Você está na página 1de 24

AKHLAK KERJA DAN PROFESI

A. Pendahuluan

Hidup adalah sebuah perjuangan. Tanpa adanya usaha untuk berjuang maka manusia
tidak akan bisa bertahan untuk hidup. Untuk itu manusia haruslah berjuang sekuat tenaga untuk
memenuhi segala kebutuhannya sendiri. Dalam pada itu berjuang memiliki makna yang cukup
luas. Di dalamnya terkandung nilai-nilai untuk bekerja keras, tekun, ulet dan teliti dan yang
lainnya yang merupakan salah satu dari akhlak dalam bekerja. Tanpa adanya unsur-unsur itu
apa yang kita harapkan dan cita-citakan belum tentu akan tercapai. Dengan bekerja keras dan
tekun akan muncul sikap optimis dalam diri seseorang untuk menggapai cita-citanya. Dengan
adanya sifat ulet, manusia tidak akan mudah goyah dan putus asa dalam mengerjakan apa yang
ia lakukan. Tidak mudah putus semangat apabila dalam melakukan pekerjaannya mengalami
hambatan atau bahkan kegagalan.
Dalam melakukan pekerjaan unsur teliti juga tidak boleh lepas dari dirinya. Dengan
sikap teliti maka apabila ada kesalahan atau kekurangan bisa segera di carikan solusinya.
Sehingga sebuah pekerjaaan dapat terlaksana dengan baik.
Bekerja Sebagai Satu Kewajiban Seorang Hamba Kepada Allah SWT Allah SWT
memerintahkan bekerja kepada setiap hamba-hamba-Nya (QS. Attaubah/ 9 : 105) :

Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan
melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan
yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.
Seorang insan minimal sekali diharuskan untuk dapat memberikan nafkah kepada dirinya
sendiri, dan juga kepada keluarganya.
Adapun Akhlak merupakan sifat yang dituntut dalam setiap amalan kita. Akhlak merupakan
perbincangan para golongan pendidik, ahli-ahli tasawuf dan ahli-ahli falsafah di mana
pembentukan akhlak dapat membentuk insan, masyarakat yang berjaya dan berdisiplin.
Pembincangan akhlak di dalam pekerjaan amat penting bagi membentuk pekerja yang

1
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014
berdisiplin dan berjaya serta membentuk komuniti tempat bekerja yang produktif dan tolong
menolong.
Akhlak sendiri secara etimologis berasal dari bahasa Arab “akhlaqun” dalam bentuk jama’
sedang Murad (bentuk tunggal) “khuluqun” yang berarti tingkah laku, perangai, atau tabiat.1
Akhlak yang baik disebut sebagai beradab, beretika dan sopan santun yang diterjemahkan dari
hati yang ikhlas dan luhur. Islam telah mengingatkan kepada umatnya mengenai perihal
pentingnya memelihara akhlak dan mengamalkan nilai-nilai mulia dalam kehidupan seharian
sebagai hamba yang taat kepada perintah Allah SWT. Akhlak sendiri pada dasarnya tidak jauh
berbeda dengan etos maupun etika, yang mana di dalamnya terdapat nilai-nilai yang berkaitan
dengan baik buruk (moral) sehingga terkandung gairah atau semangat yang amat kuat untuk
mengerjakan sesuatu secara optimal ,lebih baik, dan bahkan berupaya untuk mencapai sesuatu
hal yang sesempurna mungkin. Begitu juga dalam soal akhlak (etika) kerja dan profesi ini.

B. Pembahasan

B.1 kerja dalam Islam


Apa yang dimaksud dengan kerja dalam islam ?

Bekarja adalah segala aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan
tertentu (jasmani dan rohani) , dan di dalamnya tersebut dia berupaya dengan penuh
kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti pengabdian dirinya
kepada Allah SWT. hampir di setiap sudut kehidupan , kita menjumpai begitu banyaknya
orang yang bekerja . para salesmen yang hilir mudik mendatangi toko dan rumah, rumah , guru
yang tekun berdiri di depan kelas , polisi yang mengatur lalu-lintas dalam selingan hujan dan
panas terik, serta segudang profesi lainnya.

Lihatlah, semua melakukan aktivitas, namun dari kesemuanya itu ada yang dikejar , ada tujuan
serta usaha (ikhtiar) yang sangat sungguh sungguh untuk mewujudkan aktivitasnya tersebut
mempunyai arti.

Namun, tidak semua aktifitas manusia bisa disebut dengan bekerja karena dalam bekerja
terkandung aspek yang harus dipenuhinya secara nalar, yaitu sebagai berikut :

1
Aunur Rahim Faqih, Ibadah dan Akhlak dalam Islam. Yogyakarta : UII Press Indonesia, 1998 hal. 85

2
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014
1. Aktivitasnya dilakukan karena ada dorongan untuk mewujudkan sesuatu sehingga
tumbuh rasa tanggung jawab yang besar untuk mewujudkan sesuatu untuk
menghasilkan karya atau produk yang berkualitas. Bekerja bukan hanya sekedar
mencari uang, tetapi ingin mengaktualisasikannya secara optimal dan memilih nilai
transdental yang luhur. Baginya bekerja itu alah ibadah, sebuah upaya untuk
menunjukan performance hidupnya di hadapan Illahi bekerja seoptimal mungkin
semata-mata karena ada panggilan untuk memperoleh ridho Allah. Karena itu, sangat
mustahil seseorang muslim mengaku dirinya sebagai wakil Allah mengabaikan makna
keterpanggilannya untuk bekerja secara sempurna.
2. Apa yang ia lakukan itu karena kesengajaan , sesuatu yang direncanakan . karenanya,
terkandung di dalamnya satu gairah semangat untuk mengerahkan seluruh potensi yang
dimilikinya sehingga apa yang dikerjakannya benar-benar memberikan kepuasan dan
manfaat. Apa yang dilakukannya memiliki alasan-alasan Untuk mencapai arah dan
tujuan yang luhur, yang secara dinamis memberikan makna bagi diri dan
lingkungannya sebagai misi dirinya yang harus menjadi rahmat bagi alam semesta.

sisi lain, makna bekerja” bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh ,
dengan mengerahkan seluruh aset, pikiran , dan dzikirnya untuk mengaktualisasikan atau
menampakkan arti dirinya sebagi hamba Allah yang harus menundukan dunia dan
menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (khairu ummah) atau
dengan kata lain dapat Juga kita katakan bahwa hanya dengan bekerja manusia itu
memanusiakan dirinya. 2

B.2 Akhlak sebagai teras pembentukan Etika kerja

Kenapa Perlu Kepada Akhlak (Etika) Kerja? Akhlak (etika) kerja dalam Islam sebenarnya
bermula dengan konsep dan pandangan Islam terhadap kerja itu sendiri. Apabila kita berakhlak
ini bermakna kita faham akan konsep kerja dalam Islam sebagai jambatan menuju ke akhirat.
Bekerja untuk mendapat pahala di sisi Allah SWT. Bahkan kepentingannya dilihat dapat
membimbing para pekerja ke arah melakukan kebaikan dan menjauhi daripada segala
kemungkaran. Namun begitu, berapa ramai di antara kita memilih untuk melakukan pekerjaan
mengikut pandangan hidup Islam? Di kala itulah perlunya seseorang memiliki kefahaman dan

2
K.H.Toto Tasmara membudayakan etos kerja islami Jakarta : PT Gema Insani, 2002 hal 24

3
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014
kesadaran keagamaan terutama di dalam konsep kerja bagi membimbing mereka menjauhi
pekerjaan yang dilarang oleh Allah SWT.

Kita bimbang jika wujudnya kejahilan umat Islam tentang peri pentingnya akhlak yang mulia
sebagai matlamat beragama, ini akan membuka jalan bagi mereka untuk melakukan perkara-
perkara yang bertentangan dengan ajaran murni yang terkandung dalam al-Qur’an dan sunnah
Nabi Muhammad SAW. Apabila dorongan dan asakan hawa nafsu menjadi kuat dan fikiran
dikalahkan oleh emosi mereka tidak berupaya mengawal dorongan-dorongan itu, lalu
berlakulah tindak tanduk dan perbuatan yang dilarang oleh agama.

dan menghalang dorongan yang mengikut asakan hawa nafsu tersebut, kefahaman mengenai
nilai-nilai akhlak atau etika kerja berlandaskan pandangan hidup Islam penting bagi
menentukan matlamat kepada akal fikiran, tindakan dan tanggung jawab kita sebagai
“khalifah” yang diamanahkan di muka bumi ini. Kefahaman yang jelas berkaitan akhlak itu
nanti akan menjadi panduan kepada para pekerja dalam melahirkan kerja yang cemerlang dan
berkualitas.

Akhlak merupakan teras kepada pembentukan etika kerja seseorang. Akhlak mulia yang
dimiliki oleh seseorang pekerja maupun ketua menjadi lambang ketinggian pribadi dan kualitas
individu terbaik. Ini bermakna apabila seseorang itu mempunyai akhlak yang baik maka,
mereka akan melakukan pekerjaan dengan mengikut tuntutan Islam. Salah satunya berakhlak
dalam melakukan kerja dengan bersungguh-sungguh (itqan). Pekerjaan yang dilakukan dengan
bersungguh-sungguh akan tergolong dalam amalan kebajikan. “Sesungguhnya Allah suka
apabila seseorang itu melakukan sesuatu kerja itu dengan tekun” ( Riwayat Al-Baihaqi)

Dalam hadis ini, menekankan supaya seseorang yang mempunyai akhlak yang baik perlu
melakukan sesuatu pekerjaan dengan kemahiran dan ketekunan yang tinggi. Seseorang yang
mempunyai akhlak (etika) tidak akan bekerja sambil lewat atau bertanguh-tangguh dalam
menyiapkan tugasannya. Meskipun kerja itu dianggap membosankan tetapi apabila pekerja itu
mempunyai akhlak dan anggapan yang baik terhadap kerja yang dilakukan maka kerja tersebut
tidak dianggap sebagai beban. Dalam hal ini, kerja yang dilakukan akan dibuat secara
bersungguh-sungguh tanpa rasa jemu. Kerja yang bersungguh–sungguh ini akan dilakukan
untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Bahkan ia juga dilakukan dengan sebaik yang
mungkin bukan sekadar “melepas batuk di tangga”. Jika terdapat kesulitan semasa
melaksanakan tugasnya, pekerja itu akan terus berusaha mencari jalan penyelesaian dan tidak
mudah putus asa atau mengaku kalah.

4
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014
Begitu juga dengan amanah diri pekerja. Amanah merupakan akhlak yang perlu dipelihara oleh
setiap pekerja sebagai teras keharmonian dan kejayaan sebuah organisasi. Amanah sangat
berat dan ia perlu disampaikan dengan benar dan jujur. Kejujuran dapat dilihat apabila
seseorang pekerja itu melakukan tugas seperti mana yang diarahkan oleh ketua atau
majikannya mengikut garis panduan yang ditetapkan dan tidak sama sekali melanggar batas
syarak. Sekiranya amanah dilakukan di luar batas syarak maka pekerja itu boleh dianggap
sebagai khianat serta tidak berakhlak. Oleh sebab itu, amanah itu perlu dipikul dan dijaga
dengan baik. Begitu juga amanah dalam menjaga peralatan dan kemudahan milik pejabat atau
organisasi. Sebagai contoh peralatan seperti telepon, mesin fotokopi, kereta pejabat, pencetak
dan lain-lain untuk keperluan pejabat perlu dimanfaatkan dan digunakan untuk tujuan
penyempurnaan tugas semata-mata; bukan sebaliknya.

Selain itu, akhlak (etika ) kerja ini juga mempunyai hubungan rapat dengan faktor masa atau
bijak mengurus masa. Di jelaskan dalam Q.S Al-Asr Ayat 1-3

"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu senantiasa dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang
beriman dan beramal shaleh dan berwasiat (nasihat-menasihati) dengan kebenaran dan
berwasiat dengan kesabaran." (Surah Al-Asr Ayat 1-3).

Pepatah mengatakan ‘masa itu emas’ menunjukkan bahwa masa itu adalah sangat berharga.
Cendiakiawan Islam juga menyifatkan masa itu sebagai sesuatu yang hidup. Kehidupan tidak
akan berarti melainkan masa yang digunakan untuk beramal semenjak dari lahir hinggalah
kepada saat yang terakhir. Imam Hassan Al-Banna menyatakan masa ibarat nyawa. Bagaimana
seseorang menghargai nyawa yang ada padanya maka begitulah dia menghargai masa.

Begitu juga bagi seseorang pekerja amat perlu dititikberatkan soal menjaga masa karena salah
satu faktor kejayaan dalam pekerjaan adalah pengurusan masa yang berkesan dan cukup.
Pengurusan masa yang cukup dapat membantu meringankan beban tugas di samping
memudahkan segala urusan kerja. Sebagai contoh, semasa bekerja kita telah diperuntukkan
waktu rehat yang secukupnya oleh majikan. Dalam masa yang agak singkat inilah kita perlu
bijak memanfaatkan masa untuk makan, sembahyang dan berehat. Masa yang tidak dijaga
dengan baik akan menyebabkan banyak perkara lain tertunda, kerja tidak dapat disiapkan

5
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014
dalam tempo yang telah ditetapkan. Justru, dalam mengatur masa, tugas yang penting
didahulukan dan yang kurang mendesak perlu dilakukan kemudian.

Akhir sekali, akhlak (etika) kerja juga perlu ditekankan dalam aspek menjaga hubungan sesama
rekan sekerja. Hubungan ini penting dalam mewujudkan perserikatan kerja yang baik dan
menyeronokkan bukan membina permusuhan. Apabila hak sesama rekan dijaga dengan baik
maka ia akan dapat mewujudkan perserikatan kerja yang baik. Perserikatan kerja yang baik
dapat dilihat apabila pekerja saling tegur menegur, memberi senyuman dan bertanya akan
khabar. Hubungan yang baik ini juga akan mewujudkan semangat bekerjasama, saling bantu-
membantu, bertukar-tukar fikiran, bersangka baik, nasihat menasihati dan sebagainya.
Sebaliknya, sikap dan nilai buruk seperti iri hati, hasut-menghasut dan berprasangka buruk
perlu dijauhi serta dihapuskan bagi seseorang agar tidak terjadi ketidak sefahaman di tempat
kerja.

Allah telah menanggung rezeki bagi setiap makhluk yang ada di muka bumi ini ,
sebagaimana firmannya :

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya.
Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh). (Q.S Hud ayat : 6 )

Namun disisi lain , Allah menyatakan bahwa Allah tidak akan mengubah kondisi seseorang
selama orang (umat) tersebut tidak merubahnya sendiri ( Q.S Al-Ra’ad : 11) hal itu bisa
diartikan bahwa walaupun Allah telah menyediakan rezeki bagi manusia dan segenap makhluk
yang ada di dunia ini, namun rezeki yang telah tersedia itu akan didapatkan lewat jalan bekerja
dan berdo’a. Dari pernyataan itulh , secara implisit Allah menyatakan bahwa setiap manusia
harus mencari rezeki dengan jalan bekerja dan beraktivitas. Islam memberikan apresiasi yang
tinggi terhadap seorang muslim yang gigih bekerja, dan sebaliknya, akan membenci setiap
muslim yang bermalas-malasan. Apresiasi dan penghargaan yang tinggi kepada orang / muslim
yang bekerja itu ditunjukkan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Perintah untuk giat bekerja setelah selesainya ibadah. Allah berfirman :

6
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014
“ apabila telah ditunaikan salat , maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia
Allah dan ingatlah banyak-banyak supaya kamu beruntung “ ( Q.S Al-jumu’ah :10 )

Perintah Allah itu memberikan 2 pelajaran penting : pertama , setiap selesai ibadah
harus bekerja mencari apa yang dianugerahkan Allah. Ibadah saja tidak cukup, hanya berdo’a
dan meminta kepada Allah tidak cukup, meminta rezeki tetapi tidak berbuat dan bekerja untuk
mencarinya adalah suatu sikap yang tidak ada tuntunannya. Kedua, dalam bekerja haruslah
didasari dengan ibadah dan dan ingat kepada Allah, sehingga banyaknya rezeki dan kesibukan
yang tinggi tidak akan menggoyahkan iman dan menjadi seseorang berfikiran materialistis.

2. Perintah untuk selalu beraktivitas, dan dilarang kosong (menganggur) . Allah


berfirman dalam AL-Qur’an :

“ maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain.” (Q.S Alam Nasyrah (94) : 7 )

Ayat ini menunjukkan bahwa waktu kosong itu tidak baik. Dalam sebuiah pepatah bahas
Arab dikatakan : ‘ Al-faragh mafsadah” ( kekosongan itu adalah kerusakan ). Di lain
kesempatan Allah juga memerintahkan Nabi Muhammad Saw agar menyuruh kaumnya
beraktivitas ( bekerja ) sesuai dengan keadaanya asing-masing , yakni dalam Q.S Az-zumar
[39]:39

Katakanlah: "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan
bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahui, Q.S Az-zumar [39]:39

7
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014
3. Larangan meminta-minta
Dalam sebuah hadis dikatakan bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di
bawah. Lebih baik bekerja, meskipun pekerjaan itu oleh orang – orang dinilai sebagai
pekerjaan kasar. Dan sebaik – baiknya hasil adalah yang diperoleh dengan karyanya
sendiri. Sebagaimana dalam sebuah hadis.
Yang artinya “ abu hurairah r.a berkata : Rasulullah SAW bersabda : demi sekiranya
salah seorang dari kamu itu pergi mencari kayu bakar dan dipikul di atas punggungnya,
lebih baik daripada meminta – minta kepada orang – orang , baik diberi atau ditolak.
( HR. Bukhari – muslim ). ( Yahya bin Syaraf An-Nawawiy 1987 : 454 ).
4. Di dalam berusaha seorang muslim tidak boleh berputus asa bila menemui kegagalan
dan kesulitan.
Berputus asa adalah tindakan yang biasa dilakukan oleh orang-orang kafir . budaya
kerja bukan hanya sekedar sisipan atau perintah sambil lalu, tetapi menempatkannya
sebagai tema sentral dalam pembangunan umat, karena untuk mewujudkan suatu
pribadi dan masyarakat yang tangguh hanya dimungkinkan apabila penghayatan
terhadap esensi bekerja dengan segala kemuliaannya dikajikan sebagai pokok kajian
bagi setiap muslim, sehingga akan tercipta budaya yang khas ini dalam setia kehidupan
muslim 3.
Hanya pribadi-pribadi yang menghargai nilai kerja yang kelak akan mampu menjadikan
masyarakatnya sebagai masyarakat yang tangguh, dan sebaliknya, pribadi yang malas
dan bermental pengemis hanyalah akan mengorbankan masyarakat dan bahkan
generasinya sebagai umat yang terbelakang, terjajah, dan terbelenggu dalam kategori
bangsa yang memiliki nilai kerja kelas teri, tidak mempunyai wibawa, sebagaimana
wibawa, sebagaimana ibarat, ke dalam tak mengganjilkan dan keluar tak
menggenapkan, ke atas tak berpucuk, ke bawah tak berakar4.

Hal itu sebenarnya bisa dipahami , karena memang dengan seperti itu orang akan
semakin bisa memaknakan islam betul-betul sesuai dengan tuntunan permasalahan
yang saat ini dihadapi umat islam.

3
Tasmara , 1991 : 7
4
Ibid , hal . 7-8

8
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014
Seorang insan minimal sekali diharuskan untuk dapat memberikan nafkah kepada dirinya
sendiri, dan juga kepada keluarganya.

 Dalam Islam terdapat banyak sekali ibadah yang tidak mungkin dilakukan tanpa biaya
& harta, seperti zakat, infak, shadaqah, wakaf, haji dan umrah. Sedangkan biaya/ harta
tidak mungkin diperoleh tanpa proses kerja. Maka bekerja untuk memperoleh harta
dalam rangka ibadah kepada Allah menjadi wajib. Kaidah fiqhiyah mengatakan :

ِ ‫ب إِالَّ ِب ِه فَ ُه َو َو‬
‫اجب‬ ِ ‫َماالَ َيتِ ُّم ْال َو‬
ُ ‫اج‬

Suatu kewajiban yang tidak bisa dilakukan melainkan dengan pelaksanaan sesuatu, maka
sesuatu itu hukumnya wajib.

Namun, terdapat Pertanyaan Besar Tentang Pekerjaan Kita, seperti :

 Apakah pekerjaan yang kita lakukan akan mengantarkan kita ke surga?


 Apa syarat – syarat yang dapat menjadikan pekerjaan kita sebagai sarana untuk
mendapatkan surga Allah SWT?
 Bagaimana menjadikan pekerjaan kita sebagai sarana untuk mendapatkan surga?

Maka, dalam semua pertanyaan itu tentu akan adanya suatu syarat. Adapun Syarat
Mendapatkan Surga Dengan Bekerja diantaranya adalah :

1. Niat Ikhlas Karena Allah SWT

‫النية الخاصة هلل تعالى‬


Artinya ketika bekerja, niatan utamanya adalah karena Allah SWT sebagai kewajiban dari
Allah yang harus dilakukan oleh setiap hamba. Dan konsekwensinya adalah ia selalu memulai
aktivitas pekerjaannya dengan dzikir kepada Allah. Ketika berangkat dari rumah, lisannya
basah dengan doa bismillahi tawakkaltu alallah.. la haula wala quwwata illa billah.. Dan
ketika pulang ke rumahpun, kalimat tahmid menggema dalam dirinya yang keluar melalui
lisannya.

2. Itqan, sungguh-sungguh dan profesional dalam bekerja

‫اإلتقان في العمل‬

9
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014
Syarat kedua agar pekerjaan dijadikan sarana mendapatkan surga dari Allah SWT adalah
profesional, sungguh-sungguh dan tekun dalam bekerja.

Diantara bentuknya adalah, tuntas melaksanakan pekerjaan yang diamanahkan kepadanya,


memiliki keahlian di bidangnya dsb.

Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda

)‫ِإ َّن هللاَ يُ ِحبُّ إِذَا َع ِم َل أ َ َحدُ ُك ْم َع َمالً أ َ ْن يُتْ ِقنَهُ (رواه الطبراني‬
Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang apabila ia bekerja, ia menyempurnakan
pekerjaannya. (HR. Tabrani )

3. sikap Jujur & Amanah

‫الصدق واألمانة‬
Karena pada hakekatnya pekerjaan yang dilakukannya tersebut merupakan amanah, baik secara
duniawi dari atasannya atau pemilik usaha, maupun secara duniawi dari Allah SWT yang akan
dimintai pertanggung jawaban atas pekerjaan yang dilakukannya. Implementasi jujur dan
amanah dalam bekerja diantaranya adalah dengan tidak mengambil sesuatu yang bukan
menjadi haknya, tidak curang, obyektif dalam menilai, dan sebagainya. Dalam sebuah hadits
Rasulullah SAW bersabda:

)‫اء (رواه الترمذي‬


ِ َ‫ش َهد‬ ِّ ِ ‫صد ُْو ُق اْأل َ ِمي ُْن َم َع النَّبِيِِّيْنَ َو‬
ُّ ‫الص ِدِّ ْي ِقيْنَ َوال‬ ِ َّ ‫الت‬
َّ ‫اج ُر ال‬
Seorang pebisnis yang jujur lagi dapat dipercaya, (kelak akan dikumpulkan) bersama para nabi,
shiddiqin dan syuhada’. (HR. Turmudzi)

4. Menjaga Etika Sebagai Seorang Muslim

‫التخلق باألخالق اإلسالمية‬


Bekerja juga harus memperhatikan adab dan etika sebagai seroang muslim, seperti etika dalam
berbicara, menegur, berpakaian, bergaul, makan, minum, berhadapan dengan customer, rapat,
dan sebagainya. Bahkan akhlak atau etika ini merupakan ciri kesempurnaan iman seorang
mu’min.

10
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :

‫خلُقًا (رواه الترمذي‬ َ ‫أ َ ْك َم ُل ْال ُمؤْ ِمنِيْنَ إِ ْي َمانًا أ َ ْح‬


ُ ‫سنُ ُه ْم‬

Sesempurna-sempurnanya keimanan seorang mu’min adalah yang paling baik akhlaknya (HR.
Turmudzi)

5. Tidak Melanggar Prinsip-Prinsip Syariah

‫مطبقا بالشريعة اإلسالمية‬


Aspek lain dalam etika bekerja dalam Islam adalah tidak boleh melanggar prinsip-prinsip
syariah dalam pekerjaan yang dilakukannya.

Tidak melanggar prinsip syariah ini dapat dibagi menjadi beberapa hal :

Pertama dari sisi dzat atau substansi dari pekerjaannya, seperti memporduksi tidak boleh
barang yang haram, menyebarluaskan kefasadan (seperti pornografi), mengandung unsur riba,
maysir, gharar dsb.

Kedua dari sisi penunjang yang tidak terkait langsung dengan pekerjaan, seperti risywah,
membuat fitnah dalam persaingan, tidak menutup aurat, ikhtilat antara laki-laki dengan
perempuan, dsb.

‫سو َل َوالَ ت ُب ِْطلُوا أ َ ْع َمالَ ُك ْم‬ َّ ‫يَاأَيُّ َها الَّذِينَ َءا َمنُوا أ َ ِطيعُوا‬
َّ ‫َّللاَ َوأ َ ِطيعُوا‬
ُ ‫الر‬
Hai orang-orang yang beriman, ta`atlah kepada Allah dan ta`atlah kepada rasul dan janganlah
kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu. (QS. Muhammad, 47 : 33)

6. Menghindari Syubhat

‫اإلبتعاد عن الشبهات‬

Dalam bekerja terkadang seseorang dihadapkan dengan adanya syubhat atau sesuatu yang
meragukan dan samar antara kehalalan dengan keharamannya. Seperti unsur-unsur pemberian
dari pihak luar, yang terdapat indikasi adanya satu kepentingan terntentu. Atau seperti bekerja
sama dengan pihak-pihak yang secara umum diketahui kedzliman atau pelanggarannya
terhadap syariah. Dan syubhat semacam ini dapat berasal dari internal maupun eksternal.

11
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014
Oleh karena itulah, kita diminta hati-hati dalam kesyubhatan ini. Dalam sebuah hadits
Rasulullah SAW bersabda, “Halal itu jelas dan haram itu jelas, dan diantara keduanya ada
perkara-perkara yang syubhat. Maka barang siapa yang terjerumus dalam perkara yang
syubhat, maka ia terjerumus pada yang diharamkan…” (HR. Muslim)

7. Menjaga Ukhuwah Islamiyah

‫المراعاة باألخوة اإلسالمية‬


Aspek lain yang juga sangat penting diperhatikan adalah masalah ukhuwah islamiyah antara
sesama muslim. Jangan sampai dalam bekerja atau berusaha melahirkan perpecahan di tengah-
tengah kaum muslimin. Rasulullah SAW sendiri mengemukakan tentang hal yang bersifat
prefentif agar tidak merusak ukhuwah Islamiyah di kalangan kaum muslimin. Beliau
mengemukakan, “Dan janganlah kalian membeli barang yang sudah dibeli saudara kalian”
Karena jika terjadi kontradiktif dari hadits di atas, tentu akan merenggangkan juga ukhuwah
Islamiyah diantara mereka; saling curiga, su’udzon dsb.

B.3 Ranjau-Ranjau Berbahaya Dalam Dunia Kerja

Dunia kerja adalah dunia yang terkadang dikotori oleh ambisi-ambisi negatif manusia,
ketamakan, keserakahan, keinginan menang sendiri, dsb. Karena dalam dunia kerja, umumnya
manusia memiliki tujuan utama hanya untuk mencari materi. Dan tidak jarang untuk mencapai
tujuan tersebut, segala cara digunakan. Sehingga sering kita mendengar istilah, injak bawah,
jilat atas dan sikut kiri kanan. (Na'udzu billah min dzalik). Oleh karenanya, disamping kita
perlu untuk menghiasi diri dengan sifat-sifat yang baik dalam bekerja, kitapun harus
mewaspadai ranjau-ranjau berbahaya dalam dunia kerja serta berusaha untuk menghindarinya
semaksimal mungkin. Karena dampak negatif dari ranjau-ranjau ini sangat besar, diantaranya
dapat memusnahkan seluruh pahala amal shaleh kita. Berikut adalah diantara beberapa sifat-
sifat buruk dalam dunia kerja yang perlu dihindari dan diwaspadai :

1. Hasad (Dengki)

Hasad atau dengki adalah suatu sifat, yang sering digambarkan oleh para ulama dengan
ungkapan "senang melihat orang susah, dan susah melihat orang senang." Sifat ini sangat
berbahaya, karena akan "menghilangkan" pahala amal shaleh kita dalam bekerja.Dalam sebuah
hadits Rasulullah SAW bersabda :

12
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014
Dari Abu Hurairah ra berkata, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah oleh kalian
sifat hasad (iri hati), karena sesungguhnya hasad itu dapat memakan kebaikan sebagaimana api
melalap kayu bakar. (HR. Abu Daud)

2. Saling bermusuhan

Tidak jarang, ketika orang yang sama-sama memiliki ambisi dunia berkompetisi untuk
mendapatkan satu jabatan tertentu, atau ingin mendapatkan "kesan baik" di mata atasan, atau
sama-sama ingin mendapatkan proyek tertentu, kemudian saling fitnah, saling tuduh, lalu
saling bermusuhan. Jika sifat permusuhan merasuk dalam jiwa kita, dan tidak berusaha kita
hilangkan, maka akibatnya juga sangat fatal, yaitu bahwa amal shalehnya akan "dipending"
oleh Allah SWT, hingga mereka berbaikan.Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda :

Dari Abu Hurairah ra berkata,bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Pintu-pintu surga dibuka
pada hari senin dan kamis, maka pada hari itu akan diampuni dosa setiap hamba yang tidak
menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kecuali seseorang yang sedang bermusuhan
dengan saudaranya sesama muslim, maka dikatakan kepada para malaikat, “Tangguhkan dua
orang ini sampai mereka berbaikan.” (HR. Muslim).

3. Berprasangka Buruk

Sifat inipun tidak kalah negatifnya. Karena ambisi tertentu atau hal tertentu, kemudian
menjadikan kita bersu'udzon atau berprasangka buruk kepada saudara kita sesama muslim,
yang bekerja dalam satu atap bersama kita, khususnya ketika ia mendapatkan reward yang lebih
baik dari kita. Sifat ini perlu dihindari karena merupakan sifat yang dilarang oleh Allah &
Rasulullah SAW, di samping juga bahwa sifat ini merupakan pintu gerbang ke sifat negatif
lainnya. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :

Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah oleh kalian
prasangka buruk, karena sesungguhnya prasangka buruk itu adalah sedusta-dustanya

13
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014
perkataan. Dan janganlah kalian mencari-cari berita kesalahan orang lain, dan janganlah kalian
mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah kalian saling mementingkan diri sendiri, dan
janganlah kalian saling dengki, dan janganlah kalian saling marah, dan jangan lah kalian saling
memusuhi dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersudara. (HR. Muslim)

4. Sombong

Di sisi lain, terkadang kita yang mendapatkan presetasi sering terjebak pada satu bentuk
kearogansian yang mengakibatkan pada sifat kesombongan. Merasa paling pintar, paling
profesional, paling penting kedudukan dan posisinya di kantor, dsb. Kita harus mewaspadai
sifat ini, karena ini merupakan sifatnya syaitan yang kemudian menjadikan mereka dilaknat
oleh Allah SWT serta dijadikan makhluk paling hina diseluruh jagad raya ini. Sifat ini pun
sangat berbahaya, karena dapat menjadikan pelakunya diharamkan masuk ke dalam surga
(na'udzu billah min dzalik). Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW bersabda :

5. Namimah (mengadu domba)

Indahnya dunia terkadang membutakan mata. Keingingan mencapai sesuatu, meraih


kedudukan tinggi, memiliki gaji yang besar, tidak jarang menjerumuskan manusia untuk saling
fitnah dan adu domba. Sifat ini teramat sangat berbahaya, karena akan merusak tatanan
ukhuwah dalam dunia kerja. Di samping itu, sifat sangat dimurkai oleh Allah serta dibenci
Rasulullah SAW.Dalam sebuah hadits rasulullah bersabda :

14
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014
Dari Hudzaifah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersbada, “Tidak akan masuk surga
sesroang yang suka mengadu domba.” HR Bukhari Muslim)

Masih banyak sesungguhnya sifat-sifat lain yang perlu dihindari. Namun setidaknya kelima
ranjau berbahaya tadi, dapat menggugah kita untuk menjauhi segala ranjau-ranjau berbahaya
lainnya khususnya dalam kehidupan dunia kerja. Jadi, sekarang bekerjalah dengan niat ikhlas,
hiasi dengan sifat-sifat positif dan songsonglah hari esok dengan penuh kegemilangan serta
keridhaan dari Allah SWT.5

B.4 Akhlak profesi

Setelah dibahas tentang bagaimana etos kerja itu mempunyai akar yang kuat dalam ajaran
islam, maka adanya akhlak yang harus ditegakkan dalam bekerja tersebut, atau yang sering
disebut dengan etika profesi (akhlak profesi).

Profesi merupakan pekerjaan yang bernilai positif, mendapatkan hasil dan sesuai dengan
keahliannya. Mengapa harus sesuai keahliannya? Karena Nabi Saw pernah bersabda, kira-kira
isinya begini : "Barangsiapa menyerahkan pekerjaan kepada seseorang yang bukan ahlinya,
maka tunggulah kehancurannya"

Seseorang yang ahli disebut sebagai seorang profesional. Keprofesionalam seseorang bisa
dilihat dari dua aspek, yaitu:

1. Ijazah atau sertifikat. Hal ini merupakan tolak ukur dari selembar kertas yang diberikan oleh
instansi terhadap seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu atau telah menempuh ujian
kelulusan. Walaupun terkadang ada saja ijazah atau sertifikat palsu, atau ijazah yang tidak
sesuai dengan kemampuan seseorang, ijazah banyak digunakan untuk mengukur keahlian
seseorang.

2. Pengakuan dari para ahli. Ketika para ahli merekomendasikan seseorang, secara otomatis ia
akan mendapatkan dari masyarakat dengan mudah.

5
Rikza Maulan, Lc., M.Ag

15
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014
Dalam islam, diatur dengan jelas tentang bagaimana sebuah pekerjaan yang harus
dijalani dan dilakukan . islam mempunyai garis yang tegas dan jelas tentang akhlak produksi
dan sekaligus akhlak konsumsi.

1. Meletakkan kerja sebagai sebuah amalan soleh yang dilakukan dalam konteks dan tahap
yang runtut atas iman, ilmu dan amal. Karena itulah, maka kerja bernilai ibadah. Dari
sinilah , maka seorang muslim akan memandang kerja dengan dua pandangan.
 Pertama, sebagai suatu aktivitas yang bernilaai ibadah
 Kedua, sebagai sebuah aktivitas untuk memperoleh keuntungan finansial.
Karena itu, bagi seorang muslim, kegagalan dalam memperoleh finansial tidak boleh
menjadikan keputusasaan , karena itu hanyalah merupakan salah satu aspek dari kerja
tersebut.
2. menunaikan kerja sebagai suatu perintah amalan yang harus dilakukan secara
profesional . dikatakan sebagai amanah pada hakikatnya setiap waktu, kesempatan, dan
aktivitas, akan diminta pertanggung jawabannya oleh Allah. Dengan memahami hal ini,
dalam melakukan sebuah pekerjaan seseorang tidak boleh melakukan seenaknya
ataupun asal-asalan. Setiap kerja haruslah dilakukan dan dikelola dengan Management
yang baik. Islam sama sekali tidak menginginkan bahwa seorang muslim melakukan
kerja hanya sepenuhnya digantungkan kepada Allah dengan mengbaikan ikhtiar dan
usaha. Sebaliknya, ada kerinduan pada dirinya untuk mencapai hasil yang seoptimal
mungkin dan malu apabila pekerjaanya tidak dilaksanakan dengan baik karena itu
merupakan salah satu bentuk pengkhianatan kerja . karena itulah , profesionalisme dan
kesempurnaan adalah nilai yang dikehendaki oleh islam.
3. Melakukan kerja dengan wawasan masa depan dan wawasan ukhrawi. Artinya, dalam
melakukan kerja, seseorang harus mengingat kepentingan hari depannya. Sehingga,
dalam bekerja tidak hanya menggunakan kesempatan untuk mencari kepentingan
pribadi sebanyak mungkin dengan melakukan apa kelanjutannya dihari depan, kerugi
– Rugian dan resikonya. Karena bisa jadi keuntungan akan banyak didapat, tetapi orang
lain akan merasakan akibatnya. Sikap biasa ini disebut dengan oportunistik (‘aji
mumpung “). Pada prinsipnya islam akan menentang semua bentuk kesenangan yang
didapat dengan mendzalimi orang.
Sementara itu yang dimaksud dengan bekerja dengan wawasan ukhrawi adalah bahwa
dalam melaksanakan setiap kerja , seorang muslim harus merasakan semua akibat di
akhirat nanti. Oleh karenanya, seorang muslim tidak boleh sengaja melakukan

16
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014
kecurangan dan tindakan-tindakan yang diharamkan/dilarang dalam menyelesaikan
sebuah kerja. Inilah salah satu kelebihan yang dimiliki islam. Dalam bekerja orang tidak
akan pernah merugikan orang lain, mengeksploitasi apalagi mengintimidasi orang lain.
Inilah sebuah sistem pengawasan yang tidak bisa di tandingi oleh sistem administrasi
ciptaan manusia. Tidak akan mampu walaupun orang lain mengetahuinya, tidak akan
melakukan korupsi dan manipulasi walaupun tidak ada bukti yang bisa diajukan untuk
menuntut.
Melanggar hal itu sama saja menyengaja dirinya untuk terjerumus dalam api neraka .
hal ini bisa dibaca dan disimpulkan dari ayat Allah yang berbunyi :

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Maka , konsep islam, bukan hanya bekerja merupakan sebuah aktivitas yang bukan
hanya bersifat duniawi, melainkan juga sangat ukhrawi. Artinya, bahwa islam
melibatkan aspek transendental dalam beribadah , sehingga kerja tidak hanya dilihat
sebagai gejala prilaku ekonomi, tetapi juga prilaku ibadah. Keduanya dilakukan dalam
satu waktu sekaligus.

B.5 Ciri-ciri orang yang berakhlak pada pekerjaan maupun profesi

Orang yang mempunyai dan menghayati akhlak Kerja akan tampak dalam
kehidupannya yang dilandaskan pada suatu keyakinan yang sangat mendalam bahwa
pekerja itu ibadah dan berprestasi itu indah. Ciri-ciri itu diantaranya :
1. Mereka kecanduan terhadap waktu

17
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014
Salah satu esensi dan hakikat, dari akhlak bekerja adalah cara seseorang
menghayati, memahami, dan merasakan betapa berharganya waktu, satu detik
berlalu waktu tidak mungkin akan kembali. Waktu merupakan deposito yang
berharga yang dianugerahkan Allah secara gratis dan merata kepada setiap orang
baik kaya maupun miskin. Yaitu, 24jam atau 1.440menit atau 86.400detik setiap
hari. Pada waktu ini merupakan sehelai kertas kehidupan yang harus ditulis dengan
deretan kalimat kerja dan prestasi. Dia akan merasakan kehampaan yang luar biasa
apabila waktu yang dilaluinya tidak diisi dengan kreasi, kalimat kerjanya terputus,
atau bahkan dia akan kekosongan jiwa apabila ada waktu yang kosong serta tidak
ada nilai apapun. Baginya waktu adalah aset ilahiah yang sangat berharga, yang
merupakan ladang subur yang membutuhkan ilmu dan amal untuk diolah serta
dipetik hasilnya pada waktu yang lain. Ada peerumpamaan “alwaktu kassaif inlam
taqhahu qhata’a” yang artinya waktu bagaikan pedang, apabila tidak waspada,
padahal itu akan memotong kita sendiri. Maka waktu sangatlah penting dalam
kehidupan.
2. Mereka memiliki moralitas yang bersih (ikhlas)
Ikhlas dalam artisan di sini yaitu bersih, murni (tidak terkontaminasi). Dan ikhlas
merupakan bentuk dari cinta, bentuk kasih sayang dan pelayanan tanpa ikatan. Cinta
yang putih terbentuk karena keikhlasan yang tidak ingin menjadi rusak karena
tercampur hal lain selain terpenuhinya dahaga cinta. Mereka takut bahwa suatu
pekerjaan yang dilatarbelakangi motivasi atau pamrih selain melaksanakan amanah
walaupun atas namakan ikhlas dan cinta akan menjadi komoditas semata-mata.
Keikhlasan hanya akan menjadi label atau simbol dari pengesahana dirinya untuk
berbuat munafik. Sikap ikhlas bukan hanya output dari cara dia melayani,
melainkan juga input atau masukan yang membentuk kepribadiannya didasarkan
pada sikap yang bersih. Bahkan, cara dirinya mencari rizqi makanan dan minuman
yang masuk ke dalam tubuhnya adalah bersih semata-mata.
3. Mereka kecanduan kejujuran
Di dalam jiwa orang yang jujur terdapat nilai ruhani yang memantulkan berbagai
sikap yang berpihak kepada kebenaran dan sikap moral yang terpuji (morally
upright). Dirinya telah dibelenggu, dikuasai, dan diperbudak oleh kejujuran, dia
merasa bangga karena menjadi budak Allah karena memang pada dasarnya
merupakan hamba Allah. Maka apabila ada tindakan yang menyimpang dari nilai
rohani kejujurannya, tipu berarti dia telah menghianati diri dan keyakinannya

18
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014
sendiri dan telah menipu dirinya sendiri dihadapan Allah. Dan dalam kejujuran dan
keikhlasan itu tidak cukup, perlu adanya faktor dorongan lain yaitu berupa integritas
karena kejujurna dan integritas merupakan dua sisi mata uang dan dengan adanya
integritas ini mereka siapa menghadapi risiko dan seluruh akibatnya dihadapi
dengan gagah berani, kebanggaan, dan penuh suka cita, dan tidak pernah terfikirkan
untuk melemparkan tanggung jawabnya kepada orang lain.
4. Mereka memiliki komitmen (aqidah, abad, itikad).
Yaitu keyakinan yang mengikat (abad) sedemikian kukuhnya sehingga
membelenggu seluruh hati nuraninya dan kemudian menggerakkan perilaku
menuju arah tertentu yang diyakininya (itikad).
5. Istiqamah, kuat pendirian
Yaitu kemampuan untuk bersikap secara taat asas, pantang menyerah, dan ampu
mempertahankan prinsip serta komitmennya walau harus berhadapan dengan risiko
yang membahayakan dirinya. Mereka mampu mengendalikan diri dan mengelola
emosinya secara efektif. Tetap teguh terhadap komitmen, positif, dan tidak rapuh
kendati berhadapan dengan situasi yang menekan.
6. Mereka kecanduan disiplin
Yaitu kemampuan untuk mengendalikan diri dengan tenang dan tetap taat walaupun
dalam situasi yang sangat menekan (cam controlled behavior: The ability do behave
in a controlled and calm way even in a difficult bor stressful situation).
Pribadi yang disiplin sangat berhati-hati dalam mengelola pekerjaan, serta penuh
tanggung jawab memenhi kewajibannya.
7. Konsekuen dan berani menghadapi tantangan (challenge)
Bagi mereka hidup adalah pilihan (Life is a choice) dan setiap pilihan merupakan
tanggung jawab pribadinya. Mereka tidak mungkin menyalahkan pihak manapun
karena pada akhirnya semua pilihan ditetapkan oleh dirinya sendirinya. Dasar
tanggung jawabnya mendorong perilakunya yang bergerak dinamis seakan-akan di
dalam dadanya ada “nyala api”, sebuah motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan
dan menjaga apa yang telah menjadi keputusan.
8. Mereka tipe orang yang bertanggung jawab
Sikap dan tindakan seseorang di dalam menerima sesuatu sebagai amanah, dengan
penuh rasa cinta ia ingin menunaikannya dalam bentuk pilihan-pilihan yang
melahirkan amal prestatif.

19
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014
9. Mereka bahagia karena melayani
Melayani dengan cinta bukan karena tugas atau pengaruh dari luar, melainkan
benar-benar sebuah obsesi yang sangat mendalam bahwa bahagia karena melayani
yang mana merupakan bentuk kesadaran dan kepeduliannya terhadap nilai
kemanusiaan yang mana merupakan investasi yang kelak akan dipetik
keuntungannya, tidak hanya diakhirat, tetapi didunia pun mereka sudah
merasaknnya. Seperti yang telah Rasulullah contohkan. Dan dengan mengambil
keteladanan Rasulullah tersebut, seharusnya setiap pribadi muslim sangat bangga
untuk melayaninya karena melayani adalah keterpanggilan sekaligus merupakan
Citra dari umat islam.
10. Dan masih banyak lagi

B.6 Keutamaan (Fadhilah) Bekerja Dalam Islam

1. Orang yang ikhlas bekerja akan mendapatkan ampunan dosa dari Allah SWT. Dalam
sebuah hadits diriwayatkan :

َ ‫ع َم ِل َي ِد ِه أ َ ْم‬
)‫سى َم ْغفُ ْو ًرا لَهُ (رواه الطبراني‬ َ ‫َم ْن أ َ ْم‬
َ ‫سى َكاالًّ ِم ْن‬
Barang siapa yang sore hari duduk kelelahan lantaran pekerjaan yang telah dilakukannya, maka
ia dapatkan sore hari tersebut dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT. (HR. Thabrani)

2. Akan diampuninya suatu dosa yang tidak dapat diampuni dengan shalat, puasa, zakat,
haji & umrah. Dalam sebuah riwayat dikatakan :

‫ قَا َل َو َما ت ُ َك ِفِّ ُرهَا‬،ُ‫الصيا َ ُم َوالَ ْال َح ُج َوالَ ْالعُ ْم َرة‬


ِّ ِ َ‫صالة ُ َوال‬ ِ ‫ِإ َّن ِمنَ الذُّنُ ْو‬
َّ ‫ الَ ت ُ َك ِفِّ ُرهَا ال‬،‫ب لَذُنُ ْوبًا‬
)‫ش ِة (رواه الطبراني‬ َ ‫ب ْال َم ِع ْي‬
ِ َ‫طل‬َ ‫س ْو َل هللاِ؟ قا َ َل ْال ُه ُم ْو ُم فِ ْي‬ ُ ‫يَا َر‬

‘Sesungguhnya diantara dosa-dosa itu, terdapat satu dosa yang tidak dapat dihapuskan dengan
shalat, puasa, haji dan umrah.’ Sahabat bertanya, ‘Apa yang dapat menghapuskannya wahai
Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Semangat dalam mencari rizki.’ (HR. Thabrani)

3. Mendapatkan ‘Cinta Allah SWT’. Dalam sebuah riwayat digambarkan :

َ ‫إِ َّن هللاَ ي ُِحبُّ ْال ُمؤْ ِمنَ ْال ُم ْحت َ ِر‬
)‫ف (رواه الطبراني‬

20
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014
Sesungguhnya Allah SWT mencintai seorang mu’min yang giat bekerja. (HR.
Thabrani)

4. Terhindar dari azab neraka

Dalam sebuah riwayat dikemukakan, “Pada suatu saat, Saad bin Muadz Al-Anshari
berkisah bahwa ketika Nabi Muhammad SAW baru kembali dari Perang Tabuk, beliau
melihat tangan Sa’ad yang melepuh, kulitnya gosong kehitam-hitaman karena diterpa
sengatan matahari. Rasulullah bertanya, ‘Kenapa tanganmu?’ Saad menjawab, ‘Karena aku
mengolah tanah dengan cangkul ini untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi
tanggunganku.” Kemudian Rasulullah SAW mengambil tangan Saad dan menciumnya
seraya berkata, ‘Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka’” (HR.
Tabrani)

5. Bekerja mencari nafkah digolongkan dalam fi sabililah

Dari Ka'ab bin Umrah berkata, "Ada seseorang yang berjalan melalui tempat Rasulullah SAW.
Orang itu sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas. Para sahabat lalu berkata, 'Ya
Rasulullah, andaikata bekerja seperti dia dapat digolongkan fi sabilillah, alangkah baiknya.'
Lalu Rasulullah bersabda, 'Jika ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil,
itu adalah fi sabilillah; Jika ia bekerja untuk membela kedua orang tuanya yang sudah lanjut
usia, itu adalah fi sabilillah; dan jika ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak
meminta-minta, maka itu adalah fi sabilillah... (HR. Thabrani)

Riwayat-riwayat di atas sudah lebih dari cukup bagi seorang mu'min untuk menjadi motivator
dalam bekerja, terlebih- lebih bekerja di Lembaga Keuangan Syariah, yang memiliki visi untuk
merealisasikan syariat Allah di muka bumi ini. Oleh karenanya seorang muslim yang baik
adalah yang bekerja dengan penuh kesungguhan dan ketekunan. Karena selain mendapatkan
penghasilan untuk kehidupan dunianya, ia juga mendapatkan beribu kebaikan untuk
kehidupannya di akhirat kelak.
serta Akhlak merupakan teras kepada pembentukan etika kerja seseorang. Akhlak mulia yang
dimiliki oleh seseorang pekerja maupun ketua menjadi lambang ketinggian pribadi dan kualitas
individu terbaik. Ini bermakna apabila seseorang itu mempunyai akhlak yang baik maka,
mereka akan melakukan pekerjaan dengan mengikut tuntutan Islam. Salah satunya berakhlak
dalam melakukan kerja dengan bersungguh-sungguh (itqan). Pekerjaan yang dilakukan dengan

21
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014
bersungguh-sungguh akan tergolong dalam amalan kebajikan. “Sesungguhnya Allah suka
apabila seseorang itu melakukan sesuatu kerja itu dengan tekun” ( Riwayat Al-Baihaqi)

B.7 Perbedaan Profesi dan Pekerjaan

Profesi:

a. Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus.

b. Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu).

c. Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup.

d. Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam.

Pekerjaan:

a. Tidak membutuhkan latar belakang pendidikan.

b. Tidak membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang mendalam

persamaan profesi dan pekerjaan

a. Sama – sama dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup (nafkah hidup )


b. Membutuhkan tenaga serta upaya untuk menyelesaikannya
c. Sama – sama dapat menghasilkan uang

22
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014
C. Kesimpulan

Bekerja adalah segala aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan
tertentu (jasmani dan rohani) , dan di dalamnya tersebut dia berupaya dengan penuh
kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti pengabdian dirinya
kepada Allah SWT. hampir di setiap sudut kehidupan , kita menjumpai begitu banyaknya
orang yang bekerja . para salesmen yang hilir mudik mendatangi toko dan rumah - rumah ,
guru yang tekun berdiri di depan kelas , polisi yang mengatur lalu-lintas dalam selingan hujan
dan panas terik, serta segudang profesi lainnya.

Dalam Islam terdapat banyak sekali ibadah yang tidak mungkin dilakukan tanpa biaya & harta,
seperti zakat, infak, shadaqah, wakaf, haji dan umrah. Sedangkan biaya/ harta tidak mungkin
diperoleh tanpa proses kerja. Maka bekerja untuk memperoleh harta dalam rangka ibadah
kepada Allah menjadi wajib.

sisi lain, makna bekerja” bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh ,
dengan mengerahkan seluruh aset, pikiran , dan dzikirnya untuk mengaktualisasikan atau
menampakkan arti dirinya sebagi hamba Allah yang harus menundukan dunia dan
menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (khairu ummah) atau
dengan kata lain dapat Juga kita katakan bahwa hanya dengan bekerja manusia itu
memanusiakan dirinya. Dan dalam bekerja sendiri diperlukan sebuah akhlak yang mana
Akhlak merupakan teras kepada pembentukan etika kerja seseorang. Akhlak mulia yang
dimiliki oleh seseorang pekerja maupun ketua menjadi lambang ketinggian pribadi dan kualitas
individu terbaik. Ini bermakna apabila seseorang itu mempunyai akhlak yang baik maka,
mereka akan melakukan pekerjaan dengan mengikut tuntutan Islam. Salah satunya berakhlak
dalam melakukan kerja dengan bersungguh-sungguh (itqan). Pekerjaan yang dilakukan dengan
bersungguh-sungguh akan tergolong dalam amalan kebajikan. “Sesungguhnya Allah suka
apabila seseorang itu melakukan sesuatu kerja itu dengan tekun” ( Riwayat Al-Baihaqi).

Dan dalam bekerja sendiri islam mempunyai prinsip – prinsip, faedah dalam bekerja, ranjau –
ranjau bahaya dalam bekerja, ciri – ciri orang yang bekerja dengan akhlak (akhlakul karimah )
dan hal – hal lain , yang mana memang sebenarnya kehidupan ini tak lepas dari bekerja dan
beribadah kepada Allah.

23
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014
D. Kritik dan saran

Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan
dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya
pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan
makalah ini kami banyak berharap kepada para pembaca yang budiman memberikan
kritik saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami, dan para pembaca khususnya. Aamiin

Marâji’

K.H.Toto Tasmara membudayakan etos kerja islami Jakarta : PT Gema Insani, 2002
Aunur Rahim Faqih, Ibadah dan Akhlak dalam Islam. Yogyakarta : UII Press Indonesia, 1998
http://nadiacitraa.blogspot.com/2012/06/akhlak-kepada-profesi.html
http://www.ikim.gov.my/index.php/ms/artikel/8350-kenapa-perlu-kepada-akhlak-etika-kerja
http://rikzamaulan.blogspot.com/2009/01/etika-dan-akhlak-bekerja-dalam-islam.html
http://www.ikim.gov.my/index.php/ms/artikel/8350-kenapa-perlu-kepada-akhlak-etika-kerja
http://hanicaniagod4.blogspot.com/2009/03/perbedaan-profesi-dan-pekerjaan.html
http://id-id.facebook.com/notes/muhammad-saw-sebagai-pedagang/akhlak-etika-bekerja-
dalam-islam/192960884053743

24
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014

Você também pode gostar