Você está na página 1de 28

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bayi dengan berat lahir rendah merupakan masalah kesehatan yang
sering dialami pada sebahagian mcasyarakat. Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500
gram (Yulianti L, 2010). Bertahun-tahun lamanya bayi baru lahir berat
badannya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut bayi prematur.
Pembagian menurut berat badan ini sangat mudah tetapi tidak memuaskan.
Lama kelamaan ternyata bahwa morbiditas dan mortalitas neonatus tidak
hanya tergantung pada berat badannya, tetapi juga pada maturitas bayi itu.
Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal
pada masa BBL (usia dibawah satu bulan). Setiap 6 menit terdapat satu BBL
yang meninggal. Penyebab kematian BBL di Indonesia adalah Bayi Berat
Lahir Rendah (29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus neonatorum,
infeksi lain, dan kelainan congenital (JNPK-KR, 2008). Kejadian BBLR pada
dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa
kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama
pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan
komsumsi makanan pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi
pada mereka yang status perekonomiannya cukup, hal ini berkaitan dengan
paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan
antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas dan
morbilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang
terhadap kehidupan dimasa depan.
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15 % dari
seluruh kelahiran didunia dengan batasan 33%-38% dan lebih sering terjadi di
negara-negara berkembang atau sosial ekonomi rendah. Data statistik
menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan dinegara-negara berkembang
dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat
lahir lebih dari 2500 gram. Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih
merupakan yang tertinggi dibanding Negara-negara ASEAN lainnya. Angka
kematian bayi di Indonesia pada tahun 2008 berkisar 248 per 100.000
kelahiran hidup. Sedangkan angka kejadian BBLR di Indonesia sangat
bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-
30%, hasil studi di 7 daerah Multicenter diperoleh angka BBLR dengan
rentan 2,1%-17,2%.Dari hasil SKRT (2001), kematian neonatal adalah 180
kasus. Distribusi kematian neonatal sebagian besar di wilayah Jawa Bali
(66,7%) dan di daerah pedesaan (58,6 %).
Penyebab sebenarnya terjadinya berat bayi baru lahir rendah masih
terus dikaji hingga saat ini. Beberapa studi penelitian, antara lain (Widarini,
2004) meneliti faktor-faktor yang paling beresiko menyebabkan bayi BBLR
antara lain: anemia, sosial ekonomi rendah, jarak kelahiran dekat, paparan
tembakau, indeks massa tubuh rendah dan primipara. Purnadhibrata dkk.
(2006) meneliti bahwa secara nyata lebih banyak bayi perempuan yang
mengalami BBLR daripada bayi laki-laki. Secara signifikan bayi BBLR
dilahirkan oleh ibu yang saat hamil berusia dengan resiko yaitu kurang dari
20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Selain itu, status gizi ibu saat hamil juga
merupakan faktor resiko penting yang mempengaruhi kejadian bayi BBLR.
Dengan mengetahui angka kejadian BBLR, maka dirasa perlu adanya
upaya penanganan dan pencegahan karena BBLR mempunyai resiko tinggi
pada angka kesakitan dan kematian bayi baik pada masa perionatal maupun
neonatal. Oleh sebab itu diperlukan perawatan dan pengawasan yang ketat
dalam penanganan bayi BBLR. Perawatan yang dimaksud tidak hanya
dilakukan secara klinis, namun lebih dari itu perawatan bayi juga harus
dilakukan secara manusiawi, seluruh keluarga sebaiknya diikutsertakan dalam
perawatan bayi karena keluarga terutama ibu merupakan orang yang paling
dekat dan bertanggung jawab sepenuhnya atas bayi selama tahun-tahun yang
rentan.
Menurut Erlina (2008), pada kasus Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
mencegah/preventif adalah langkah yang penting. Dan hal-hal yang dapat
dilakukan diantaranya: meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala
minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan
muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama factor risiko yang mengarah
melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada
institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu; penyuluhan kesehatan
tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda-tanda
bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka
dapat menjaga kesehatanya dan janin dalam kandunganya dengan baik;
hendaknya ibu dapat merencanakan persalinanya pada kurun waktu
reproduksi sehat (20-34 tahun); dan perlu dukungans ektor lain yang terikat
untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi
keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan
pelayanan antenatal dan status giziibuselamahamil.
Akan tetapi, menurut Surasmi (2003) masih banyak para ibu yang
belum bisa merawat bayinya dengan baik, sehingga banyak bayi BBLR yang
tidak terselamatkan disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu tentang
perawatan bayi BBLR.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
pengkajian tentang manajemen asuhan kebidanan pada bayi Ny”S” dengan
berat badan lahir rendah (BBLR) KMK di ruang perinatology RSUD
Genteng.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar Mahasiswa lebih memahami bayi dengan BBLR dan dapat
memberikan Asuhan Kebidanan secara komprehensif pada bayi Ny ”S”
dengan BBLR (KMK).

1.2.2 Tujuan Khusus


1) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data dasar pada bayi
BBLR (KMK).
2) Mahasiswa mampu menetapkan interpretasi data dasar pada bayi
BBLR (KMK).
3) Mahasiswa mampu menetapkan diagnosa / masalah potensial pada
bayi BBLR (KMK).
4) Mahasiswa mampu melaksanakan antisipasi kebutuhan segera pada
bayi BBLR (KMK).
5) Mahasiswa mampu menetapkan intervensi pada bayi BBLR
(KMK).
6) Mahasiswa mampu melaksanakan intervensi pada bayi BBLR
(KMK).
7) Mahasiswa mampu melakukan evaluasi yang baik pada bayi BBLR
(KMK).

1.3 Metode Pegambilan Data


1) Anamnesa
Semua bahan yang digunakan dalam pembahasan disini diambil
dalam berdasarkan tanya jawab.
2) Pengamatan
Semua bahan yang dalam pembahasan disini telah dilakukan
pengamatan secara langsung.
3) Studi kasus
Semua bahan yang dalam pembahasan disini berdasarkan kasus
yang benar-benar ada dan benar-benar terjadi.
4) Studi pustaka
Semua bahan yang digunakan dalam pembahasan diambil dari
beberapa referensi / buku yang berhubungan dengan kasus dalam makalah
ini.
1.4 Sistematika Penulisan
1) BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode pengumpulan
data dan sistematika penulisan.
2) BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Terdiri dari tinjauan teori tentang bayi dengan BBLR.
3) BAB III TINJAUAN KASUS
Terdiri dari pengkajian, interpretasi data dasar, identifikasi
diagnosa/masalah potensial, kebutuhan segera, intervensi, implementasi
dan evaluasi.
4) BAB IV PEMBAHASAN
Berisi tentang kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan
kasus.
5) BAB V PENUTUP
Terdiri dari kesimpulan dan saran
6) DAFTAR PUSTAKA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Bayi BBLR adalah berat badan kurang dari 2.500 gram yaitu karena
umur hamil kurang dari 37 minggu atau berat badan lahir rendah dari
semestinya sekalipun umur cukup atau karena kombinasi keduanya
(Manuaba, 1998:326). Menurut Sarwono (2006:376) BBLR ialah bayi baru
lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan
2.499 gram). Keadaan BBLR disebabkan oleh masa kehamilan kurang dari 37
minggu dengan berat badan yang sesuai atau bayi yang beratnya kurang dari
berat semestinya menurut masa kehamilannya. Sedangkan menurut Rustam
Mochtar (1998:448) BBLR adalah kelahiran bayi kurang dari 37 minggu,
bayi yang beratnya kurang dari seharusnya umur kehamilan. Bayi yang lahir
dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.

2.2 Pembagian Kehamilan Menurut Who


Untuk menentukan apakah bayi lahir itu premature SMK, matur
normal dan KMK. WHO (1979) membagi umur kahamilan dalam 3
kelompok :
1) Preterm yaitu umur kahamilan kurang dari 37 minggu (259 hari).
2) Aterm yaitu umur kahamilan antara 37 – 42 minggu (259 – 293 hari).
3) Post term yaitu umur kahamilan lebih dari 42 minggu (294 hari).

2.3 Klasifikasi BBLR


BBLR dapat diklasifikasikan sebagai berikut berdasarkan berat
badan lahir :
1) BBLR (berat badan lahir rendah) yaitu berat badan lahir < 2.500 gram.
2) BBLSR (berat badan lahir sangat rendah) yaitu berat badan lahir antara
1.000 – 1.500 gram.
3) BBLASR (berat badan lahir amat sangat rendah) yaitu berat badan lahir <
1.000 gram.

2.4 Macam – Macam BBLR


Bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1) Prematuvitas Murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai
dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonates
kurang bulan. Sesuai mada kehamilan (NKB-SMK).
2) Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya
(KMK).

2.5 Etiologi
Faktor – faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan
dengan berat badan lahir rendah adalah :
1) Faktor Ibu
(1) Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan
misalnya Taksemia Gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis
dan psikologis. Penyakit lainnya ialah infeksi akut yang dapat
merupakan faktor etiologi prematuritas.
(2) Usia kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu
dibawah 20 tahun dan pada Multigravida yang jarak antara
kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah adalah pada usia ibu
antara 26 – 35 tahun.
(3) Keadaan sosial ekonomi
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas.
Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi yang
rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi kurang baik dan
pengawasan antenatal yang kurang teratur.
(4) Faktor pekerja yang terlalu berat
(5) Faktor Kehamilan
a. Hamil dengan hidramnion.
b. Hamil ganda.
c. Perdarahan Antepartum (plasenta previa).
d. Komplikasi hamil (pre-eklamsia/eklamsia dan ketuban pecah dini).

2) Faktor Janin
a. Cacat bawaan.
b. Infeksi dalam rahim (Toxoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus,
Herpes,Sifilis atau disebut dengan TORCH)

2.6 Patofisiologi
Salah satu patofisiologi dari BBLR yaitu asupan gizi yang kurang
pada ibu ibu hamil yang kemudian secara otomatis juga menyebabkan
kurangnya asupan gizi untuk janin sehingga menyebabkan berat badan lahir
rendah.
Apabila dilihat dari faktor kehamilan, salah satu etiologinya yaitu
hamil ganda yang mana pada dasarnya janin berkembang dan tumbuh lebih
dari satu, maka nutrisi atau gizi yang mereka peroleh pun dalam rahim tidak
sama dengan janin tunggal, yang mana pada hamil ganda gizi dan nutrisi
yang didapat dari ibu harus berbagai sehingga kadang salah satu dari janin
pada hamil ganda juga mengalami BBLR.
Kemudian jika dikaji dari faktor janin, salah satu etiologinya yaitu
infeksi dalam rahim yang mana dapat mengganggu atau menghambat
pertumbuhan janin dalam rahim yang bisa mengakibatkan BBLR pada bayi.
2.7 Gambaran Klinis Pada BBLR
1) Berat badan kurang dari 2.500 gram.
2) Panjang badan kurang dari 45 cm.
3) Lingkaran kepala kurang dari 33 cm.
4) Lingkaran dada kurang dari 30 cm.
5) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
6) Kepala relatif lebih besar dari badannya.
7) Kulit tipis dan transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang.
8) Pernafasan tak teratur dan dapat terjadi apnea (gagal nafas)
9) Kepala tidak mampu tegak atau reflek tonik leher lemah.
(Manuaba, 1998:328)

2.8 Komplikasi ( Penyakit Yang Menyertai BBLR )


1) Asfiksia.
2) Hiperbillirubinemia karena immatur hati.
3) Mudah terjadi infeksi karena gangguan imunologik.
4) Pneumonia Aspirasi, terjadi karena reflek menelan dan batuk belum
sempurna.
5) Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh.
6) Sindroma gangguan pernafasan.
7) Hipotermi.
8) Hipoglikemi.
9) Gangguan cairan dan elektrolit.
10) Masalah pemberian ASI.
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi dengan
BBLR antara lain:
a. Gangguan perkembangan.
b. Gangguan pertumbuhan.
c. Gangguan penglihatan (Retinopati).
d. Gangguan pendengaran.
e. Penyakit paru kronis
2.9 Prognosis Berat Badan Lahir Rendah
Prognosis bayi berat badan lahir rendah tergantung dari berat
ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi (makin muda masa
gestasi atau makin rendah berat bayi maka makin tinggi pula angka kematian.
Asfiksia, sindrom gangguan pernafasan, perdarahan intraventrikuler,
hiperbillirubinemia, hipoglikemi).
Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi
pendidikan orangtua dan perawatan pada saat kehamilan, persalina dan
postnatal (pengaturan suhu lingkungan, pencegahan infeksi, pengawasan
nutrisi, penimbangan ketat).

2.10 Upaya Pencegahan Bidan Dalam Terjadinya BBLR


1) Upayakan agar melakukan antenatal care yang baik, segera melakukan
konsultasi dan merujuk penderita bila terdapat kelainan.
2) Meningkatkan gizi masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya
persalinan dengan berat badan lahir rendah.
3) Tingkatkan penerimaan keluarga berencana.
4) Anjurkan lebih banyak istrahat, bila kehamilan mendekati aterm atau
istirahat baring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari keadaan
normal kehamilan.
5) Tingkatkan kerjasama dengan dukun beranak yang masih mendapat
kepercayaan masyarakat.

2.11 Perawatan Atau Penatalaksanaan Bayi BBLR


Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu
lingkungan, pemberian makanan, menghindari infeksi, penimbangan secara
ketat dan personal hygiene, dan siap sedia dengan tabung oksigen. Pada bayi
premature makin pendek pada masa kehamilan, makin sulit dan banyak
persoalan yang akan dihadapi dan ini akan menyebabkan tingginya angka
kematian perinatal.Biasanya kematian disebabkan oleh gangguan
pernafasan, infeksi cacat bawaan dan trauma pada otak.
1) Pengaturan Suhu Lingkungan
Bayi dimasukkan dalam incubator dengan suhu yang diatur :
a. Bayi berat badan dibawah 2000 garam , 350C.
b. Bayi berat badan 2 kg sampai 2500 gram, 340C.
Suhu incubator diturunkan 10C setiap minggu sampai bayi dapat
ditempatkan pada suhu lingkungan sekitar 24 – 270C.

2) Makanan Bayi BBLR


Umumnya bayi prematur belum sempurna reflek mengisap dan
batuknya. Kapasitas lambung masih kecil dan daya enzim pencernaan
terutama lipase masih kurang. Maka makanan yang diberikan dengan
pipet sedikit demi sedikit namun sering. Pemberian minuman bayi
sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan mengisap cairan
lambung. ASI merupakan makanan yang paling utama sehingga ASI
lah yang lebih dahulu diberikan. Bila faktor mengisapnya kurang maka
ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan – lahan
atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang
diberikan sekitar 50 – 60 cc / kg BB / hari dan terus dinaikkan sampai
mencapai sekitar 200 cc/kgh BB/hari, agar bayi tidak mendeita
hipoglikemia dan hiperbillirubinemia. Bila Air Susu Ibu tidak ada,
susunya dapat diganti dengan susu buatan yang mengandung lemak
yang mudah dicerna bayi dan mengandung 20 kalori / 30 ml air atau
sekurang-kurangnya bayi mendapat 110 kalori / kg berat badan per hari.

3) Menghindari Infeksi
Bayi prematur mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan
pembentukan antibody belum sempurna. Infeksi yang sering terjadi
ialah infeksi silang melalui para dokter, perawat, bidan dan petugas lain
yang berubungan dengan bayi.
Untuk mencegah ini para petugas perlu disadarkan akan bahaya
infeksi bayi, selanjutnya tindakan yang perlu dilakukan adalah :
a. Diadakan pemisahan bayi yang kena infeksi dengan bayi yang tidak
kenainfeksi.
b. Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi.
c. Membersihkan tempat tidur bayi segera, sesudah tida dipakkai lagi
(paling lama seorang bayi memakai tempat tidur selama 1 minggu
untuk kemudian dibersihkan dengan cairan antiseptik).
d. Membersihkan ruangan pada waktu-waktu tetentu.
e. Setiap bayi mempunyai perlengkpan sendiri.
f. Setiap petugas yang menderita penyakit menular (infeksi saluran
nafas, diare, konjungtivitis, dll) dilarang merawat bayi.
g. Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sabaik-baiknya.
h. Para pengunjung orang sakit hanya boleh melihat bayi dari belakang
kaca.

4) Melakukan Resusitasi
Melakukan resusitasi atau menghisap lender dengan
menggunakan saction sampai bersih sehingga bayi dapat bernafas secara
baik.

5) Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi / nutrisi bayi
dan berat kaitanya dengan daya tahan tubuh. Oleh sebab itu penimbangan
berat badan harus dilakukan dengan ketat.

6) Personal Hygiene
Pentingnya menjaga personal hygiene bayi, agar bayi merasa
nyaman dan tidak gelisah. Apalagi pada bayi BBLR karena masih sangat
rentan.
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Pengkajian Dilakukan tanggal 02 Januari 2018 jam 09.00 di ruang


Perinatologi RSUD Genteng oleh Ferlistya Pravitasari.
3.1 Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar)
3.1.1 Data Subyektif
1) Identitas bayi
Nama : By. Ny. “S”
Tanggal / Jam lahir : 01-01-2018 / 05.30
Umur : 2 hari
Jenis kelamin : Laki-laki
No. RM : 306526

2) Identitas orang tua


Biodata ibu Biodata ayah
Nama : Ny “S” Nama : Tn “S”
Umur : 22 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/ bangsa : Jawa Suku/ bangsa : Madura
Pendidikan : SMA Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Temurejo 1/3 Genteng

3) Keluhan Utama
Ibu mengatakan telah melahirkan anak keduanya pada usia
kehamilan 8 bulan di BPM Ny. “U” pada tanggal 01-01-2018 jam
05.30 secara spontan dengan berat badan lahir rendah dan bayi tidak
langsung menangis, kemudian bayi dirujuk ke RSUD Genteng.
4) Riwayat Kehamilan
Ibu mengatakan pada kehamilan kedua ini :
a. Riwayat pranatal
Trimester I : Ibu mengatakan mual muntah biasa
Trimester II : Ibu mengatakan tidak mengalami keluhan
Trimester III : Ibu mengatakan sering kencing
b. Riwayat natal
Bayi Ny “S” lahir tanggal : 02 Januari 2018 Jam : 05.30 WIB
BB : 2200 gr
PB : 48
AS : 5-6
Jenis Kelamin : Laki-laki
Penolong : Bidan

5) Riwayat Obstetri
Jenis Usia Hidup/
No. UK Penolong Sex BBL PBL Kelainan
Persalinan sekarang Meninggal
1 8 bulan Spontan Bidan L 2100 45 - 10 bulan Meninggal
2 35-36 Spontan Bidan L 2200 48 - 2 hari Hidup
minggu

6) Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu mengatakan bahwa didalam keluarga tidak ada yang
pernah menderita penyakit menular (TBC, Hepatitis, HIV, dll),
menahun (malaria, jantung, dll), dan penyakit menurun (hipertensi,
asma, diabetes mellitus, dll).

7) Pola kebiasaan sehari-hari.


a. Nutrisi
PemberianAsi 8 x 20 cc.
b. Istirahat
Bayi tidur dalam incubator, bangun ketika lapar, BAB, BAK dan
merasa tidak nyaman.
c. Aktivitas
Bayi menangis spontan tapi jarang, gerakan lemah.
d. Eliminasi
BAB (+) konsistensi lembek.
BAK (+) warna jernih.
e. Personal hygine
a) Bayi diseka jam 05.00 WIB, bayi ganti baju selsai diseka.
b) Bayi diseka jam 16.00 WIB, bayi ganti baju selsai diseka.
c) Bayi ganti popok selsai BAB dan BAK.

d) Riwayat Penyakit Keluarga


a) Riwayat psikologis
Ibu dan keluarga kawatir dengan keadaan anaknya.
b) Riwayat sosial
Di dalam keluarga bayi mendapatkan ASI sampai usia 6
bulan dan mendapatkan MPASI usia>6 bulan.

3.1.2 Data Obyektif


Pemeriksaan umum
KU : lemah
Kesadaran : composmetis
HR : 122 x/menit
Suhu : 36,80C
RR : 54 x/menit
Skor Ballard : 28 (UK 35/36 minggu)

Pemeriksaan antropometri
Panjang badan : 48 cm
Berat badan : 2200 gr
Lingkar kepala : 31 cm
SOB : 32 cm
FO : 34 cm
MO : 35 cm
Lingkar dada : 30 cm
Lingkar abdomen : 24 cm
Apgar score : 5-6

3.1.3 Pemeriksaan Fisik


a) Inspeksi
Kepala : Tampak tidak ada benjolan, tidak ada caput, tidak
ada cepal hematoma, tidak ada kelainan pada
kepala.
Muka : Tidak pucat, tidak oedema
Mata : Simetris, konjungtiva tidak pucat, sclera
tidakikterus.
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada screat, tidak ada
pernafasan cuping hidung, terpasang canula O2
Telinga : Simetris, tidak ada benjolan.
Mulut : Bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak terdapat
labioskistis, labiopalatokisis. dan labio
gatopalatokisis.
Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
maupun vena jugularis.
Dada : Simetris, pola pernafasan dangkal, reguler, tidak ada
retraksi dinding dada, tidak ada kelenjar payudara.
Abdomen : Tali pusat basah, tidak ada benjolan abnormal, tidak
ada pernafasan perut
Genetalia : Testis ada, skrotum ada, tapi rughae belum jelas.
Anus : Anus +, hemoroid -.
Ekstremitas : Gerak lemah, terdapat verniks, terdapat lanugo, kulit
tipis dan tidak ada kelainan (sindaktil/ polidaktil).
b) Palpasi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
masa
Dada : Tidak ada nyeri tekan
Abdomen : Tidak ada meteorismus
Genetalia : Skrotum sudah turun, testis sudah ada
Ekstremitas : Tidak ada oedema
c) Auskultasi
Dada : Tidak ada suara whezzing maupun ronchi.
Abdomen : Suara bising usus normal.

d) Perkusi
Abdomen : Tidak kembung.

Pemeriksaan neorologis
a. Reflek moro (+)
b. Reflek rooting (+)
c. Reflek sucking (+)
d. Reflek menggenggam (+)

3.1.4 Pemeriksaan Penunjang


Darah lengkap
a) Leukosit : 17.200 /µl (3500 – 10.000)
b) HB : 15,1 gr / dl (11,0 – 16,5)
c) Hematrokit : 43 % (35.0 – 50.0)
d) Trombosit : 23000/ µl (150.000 – 390.000)
e) KGA : 62 mg/dl (>50)
3.1.5 Progam terapi
- IVFD D10% 8 cc/jam via infus pump
- Injecy Amphisili 2 x 100 mg via infus
- Oksigen canul 0,3 liter/menit

3.2 Intepretasi Data Dasar


Dx : By Ny “S” umur 2 hari NKB KMK dengan BBLR.
Ds : Ibu mengatakan telah melahirkan anak keduanya pada usia
kehamilan 8 bulan di BPM Ny. “U” pada tanggal 01-01-2018 jam
05.30 secara spontan dengan berat badan lahir rendah dan bayi tidak
langsung menangis, kemudian bayi dirujuk ke RSUD Genteng.

Do :
Kesadaran : composmetis
HR : 122 x/menit
Suhu : 36,8 0C
RR : 54 x/menit
SpO2 : 98 %
BB : 2200 gr
TB : 48 cm
Lingkar kepala : 31 cm
SOB : 32 cm
FO : 34 cm
MO : 35 cm
Lingkar dada : 30 cm
Lingkar abdomen : 24 cm
Apgar score : 5-6
Skor Ballard : 28 (UK 35/36 minggu)
Pemeriksaan neorologis
a. Reflek moro (+)
b. Reflek rooting (+)
c. Reflek sucking (+)
d. Reflek menggenggam (+)

K/u lemah, caput -, cyanosis -, terdapat verniks, terdapat lanugo, kulit


tipis, retraksi dada -, nafas spontan dan teratur, terpasang canula O2
0,3 liter/menit, tangis spontan tapi jarang, mi. ASI +, menetek +,
Reflek hisap + cukup, gumoh -, kembung -, terpasang infus D10%
6cc/jam pada tangan kanan, gerak + tapi jarang, terpasang pulse
oxymeter pada telapak kaki kanan, genetalia: testis ada, skrotum ada
tapi rughae belum jelas, BAK +, BAB +.

3.3 Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial


Dx : By Ny “S” umur 2 hari NKB KMK dengan BBLR + Hipotermi
Dx : By Ny “S” umur 2 hari NKB KMK dengan BBLR + Apneu

3.4 Identifikasi dan Menetapkan Kebutuhan Segera


Masalah Potensial :
1) Hipotermi
2) Apneu
Kebutuhan Segera :
- Kehangatan
- ASI eksklusif
- Pencegahan hipotemi
- Kolaborasi dengan Dr.Spesialis anak
- Observasi TTV

3.5 Intervensi
1. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.
R/ pencegahan infeksi
2. Jaga bayi tetap hangat.
R/ mencegah hipotermi
3. Posisikan kepala bayi ekstensi.
R/ melonggarkan jalan nafas.
4. Lakukan kolaborasi dengan dokter Sp.A.
R/ terapi kedokteran
5. Observasi TTV/4jam.
R/ memantau vital sign bayi
6. Berikan ASI eksklusif.
R/ memenuhi kebutuhan nutrisi bayi
7. Observasi eliminasi.
R/ memantau pegeluaran cairan bayi
8. Jaga persoal hygiene bayi.
R/ pencegahan infeksi

3.6 Implementasi
Hari/Tanggal kegiatan Tanda Tangan
Selasa, 02 1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah
Januari 2018 memegang bayi. (....................)
Jam 09.00 2. Menjaga bayi tetap hangat dengan cara
diletakkan dalam box lampu yang menyala. (.....................)
3. Memposisikan kepala bayi ekstensi dengan cara
meletakkan kain bedong di punggung atas bayi. (.....................)
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp.A.
Terapi :
- IVFD D10 % 8cc/jam via infus pump.
- Inj. Amphisilin 2x100 mg via infus.
- Oksigen 0,3 liter/menit via canul. (.....................)
5. Melakukan observasi TTV tiap 4 jam dan
dengan pemasangan alat pulse oxymeter pada
telapak kaki kanan bayi.
S: 36,8 ⁰C, HR: 122x/menit, RR: 54x/menit,
(.....................)
SpO2 : 98%.
6. Memberikan ASI eksklusif dengan cara
mengajari ibu cara meneteki yang benar. (.....................)
7. Melakukan observasi eliminasi dengan cara
memeriksa popok/diapers bayi tiap 4 jam. (....................)
8. Menjaga persoal hygiene bayi dengan cara
mengganti baju bayi jika basah atau kotor. (.....................)

3.7 Evaluasi
Tanggal Pengkajian : 02 Januari 2018 Jam 10.00
S : Ibu mengatakan telah melahirkan anak keduanya pada usia kehamilan 8
bulan di BPM Ny. “U” pada tanggal 01-01-2018 jam 05.30 secara
spontan dengan berat badan lahir rendah dan bayi tidak langsung
menangis, kemudian bayi dirujuk ke RSUD Genteng.
O:
Kesadaran : composmetis
HR : 122 x/menit
Suhu : 36,8 0C
RR : 54 x/menit
SpO2 : 98 %
BB : 2200 gr
TB : 48 cm
Apgar score : 5-6
Skor Ballard : 28 (UK 35/36 minggu)
Pemeriksaan neorologis
a. Reflek moro (+)
b. Reflek rooting (+)
c. Reflek sucking (+)
d. Reflek menggenggam (+)
K/u lemah, caput -, cyanosis -, terdapat verniks, terdapat lanugo, kulit
tipis, retraksi dada -, nafas spontan dan teratur, terpasang canula O2
0,3 liter/menit, tangis spontan tapi jarang, mi. ASI +, menetek +,
Reflek hisap + cukup, gumoh -, kembung -, terpasang infus D10%
6cc/jam pada tangan kanan, gerak + tapi jarang, terpasang pulse
oxymeter pada telapak kaki kanan, genetalia: testis ada, skrotum ada
tapi rughae belum jelas, BAK +, BAB +.
A : By Ny “S” umur 2 hari NKB KMK dengan BBLR
P:
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
- Mengajari ibu menyusui dengan benar.
- Menjaga bayi tetap hangat.
- Mengobservasi TTV dan eliminasi bayi 4 jam kemudian.

Catatan Perkembangan
Tanggal Pengkajian : 02 Januari 2018 Jam 12.00
S : Ibu mengatakan telah melahirkan anak keduanya pada usia kehamilan 8
bulan di BPM Ny. “U” pada tanggal 01-01-2018 jam 05.30 secara
spontan dengan berat badan lahir rendah dan bayi tidak langsung
menangis, kemudian bayi dirujuk ke RSUD Genteng.
O:
Kesadaran : composmetis
HR : 114 x/menit
Suhu : 36,8 0C
RR : 48 x/menit
SpO2 : 95 %
BB : 2200 gr
TB : 48 cm
Apgar score : 5-6
Skor Ballard : 28 (UK 35/36 minggu)
K/u lemah, caput -, cyanosis -, terdapat verniks, terdapat lanugo, kulit
tipis, retraksi dada -, nafas spontan dan teratur, terpasang canula O2
0,3 liter/menit, tangis spontan tapi jarang, mi. ASI +, menetek +,
Reflek hisap + cukup, gumoh -, kembung -, terpasang infus D10%
6cc/jam pada tangan kanan, gerak + tapi jarang, terpasang pulse
oxymeter pada telapak kaki kanan, genetalia: testis ada, skrotum ada
tapi rughae belum jelas, BAK +, BAB +.
A : By Ny “S” umur 2 hari NKB KMK dengan BBLR
P:
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
- Mengajari ibu menyusui dengan benar.
- Menjaga bayi tetap hangat.
- Mengobservasi TTV dan eliminasi bayi 4 jam kemudian.
BAB 4
PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada bayi Ny”S” dengan tahap-


tahap manajEmen asuhan kebidanan yang terdiri dari pengkajian data, interpretasi
data, masalah dan diagnose potensial, identifikasi kebutuhan, yang memerlukan
penanganan dengan membuat rencana asuhan kebidanan dan pelaksanaan
tindakan serta evaluasi maka pembahasannya:
1) Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian penulis tidak menemukan kesulitan
yang berarti, baik dalam pengumpulan data subjektif, data objektif, data primer
and data sekunder, dimana didukung oleh peralatan yang baik.
a) Riwayat penyakit selama kehamilan
Selama kehamilan ibu tidak mempunyai riwayat penyakit, seingga
kondisi ibu selama hamil tidak ada gangguan dari penyakit.
b) Riwayat social
a. Kebiasaan
Pasien pada kasus ini tidak ditemui kebiasan merugian kesehatan,
baik pada masa hamil dan persalinannya.
b. Penyakit spesifik
Pasien dalam kasus ini, ibu dari pasien tidak mengalami penyakit
yang spesifik seperti perdarahan, preeklamsi, penyakit kelamin dan lain-
lain.
c. Pemeiksaan umum dan khusus
Berdsarkan hasil pemeriksaan ditemukan keadaaan
penyimpangan kearah patologis dimana didapat berat badan bayi 2200
gram.
d. Pemeriksaan penunjang
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium darah yang telah
dilakukan, didapatkan kadar leokosit yang diatas nilai normal. Hal ini
menandakan adanya infeksi didalam tubuh bayi.
2) Interpretasi Data Dasar
Dx : By Ny “S” umur 2 hari NKB KMK dengan BBLR.
3) Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial
a. Hipotermi
b.Apneu
4) Identifikasi dan Menetapkan Keutuhan Segera
a. Kehangatan
b. ASI eksklusif
c. Pencegahan hipotemi
d. Kolaborasi dengan Dr.Spesialis anak
e. Observasi TTV
5) Intervensi
Perencanaan dirumuskan mengacu pada masalah yang ditemui waktu
melakukan pengkajian.
6) Implementasi
Pada waktu pelaksanaan tindakan semua perencanaan yang sesuai
dengan pengkajian dapat dilakukan. Pendokumentasiannya disertai dengan
hari, tanggal dan jam pelaksanan serta mencantumkan tanda tangan pelaksana
sebagai bukti bahwa tindakan telah dilakukan.
7) Evaluasi
Merupakan tahap akhir proses manajemen kebidanan dan semua
tujuan yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Evaluasi
dilakukan untuk mengkaji rencanaan yang telah dilakukan dan hasil dari
implementasinya. Serta untuk merencanakan ulang tindakan yang diperlukan
oleh pasien.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Bayi baru lahir dapat dibagi menjadi dua yaitu bayi normal (sehat) yang
memerlukan perawatan biasa dan bayi gawat (high risk baby) yaitu yang
memerlukan penanggulangan khusus. Dinilai dari landasan teori dalam kasus ini
telah diuraikan bahwa bayi BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat
lahir kurang dari 2500 gram. Dan disebutkan pula bahwa BBLR sangat rentan
terhadap hipotermi, apneu dan infeksi, dari kasus yang telah diikaji dan telah
dilakukan penatalaksanaan yang adekuat ternyata tidak jauh berbeda dengan teori
yaitu Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang berat badannya kurang
dari 2500 gram, tetapi dari kasus bayi Ny “S” tidak menderita hipotermi, apneu
ataupun infeksi karena petugas/tenaga kesehatan melakukan pemantauan ketat
pada bayi dan juga telah dilakukan penanganan pada BBLR dengan baik. Dan
petugas juga telah menangani bayi sesuai dengan yang telah dijelaskan pada teori
yaitu mempertahankan suhu tubuh bayi, mencegah infeksi, pengawasan
nutrisi/ASI eksklusif dan pemantauan TTV dan eliminasi tiap 4 jam.
Setelah melakukan pembinaan serta membuat manajemen asuhan
kebidanan pada bayi Ny”S” pada tanggal 02 Januari 2018, penulis berpendapat:
1) Pengumpulan data yang akurat akan mempermudah dalam pemberian asuhan.
2) Dalam memberikan asuhan kebidanan diperlukan ketelitian agar bisa
mencegah terjadinya masalah potensial.
3) Dalam memberikan asuhan kebidanan harus menjalin hubungan baik dengan
keluarga dan ibu bayi agar tercipta suasana yang harmonis dan saling
percaya.

5.2 Saran
Penulis menyadari penyusunan manajemen kebidanan komprehensif
pada bayi BBLR ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk
lebih menyempurnakan lagi manajemen kebidanan komprehensif ini
dikesempatan yang akan datang. Semoga manajemen kebidanan
komprehensif ini dapat bermanfaat bagi kita semua sebagai tenaga kesehatan
khususnya Bidan dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi BBLR
dengan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam.1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta: EGC.


. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: YBP-SP.
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidana., Jakarta: YBP-SP.
Syaifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Jakarta:YBP-SP

Você também pode gostar