi
1. Observasi tanda- tanda vital
2. Infus diteruskan dengan komposisi 2 garam fisiologis dan dextrose 5% dalam 24 jam
sampai makan peroral dapat dimulai
3. Bising usus mulai terdengar dapat dimulai minum sedikit- sedikit ( 3 sendok makan
perjam )
4. Bila flatus sudah terjadi dan perut tidak kembung, maka makan cair dapat dimulai
5. Fisioterapi dapat dimulai segera pasca operasi
6. Pemberian anti biotik, ampisilin 3 x 1 gram dan analgesik 3 x 500 mg
6. Pemeriksaan Diagnostik.
Adapun pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien batu kandung kemih adalah :
a. Urinalisa
Warna kuning, coklat atau gelap.
b. Foto KUB
Menunjukkan ukuran ginjal ureter dan ureter, menunjukan adanya batu.
c. Endoskopi ginjal
Menentukan pelvis ginjal, mengeluarkan batu yang kecil.
d. EKG
Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.
e. Foto Rontgen
Menunjukan adanya di dalam kandung kemih yang abnormal.
f. IVP ( intra venous pylografi ) :
Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih,membedakan derajat obstruksi
kandung kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal otot kandung kemih.
g. Vesikolitektomi ( sectio alta ):
Mengangkat batu vesika urinari atau kandung kemih.
h. Litotripsi bergelombang kejut ekstra korporeal. Prosedur menghancurkan batu ginjal
dengan gelombang kejut.
i. Pielogram retrograde
Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih.
Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi intravena atau
pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24 jam untuk mengukur kalsium,
asam urat, kreatinin, natrium, dan volume total merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat
diet dan medikasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam keluarga
di dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya batu kandung
kemih pada klien. ( Tjokro, N.A, et al. 2001)
http://liendawina.blogspot.co.id/2013/04/laporan-pendahuluan-batu-ginjal-1.html