Você está na página 1de 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

WHO dan the International Society of Hypertension (ISH) menyatakan

bahwa saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, 3 juta di

antaranya meninggal setiap tahunnya. Sebesar 77,8% penderita hipertensi

dilaporkan mengalami hipertensi yang tidak terkontrol yang disebabkan oleh

berbagai faktor. Adapun kasus hipertensi di Indonesia, prevalensinya berkisar

antara 27,8%-29,39% dan merupakan penyakit dengan frekuensi terbanyak

ketujuh pada pasien rawat jalan rumah sakit(1,2).

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 menyatakan

bahwa hipertensi termasuk dalam sepuluh penyakit terbanyak di setiap puskesmas

wilayah Banjarmasin. Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Cempaka

Banjarmasin tahun 2016 terdapat 5907 kasus hipertensi. Hipertensi menempati

urutan ke 2 dari 10 penyakit terbanyak di puskesmas Cempaka Banjarmasin tahun

2016.(4).

Meskipun hipertensi menempati urutan ke 2 dari 10 penyakit terbanyak

namun keberadaannya seringkali tidak disadari dan kerap tidak menimbulkan

keluhan yang berarti sehingga dikenal sebagai silent disease; sampai suatu waktu

terjadi komplikasi yang beragam seperti penyakit jantung, stroke, gagal ginjal.

Sekitar 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Prevalensi stroke

meningkat dari 8,3 per 1000 penduduk pada tahun 2007 menjadi 12,1 per 1000

1
penduduk pada tahun 2013. Selain itu, hipertensi merupakan penyakit yang

membutuhkan waktu lama dan rutin dalam hal pengobatan sehingga hal ini

memerlukan kesadaran penuh dari penderita terhadap penyakitnya. Pada abad 21

ini diperkirakan terjadi peningkatan insidens dan prevalensi penyakit tidak

menular (PTM) secara cepat yang merupakan tantangan utama masalah kesehatan

dimasa yang akan datang. WHO memperkirakan pada tahun 2020 penyakit tidak

menular akan menyebabkan 73% kematian dan 60% seluruh kesehatan didunia.

Diperkirakan negara yang paling merasakan dampaknya adalah negara

berkembang seperti Indonesia (25).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013

prevalensi hipertensi meningkat dari 7,6% menjadi 9,5% dan Kalimantan Selatan

menduduki peringkat tertinggi kedua prevalensi hipertensi di Indonesia dengan

angka 30,8%. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan

tekanan darah di atas normal yang bersifat kronis. Seseorang dianggap mengalami

hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140 mmHg sistolik atau

lebih dari 90 mmHg diastolik yang diukur pada waktu istirahat dalam dua kali

pengukuran. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan yang membutuhkan waktu

lama dan rutin sehingga hal ini memerlukan kesadaran penuh dari penderita

terhadap penyakitnya. Apabila pengobatan hipertensi tidak berjalan sebagaimana

mestinya maka komplikasi yang akan muncul sangat banyak. Komplikasi yang

ditimbulkan oleh hipertensi jauh lebih berbahaya dibandingkan ISPA yang

menempati urutan teratas dalam 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Cempaka

(2).

2
Faktor- faktor yang mempengaruhi hipertensi adalah umur, jenis kelamin,

suku, keturunan, diet, dan perilaku hidup penderita. Kejadian hipertensi

cenderung meningkat pada individu dengan usia senja, jenis kelamin perempuan,

individu dengan tingkat pendidikan yang rendah, dan individu yang tidak bekerja.

Notoatmodjo berpendapat perilaku penderita terhadap sakit dan penyakitnya

terbagi menjadi perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan

kesehatan, perilaku pencegahan penyakit, perilaku sehubungan dengan pencarian

pengobatan, dan perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan. Perilaku

sehubungan dengan pemulihan kesehatan berkaitan erat dengan perilaku

kepatuhan pengobatan. Kesembuhan hipertensi dipengaruhi oleh kepatuhan

penderita terhadap pengobatan yang dijalani.

Secara umum, kepatuhan adalah tingkat seseorang dalam melaksanakan

suatu aturan dan perilaku yang disarankan. Kepatuhan adalah derajat dimana

pasien mengikuti anjuran klinis dari dokter yang mengobatinya. Kepatuhan

(compliance atau adherence) adalah tingkat seseorang dalam melaksanakan

perawatan, pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh perawat, dokter atau

tenaga kesehatan lainnya. Berbagai hal yang dapat mempengaruhi kepatuhan

seseorang antara lain yaitu komunikasi, pengetahuan, fasilitas kesehatan,

komunikasi terapeutik, dan psikososial serta dukungan keluarga. Kepatuhan

pasien terhadap aturan pengobatan pada praktiknya sulit dianalisa karena

kepatuhan sulit diidentifikasikan, sulit diukur dengan teliti dan tergantung banyak

faktor. Pengkajian yang akurat terhadap individu yang tidak patuh merupakan

suatu tugas yang sulit (5,23,24).

3
1.2 TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Memberikan gambaran kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di

Puskesmas Cempaka tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

1. Memberikan gambaran kejadian hipertensi di Puskesmas Cempaka

berdasarkan jenis kelamin.

2. Memberikan gambaran kejadian penderita hipertensi di Puskesmas

Cempaka berdasarkan usia.

1.3 MANFAAT

1. Bagi Penulis

1. Sebagai salah satu prasyarat untuk mengikuti kegiatan internsip

2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dengan menerapkan

ilmu dan teori yang diperoleh

2. Bagi Puskesmas

1. Memberikan gambaran kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di

Puskesmas Cempaka Banjarmasin.

2. Sebagai alat untuk memajukan program-program puskesmas antara lain

dalam meningkatkan hasil program pencegahan penyakit tidak menular.

3. Bagi Masyarakat

1. Memberikan informasi terhadap masyarakat setempat mengenai penyakit

hipertensi dan menambah pengetahuan serta pemahaman masyarakat

mengenai penyakit yang dideritanya sehingga diharapkan penyakit

4
hipertensi dapat terkontrol dan menghindari komplikasi lanjut dari

penyakit ini.

2. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk sama-sama mengatasi dan

mencegah penyakit hipertensi.

Você também pode gostar