Você está na página 1de 99

LANANG GUNUNG

The greatest WordPress.com site in all the land!


Menu
Skip to content
 Home
 About

M T W T F S S

1 2 3 4 5 6 7

8 9 10 11 12 13 14

15 16 17 18 19 20 21

22 23 24 25 26 27 28

29 30

April 2013

BLOG STATS
 13,369 hits
REPORT THIS AD

ilmu dasar Naik Gunung (Hiking)


APRIL 2, 2013 BY LIGAJERSEYSHOP

PENGETAHUAN DASAR MENDAKI GUNUNG


Kenapa Mendaki Gunung
Copas dari : http://justitia.wordpress.com/2007/05/07/pengetahuan-dasar-mendaki-gunung/
Mendaki gunung seperti kegiatan petualangan lainnya merupakan sebuah aktivitas olahraga berat. Kegiatan
itu memerlukan kondisi kebugaran pendaki yang prima. Bedanya dengan olahraga yang lain, mendaki gunung
dilakukan di tengah alam terbuka yang liar, sebuah lingkungan yang sesungguhnya bukan habitat manusia,
apalagi anak kota.
Pendaki yang baik sadar adanya bahaya yang bakal menghadang dalam aktivitasnya yang diistilahkan dengan
bahaya obyektif dan bahaya subyektif. Bahaya obyektif adalah bahaya yang datang dari sifat-sifat alam itu
sendiri. Misalnya saja gunung memiliki suhu udara yang lebih dingin ditambah angin yang membekukan,
adanya hujan tanpa tempat berteduh, kecuraman permukaan yang dapat menyebabkan orang tergelincir
sekaligus berisiko jatuhnya batu-batuan, dan malam yang gelap pekat. Sifat bahaya tersebut tidak dapat diubah
manusia.
Hanya saja, sering kali pendaki pemula menganggap mendaki gunung sebagai rekreasi
biasa. Apalagi untuk gunung-gunung populer dan “mudah” didaki, seperti Gede, Pangrango
atau Salak. Akibatnya, mereka lalai dengan persiapan fisik maupun perlengkapan pendakian.
Tidak jarang di antara tubuh mereka hanya berlapiskan kaus oblong dengan bekal biskuit
atau air ala kadarnya.
Meski tidak dapat diubah, sebenarnya pendaki dapat mengurangi dampak negatifnya. Misalnya dengan
membawa baju hangat dan jaket tebal untuk melindungi diri dari dinginnya udara. Membawa tenda untuk
melindungi diri dari hujan bila berkemah, membawa lampu senter, dan sebagainya.
Sementara bahaya subyektif datangnya dari diri orang itu sendiri, yaitu seberapa siap dia
dapat mendaki gunung. Apakah dia cukup sehat, cukup kuat, pengetahuannya tentang peta
kompas memadai (karena tidak ada rambu-rambu lalu lintas di gunung), dan sebagainya.
Sebagai gambaran, Badan SAR Nasional mendata bahwa dari bulan Januari 1998 sampai dengan April 2001
tercatat 47 korban pendakian gunung di Indonesia yang terdiri dari 10 orang meninggal, 8 orang hilang, 29
orang selamat, 2 orang luka berat dan 1 orang luka ringan, dari seluruh pendakian yang tercatat (Badan SAR
Nasional, 2001)
Data lain, sejak tahun 1969 sampai 2001, gunung Gede dan Pangrango di Jawa Barat telah memakan korban
jiwa sebanyak 34 orang. Selanjutnya, dari 4000 orang yang berusaha mendaki puncak Everest sebagai puncak
gunung tertinggi di dunia, hanya 400 orang yang berhasil mencapai puncak dan sekitar 100 orang meninggal.
Rata-rata kecelakaan yang terjadi pada pendakian dibawah 8000 m telah tercatat sebanyak 25% pada setiap
periode pendakian.
Kedua bahaya itu dapat jauh dikurangi dengan persiapan. Persiapan umum yang harus dimiliki seorang
pendaki sebelum mulai naik gunung antara lain:
1. Membawa alat navigasi berupa peta lokasi pendakian, peta, altimeter [Alat pengukur ketinggian
suatu tempat dari permukaan laut], atau kompas. Untuk itu, seorang pendaki harus paham
bagaimana membaca peta dan melakukan orientasi. Jangan sekali-sekali mendaki bila dalam
rombongan tidak ada yang berpengalaman mendaki dan berpengetahuan mendalam tentang
navigasi.
2. Pastikan kondisi tubuh sehat dan kuat. Berolahragalah seperti lari atau berenang secara rutin
sebelum mendaki.
3. Bawalah peralatan pendakian yang sesuai. Misalnya jaket anti air atau ponco, pisahkan pakaian
untuk berkemah yang selalu harus kering dengan baju perjalanan, sepatu karet atau boot (jangan
bersendal), senter dan baterai secukupnya, tenda, kantung tidur, matras.
4. Hitunglah lama perjalanan untuk menyesuaikan kebutuhan logistik. Berapa banyak harus
membawa beras, bahan bakar, lauk pauk, dan piring serta gelas. Bawalah wadah air yang harus
selalu terisi sepanjang perjalanan.
5. Bawalah peralatan medis, seperti obat merah, perban, dan obat-obat khusus bagi penderita
penyakit tertentu.
6. Jangan malu untuk belajar dan berdiskusi dengan kelompok pencinta alam yang kini telah tersebar
di sekolah menengah atau universitas-universitas.
7. Ukurlah kemampuan diri. Bila tidak sanggup meneruskan perjalanan, jangan ragu untuk kembali
pulang.

Memang, mendaki gunung memiliki unsur petualangan. Petualangan adalah sebagai satu
bentuk pikiran yang mulai dengan perasaan tidak pasti mengenai hasil perjalanan dan selalu
berakhir dengan perasaan puas karena suksesnya perjalanan tersebut. Perasaan yang
muncul saat bertualang adalah rasa takut menghadapi bahaya secara fisik atau
psikologis. Tanpa adanya rasa takut maka tidak ada petualangan karena tidak ada pula
tantangan.
Risiko mendaki gunung yang tinggi, tidak menghalangi para pendaki untuk tetap melanjutan pendakian, karena
Zuckerma menyatakan bahwa para pendaki gunung memiliki kecenderungan sensation seeking [pemburuan
sensasi] tinggi. Para sensation seeker menganggap dan menerima risiko sebagai nilai atau harga dari sesuatu
yang didapatkan dari sensasi atau pengalaman itu sendiri. Pengalaman-pengalaman yang menyenangkan
maupun kurang menyenangkan tersebut membentuk self-esteem [kebanggaan /kepercayaan diri].
Pengalaman-pengalaman ini selanjutnya menimbulkan perasaan individu tentang dirinya, baik perasaan positif
maupun perasaan negatif. Perjalanan pendakian yang dilakukan oleh para pendaki menghasilkan pengalaman,
yaitu pengalaman keberhasilan dan sukses mendaki gunung, atau gagal mendaki gunung. Kesuksesan yang
merupakan faktor penunjang tinggi rendahnya self-esteem, merupakan bagian dari pengalaman para pendaki
dalam mendaki gunung.
Fenomena yang terjadi adalah apakah mendaki gunung bagi para pendaki merupakan
sensation seeking untuk meningkatkan self-esteem mereka? Selanjutnya, sensation seeking
bagi para pendaki gunung kemungkinan memiliki hubungan dengan self-esteem pendaki
tersebut. Karena pengalaman yang dialami para pendaki dalam pendakian dapat berupa
keberhasilan maupun kegagalan.
Persiapan mendaki gunung
Persiapan umum untuk mendaki gunung antara lain kesiapan mental, fisik, etika,
pengetahuan dan ketrampilan.
 Kesiapan mental.
Mental amat berpengaruh, karena jika mentalnya sedang fit, maka fisik pun akan fit, tetapi bisa saja terjadi
sebaliknya.
 Kesiapan fisik.
Beberapa latihan fisik yang perlu kita lakukan, misalnya : Stretching /perenggangan [sebelum dan sesudah
melakukan aktifitas olahraga, lakukanlah perenggangan, agar tubuh kita dapat terlatih kelenturannya].
Jogging (lari pelan-pelan) Lama waktu dan jarak sesuai dengan kemampuan kita, tetapi waktu, jarak dan
kecepatan selalu kita tambah dari waktu sebelumnya. Latihan lainnya bisa saja sit-up, push-up dan pull-up
Lakukan sesuai kemampuan kita dan tambahlah porsinya melebihi porsi sebelumnya.
 Kesiapan administrasi.
Mempersiapkan seluruh prosedur yang dibutuhkan untuk perijinan memasuki kawasan yang akan dituju.
 Kesiapan pengetahuan dan ketrampilan.
Pengetahuan untuk dapat hidup di alam bebas. Kemampuan minimal yang perlu bagi pendaki adalah
pengetahuan tentang navigasi darat, survival serta EMC [emergency medical care] praktis.
Perencanan pendakian.
Hal pertama yang ahrus dilakukan adalah mencari informasi. Untuk mendapatkan data-data kita dapat
memperoleh dari literatur- literatur yang berupa buku-buku atau artikel-artikel yang kita butuhkan atau dari
orang-orang yang pernah melakukan pendakian pada objek yang akan kita tuju. Tidak salah juga bila meminta
informasi dari penduduk setempat atau siapa saja yang mengerti tentang gambaran medan lokasi yang akan kita
daki.
Selanjutnya buatlah ROP (Rencana Operasi Perjalanan). Buatlah perencanaan secara detail dan rinci, yang berisi
tentang daerah mana yang dituju, berapa lama kegiatan berlangsung, perlengkapan apa saja yang dibutuhkan,
makanan yang perlu dibawa, perkiraan biaya perjalanan, bagaimana mencapai daerah tersebut, serta prosedur
pengurusan ijin mendaki di daerah tersebut. Lalu buatlah ROP secara teliti dan sedetail mungkin, mulai dari
rincian waktu sebelum kegiatan sampai dengan setelah kegiatan. Aturlah pembagian job dengan anggota
pendaki yang lain (satu kelompok), tentukan kapan waktu makan, kapan harus istirahat, dan sebagainya.
Intinya dalam perencanaan pendakian, hendaknya memperhatikan :
■ Mengenali kemampuan diri dalam tim dalam menghadapi medan.
■ Mempelajari medan yang akan ditempuh.
■ Teliti rencana pendakian dan rute yang akan ditempuh secermat mungkin.
■ Pikirkan waktu yang digunakan dalam pendakian.
■ Periksa segala perlengkapan yang akan dibawa.
Perlengkapan dasar perjalanan
■ Perlengkapan jalan : sepatu, kaos kaki, celana, ikat pinggang, baju, topi, jas hujan, dll.
■ Perlengkapan tidur : sleeping bag, tenda, matras dll.
■ Perlengkapan masak dan makan: kompor, sendok, makanan, korek dll.
■ Perlengkapan pribadi : jarum , benang, obat pribadi, sikat, toilet paper / tissu, dll.
■ Ransel / carrier.
Perlengkapan pembantu
■ Kompas, senter, pisau pinggang, golok tebas, Obat-obatan.
■ Peta, busur derajat, douglass protector, pengaris, pensil dll.
■ Alat komunikasi (Handy talky), survival kit, GPS [kalo ada]
■ Jam tangan.
Packing atau menyusun perlengkapan kedalam ransel.
 Kelompokkan barang barang sesuai dengan jenis jenisnya.
 Masukkan dalam kantong plastik.
 Letakkan barang barang yang ringan dan jarang penggunananya (mis :
Perlengkapan tidur) pada yang paling dalam.
 Barang barang yang sering digunakan dan vital letakkan sedekat mungkin dengan tubuh dan mudah
diambil.
 Tempatkan barang barang yang lebih berat setinggi dan sedekat mungkin dengan badan / punggung.
 Buat Checklist barang barang tersebut.

Mengenal Jenis Gunung dan Grade Pendakian


Pada garis besar gunung terbagi menjadi 2, yaitu gunung berapi/aktif dan tidak aktif.
Berdasar bentuknya dibagi menjadi :
1. Gunung berapi perisai (Gunung berapi lava) == seperti perisai
2. Gunung berapi strato
3. Gunung berapi maar == Gunung berapi yang meletus sekali dan segala aktivitas vulkanisme
terhenti, yang tinggal hanya kawahnya saja.
Macam dan tingkat pendakian gunung macam pendakian, yaitu pendakian gunung bersalju
(es) dan gunung batu. Keduanya mambutuhkan persiapan dan perlengkapan yang matang.
Menurut Club “Mountaineers”, Seatle Washington, dasar pembagian tingkat pendakian ada
dua cara.
1. Berdasar penggunaan alat teknis yang dipakai ( class)
 class 1 ; lintas alam tanpa bantuan tangan
 class 2 ; dibutuhkan bantuan tangan
 class 3 ; pendakian yang mudah memerlukan kaki dan tangan dalam mendaki, tali mungkin dibutuhkan
oleh pemula
 class 4 ; pendakian memerlukan tali pengaman
 class 5 ; dibutuhkan tali dan pengaman peralatan lain seperti : piton, runner, chocks dll
 class 6 ; mandaki dengan tali dengan peralatan bantuan sepenuhnya berpijak diatas paku tebing,
memenjat rantai sling atau mengunakan stirupss
Pendakian claass 4 masuk dalam katagori scrembling [Mendaki dengan cara
mempergunakan badan sebagai keseimbangan serta tangan untuk berpegangan dengan
medan yang miring sampai 45 derajat] dan class 5 – 6 sudah dapat dikatagorikan sebagai
climbing [panjat]. Dimana class 5 merupakan free-climbing [Pemanjatan dengan tanpa
menggunakan alat tehnis untuk menambah ketinggian, alat hanya sebagai pengaman saja ]
dan class 6 adalah artificial climbing [Pemanjatan dengan menggunakan alat tehnis sebagai
pembantu menambah ketinggian, misalnya dipijak atau disentak dan dipegang ]. Apa bila
dilakukan di gunung batu / cadas disebut rock climbing dan bila dilakukan di gunung es
disebut dengan snow and ice climbing .
Ulasan mengenai hal ini dibahas dalam materi tersendiri.2. Berdasar lama waktu akibat sukarnya
pendakian dalam medan pendakian (grade)
 grade I, bagian yang sukar dapat ditempuh dalam beberapa jam
 grade II, bagian yang sukar ditempuh dalam setengah hari
 grade III, bagian yang sukar ditempuh dalam sehari penuh
 grade IV, bagian yang sukar ditempuh dalam sehari penuh dan memerlukan bantuan lereng-lereng
sempit untuk bisa naik
 grade V, bagian yang sukar ditempuh dalam waktu 1,5-2,5 hari
 grade VI, bagian yang sukar ditempuh dalam waktu 2 hari atau lebih dan dengan banyak sekali
kesulitan
Ulasan mengenai hal ini dibahas dalam materi panjat tebing.
3. Berdasarkan tingkat kemanan pemanjat dari kemampuan alat yang digunakan
 A1 ;aman sekali, peralatan yang dipasang dan digunakan dapat diandalkan untuk menjaga
keselamatan pendaki
 A2 ;aman, jikapun terjadi maslah, alat masih dapat diandalkan untuk mencegah akibat yang lebih fatal
[misalnya jatuh tidak sampai kedasar]
 A3 ;penggunan alat pengaman cukup aman tetapi tidak dapat diandalkan untuk menjaga resiko jatuh,
kecuali dengan pemasngan yang sangat teliti dan fall-faktor yang tidak terlal;u berbeban tinggi. Bila
fall faktor tinggi, maka alat-alat akan copot dan pendaki bisa menerima akibat fatal
 A4 ;pengaman yang digunakan tidak dapat diharapkan untuk dapat menahan beban jatuh, cenderung
hanya sebagai pengaman psykologis untuk menguatkan mental pendaki

4. Berdasarkan tingkat kesulitan [difficult] medan pendakian


Tingkatan pedakian dengan dasar perhitungan ini bisa disebut juga dengan Yossemite Decimal System [YDS].
Pang-katagorian berasal dari USA dan saat ini banyak di gunakan untuk menentukan grade kesulitan panjat
tebing. Oleh karena itu YDS dimulai dengan grade 5 dan seterusnya. Pengkatagorian demikian biasanya
digunakan untuk jenis pendakian free-climbing atau free-soloing [Memanjat sendiri tanpa alat bantu dan
pengaman apapun, biasanya pada jalur pendek]
Anehnya YDS sendiri menyalahi kaidah matematis penghitungan decimal, dimana misalnya suatu jalur
mempunyai ketinggian 5,9 [lima point sembilan] lalu grade selanjutnya menjadi 5.10 [lima point sepuluh].
Peng-angka-an ini menjadi “aneh” akibat grade 5.9 lebih rendah dibanding dengan 5.10, padahal dalam
matematika sebaliknya.
YDS sendiri diawali dengan grade 5.8 atau 5.9, selanjutnya 5.10, 5.11, 5.12, 5.13 dan 5.14. Sampai saat ini tidak
ada grade melebihi 5.14.
Perkembangan keanehan peng-angka-an decimal ini menurut beberapa diskusi pegiatan pendakian dan panjat
tebing akibat keselahan memprediksikan kemampuan pendakian pada saat system YDS dipublikasikan. Dimana
pada saat itu diperkirakan kemampuan pendakian / panjat hanya sampai grade 5.9. Padahal dalam kemudian
berkembangan kemampuan pendakian / pemanjatan yang lebih mutakhir dan luar bisa.
Bahkan saking sulitnya menentukan dengan hanya angka-angka decimal yang terbatas, seiring dengan
banyaknya jalur pendakian/pemanjatan yang dibuat oleh kalangan pemanjat, maka grade decimalpun
ditambahkan dibelangkannya dengan alfhabet.
Contoh; 5.12a, 5.13 d atau 5.14 c
Memang sampai saat sekarang barangkali hanya ada beberapa jalur yang dibuat manusia dengan grade 5.14,
itupun terbatas pada jalur-jalur pendek.
Secara umum grading dengan YDS dapat dijelaskan sebagai berikut :
 5.8 ; jalur yang ditempuh mudah, grip [pegangan] sangat bisa digunakan oleh bagian tubuh yang ada
untuk menambah ketinggian
 5.9 ; jalur yang ditempuh dengan metode 3 bertahan 1 mencari
 5.10 ; jalur yang ditempuh dengan metode 3 bertahan 1 mencari, hanya saja perlu keseimbangan
[balance] yang baik
 5.11 ; dapat bertahan pada 2 atau 3 grip dengan satu diantaranya sangat minim dan
perlu keseimbangan. Jalur hang hampir bisa dipastikan memiliki grade demikian.
 5.12 ; terdapat 2 dari 2 kaki dan 2 tangan yang dapat digunakan untuk menambah ketinggian. Dengan
kondisi grip yang kecil di satu bagiannya atau paling tidak sama
 5.13 ; hanya 1 dari diantara 2 kaki dan 2 tangan yang dapat digunakan untuk menambah ketinggian,
itupun dengan grip yang sangat minim.
 5.14 ; “mulus seperti kaca”, tidak mungkin terpikirkan untuk dapat dibuat jalur pendakian/pemanjatan

Makanan (logistik).
Makanan yang dibawa seharusnya dapat memenuhi kebutuhan energi pendaki, selama pendakian seserorang
membutuhkan sitar 5.000 kalori dan 100 gram protein, kalori dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi nasi.
Namun ada baiknya hanya memakan nasi satu kali sehari di kala malam (saat berkemah) alasayanya beras realtif
berat dan memerluakan waktu yang lama untu memasak serta menghabiskan banyak bahan bakar. Fungsi beras
dapat diganti dengan roti, biskuit, coklat, dan hevermit.
Hal yang perlu diperjatikan hindari mengkonsumsi makanan yang harus dimasak lebih dahulu selama mendaki,
karena hal ini hanya akan merepotkan dan menghabiskan waktu perjalanan. Pilihlah makanan praktis seperti
coklat, roti, agar-agar, buah-buahan, dapat juga dibuat mixfood yang terdiri atas kacang, coklat, biskuit dan
kismis.
Umumnya makanan yang paling praktis dibawa adalah makanan instan yang memiliki kemasan, buanglah
kemasan karton sebelum dimasukan dalam ransel dengan demikian berat ransel dapat berkurang dan makanan
yang dibawapun tidak banyak memakan tempat didalam ransel.
Peralatan lain
Selain peralatan dan sejumlah perlengkapan, jangan lupa membawa perlengkapan kecil yang terdanag dirasa
sepele, namun amat penting. Perlengkapan itu berupa obat-obatan seperti pelester, obat merah, tisu basah dan
kering, senter, benang, jarum jahit, jam dan alat tulis. Peralatan itu terkandang dibutuhkan dalam keadaan
darurat atau menjaga tubuh tetap bersih.
Hal terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah jangan lupa membawa tas / kantong plastik,
tas plastik tersebut dibutuhkan untuk menaruh barang-barang yang kotor dan basah sebelum
dicuci dan tas plastik juga berfungsi untuk membawa kembali sampah-sampah pendakian,
sampah-sampah sisa makanan atau berkemah, janganlah dibuang begitu saja di alam
terbuka. Selain megotori, membuang sampah dapat menyulitkan usaha pencarian dan
pertolongan bagi pendaki yang tersesat atau mengalami kecelakaan, kerap kali usaha
pencarian oarang tersesat terbantu dengan petunjuk dari barang-barang yang tercecer.
PENGETAHUAN DASAR SURVIVAL
Survival berasal dari kata survive yang berarti mampu mempertahankan diri dari keadaan tertentu. Dalam hal
ini mampu mempertahankan diri dari keadaan yang buruk dan kritis. Sedangkan Survivor adalah orang yang
sedang mempertahankan diri dari keadaan yang buruk.
Survival adalah keadaan dimana diperlukan perjuangan untuk bertahan hidup. Survival merupakan kehidupan
dengan waktu mendesak untuk melakukan improvisasi yang memungkinkan. Kuncinya adalah menggunakan
otak untuk improvisasi.
Statistik membuktikan hampir semua situasi survival mempunyai batasan waktu yang singkat hanya 3 hari atau
72 jam bagi orang hilang, dan yang mampu bertahan cukup lama tercatat sangat sedikit sekitar 5 persen itupun
karena pengetahuan dan pengalamannya.
Dalam situasi survival janganlah tergesa-gesa menentukan prioritas survival karena dapat berakibat salah,
gagasan kaku yang tidak boleh ditawar-tawar juga akan berakibat fatal. Ketepatan memutuskan dengan
didukung pengalaman dan hasil diskusi dapat menguntungkan karena situasi darurat perlu pertimbangan dan
sikap tegas dalam mencapai tujuan akhir.
Dalam keadaan survival diperlukan pengetahuan terhadap kondisi dan kebutuhan tubuh, bukan mutlak mengerti
secara fisik tetapi memahami reaksi atau dampak akibat pengaruh lingkungan. menggunakan pengetahuan
dalam usaha mengatur diri saat keadaan darurat adalah kunci dari survival. Pengaturan disini adalah memelihara
ketrampilan dan kemampuan untuk mengontrol sumber daya didalam diri dan kemampuan memecahkan
persoalan, bila pengaturan keliru, tidak hanya badan terganggu akan tetapi dapat langsung berdampak terhadap
kemampuan untuk tetap hidup. Memahami jenis kebutuhan hidup yang menjadi prioritas sangat menguntungkan
didalam situasi survival.
Dalam kondisi survival tantangan yang sangat dominan adalah sikap mental atau psikologis untuk mencari
kebutuhan tubuh dan untuk memperolehnya dibutuhkan gagasan-gagasan dengan dasar pertimbangan dari
pengalaman atau pendidikan yang pernah diikutinya, pengalaman hidup dengan resiko tinggi dan aktivitas
menantang terbukti dapat membuat orang belajar untuk berbuat yang lebih baik dan melakukan adaptasi efektif.
Berikut adalah contoh susunan prioritas dalam keadaan survival :
1. Tentunya yang paling utama adalah udara. bernafas dilakukan setiap detik untuk bertahan hidup
oleh karena itu udara mendapat prioritas utama untuk bertahan hidup. survival tanpa udara
umumnya hanya bertahan selama 3 sampai 5 menit.
2. Selanjutnya dibutuhkan perlin- dungan, dari cuaca buruk dan keganasan alam.
sejak keberadaannya manusia dibatasi lingkungannya sendiri mulai dari
temperatur yang sangat berpengaruh pada tubuh. Untuk itu diperlukan sesuatu
yang dapat melindunginya contohnya api yang dapat menghangatkan dan menjaga
temperatur tubuh, jika tidak ada rumah, tenda atau gua. Api dapat dimasukkan
kedalam prioritas kedua
3. Istirahat, sepele namun dibutuhkan, dengan istirahat jaringan tubuh akan terbebas
dari CO2, asam dan pemborosan lain. Istirahat yang dimaksud adalah istirahat
fisik dan juga mental sebab stress dapat mengurangi kemampuan untuk
bertahan.Dengan demikian istirahat dapat dimasukkan kedalam prioritas ketiga.
4. Air. Kehilangan cairan dan kondisi air yang tidak dapat diminum adalah
persoalan didalam survival. Tubuh manusia kira-kira terdiri dari 2/3 jaringan
yang mengandung air dan merupakan bagian sistem sirkulasi di dalam organ
tubuh. Air dapat menjaga suhu tubuh, memperlancar buang air dan mencerna
makanan. Kondisi lingkungan yang exstrem tanpa air dapat mengurangi
kemampuan bertahan hidup hingga tiga hari, sehingga air dapat dimasukkan
kedalam prioritas keempat. Sangatlah bijaksana apabila pemakaian air dapat
dihemat.
5. Tubuh manusia membutuhkan makanan tiga kali sehari. Tetapi sementara banyak manusia di
benua lain hanya dapat makan sekali sehari atau bahkan tidak makan berhari-hari. Catatan
menunjukkan bahwa tanpa makanan survivor dapat bertahan selama 40 sampai 70 hari.
Keharusan untuk mendapatkan makanan adalah prioritas terakhir dalam survival. Penghematan
energi adalah salah satu cara untuk mengimbangi kekurangan makanan.

Sikap dalam Survival


Sikap cepat tanggap dalam keadaan darurat sangat diperlukan. Setiap orang harus dapat berbuat yang terbaik
dalam memprioritaskan pandangan terhadap lingkungan darurat. Hal ini tidak mudah karena sikap ini perlu
latar belakang pengetahuan dan keterampilan. Bila semua prioritas telah diperoleh, tetapi masih kehilangan
kemauan untuk hidup atau kemampuan untuk menguasai mental yang disebabkan kondisi fisik, maka akhirnya
akan hilang sama sekali. Kondisi yang demikian sangat membahayakan dan bahkan sesuatu yang
menguntungkan pun akan dibuangnya. Juga yang perlu diingat janganlah meremehkan sesuatu yang anda lihat.
Sikap mental positif sangat diperlukan untuk menganalisa semua yang bertentangan dengan tubuh.
Apa saja yang berguna dalam mengha- dapi situasi survival dapat dilihat dalam dua persoalan :
1. Kesiapan mendiskusikan dengan jelas “apakah anda ingin hidup ?”, ungkapan yang sederhana.
Secara naluriah manusia mempunyai insting untuk menjaga diri. Banyak kegiatan survival yang
menunjukkan adanya jalan keluar dari periode fisik ekstrem dan mental stress ke posisi tenang.
Sadar atau tidak orang mempunyai kekuatan untuk dirinya sendiri terhadap kematian. Oleh karena
itu setiap orang juga mempunyai kekuatan untuk dirinya sendiri terhadap kehidupan.
2. Kemampuan untuk memecahkan persoalan, hal ini didapat jika kita mampu mempertahankan
kondisi tubuh. sebagai contoh : tubuh manusia bekerja optimum dengan temperatur 37 derajat C.
Mengabaikan temperatur lingkungan akan menyebabkan penyempitan susunan fungsi inti didalam
tubuh yang efektivitasnya tinggi yang pada akhirnya akan mengganggu peredaran darah,
menurunkan aktivitas sel, dan akhirnya otak cepat kehilangan hubungan dengan realitas, akhirnya
bertindak irrasional berbarengan dengan turunnya koordinasi yang akhirnya berakibat fatal.
Pengetahuan dan pengalaman tidak ada artinya kalau tubuh hanya bekerja dengan separuh
kemampuannya, penghematan sumberdaya seperti energi, panas dan air adalah penting.
Mengapa ada Survival ?
Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi.
Kesulitan-kesulitan tsb antara lain :
 Keadaan alam (cuaca dan medan)
 Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan)
 Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan)
 Banyaknya kesulitan-kesulitan tsb biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan kita
sendiri. Dalam keadan tersebut ada beberapa faktor yang menetukan seorang
Survivor mampu bertahan atau tidak, antara lain : mental, kurang lebih 80%
kesiapan kita dalam survival terletak dari kesiapan mental kita.

Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan
yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain :
 Keadaan alam (cuaca dan medan)
 Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan)
 Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan)

Banyaknya kesulitan-kesulitan tsb biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan kita sendiri.

Definisi Survival
Arti survival sendiri terdapat berbagai macam versi, yang akan kita bahas di sini hanyalah menurut versi
pencinta alam ;
Sadarkan diri dalam keadaan gawat darurat
Usahakan untuk tetap tenang dan tabah
Rasa takut dan putus asa harus hilangkan
Vitalitas mesti ditingkatkan
Ingin tetap hidup dan selamat itu tujuannya
Variasi alam bisa dimanfaatkan
Asal mengerti, berlatih dan tahu caranya
Lancar dan selamat
Jika anda tersesat atau mengalami musibah, ingat-ingatlah arti survival tersebut, agar dapat
membantu anda keluar dari kesulitan. Dan yang perlu ditekankan jika anda tersesat yaitu
istilah “STOP” yang artinya :

Stop & seating / berhenti dan duduklah


Thingking / berpikirlah
Observe / amati keadaan sekitar
Planning / buat rencana mengenai tindakan yang harus dilakukan
Kebutuhan survival
Yang harus dipunyai oleh seorang survivor adalah :
1. Sikap mental ; Semangat untuk tetap hidup, Kepercayaan diri, Akal sehat, Disiplin dan rencana
matang serta Kemampuan belajar dari pengalaman]
2. Pengetahuan ; Cara membuat bivak, Cara memperoleh air, Cara mendapatkan makanan, Cara
membuat api, Pengetahuan orientasi medan, Cara mengatasi gangguan binatang, Cara mencari
pertolongan
3. Pengalaman dan latihan ; Latihan mengidentifikasikan tanaman, Latihan membuat trap, dll
4. Peralatan ; Kotak survival, Pisau jungle , dll

Langkah yang harus ditempuh bila anda/kelompok anda tersesat :


1. Mengkoordinasi anggota
2. Melakukan pertolongan pertama
3. Melihat kemampuan anggota
4. Mengadakan orientasi medan
5. Mengadakan penjatahan makanan
6. Membuat rencana dan pembagian tugas
7. Berusaha menyambung komunikasi dengan dunia kuar
8. Membuat jejak dan perhatian
9. Mendapatkan pertolongan

Bahaya-bahaya dalam Survival


Banyak sekali bahaya dalam survival yang akan kita hadapi, antara lain :
Ketegangan dan panik
Cara Pencegahan : Sering berlatih, Berpikir positif dan optimis dan Persiapan fisik dan mental

Matahari / panas
 Kelelahan panas
 Kejang panas
 Sengatan panas
 Keadaan yang menambah parahnya keadaan panas : Penyakit akut / kronis, Baru sembuh dari
penyakit Demam, Baru memperoleh vaksinasi, Kurang tidur, Kelelahan, Terlalu gemuk, Penyakit kulit
yang merata, Pernah mengalami sengatan udara panas, Minum alkohol, Dehidrasi.

Pencegahan keadaan panas :


 Aklimitasi
 Persedian air
 Mengurangi aktivitas
 Garam dapur
 Pakaian : Longgar, Lengan panjang, Celana pendek, Kaos oblong

Serangan penyakit
Penyakit yang biasa diderita pegiat alam bebas adalah emam, Disentri, Typus, Malaria
Kemerosotan mental
Gejala : Lemah, lesu, kurang dapat berpikir dengan baik, histeris
Penyebab : Kejiwaan dan fisik lemah atau keadaan lingkungan mencekam
Pencegahan : Usahakan tenang dan tentu saja banyak berlatih
Bahaya binatang beracun dan berbisa
Keracunan
 ■ Gejala ; Pusing dan muntah, nyeri dan kejang perut, kadang-kadang mencret, kejang kejang seluruh
badan, bisa pingsan.
 ■ Penyebab : Makanan dan minuman beracun
 ■ Pencegahan : Air garam di minum, Minum air sabun mandi panas, Minum teh pekat
atau di tohok anak tekaknya

Keletihan amat sangat


Pencegahan : Makan makanan berkalori dan Membatasi kegiatan
Bahaya lainnya dalam survival adalah : Kelaparan, Lecet, Kedinginan [untuk penurunan suhu tubuh 30° C bisa
menyebabkan kematian]

Membuat Bivouck (Shelter)


Membuat bivouck atau shelter perlindungan dalam keadaaan darurat sebenarnya bertujuan untuk untuk
melindungi diri dari angin, panas, hujan, dingin dan gangguan binatang.

Macam –macam bivouck :


1. Shelter asli alam ; Gua [yang bukan tempat persembunyian binatang, tidak ada gas beracun dan
tidak mudah longsor]. Ingat ! didalam gua jangan berteriak karena dapat meruntuhkan dinding
gua.
2. Shelter buatan dari alam ; daun-daunan yang lebar, ranting kayu, atau separuhnya alam dan
separuhnya butan [misalnya ponco di kombinasi dengan ceruk batu atau pohon tumbang atau
ranting kayu]

Syarat bivouck :
 Hindari daerah aliran air [bila terpaksa, maka gunakan bivouck panggung]
 Di atas bivouck / shelter tidak ada dahan pohon mati/rapuh
 Bukan sarang nyamuk/serangga
 Bahan kuat
 Jangan terlalu merusak alam sekitar
 Terlindung langsung dari angin
Mengatasi Gangguan Binatang
Nyamuk ; Obat nyamuk, autan, dll , Bunga kluwih dibakar, Gombal / kain butut [dalam
keadaan memaksa, penulis pernah memotong lengan baju kaos sebagai pengganti gombal]
dan minyak tanah dibakar kemudian dimatikan sehingga asapnya bisa mengusir nyamuk ,
Gosokkan sedikit garam pada bekas gigitan nyamuk
Laron ; Mengusir laron yang terlalu banyak dengan cabe yang digantungkan
Disengat Lebah ; Oleskan air bawang merah pada luka bekas sengatan berkali-kali, Tempelkan tanah basah/liat
di atas luka sengatan, Jangan dipijit-pijit, Tempelkan pecahan genting panas di atas luka, Olesi dengan petsin
untuk mencegah pembengkakan
Gigitan Lintah ; Teteskan air tembakau pada lintahnya, Taburkan garam di atas lintahnya, Teteskan sari jeruk
mentah pada lintahnya, Taburkan abu rokok di atas lintahnya, Membuang [mengais] lintah upayakan dengan
patahan kayu hidup yang ada kambiumnya.

Semut Gatal ; Gosokkan obat gosok pada luka gigitan, Letakkan cabe merah pada jalan semut, Letakkan
sobekan daun sirih pada jalan semut

Kalajengking dan lipan; Pijatlah daerah sekitar luka sampai racun keluar, Ikatlah tubuh di sebelah pangkal yang
digigit, Tempelkan asam yang dilumatkan di atas luka, Taburkan serbuk lada dan minyak goreng pada luka,
Taburkan garam di sekeliling bivouck untuk pencegahan

Ular dll ; Untuk mencegah dan mengobati secara darurat gigitan dan sengatan binatang berbisa mematikan
harus mempelajari Emergency Medical Care [EMC]

Membaca Jejak
Ada beberapa jenis jejak yang dapat diidentifikasi, yaitu jejak buatan, maksudnya adalah
jejak yang dibuat oleh manusia dan jejak alami yaitu tanda jejak sebagai tanda keadaan
lingkungan.
Jejak alami biasanya menyatakan tentang jenis binatang yang lewat dan ada disekitar, arah gerak binatang, besar
kecilnya binatang, cepat lambatnya gerak binatang. Untuk membaca jejak alami [binatang] dapat diketahui dari
telapak yang ditinggalkan, kotoran yang tersisa, pohon atau ranting yang patah, lumpur atau tanah yang tercecer
di atas rumput.
Air
Seseorang dalam keadaan normal dan sehat dapat bertahan sekitar 20 – 30 hari tanpa makan, tapi orang tersebut
hanya dapat bertahan hidup 3 – 5 hari saja tanpa air.
Ada air yang tidak perlu dimurnikan, seperti air hujan langsung. Untuk memperoleh air hujan langsung dalam
keadaaan sirvive di alam bebas, maka dapat dengan cara memampung dengan ponco atau daun yang lebar dan
alirkan ke tempat penampungan [nesting atau phipless]
Air dari tanaman rambat/rotan atau bambu. Cara memperolehnya, yaitu potong setinggi mungkin lalu potong
pada bagian dekat tanah, air yang menetes dapat langsung ditampung atau diteteskan ke dalam mulut.
Selain rotan, bambu dan tumbuhan rambat, air juga dapat diperoleh pada bunga (kantung semar) dan lumut.
Air yang harus dimurnikan terlebih dahulu antara lain adalah air sungai besar, air sungai tergenang, air yang
didapatkan dengan menggali pasir di pantai (+ 5 meter dari batas pasang surut). Untuk mendaptkan air di daerah
sungai yang kering, caranya dengan menggali lubang di bawah batuan
Berikutnya air juga dapat diperoleh dari batang pisang, caranya tebang batang pohon
pisang, sehingga yang tersisa tinggal bawahnya [bongkahnya] lalu buat lubang ditengahnya
maka air akan keluar, biasanya dapat keluar sampai 3 kali pengambilan.

Makanan
Dalam kondisi hidup dialam bebas ada berbagai makanan yang dapat di konsumsi, tetapi harus memperhatikan
beberapa syarat dan patokan berikut :
 Makanan yang di makan kera juga bisa di makan manusia
 Hati-hatilah pada tanaman dan buah yang berwarna mencolok
 Hindari makanan yang mengeluarakan getah putih, seperti sabun kecuali sawo dan pepaya.
 Tanaman yang akan dimakan di coba dulu dioleskan pada tangan, lengan, bibir dan
atau lidah, tunggu sesaat. Apabila terasa aman bisa dimakan.
 Hindari makanan yang terlalu pahit atau asam

Note ;
Hubungan air dan makanan; Untuk makanan yang mengandung karbohidrat memerlukan air yang sedikit,
Makanan ringan yang dikemas akan mempercepat kehausan, Makanan yang mengandung protein butuh air
yang banyak.
Tumbuhan yang dapat dimakan dapat diketahui dari ciri-ciri fisik, misalnya : Permukaan daun atau batang
yang tidak berbulu atau berduri, tidak mengeluarkan getah yang sangat lekat, tidak menimbulkan rasa gatal,
hal ini dapat dicoba dengan mengoleskan daunnya pada kulit atau bibir dan tidak menimbulkan rasa pahit yang
sangat [dapat dicoba di ujung lidah]

Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa batangnya :


 Batang pohon pisang (putihnya)
 Bambu yang masih muda (rebung)
 Pakis dalamnya berwarna putih
 Sagu dalamnya berwarna putih
 Tebu

Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa daunnya :


 Selada air
 Rasamala (yang masih muda)
 Daun mlinjo
 Singkong
Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa akar dan umbinya :
Ubi jalar, talas, singkong
Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa Buahnya :
Arbei, asam jawa, juwet
Tumbuhan yang dapat dimakan seluruhnya :
 Jamur merang, jamur kayu. Tetapi ada beberapa jenis jamur mempunyai beracun yang ciri-cirinya
adalah :
 Mempunyai warna mencolok
 Baunya tidak sedap
 Bila dimasukkan ke dalam nasi, nasinya menjadi kuning
 Sendok menjadi hitam bila dimasukkan ke dalam masakan
 Bila diraba mudah hancur
 Punya cawan/bentuk mangkok pada bagian pokok batangnya
 Tumbuh dari kotoran hewan
 Mengeluarkan getah putih
Selain tumbuhan, berbagai hewan yang ditemukan di alam dapat dimakan juga, misalnya Belalang, Jangkrik,
Tempayak putih (gendon), Cacing, burung, Laron, Lebah, larva, Siput/bekicot, Kadal [bagia belakang dan
ekor], Katak hijau, Ular [1/3 bagian tubuh tengahnya], Binatang besar lainnya.

Ada beberapa ciri binatang yang tidak dapat dimakan, yaitu :


 Binatang yang mengandung bisa : lipan dan kalajengking
 Binatang yang mengandung racun : penyu laut
 Binatang yang mengandung bau yang khas : sigung / senggung

Api
Bila mempunyai bahan untuk membuat api, yang perlu diperhatikan adalah jangan membuat api terlalu besar
tetapi buatlah api yang kecil beberapa buah, hal ini lebih baik dan panas yang dihasilkan merata.

Cara membuat api dalam keadaan darurat :


 Dengan lensa / Kaca pembesar ; Fokuskan sinar pada satu titik dimana diletakkan bahan yang mudah
terbakar.
 Gesekan kayu dengan kayu ; Cara ini adalah cara yang paling susah, caranya dengan menggesek-
gesekkan dua buah batang kayu sehingga panas dan kemudian dekatkan bahan penyala, sehingga
terbakar
 Busur dan gurdi ; Buatlah busur yang kuat dengan mempergunakan tali sepatu atau
parasut, gurdikan kayu keras pada kayu lain sehingga terlihat asap dan sediakan
bahan penyala agar mudah tebakar. Bahan penyala yang baik adalah kawul / sabut
terdapat pada dasar kelapa, atau daun aren

Survival kits
Survical kits adalah perlengkapan untuk survival yang harus dibawa dalam perjalanan sebagai alat berjaga-
jaga bila terjadi keadaan darurat atau juga dapat digunakan selama perjalanan.

Beberapa contoh survival kits adalah :


 Mata pancing /kait
 Pisau / sangkur / vitrorinoc
 Tali kecil
 Senter
 Cermin suryakanta, cermin kecil
 Peluit
 Korek api yang disimpan dalam tempat kedap air [tube roll film]
 Tablet garam, norit
 Obat-obatan pribadi
 Jarum + benang + peniti
 Ponco / jas hujan / rain coat
 Lain-lain

PENGETAHUAN DASAR NAVIGASI DARAT


Navigasi darat adalah ilmu praktis. Kemampuan bernavigasi dapat terasah jika sering berlatih. Pemahaman
teori dan konsep hanyalah faktor yang membantu, dan tidak menjamin jika mengetahui teorinya secara
lengkap, maka kemampuan navigasinya menjadi tinggi. Bahkan seorang jago navigasi yang tidak pernah
berlatih dalam jangka waktu lama, dapat mengurangi kepekaannya dalam menerjemahkan tanda-tanda di peta
ke medan sebenarnya, atau menerjemahkan tanda-tanda medan ke dalam peta. Untuk itu, latihan sesering
mungkin akan membantu kita untuk dapat mengasah kepekaan, dan pada akhirnya navigasi darat yang telah
kita pelajari menjadi bermanfaat untuk kita.
Pada prinsipnya navigasi adalah cara menentukan arah dan posisi, yaitu arah yang akan dituju dan posisi
keberadaan navigator berada dimedan sebenarnya yang di proyeksikan pada peta.
Beberapa media dasar navigasi darat adalah :
Peta
Peta adalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) dari sebagian atau keseluruhan permukaan bumi
yang dilihat dari atas, kemudian diperbesar atau diperkecil dengan perbandingan tertentu. Dalam navigasi darat
digunakan peta topografi. Peta ini memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari
permukaan laut menjadi bentuk garis kontur.
Beberapa unsur yang bisa dilihat dalam peta :
 Judul peta; biasanya terdapat di atas, menunjukkan letak peta
 Nomor peta; selain sebagai nomor registrasi dari badan pembuat, kita bisa menggunakannya sebagai
petunjuk jika kelak kita akan mencari sebuah peta
 Koordinat peta; penjelasannya dapat dilihat dalam sub berikutnya
 Kontur; adalah merupakan garis khayal yang menghubungkan titik titik yang berketinggian sama
diatas permukaan laut.
 Skala peta; adalah perbandingan antara jarak peta dan jarak horizontal dilapangan. Ada dua macam
skala yakni skala angka (ditunjukkan dalam angka, misalkan 1:25.000, satu senti dipeta sama dengan
25.000 cm atau 250 meter di keadaan yang sebenarnya), dan skala garis (biasanya di peta skala garis
berada dibawah skala angka).
 Legenda peta ; adalah simbol-simbol yang dipakai dalam peta tersebut, dibuat untuk memudahkan
pembaca menganalisa peta.

Di Indonesia, peta yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, lalu peta dari
Jawatan Topologi, yang sering disebut sebagai peta AMS (American Map Service) dibuat oleh Amerika dan
rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960.
Peta AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta
keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala
1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur 12,5 m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.
Koordinat
Peta Topografi selalu dibagi dalam kotak-kotak untuk membantu menentukan posisi dipeta
dalam hitungan koordinat. Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Secara teori,
koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan
menggunakan sistem sumbu, yakni perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu
sama lain. Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua macam yaitu :
1. Koordinat Geografis (Geographical Coordinate) ; Sumbu yang digunakan adalah
garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis
khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar
dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat,
menit dan detik. Pada peta Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat
geografis sebagai koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau sering disebut
satu karvak) lebarnya adalah 3.7 cm. Pada skala 1:25.000, satu karvak sama
dengan 30 detik (30″), dan pada peta skala 1:50.000, satu karvak sama dengan 1
menit (60″).
2. Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM) ; Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik
dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan berada
disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara,
sedangkan horizontal dari barat ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka
dan 8 angka. Pada peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak sebanding
dengan 2 cm. Karena itu untuk penentuan koordinat koordinat grid 4 angka, dapat langsung
ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak dibagi terlebih dahulu menjadi 10
bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8 angka dibagi menjadi sepuluh bagian
(per 1 mm).

Analisa Peta
Salah satu faktor yang sangat penting dalam navigasi darat adalah analisa peta. Dengan satu peta, kita
diharapkan dapat memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang keadaan medan sebenarnya, meskipun
kita belum pernah mendatangi daerah di peta tersebut.
1. Unsur dasar peta ; Untuk dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya, pertama kali kita harus
cek informasi dasar di peta tersebut, seperti judul peta, tahun peta itu dibuat, legenda peta dan
sebagainya. Disamping itu juga bisa dianalisa ketinggian suatu titik (berdasarkan pemahaman
tentang kontur), sehingga bisa diperkirakan cuaca, dan vegetasinya.
2. Mengenal tanda medan ; Disamping tanda pengenal yang terdapat dalam legenda peta, kita dapat
menganalisa peta topografi berdasarkan bentuk kontur. Beberapa ciri kontur yang perlu dipahami
sebelum menganalisa tanda medan :
 Antara garis kontur satu dengan yang lainnya tidak pernah saling berpotongan
 Garis yang berketinggian lebih rendah selalu mengelilingi garis yang berketinggian lebih
tinggi, kecuali diberi keterangan secara khusus, misalnya kawah
 Beda ketinggian antar kontur adalah tetap meskipun kerapatan berubah-ubah
 Daerah datar mempunyai kontur jarang-jarang sedangkan daerah terjal mempunyai kontur
rapat.
 Beberapa tanda medan yang dapat dikenal dalam peta topografi:
1.
A. Puncak bukit atau gunung biasanya berbentuk lingkaran kecil, tertelak ditengah-tengah
lingkaran kontur lainnya.
B. Punggungan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk U yang ujungnya melengkung
menjauhi puncak
C. Lembahan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk V yang ujungnya
tajam menjorok kepuncak. Kontur lembahan biasanya rapat.
D. Saddle, daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian
E. Pass, merupakan celah memanjang yang membelah suatu ketinggian
F. Sungai, terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian kontur, biasanya ada di
lembahan, dan namanya tertera mengikuti alur sungai. Dalam membaca alur sungai ini
harap diperhatikan lembahan curam, kelokan-kelokan dan arah aliran.
G. Bila peta daerah pantai, muara sungai merupakan tanda medan yang sangat jelas, begitu
pula pulau-pulau kecil, tanjung dan teluk
H. Pengertian akan tanda medan ini mutlak diperlukan, sebagai asumsi awal dalam menyusun
perencanaan perjalanan
Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah, dan karena sifat magnetnya, jarumnya akan selalu
menunjuk arah utara-selatan (meskipun utara yang dimaksud disini bukan utara yang
sebenarnya, tapi utara magnetis). Secara fisik, kompas terdiri dari :
 Badan, tempat komponen lainnya berada
 Jarum, selalu menunjuk arah utara selatan, dengan catatan tidak dekat dengan megnet lain/tidak
dipengaruhi medan magnet, dan pergerakan jarum tidak terganggu/peta dalam posisi horizontal.
 Skala penunjuk, merupakan pembagian derajat sistem mata angin.
Jenis kompas yang biasa digunakan dalam navigasi darat ada dua macam yakni kompas bidik (misal kompas
prisma) dan kompas orienteering (misal kompas silva, suunto dll). Untuk membidik suatu titik, kompas bidik
jika digunakan secara benar lebih akurat dari kompas silva. Namun untuk pergerakan dan kemudahan ploting
peta, kompas orienteering lebih handal dan efisien.
Dalam memilih kompas, harus berdasarkan penggunaannya. Namun secara umum, kompas yang baik adalah
kompas yang jarumnya dapat menunjukkan arah utara secara konsisten dan tidak bergoyang-goyang dalam
waktu lama. Bahan dari badan kompas pun perlu diperhatikan harus dari bahan yang kuat/tahan banting
mengingat kompas merupakan salah satu unsur vital dalam navigasi darat
Cttn: saat ini sudah banyak digunakan GPS [global positioning system] dengan tehnologi satelite untuk
mengantikan beberapa fungsi kompas.
Orientasi Peta
Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (atau dengan
kata lain menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Sebelum anda mulai orientasi
peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang menyolok dan
posisinya di peta. Hal ini dapat dilakukan dengan pencocokan nama puncakan, nama sungai,
desa dll. Jadi minimal anda tahu secara kasar posisi anda dimana. Orientasi peta ini hanya
berfungsi untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan posisi anda dipeta adalah
benar. Langkah-langkah orientasi peta:
1. Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat tanda-tanda
medan yang menyolok.
2. Siapkan kompas dan peta anda, letakkan pada bidang datar
3. Utarakan peta, dengan berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai dengan arah medan
sebenarnya
4. Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekitar anda, dan temukan tanda-
tanda medan tersebut di peta. Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan
5. Ingat tanda-tanda itu, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya. Ingat
hal-hal khas dari tanda medan.

Jika anda sudah lakukan itu semua, maka anda sudah mempunyai perkiraan secara kasar,
dimana posisi anda di peta. Untuk memastikan posisi anda secara akurat, dipakailah metode
resection.
Resection
Prinsip resection adalah menentukan posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang
dikenali. Teknik ini paling tidak membutuhkan dua tanda medan yang terlihat jelas dalam peta dan dapat
dibidik pada medan sebenarnya (untuk latihan resection biasanya dilakukan dimedan terbuka seperti kebun teh
misalnya, agar tanda medan yang ekstrim terlihat dengan jelas).
Tidak setiap tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah pasti.
Langkah-langkah melakukan resection:
1. Lakukan orientasi peta
2. Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah
3. Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan tersebut (untuk alat tulis
paling ideal menggunakan pensil mekanik-B2).
4. Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas
bidik. Kompas orienteering dapat digunakan, namun kurang akurat.
5. Pindahkan sudut back azimuth bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut pelurusnya. Lakukan
ini pada setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik acuan.
6. Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita dipeta.
Intersection
Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan dua atau lebih
tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu
benda yang terlihat dilapangan tetapi sukar untuk dicapai atau tidak diketahui posisinya di peta. Syaratnya,
sebelum intersection kita sudah harus yakin terlebih dahulu posisi kita dipeta. Biasanya sebelum intersection,
kita sudah melakukan resection terlebih dahulu.

Langkah-langkah melakukan intersection adalah:


1. Lakukan orientasi peta
2. Lakukan resection untuk memastikan posisi kita di peta.
3. Bidik obyek yang kita amati
4. Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta
5. Bergerak ke posisi lain dan pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan langkah 1-3
6. Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.

Azimuth – Back Azimuth


Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat. Azimuth
disebut juga sudut kompas. Jika anda membidik sebuah tanda medan, dan memperolah
sudutnya, maka sudut itu juga bisa dinamakan sebagai azimuth. Kebalikannya adalah back
azimuth. Dalam resection back azimuth diperoleh dengan cara:
 Jika azimuth yang kita peroleh lebih dari 180º maka back azimuth adalah azimuth
dikurangi 180º. Misal anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200º. Back
azimuthnya adalah 200º- 180º = 20º
 Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180º, maka back azimuthnya adalah 180º ditambah
azimuth. Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah puncak, diperoleh azimuth 160º, maka back
azimuthnya adalah 180º+160º = 340º

Dengan mengetahui azimuth dan back azimuth ini, memudahkan kita untuk dapat melakukan
ploting peta (penarikan garis lurus di peta berdasarkan sudut bidikan). Selain itu sudut
kompas dan back azimuth ini dipakai dalam metode pergerakan sudut kompas (lurus/ man to
man-biasa digunakan untuk “Kompas Bintang”). Prinsipnya membuat lintasan berada pada
satu garis lurus dengan cara membidikaan kompas ke depan dan ke belakang pada jarak
tertentu.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Titik awal dan titik akhir perjalanan di plot di peta, tarik garis lurus dan hitung sudut yang menjadi
arah perjalanan (sudut kompas). Hitung pula sudut dari titik akhir ke titik awal. Sudut ini
dinamakan back azimuth.
2. Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan. Perhatikan
tanda medan lain pada lintasan yang dilalui.
3. Bidikkan kompas seusai dengan arah perjalanan kita, dan tentukan tanda medan
lain di ujung lintasan/titik bidik. Sudut bidikan ini dinamakan azimuth.
4. Pergi ke tanda medan di ujung lintasan, dan bidik kembali ke titik pertama tadi, untuk mengecek
apakah arah perjalanan sudah sesuai dengan sudut kompas (back azimuth).
5. Sering terjadi tidak ada benda/tanda medan tertentu yang dapat dijadikan sebagai sasaran. Untuk
itu dapat dibantu oleh seorang rekan sebagai tanda. Sistem pergerakan semacam ini sering disebut
sebagai sistem man to man.

Merencanakan Jalur Lintasan


Dalam navigasi darat tingkat lanjut, kita diharapkan dapat menyusun perencanaan jalur lintasan dalam sebuah
medan perjalanan. Sebagai contoh anda misalnya ingin pergi ke suatu gunung, tapi dengan menggunakan jalur
sendiri.
Penyusunan jalur ini dibutuhkan kepekaan yang tinggi, dalam menafsirkan sebuah peta topografi,
mengumpulkan data dan informasi dan mengolahnya sehingga anda dapat menyusun sebuah perencanaan
perjalanan yang matang. Dalam proses perjalanan secara keseluruhan, mulai dari transportasi sampai
pembiayaan, disini kita akan membahas khusus tentang perencanaan pembuatan medan lintasan. Ada beberapa
hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan sebelum anda memplot jalur lintasan.

Pertama, anda harus membekali dulu kemampuan untuk membaca peta, kemampuan untuk menafsirkan tanda-
tanda medan yang tertera di peta, dan kemampuan dasar navigasi darat lain seperti resection, intersection,
azimuth back azimuth, pengetahuan tentang peta kompas, dan sebagainya, minimal sebagaimana yang
tercantum dalam bagian sebelum ini.

Kedua, selain informasi yang tertera dipeta, akan lebih membantu dalam perencanaan jika anda punya informasi
tambahan lain tentang medan lintasan yang akan anda plot. Misalnya keterangan rekan yang pernah melewati
medan tersebut, kondisi medan, vegetasi dan airnya. Semakin banyak informasi awal yang anda dapat, semakin
matang rencana anda.

Tentang jalurnya sendiri, ada beberapa macam jalur lintasan yang akan kita buat. Pertama adalah tipe garis
lurus, yakni jalur lintasan berupa garis yang ditarik lurus antara titik awal dan titik akhir. Kedua, tipe garis
lurus dengan titik belok, yakni jalur lintasan masih berupa garis lurus, tapi lebih fleksibel karena pada titik-titik
tertentu kita berbelok dengan menyesuaian kondisi medan. Yang ketiga dengan guide/patokan tanda medan
tertentu, misalnya guide punggungan/guide lembahan/guide sungai. Jalur ini lebih fleksibel karena tidak lurus
benar, tapi menyesuaikan kondisi medan, dengan tetap berpatokan tanda medan tertentu sebagai petokan
pergerakannya.

Untuk membuat jalur lintasan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1. Usahakan titik awal dan titik akhir adalah tanda medan yang ekstrim, dan memungkinkan untuk
resection dari titik-titik tersebut.
2. Titik awal harus mudah dicapai/gampang aksesnya
3. Disepanjang jalur lintasan harus ada tanda medan yang memadai untuk dijadikan sebagai
patokan, sehingga dalam perjalanan nanti anda dapat menentukan posisi anda di peta sesering
mungkin.
4. Dalam menentukan jalur lintasan, perhatikan kebutuhan air, kecepatan pergerakan vegetasi yang
berada dijalur lintasan, serta kondisi medan lintasan. Anda harus bisa memperkirakan hari ke
berapa akan menemukan air, hari ke berapa medannya berupa tanjakan terjal dan sebagainya.
5. Mengingat banyaknya faktor yang perlu diperhatikan, usahakan untuk selalu berdiskusi dengan
regu atau dengan orang yang sudah pernah melewati jalur tersebut sehingga resiko bisa
diminimalkan.

Penampang Lintasan
Penampang lintasan adalah penggambaran secara proporsional bentuk jalur lintasan jika dilihat dari samping,
dengan menggunakan garis kontur sebagai acuan. Sebagaimana kita ketahui bahwa peta topografi yang dua
dimensi, dan sudut pendangnya dari atas, agak sulit bagi kita untuk membayangkan bagaimana bentuk medan
lintasan yang sebenarnya, terutama menyangkut ketinggian. Dalam kontur yang kerapatannya sedemikian rupa,
bagaimana kira-kira bentuk di medan sebenarnya. Untuk memudahkan kita menggambarkan bentuk medan dari
peta topografi yang ada, maka dibuatlah penampang lintasan.

Beberapa manfaat penampang lintasan :


1. Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan perjalanan
2. Memudahkan kita untuk menggambarkan kondisi keterjalan dan kecuraman medan
3. Dapat mengetahui titik-titik ketinggian dan jarak dari tanda medan tertentu
4. Untuk menyusun penampang lintasan biasanya menggunakan kertas milimeter block, guna
menambah akurasi penerjemahan dari peta topografi ke penampang.

Langkah-langkah membuat penampang lintasan:


1. Siapkan peta yang sudah diplot, kertas milimeter blok, pensil mekanik/pensil biasa yang runcing,
penggaris dan penghapus
2. Buatlah sumbu x, dan y. sumbu x mewakili jarak, dengan satuan rata-rata jarak dari lintasan yang
anda buat. Misal meter atau kilometer. Sumbu y mewakili ketinggian, dengan satuan mdpl (meter
diatas permukaan laut). Angkanya bisa dimulai dari titik terendah atau dibawahnya dan diakhiri
titik tertinggi atau diatasnya.
3. Tempatkan titik awal di sumbu x=0 dan sumbu y sesuai dengan ketinggian titik
tersebut. Lalu peda perubahan kontur berikutnya, buatlah satu titik lagi, dengan
jarak dan ketinggian sesuai dengan perubahan kontur pada jalur yang sudah anda
buat.Demikian seterusnya hingga titik akhir.
4. Perubahan satu kontur diwakili oleh satu titik. Titik-titik tersebut dihubungkan sat sama lainnya
hingga membentuk penampang berupa garis menanjak, turun dan mendatar.
5. Tembahkan keterangan pada tanda-tanda medan tertentu, misalkan nama-nama sungai, puncakan
dan titik-titik aktivitas anda (biasanya berupa titik bivak dan titik istirahat), ataupun tanda medan
lainnya. Tambahan informasi tentang vegetasi pada setiap lintasan, dan skala penampang akan
lebih membantu pembaca dalam menggunakan penampang yang telah dibuat.
Ingatlah hai engkau penjelahan alam :
1. Take nothing, but pictures [jangan ambil sesuatu kecuali gambar]
2. Kill nothing, but times [jangan bunuh sesuatu kecuali waktu]
3. Leave nothing, but foot-print [jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak kaki]

dan senantiasa ;
1. Percaya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
2. Percaya kepada kawan [dalam hal ini kawan adalah rekan pegiat dan peralatan serta
perlengkapan, tentu saja juga harus dibarengi bahwa diri kita sendiri juga dapat dipercaya oleh
“teman” tersebut dengan menjaga, memelihara dan melindunginya]
3. Percaya kepada diri sendiri, yaitu percaya bahwa kita mampu melakukan segala
sesuatunya dengan semaksimal mungkin
MANAGEMENT PERJALANAN & PERALATAN
Persiapan
Untuk merencanakan suatu perjalanan ke alam bebas harus ada persiapan dan penyusunan secara matang. Ada
rumusan yang umum digunakan yaitu 4W & 1 H, yang kepanjangannya adalah Where, Who, Why, When dan
How.
Berikut ini aplikasi dari rumusan tersebut:
 Where (Dimana), untuk melakukan suatu kegiatan alam kita harus mengetahui dimana yang akan kita
digunakan
 Who (Siapa), apakah anda akan melakukan kegiatan alam tersebut sendiri atau
dengan berkelompok. Why (Mengapa), ini adalah pertanyaan yang cukup panjang
jawabannya dan bisa bermacam- macam. When (Kapan) waktu pelaksanaan kegiatan
tersebut, berapa lama
Untuk How [Bagaimana] merupakan suatu pembahasan yang lebih komprehensif
dari jawaban pertanyaan diatas ulasannya adalah sebagai berikut :
 Bagaimana kondisi lokasi
 Bagaimana cuaca disana
 Bagaimana perizinannya
 Bagaimana mendapatkan air
 Bagaimana pengaturan tugas panitia
 Bagaimana acara akan berlangsung
 Bagaimana materi yang disampaikan
 dan masih banyak “bagaimana ?” lagi (silahkan anda mengembangkannya lagi)

Dari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul itulah kita dapat menyusun rencana
kegiatan yang didalamnya mencakup rincian :
1. Pemilihan medan, dengan memperhitungkan lokasi basecamp, pembagian waktu dan sebagainya.
2. Pengurusan perizinan
3. Pembagian tugas panitia
4. Persiapan kebutuhan acara
5. Kebutuhan peralatan dan perlengkapan
6. dan lain sebagainya.

Yang tidak kalah pentingnya adalah anda akan mendapatkan point-point bagi kalkulasi
biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut.
Packing
Sebelum melakukan kegiatan alam bebas kita biasanya menentukan dahulu peralatan dan
perlengkapan yang akan dibawa, jika telah siap semua inilah saatnya mempacking barang-
barang tersebut ke dalam carier atau backpack. Packing yang baik menjadikan perjalanan
anda nyaman karena ringkas dan tidak menyulitkan.
Prinsip dasar yang mutlak dalam mempacking adalah :
1. Pada saat back-pack dipakai beban terberat harus jatuh ke pundak, Mengapa
beban harus jatuh kepundak, ini disebabkan dalam melakukan perjalanan
[misalnya pendakian] kedua kaki kita harus dalam keadaan bebas bergerak, jika
salah mempacking barang dan beban terberat jatuh kepinggul akibatnya adalah
kaki tidak dapat bebas bergerak dan menjadi cepat lelah karena beban backpack
anda menekan pinggul belakang. Ingat : Letakkan barang yang berat pada bagian
teratas dan terdekat dengan punggung.
2. Membagi berat beban secara seimbang antara bagian kanan dan kiri pundak
Tujuannya adalah agar tidak menyiksa salah satu bagian pundak dan
memudahkan anda menjaga keseimbangan dalam menghadapi jalur berbahaya
yang membutuhkan keseimbangan seperti : meniti jembatan dari sebatang pohon,
berjalan dibibir jurang, dan keadaan lainnya.
Pertimbangan lainnya adalah sebagai berikut :
 Kelompokkan barang sesuai kegunaannya lalu tempatkan dalam satu kantung untuk
mempermudah pengorganisasiannya. Misal : alat mandi ditaruh dalam satu kantung
plastik.
 Maksimalkan tempat yang ada, misalkan Nesting (Panci Serbaguna) jangan dibiarkan kosong bagian
dalamnya saat dimasukkan ke dalam carrier, isikan bahan makanan kedalamnya, misal : beras dan
telur.
 Tempatkan barang yang sering digunakan pada tempat yang mudah dicapai pada saat diperlukan,
misalnya: rain coat/jas hujan pada kantong samping carrier.
 Hindarkan menggantungkan barang-barang diluar carrier, karena barang diluar carrier akan
mengganggu perjalanan anda akibat tersangkut-sangkut dan berkesan berantakan, usahakan
semuanya dapat dipacking dalam carrier.

Mengenai berat maksimal yang dapat diangkat oleh anda, sebenarnya adalah suatu angka
yang relatif, patokan umum idealnya adalah 1/3 dari berat badan anda , tetapi ini kembali
lagi ke kemampuan fisik setiap individu, yang terbaik adalah dengan tidak memaksakan diri,
lagi pula anda dapat menyiasati pemilihan barang yang akan dibawa dengan selalu memilih
barang/alat yang berfungsi ganda dengan bobot yang ringan dan hanya membawa barang
yang benar-benar perlu.
Memilih dan Menempatkan Barang
Dalam memilih barang yang akan dibawa pergi mendaki atau kegiatan alam bebas selalu cari alat/perlengkapan
yang berfungsi ganda, tujuannya apalagi kalau bukan untuk meringankan berat beban yang harus anda bawa,
contoh : Alumunium foil, bisa untuk pengganti piring, bisa untuk membungkus sisa nasi untuk dimakan nanti,
dan yang penting bisa dilipat hingga tidak memakan tempat di carrier.
Matras ; Sebisa mungkin matras disimpan didalam carrier jika akan pergi kelokasi yang hutannya lebat, atau jika
akan membuka jalur pendakian baru. Banyak rekan pendaki yang lebih senang mengikatkan matras diluar,
memang kelihatannya bagus tetapi jika sudah berada di jalur pendakian, baru terasa bahwa metode ini
mengakibatkan matras sering nyangkut ke batang pohon dan semak tinggi, lagipula pada saat akan digunakan
matrasnya sudah kotor.
Kantung Plastik ; Selalu siapkan kantung plastik didalam carreir anda, karena akan berguna sekali nanti
misalnya untuk tempat sampah yang harus anda bawa turun, baju basah dan lain sebagainya. Gunakan selalu
kantung plastik untuk mengorganisir barang barang didalam carrier anda (dapat dikelompokkan masing-masing
pakaian, makanan dan item lainnya), ini untuk mempermudah jika sewaktu-waktu anda ingin memilih pakaian,
makanan dsb.
Menyimpan Pakaian ;
Jika anda meragukan carrier yang anda gunakan kedap air atau tidak, selalu bungkus pakaian anda didalam
kantung plastik [dry-zax], gunanya agar pakaian tidak basah dan lembab. Sebaiknya pakaian kotor dipisahkan
dalam kantung tersendiri dan tidak dicampur dengan pakaian bersih.
Menyimpan Makanan ;
Pada gunung-gunung tertentu (misalnya Rinjani) usahakan makanan dibungkus dengan plastik dan ditutup rapat
kemudian dimasukkan kedalam keril, karena monyet-monyet didekat puncak / base camp terakhir suka
membongkar isi tenda untuk mencari makanan.
Menyimpan Korek Api Batangan ;
Simpan korek api batangan anda didalam bekas tempat film (photo), agar korek api anda selalu kering.
Packing Barang / Menyusun Barang Di Carrier ;
Selalu simpan barang yang paling berat diposisi atas, gunanya agar pada saat carrier digunakan, beban terberat
berada dipundak anda dan bukan di pinggang anda hingga memudahkan kaki melangkah.
Perlengkapan Pribadi Alam Bebas
Outdoor activity atau kegiatan alam bebas merupakan kegiatan yang penuh resiko dan memerlukan perhitungan
yang cermat. Jika salah-salah maka bukan mustahil musibah akan mengancam setiap saat. Sebagai contoh,
sebuah referensi pernah mencatat bahwa salah satu kegiatan alam bebas yaitu rock climbing [panjat tebing]
merupakan jenis olahraga yang resiko kematiannya merupakan peringkat ke-2 setelah olahraga balap mobil
formula-1.
Tentu saja resiko tersebut terjadi apabila safety-procedure tidak menjadi perhatian yang serius, tetapi apabila
safety-procedure diperhatikan dan sering berlatih, maka resiko tersebut dapat ditekan sampai titik paling aman.
Perjalanan alam bebas pasti akan bersentuhan dengan cuaca, situasi medan dan waktu yang kadang tidak
bersahabat, baik malam atau siang hari, oleh karena itu perlu dipersiapkan perlengkapan yang memadai.
Salah satu “perisai diri” ketika melakukan aktivitas alam bebas adalah perlengkapan diri pribadi. Berikut
digambarkan beberapa perlengkapan pribadi standard.
1. Tutup kepala/topi
Untuk melindungi diri dari cuaca panas atau dingin perlu penutup kepala. Dalam keadaan panas atau hujan,
maka tutup kepala yang baik adalah yang juga dapat melindungi kepala dan wajah sekaligus. Untuk ini pilihan
terbaik adalah topi rimba atau topi yang punya pelindung keliling. Topi pet atau topi softball tidak
direkomendasikan.
Pada cuaca dingin malam hari atau di daerah tinggi, maka penutup kepala yang baik adlah yang dapat
memberikan rasa hangat. Pilihannya adalah balaklava atau biasa disebut kupluk.
2. Syal-slayer
Slayer atau syal bukan hanya digunakan sebagai identitas organisasi, tetapi sebetulnya mempunyai fungsi
lainnya. Syal/slayer dapat digunakan untuk menghangatkan leher ketika cuaca dingin, dapat juga digunakan
sebagai saringan air ketika survival. Syal/slayer juga sangat berguna ketika dalam keadaan darurat, baik
digunakan untuk perban darurat atau sebagai alat peraga darurat. Oleh karenanya disarankan menggunakan
syal/slayer yang berwarna mecolok dan terbuat dari bahan yang kuat serta dapat menyerap air namun cepat
kering.
3. Baju
Kebutuhan ini multak, tidak bisa beraktivitas tanpa baju [bayangkan kalau tanpa ini, maka kulit akan terbakar
matahari]. Baju yang baik adalah dari bahan yang dapat menyerap keringat, tidak disarankan menggunakan baju
dari bahan nilon karena panas dan tidak dapat meyerap keringat. Baju dengan bahan demikian biasanya adalah
planel atau paling tidak kaos dari bahan katun.
Pilihan warna untuk aktivitas lapangan seperti halnya juga slayer/syal adalah yang mencolok agar bia terjadi
keadaan darurat [misalnya hilang] dapat dengan mudah diidentifikasi dan dikenali.
Dalam beraktivitas di alam bebas jangan pernah melupakan baju salin/ganti, hal ini karena aktivitas lapangan
akan sangat banyak mengeluarkan energi yang membuat badan kita berkeringat. Bawalah baju salain 2 atau 3
buah.
4. Celana
Celana lapang yang baik adalah yang memnuhi syarat ringan, mudah kering dan dapat menyerap keringat.
Pemakaian bahan jeans sangat tidak direkomendasikan karena berat dan susah kering dan membuat lecet.
Celana yang baik adalah kain dengan tenunan ripstop [bila berlubang kecil tidak merembet atau robek
memanjang]. Bila aktivitas dilakukan di daerah pantai atau perairan juga baik bila menggunakan bahan dari
parasut tipis.
Selain celana panjang, jangan lupa bahwa under-wear juga penting. jangan lupa juga untuk menyediakan serep
ganti.
5. Jaket
Salah satu perlengkapan penting dalam alam bebas adalah jaket. Jaket digunakan untuk melindungi diri dari
dingin bahkan sengatan matahari atau hujan.
Jaket yang baik adalah model larva, yaitu jaket yang panjang sampai ke pangkal paha. Jaket ini juga biasanya
dilengkapi dengan penutup kepala [kupluk]. Akan sangat baik bila jaket yang memiliki dua lapisan (double-
layer). Lapisan dalam biasanya berbahan penghangat dan menyeyerap keringat seperti wool atau polartex,
sedang lapisan luar berfungsi menahan air dan dingin. Kini teknologi tekstil sudah mampu memproduksi Gore-
Tex bahan jaket yang nyaman dipakai saat mendaki bahan ini memungkinkan kulit tetap bernafas, tidak gerah
mengeluarkan keringat mampu menahan angin (wind breaking) dan resapan air hujan (water proff) sayang,
bahan ini masih mahal. Yang paling baik jaket terbuat dari bulu angsa-biasanya digunakan untuk kegiatan
pendakian gunung es].
6. Slepping bag
Istirahat adalah kebutuhan pegiat alam bebas setelah aktivitas yang melelahkan seharian. Tempat istirahat yang
ideal adah dengan menggunakan slepping bag [kantong tidur]. Slepping bag yang baik juga biasanya terbuat
dari dua sisi, yaitu yang dingin, licin dan tahan air satu sisi, dan yang hangat dan tebal disisi lain.
Penggunaannya sesuai dengan cuaca saat istirahat.
7. Sepatu
Sepatu yang baik yaitu yang melindungi tapak kaki sampai mata kaki, kulit tebal tidak mudah sobek bila kena
duri. keras bagian depannya, untuk melindungi ujung jari kaki apabila terbentur batu. bentuk sol bawahnya
dapat menggigit ke segala arah dan cukup kaku, ada lubang ventilasi bersekat halus. Gunakan sepatu yang dapat
dikencangkan dan dieratkan pemakaiannya [menggunakan ban atau tali. Dilapangan sepatu tidak boleh longgar
karena akan menyebabkan pergesekan kaki dengan sepatu yang berakibat lecet. Penggunaan sepatu juga harus
dibarengi dengan kaos kaki. Untuk ini juga sebaiknya disediakan kaos kaki serep bial suatu saat basah.
8. Carrier
Carrier bag atau ransel sebaiknya gunakan yang tidak terlalu besar tetapi juga tidak terlampau kecil, artinya
mapu menampung perlengkapan dan peralatan yang dibawa. Sebaiknya jangan menggunakan carrier yang
mempunyai banyak kantong dibagian luar karena dalam keadaan tertentu ini akan menghambat pergerakan.
Gunakan carrier yang ramping walaupun agak tinggi, ini lebih baik daripada yang gemuk tetapi rendah.
Sebelum berangkat harus diperhatikan jahitan-jahitannya, karena kerusakan pada jahitan terutama sabuk
sandang akan berakibat sangat fatal.
9. Alat masak, makan dan mandi
Perlengkapan sangat penting lainnya adalah alat masak, makan dan mandi. Bagimanapun juga dalam kondisi
lapangan kita sangat perlu untuk menghemat aktu dan bahan masalak. Gunakan alat dari alumunium karena
cepat panas, untuk ini nesting menjadi pilihan yang sangat baik, disamping dia ringkas dan serba guna. Juga
perlu dipersiapkan alat bantu makan lainnya (sendok, piring, dll) dan pastikan bahan bakar untuk memasak /
membuat api seperti lilin, spirtus, parafin, dll.
Jangan lupa juga siapkan phiples minum sebagai bekal perjalanan [saat ini banyak tersedia model dan jenis
phipless].
Perlengkapan mandi juga sangat penting karena tidak jarang perjalanan dilakukan berhari-hari dengan tubuh
penuh keringat. Bawalah alat mandi seperti sabun yang berkemasan tube agar mudah disimpan dan tidak perlu
membuang sampah bungkusan disembarang tempat.
10. Obat-obatan dan Survival Kits
Perlengkapan pribadi lainnya yang sangat penting adalah obat-obatan, apalagi kalau pegiat mempunyai
penyakit khusus tertentu seperti asma. Disamping obat-obatan juga setidaknya mempunyai kelengkapan
survival kits [lihat pada bagian lain]
REPORT THIS AD

REPORT THIS AD

Share this:

 Twitter
 Facebook15

This entry was posted in Basic Hiking. Bookmark the permalink.
Post navigation
Gn. Bandahara – Aceh →

LEAVE A REPLY
Search

RECENT POSTS
 Gn. Slamet
 GN. Ciremai / Cereme
 Puncak Ciremai
 Nama Gunung Di Indonesia
 Gn. Bandahara – Aceh

RECENT COMMENTS
ARCHIVES
 April 2013

CATEGORIES
 Basic Hiking (1)
 Gunung di Indonesia (4)
o Jawa (2)
o Sumatera (1)
 My Adventure (1)

PAGE
 About
Create a free website or blog at WordPress.com.

Close and accept


Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
 Follow

REPORT THIS AD

Home
 Berita
 Destinasi Wisata
 Tips Wisata
 Tiket Pesawat
 Booking Hotel

41 Istilah Pendakian yang Wajib Diketahui


Pendaki Pemula
Travel Tips9.4K
Ilustrasi shutterstock.com
Travel Blog Reservasi – Kamu punya gebetan yang suka mendaki gunung atau
kamu masih pemula dan baru ingin mulai mendaki gunung?
Kenalan yuk, dengan istilah pendakian ini agar obrolan kamu sama sang gebetan
semakin akrab dan tentunya akan berguna ketika kamu mendaki. Tapi sebelum
mendaki gunung ketahui dahulu informasi gunung Indonesia yang tutup tahun 2017.
Peralatan pendakian (shutterstock.com)

41 Istilah Pendakian
Berdasarkan informasi dari berbagai sumber yang dilansir
tim Reservasi.com(6/4/17). Inilah 41 istilah dalam pendakian. Pendaki
gunung pemula harus tahu istilah-istilah berikut ini.
1. Simaksi : Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi
2. Logistik : persediaan bahan makanan
3. Mountaineering adalah kegiatan mendaki gunung dan
menyusuri hutan dengan menerapkan materi-materi yang
dibutuhkan selama pendakian.
4. Treking : perjalanan panjang dengan berjalan kaki
5. Ekspedisi : perjalanan yang dilakukan untuk mencapai
tujuan tertentu
6. Keril : ransel gunung berukuran besar.
7. Daypack : ransel gunung yang berukuran kecil.
8. Rock : istilah rock digunakan untuk menandakan adanya
batu yang meluncur dari atas. Jadi ketika ada pendaki
berteriak “Rock! Rock! Segeralah mencari posisi yang
aman.
9. Tik-tok : naik turun gunung dalam sehari
10. Crampon : logam yang ditempelkan di telapak sepatu guna
mendaki gunung es.
11. Harness : Pengikat tubuh dari pita webbing yang berfungsi
untuk menyelamatkan pemanjat tebing yang jatuh dari
kemungkinan cedera parah.
12. Gaiter : pelindung sepatu dan kaki yang berfungsi untuk
menjaga sepatu dari masuknya kerikil, batu, debu, lumpur.
13. Trekking Pole: tongkat hiking yang terbuat dari bahan
alumunium.
14. Buff: masker atau slayer serbaguna yang bisa dijadikan
masker, penutup kepala dan sebagainya.
15. Taslan: bahan yang tergolong anti air yang sering
digunakan sebagai bahan jaket.
16. Goretex: Salah satu bahan jaket yang paling kuat dan anti
air.
17. Polar: bahan jaket dengan lapisan serat seperti kapas.
18. Sleeping Bag: kantong tidur yang biasanya terdapat
penutup kepalanya juga.
19. Tali Prusik: tali kecil berukuran 3-6 mm, memiliki banyak
fungsi.
20. Flysheet : tenda pendukung yang biasanya digunakan
sebagai penutup bagian atas tenda.
21. Frame: rangka pada tenda
22. Nesting: panci untuk memasak
23. Opsi : operasi bersih-bersih gunung
24. Ranger : penjaga taman nasional
25. Porter: pemandu perjalanan sekaligus orang membantu
membawa barang.
26. Bonus: trek tanpa tanjakan
27. Shelter: tempat istirahat yang biasanya bisa digunakan
untuk tempat bermalam.
28. Pos : tempat singgah atau lokasi istirahat sementara.
29. Double M : sebutan untuk Gunung Merapi dan Merbabu.
30. Triple S: sebutan untuk Gunung Sindoro, Sumbing, dan
Slamet.
31. Survival : bertahan hidup dalam kondisi tak menentu.
32. Hiking: berjalan kaki di alam bebas.
33. Head Lamp: lampu atau senter yang bisa diletakkan di
kepala.
34. Survivor : orang yang bertahan hidup
35. Survival : bertahan hidup
36. Hipo : Hipo termasuk singkatan dari hipotermia. Hipotermia
adalah suatu kondisi di mana mekanisme tubuh untuk
pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin.
37. Bivak : sebuah tenda sederhana yang digunakan sebagai
tempat istirahat sementara saat mendaki gunung.
38. Leader : seorang pemimpin dalam rombongan pendakian
39. Sweeper : biasanya berada di posisi paling belakang dalam
rombongan. Tugas sweeper biasanya bertugas untuk
memastikan bahwa tak ada barang pendaki maupun
pendaki yang tertinggal dalam rombongan.
40. SAR (Search and Rescue) : Kegiatan kemanusiaan untuk
mencari dan memberikan pertolongan kepada manusia
yang dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam
musibah-musibah seperti pelayaran, penerbangan, dan
bencana.
41. Ranjau : biasanya mengacu pada kotoran manusia.
Nah, sudah tahu kan sekarang dengan istilah-istilah pendakian ini, kalau kamu tahu
istilah pendakian yang belum ada di sini, langsung tambahkan pada kolom komentar
di bawah ya!
Butuh tiket pesawat dan hotel dengan harga terbaik? Dapatkan di Reservasi.com

Kemanapun tujuan liburanmu, cari tiket pesawat dan reservasi hotel hanya di Reservasi.com.
Download aplikasi Reservasi di Andorid dan iPhone untuk mendapatkan diskon khusus dan
harga ekslusif.

FacebookTwitterGoogle+WhatsAppLine

 GUNUNGINDONESIAPENDAKI GUNUNG

Gardena Puteri Ayudila



1. Puja says:
5 September 2018 at 09:32

Inspirasi nama usah guide trekking dong, yang belum


pernah ada😇😇😇

Reply
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment

Name *
Email *
Website

Post Comment

Lihat Juga Artikel Lainnya

Travel Destinations700
Cara ke Kalijodo dengan Bus Wisata Gratis
Ingin ke Kalijodo tapi maunya yang gratis? Ini dia cara ke Kalijodo dengan bus
wisata gratis

Travel Destinations492
Sudahkah Kamu Berkunjung ke Gang Dolly, Surabaya?
Travel Blog Reservasi – Sudahkah kamu berkunjung ke Gang Dolly, Surabaya?
Mungkin dulu pertanyaan ini mengacu kepada hal yang negatif, namun sekarang….
Travel Destinations491
Mengintip Bidadari Kayangan di Danau Biru Sanghyang Heuleut Bandung
Tempat anti-mainstream yang konon kabarnya menjadi tempat mandi para bidadari.

Keep up with us

Subscribe

Tentang Reservasi Travel Blog


Temukan inspirasi dan informasi seputar traveling dan perjalanan di Reservasi
Travel Blog. Secara rutin Reservasi Travel Blog akan berbagi informasi tetang
perjalanan liburan, review destinasi, dan tips-tips perjalanan baik di Indonesia atau di
luar negeri.
 Kebijakan Privasi
 Kerja Sama dengan Blog Reservasi
Artikel Paling Dikomentari
 Simak Yuk Syarat, Biaya dan Cara Pembuatan Paspor Baru Tahun 2018
 Syarat dan Panduan Working Holiday Visa Australia 2018 Terbaru
 Tak Perlu Antre Panjang, Gunakan Aplikasi Paspor Online Sekarang!
 Cara Mudah Membuat Visa Turis Korea Selatan
 Panduan Cara Membuat Visa Amerika (US) Sendiri (Update 2017)
Artikel Paling Banyak Dilihat
 Simak Yuk Syarat, Biaya dan Cara Pembuatan Paspor Baru Tahun 2018
 50 Tempat Wisata di Surabaya yang Paling Hits
 15 Ide Caption Instagram yang Oke Saat Traveling di Pantai
 Kreatif, 25 Nama Toko Unik yang Terinspirasi dari Film
 7 Cara Memilih Tempat Duduk Kereta Api Ekonomi AC untuk Mudik
Temukan Kami di Sosial Media




Download GRATIS Aplikasi Reservasi di Google Play Store dan Apple App Store.
© Copyright 2018 PT Reservasi Global Digital.
FacebookTwitterWhatsAppLine

 Home

 About

barripandapa
Belajar tanpa guru ibarat berjalan tak tentu arah.
PENGANTAR MOUNTAIN RESCUE »
TEORI DAN KONSEP DASAR NAVIGASI
DARAT
March 17, 2013 //
1
BAB 2
TEKNIK DASAR NAVIGASI DARAT
PENDAHULUAN
Sebagai penggiat kegiatan alam bebas, pengetahuan tentang medan merupakan sebuah modal yang harus
dimiliki. Pengetahuan penguasaan medan akan mempermudah kita untuk mencapai tujuan dan target
tertentu dalam berkegiatan di alam bebas. Selain itu penguasaan medan ini juga dapat berguna dalam
kegiatan-kegiatan kemanusiaan. Untuk pelaksanaan tugas SAR, evakuasi, dll. Pengetahuan tentang medan
ini antara lain meliputi survival, teknik hidup di alam bebas, dan navigasi darat. Selain mungkin ada
bebarapa materi pendukung seperti perencanaan perjalanan, kesehatan perjalanan, komunikasi lapangan,
pengetahuan geologi, pengetahuan lingkungan, dll.
Navigasi darat adalah ilmu praktis. Kemampuan bernavigasi dapat terasah jika sering berlatih. Pemahaman
teori dan konsep hanyalah faktor yang membantu, dan tidak menjamin jika mengetahui teorinya secara
lengkap, maka kemampuan navigasinya menjadi tinggi. Bahkan seorang jago navigasi yang tidak pernah
berlatih dalam jangka waktu lama, dapat mengurangi kepekaannya dalam menerjemahkan tanda-tanda di
peta ke medan sebenarnya, atau menerjemahkan tanda-tanda medan ke dalam peta. Untuk itu, latihan
sesering mungkin akan membantu kita untuk dapat mengasah kepekaan, dan pada akhirnya navigasi darat
yang telah kita pelajari menjadi bermanfaat untuk kita dan orang lain.

DEFINISI
Navigasi Darat adalah suatu tekhnik untuk menentukan kedudukan suatu tempat dan arah lintasan
perjalanan secara tepat baik di medan sebenarnya maupun pada peta, ssedangkan personil yang
menggunakannya disebut NAVIGATOR. Berkaitan dengan pengertian tersebut, pemahaman tentang
kompas dan peta serta cara penggunaannya mutlak harus dikuasai.
Pada prinsipnya navigasi adalah cara menentukan arah dan posisi, yaitu arah yang akan dituju dan posisi
keberadaan navigator berada di medan sebenarnya yang diproyeksikan pada peta. Kunci pemahaman
navigasi hanya 2 macam, yaitu :
1. Mampu merekam dan membaca gambar permukaan fisik bumi
2. Mampu menggunakan peralatan pedoman arah.
Alat yang diperlukan untuk melakukan Navigasi Darat, antara lain :
Peta – Kompas – Altimeter – Protaktor – Alat Tulis – Penggaris.

I. PETA
A. PENGERTIAN
Peta merupakan penggambaran dua dimensi sebagian atau seluruh permukaan fisik bumi pada bidang datar
dari yang dilihat dari atas, dan diperkecil atau diperbesar dengan perbandingan tertentu yang disebut kedar
/ skala.
Peta yang diperlukan untuk keperluan navigasi darat adalah peta topografi atau peta rupa bumi atau peta
kontur dengan skala sedang. Peta topografi memetakan tempat-tempat di permukaan bumi yang
berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur
mewakili satu titik ketinggian.
Di Indonesia, peta yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, lalu peta dari
Jawatan Topologi, yang sering disebut sebagai peta AMS (American Map Service) dibuat oleh Amerika
dan rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960. Peta AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval kontur
(jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan
Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur 12,5 m).
Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.
B. JENIS-JENIS PETA
Dengan kemajuan teknologi, seluruh wujud fisik muka bumi ini dapat kita pelajari dengan seksama dari
peta sesuai dengan banyaknya data dan informasi yang disajikan (berdasarkan luas daerah yang tergambar)
maka peta dapat dibedakan menurut :
1. INFORMASI
Menurut informasi atau isinya peta dibedakan menjadi :
A. Peta Geografis
Peta Geografis (Geo=Bumi, Grafos=Catatan) menyajikan gambaran dari seluruh permukaan fisik bumi ini,
seperti Atlas Globe.
B. Peta Topografi
Menyajikan gambaran-gambaran proyeksi dari bagian-bagian permukaan bumi, seperti peta Indonesia,
peta G.Burangrang. Peta ini berskala 1:25000 – 1:250000.
C. Peta Tekhnis
Menyajikan gambaran proyeksi permukaan fisik bumi unntuk menunjang kebutuhan-kebutuhan tekhnik
tertentu, seperti peta tekhnis jaringa jalan raya, jaringan rel KA. Peta ini berskala antara 1:25000.
D. Peta Tematik
Menyajikan data dan informasi yang mempunyai tema (topik) tertentu sehubungan dengan kedudukan
geografi-nya, sebagai contoh peta distribusi peluru kendali AS, peta kepadatan penduduk di Indonesia,
peta lahan pertanian.
E. Foto Udara
Peta yang memberikan gambaran yang aktual dari permukaan bumi.

2. SKALA
Penggolongan peta berdasarkan skala ini dibedakan menjadi peta skala besar, skala menengah dan skala
kecil, yaitu sebagai berikut :
A. Peta Skala Besar ( 1 : 1.000 s/d 1 : 25.000 )
B. Peta Skala Sedang ( 1 : 25.000 s/d 1 : 50.000 )
C. Peta Skala Kecil ( 1 : 50.000 s/d 1: 500.000 atau lebih kecil lagi )

3. TUJUAN dan PENGGUNAAN PETA


– Untuk tujuan militer, contoh : peta strategis 1 : 500.000, peta taktis 1 : 25.000, peta penerjunan 1 : 10.000
dan lain sebagainya
– Untuk tujuan pembangunan, contoh : peta pengenalan wilayah, peta pra-rencana, peta rencana, peta studi
kelayakan dan lain-lain.

4. LUAS DAERAH
Menurut luas cakupan daerah yang dipetakan, contoh : peta Desa, peta kecamatan, peta kabupaten, dsb.

5. PROYEKSI
Proyeksi peta adalah suatu teknik pemindahan gambar peta ke berbagai macam bentuk peta. Proyeksi yang
biasa digunakan, contoh peta Proyeksi Polieder (terbitan Jantop Hindia Belanda), peta Proyeksi LCO
(Lambert Conical Ortomorfik) terbitan sekutu, peta Proyeksi UTM (Universal Tranfer Mercator) atau
sistem perpetaan yang digunakan secara Internasional dan peta Proyeksi lainnya.

C. BAGIAN-BAGIAN PETA
1. JUDUL PETA
Merupakan lokasi yang ditunjukkan oleh peta bersangkutan. Judul peta tertera di bagian atas tengah peta.

2. NOMOR PETA
Nomor peta merupakan nomor registrasi dari badan pembuat peta. Selain itu juga sebagai petunjuk apabila
kita memerlukan peta daerah lain di sekitar daerah yang dipetakan tersebut. Nomor peta terdapat di sebelah
kanan atas peta. Elemen pokok untuk mengidentifikasi peta adalah :
A. Nomor Seri Peta
B. Nomor Lembar Peta
C. Keterangan Edisi
Peta topografi di Indonesia, nomor seri peta dan lembar peta merupakan satu bagian dengan judul peta.
Nomor seri peta merupakan identitas untuk daerah dan skala peta. Nomor edisi merupakan identitas
kemutakhiran dari informasi yang disajikan pada peta.

3. TAHUN PETA
Menunjukkan tentang tahun pembuatan peta tersebut. Semakin baru tahun peta, maka data pada peta
tersebut semakin akurat.

4. LEGENDA PETA
Memuat keterangan-keterangan pada peta yang berupa symbol / tanda, misalnya jalan, sungai, pemukiman,
dll.

5. KARVAK
Yaitu Daerah tertentu di peta yang dibagi menjadi bagian berupa bujur sangkar.
Caranya :
1. Dua angka terakhir yang berada disebelah barat / kiri dari daerah / titik yang dimaksud
2. Dua angka terakhir yang berada di debelah selatan / bawah dari daerah atau titik yang dimaksud
3. Lembaran Peta selalu disebutkan lebih dahulu, diberi garis pemisah ( garis penghubung ), selanjutnya
disebut bujur sangkar / KARVAK.

6. ARAH UTARA
I. Utara sebenarnya/True North : Arah utara yang ditunjukkan oleh garis meridian dan menuju ke kutub
utara, atau pertemuan garis-garis meridian yang terdapat di kutub utara atau titik poros bumi.
II. Utara Magnetis/Magnetic North : Yaitu arah utara yang ditunjukkan oleh garis tangah jarum kompas,
dan tujuannya ke kutub magnetis bumi, yaitu di pulau Ellesmere, Canada, daerah Greenland dan adanya
hanya di kompas.
III. Utara Peta/Map North : Arah utara yang terdapat pada peta. Yaitu arah utara yang ditujukkan oleh
garis tegak pada peta dan adanya hanya di peta.
7. KOORDINAT
Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan
antara absis dan ordinat. Dalam menentukan Koordinat dilakukan diatas Peta dan bukan dilapangan.
Penunjukannya dengan system Koordinat 6 atau 8 angka.
Peta Topografi selalu dibagi dalam kotak-kotak (karvak) untuk membantu menentukan posisi dipeta dalam
hitungan koordinat. Untuk daerah yang luas dipakai penomoran 6 angka, dan untuk daerah yang lebih
sempit dengan penomoran 8 angka. Koordinat ditentukan dengan sistem sumbu yaitu garis-garis yang
saling berpotongan tegak lurus (garis bujur dan lintang).
Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua macam yaitu :

1. Koordinat Geografis (Geographical Coordinate)


Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis
khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis khatulistiwa.
Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit, detik dan second. Pada peta Bakosurtanal,
biasanya menggunakan koordinat geografis sebagai koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau sering
disebut satu karvak) lebarnya adalah 3,71 cm. Pada skala 1:25.000, satu karvak sama dengan 30 detik
(30″), dan pada peta skala 1:50.000, satu karvak sama dengan 1 menit (60″).

2. Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM)


sering disebut koordinat peta. Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak
setiap titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT).
Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal dari barat ke timur. Sistem
koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8 angka. Pada peta AMS, biasanya menggunakan
koordinat grid. Satu karvak sebanding dengan 2 cm pada Peta 1 : 50.000 dan 4 cm pada Peta 1 : 25.000.
Karena itu untuk penentuan koordinat koordinat grid 4 angka, dapat langsung ditentukan. Penentuan
koordinat grid 6 angka, satu karvak dibagi terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan
penentuan koordinat grid 8 angka dibagi menjadi sepuluh bagian (per 1 mm).
Dalam menunjukkan koordinat, disebutkan dari barat ke timur dan dari selatan ke utara, atau dengan kata
lain garis tegak dan garis datar, cara menyebutkannya :
1. Sebut dahulu ► OBJEK
2. Sebutkan ► NOMOR LEMBAR PETA
3. Kemudian sebutkan ► KOORDINAT

5. SKALA PETA
Adalah perbandingan jarak antara 2 titik di peta dengan jarak mendatar (horizontal) antara 2 titik yang
serupa di medan sebenarnya.

Rumus Dasarnya
Jarak Peta x Skala = Jarak Mendatar
Sifat Skala
– semakin besar angka dibelakang tanda ( : ), makin Kecil skala petanya.
– semakin kecil angka dibelakang tanda ( : ), makin Besar skala petanya.
Macam-macam Skala :
A. Skala Angka / Skala Pecahan
Contohnya seperti 1 : 1000 yang berarti 1 cm di peta sama dengan 1000 cm jarak aslinya di dunia nyata.
B. Skala Satuan
Misalnya seperti 1 inchi to 5 miles dengan arti 1 inch di peta adalah sama dengan 5 mil pada jarak
sebenarnya.

C. Skala Garis
Skala garis menampilkan suatu garis dengan beberapa satuan jarak yang menyatakan suatu jarak pada tiap
satuan jarak yang ada. Skala ini dibuat dalam bentuk garis horisontal yang memiliki panjang tertentu dan
tiap ruas berukuran 1 cm/lebih untuk mewakili jarak tertentu yang diinginkan oleh pembuat peta.

Menyatakan skala
Dengan perkataan : 1 cm = 500 m
Dengan perbandingan : 1 : 50000
Dengan pecahan : 1 / 50000
7. CONTOUR – GARIS KETINGGIAN
Merupakan Garis Khayal di atas permukaan tanah yang menghubungkan titik-titik yang sama tingginya
dan biasanya berkelok-kelok serta tertutup, atau garis yang menghubungkan titik – titik ketinggian yang
sama dari permukaan laut dan digambarkan dengan warna Coklat di atas Peta (pada peta berwarna).
Dalam membaca Garis Ketinggian, yang perlu diperhatikan adalah mengetahui Sifat – Sifat dari Garis
Ketinggian.

Macam-macam Garis Ketinggian antara lain :


1. Garis Ketinggian yang digambarkan Tipis.
2. Garis Ketinggian yang digambarkan Tebal
3. Garis Ketinggian yang digambarkan Terputus-Putus.
Maksud adanya garis ketinggian, yaitu :
1. untuk mengetahui tinggi suatu tempat dari permukaan air laut
2. untuk mengetahui bentuk medan yang sebenarnya.
Sifat – Sifat dari Garis Ketinggian
1. Garis Ketinggian satu dengan yang lainnya tidak saling berpotongan dan tidak bercabang.
2. Garis ketinggian pertama telah mempunyai harga yang paling tinggi (puncak).
3. Garis ketinggian yang lebih rendah selalu mengelilingi garis ketinggian yang lebih tinggi, kecuali daerah
depresi / cekungan yang diberi keterangan secara khusus, misalnya kawah, danau, dll.
4. Untuk daerah yang Landai, Garis Ketinggian akan saling berjauhan, sedangkan daerah Terjal
mempunyai Contour yang saling berdekatan / rapat.
5. Garis ketinggian berbentuk U yang ujungnya melengkung menjauhi puncak merupakan Punggungan
6. Garis ketinggian yang berbentuk n yang ujungnya tajam menjorok mendekati kepuncak merupakan
Lembahan. Kontur lembahan biasanya rapat dan terdapat sungai.
7. Pelana / Saddle, daerah lembah tidak terlalu dalam (landai), rendah dan sempit diantara dua garis
ketinggian yang sama tingginya, tetapi terpisah antara satu dengan lainnya. Pelana yang terdapat diantara 2
gunung besar, disebut Pass.
8. Coll, daerah lembah yang dalam diantara 2 titik ketinggian.
9. Garis ketinggian ke-sepuluh (10) digambarkan lebih tebal, kecuali ditentukan lain.
10. Sungai, terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian kontur, biasanya ada di lembahan, dan
namanya tertera mengikuti alur sungai. Dalam membaca alur sungai ini harap diperhatikan lembahan
curam, kelokan-kelokan dan arah aliran.
11. Bila peta daerah pantai, muara sungai merupakan tanda medan yang sangat jelas, begitu pula pulau-
pulau kecil, tanjung dan teluk .
12. Interval garis kontur adalah skala : 2000

NB: ketentuan lain tersebut terdapat pada legenda peta


8. TITIK TRIANGULASI
Selain dari garis – garis ketinggian kita dapat pula mengetahui tingginya suatu tempat dengan pertolongan
titik ketinggian. Titik ketinggian ini biasanya dinamakan Titik Triangulasi.
Titik Triangulasi adalah suatu titik atau tanda merupakan Pilar / Tonggak yang menyatakan Tinggi Mutlak
suatu tempat dari permukaan Laut.
Titik Triangulasi ini digunakan oleh Jawatan Topografi untuk menentukan tinggi suatu tempat atau letak
suatu tempat dalam pengukuran secara ilmu pasti pada waktu pembuatan peta.

TINGGI MUTLAK
1. Diukur dari permukaan Laut, merupakan Standarisasi pengukuran
2. Tinggi Mutlak digunakan untuk menentukan Tinggi Sebenarnya dari permukaan Laut.

TINGGI NISBI
Diukur dari tempat dimana benda itu berada, biasanya diukur dari permukaan tanah.

10. IKHTILAF – IKHTILAF


Karena pengaruh rotasi bumi, letak Kutub Magnetis bumi bergeser dari tahun ke tahun. Oleh karena itu,
untuk keperluan yang menuntut ketelitian perlu dipertimbangkan adanya deklinasi ( penyimpangan ),
diantaranya ikhtilaf peta, ikhtilaf magnetis, ikhtilaf peta magnetis, dan variasi magnetis.

1. Ikhtilaf Peta
Ialah Sudut yang dibentuk oleh Utara Sebenarnya dengan Utara Peta, baik ke Barat maupun ke Timur.
Yang jadi patokan adalah Utara Sebenarnya.
IP = US + UP
2. Ikhtilaf Magnetis
Ialah Sudut yang dibentuk oleh Utara Sebenarnya dengan Utara Magnetis, baik ke Barat maupun ke Timur.
Yang jadi patokan adalah Utara Sebenarnya.
IM = US + UM
3. Ikhtilaf Utara Peta – Utara Magnetis ( Sudut Peta Magnetis )
Merupakan Sudut yang dibentuk oleh Utara Peta dengan Utara Magnetis, baik ke Barat maupun ke Timur.
Yang jadi patokan adalah Utara Peta.
SPM = UP ± UM
Membaca Peta
Yang terpenting dalam bernavigasi adalah kemampuan membaca peta dan menginterpretasikan /
membayangkan keadaaan medan sebenarnya, yang meliputi kemampuan membaca kontur, menentukan
ketinggian tempat dengan pertolongan titik triangulasi dan kemampuan mengenal tanda-tanda medan.
Pengertian akan tanda medan ini mutlak diperlukan, sebagai asumsi awal dalam menyusun perencanaan
perjalanan.

VARIASI MAGNETIS
Ialah Perbedaan Ikhtilaf Magnetis pada waktu – waktu yang berlainan.
Variasi Magnetis pada beberapa tempat tidak sama, variasi magnetis ini ditulis dibagian bawah Peta
Topografi untuk menentukan deklinasi dan Variasi Magnetis untuk Peta Topografi Indonesia yang baru
digambarkan dengan diagram sudut yang terdapat disebelah kiri bawah Peta.

Disamping itu juga dinyatakan beberapa Variasi Magnetis rata – rata tiap tahun. Ada juga diantaranya
yang tidak menggambarkan Ikhtilaf Peta yang ada hanya Ikhtilaf Magnetisnya saja.
Untuk mencari Ikhtilaf Petanya harus dilihat dekat batas kiri / kanan peta tertulis kata- kata GRID
DECLINATION yang artinya sama dengan IKHTILAF PETA.
Kalau GRID DECLINATION tidak ada berarti Utara Peta dengan Utara Sebenarnya sejajar.

INCREASE – DECREASE
Bilamana suatu Variasi Magnetis Bertambah sehingga setiap tahunnya makin lama makin bertambah,
maka disebut Increase.
Bilamana suatu Variasi Magnetis berkurang sehingga setiap tahunnya makin lama makin berkurang,
maka disebut Decrease.
SUDUT PETA
Ialah Sudut yang dibentuk oleh 2 buah garis, yaitu satu menuju Utara Peta dan satunya lagi menuju
Sasaran.

CARA MENGUKUR SUDUT PETA


Misalnya kita mengukur Sudut Peta dari titik A ke titik B diatas Peta, dengan cara sebagai berikut :
• Tarik 2 buah garis dari titik A, masing-masing menuju ke arah Utara Peta dan menuju ke arah Sasaran
• Ukur sudutnya dari arah garis yang menuju Utara Peta ke garis yang menuju titik B dengan menggunakan
Busur Derajat / Protractor sesuai dengan arah Perputaran Jam.
Catatan :
• 0 derajat harus ditempatkan / disimpan paling atas
• Jika sudutnya 180 derajat ke arah kiri
• Setelah itu baca pada Busur Derajat / Protractor berapa Sudut Petanya atau berapa Skala Derajatnya

SUDUT PETA = SUDUT KOMPAS ± (UP.UM)


SUDUT KOMPAS
Ialah Sudut yang dibentuk oleh 2 buah garis, yang satu menuju Utara Magnetis dan satu lagi menuju
Sasaran.

CARA MENGUKUR SUDUT KOMPAS


Menentukan Sudut Kompas dengan Kompas Prisma di suatu medan sbb :
• Buka Kompas dan tutupnya tegakkan ke atas
• Tutupkan Prisma ke atas Kaca Kompas
• Tarik cincin Ibu Jari jauh ke bawah, lalu masukkan Ibu Jari ke dalam cincin dan letakkan jari telunjuk
menekan kotak kompas.
• Bawalah atau dekatkan Kompas kedepan mata.
• Arahkan Kompas pada Sasaran yang dituju dengan melihat celah melalui bidikan pada prisma, sejajarkan
garis rambut / gari tengah dengan Sasaran
• Lalu lihat angka yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk didalam kompas, itulah Sudut Kompas yang
dimaksud.

SUDUT KOMPAS = SUDUT PETA ± (UP.UM 2013)


II. KOMPAS
A. PENGERTIAN
Merupakan penunjuk arah mata angin dengan ketentuan sudut derajat dari arah utara magnetis bumi.
Kompas yang biasa digunakan untuk keperluan navigasi darat dapat dibedakan menurut kegunaannya dan
menurut cara melihat angka di dalam lingkaran sudutnya.

B. FUNGSI
Kompas adalah alat penunjuk arah yang digunakan untuk mengetahui arah utara magnetis. Karena sifat
kemagnetannya, jarum kompas akan menunjuk arah utara-selatan (jika tidak dipengaruhi oleh adanya
gaya-gaya magnet lainnya selain magnet bumi). Tetapi perlu diingat bahwa arah yang ditunjuk oleh jarum
kompas tersebut adalah arah utara magnet bumi, jadi bukan arah utara sebenarnya.
Secara fisik, kompas terdiri atas :
a) Badan, yaitu tempat komponen-komponen kompas lainnya berada.
b) Jarum, selalu mengarah ke utara-selatan bagaimanapun posisinya.
c) Skala penunjuk, menunjukkan derajat sistem mata angin.

C. JENIS-JENIS KOMPAS
Berdasarkan kegunaannya ada Kompas Bidik, yaitu kompas yang penggunaannya dikhususkan untuk
menentukan azimuth dengan cara dibidik. Kompas Orienteering, yaitu jenis kompas yang penggunaannya
khusus untuk orientasi peta, tetapi masih bisa digunakan untuk membidik walaupun kurang tepat (kecuali
model-model tertentu).
Berdasarkan cara melihat lingkaran derajatnya, ada Kompas Prisma, Kompas Lensa dan Kompas Cermin.
Kompas yang baik pada ujungnya dilapisi fosfor agar dapat terlihat dalam keadaan gelap.

D. PEMAKAIAN KOMPAS
Kompas dipakai dengan posisi horizontal sesuai dengan arah garis medan magnet bumi. Dalam memakai
kompas, perlu dijauhkan dari pengaruh benda-benda yang mengandung logam, seperti pisau, golok,
karabiner, jam tangan dan lainnya. Kehadiran benda-benda tersebut akan mempengaruhi jarum kompas
sehingga ketepatannya akan berkurang.
Pada dasarnya cara pengggunaan kompas ditekankan pada urutan-urutan yang benar menggunakan
kompas, yaitu sebagai berikut :
1. Buka bagian penutup (untuk kompas yang ada penutupnya)
2. Jauhkan kompas dari gangguan lokal dan benda-benda yang mengandung medan magnet
3. Pegang / letakkan kompas dengan datar ( horizontal )
4. Bidik sasaran yang dituju dimana celah bidik, garis bidik dan sasaran bidik berada pada satu garis lurus.
5. Baca / lihat besar sudut dari bagian untuk melihat angka-angka derajat (untuk kompas bidik).

E. BERJALAN MENURUT ARAH KOMPAS


Kadangkala di lapangan kita dituntut untuk melakukan pergerakan menurut arah kompas yang telah kita
tentukan. Pada prinsipnya dalam melakukan pergerakan dengan sasaran bidik yang telah ditentukan harus
kontras dengan keadaan sekitarnya dan sejauh mata memandang, tetapi di lapangan kita sulit untuk
menentukan sasaran bidik yang kontras dengan keadaan sekitarnya, untuk mengatasinya dengan bantuan
teman kita sebagai sasarannya (man to man) dengan langkah-langkah sebagai berikut :
– Ikuti urutan menggunakan kompas yang benar
– Bidik sasaran / tujuan dengan kompas melalui celah bidik
– Sejajarkan garis pada permukaan kaca kompas dengan arah utara kompas.
– Dengan sejajarnya arah utara kompas dengan garis pada permukaan kaca kompas, maka Arah celah bidik
kompas adalah arah yang kita tuju.

III. ALTIMETER
Altimeter merupakan alat Pengukur Ketinggian yang bisa membantu dalam menentukan posisi.
Pada medan yang bergunung tinggi, resection dengan menggunakan kompas sering tidak banyak
membantu, disini altimeter lebih bermanfaat. Dengan menyusuri punggungan-punggungan yang mudah
dikenali di peta, altimeter akan lebih berperan dalam perjalanan, yang harus diperhatikan dalam pemakaian
altimeter :
 setiap altimeter yang dipakai harus dikalibrasi, dengan cara periksa ketelitian altimeter di titik-titik
ketinggian yang pasti. Contohnya di tepi laut atau Stasiun kereta api.
 Altimeter sangat peka terhadap guncangan, perubahan cuaca, dan perubahan temperatur.
IV. PROTRACTOR
Protractor adalah alat yang berbentuk persegi empat yang digunakan untuk mempermudah kita
menentukan koordinat dan sudut pada peta.
Biasanya 1 buah protaktor memiliki 3 skala yang berbeda, namun tidak dapat digunakan untuk membaca
koordinat geografis yang di dalamnya terdapat :
• Pembagian Derajat
• Pembagian Peribuan
• Skala Koordinat 1 : 100.000 1 : 50.000 1 : 25.000
• Titik Pusat untuk Pembagian Derajat dan Peribuan adalah titik silang pada tengah – tengah Protractor.
• Tanda Indeks dan untuk Skala Koordinat adalah Sisi Tegak dan Siku – siku segi-tiga

Protractor dapat dipergunakan untuk :


1. Menentukan Sudut Peta
2. Plotting Sudut Peta
3. Plotting Koordinat
4. Menentukan Koordinat

MENGENAL TANDA MEDAN


Kemampuan mengenal tanda medan sangatlah mutlak untuk dikuasai jika kita hendak melakukan navigasi
darat. Tanda-tanda medan dapat dijadikan acuan untuk penentuan lokasi dan pengenalan medan supaya
arah perjalanan tidak melenceng hingga terjadi hal-hal buruk seperti tersesat. Tanda-tanda medan dapat
dikenali dari bentang alam yang ada di sekitar, misalnya punggungan, puncak bukit, jalan setapak, jalan
raya, sungai, tebing, muara, anak sungai, pemukiman atau daerah tertentu.
Disamping kita mengenal tanda medan / objek di peta, kita juga bisa menggunakan tanda-tanda medan /
objek sebenarnya di lapangan yang mudah dikenali di peta. Beberapa tanda medan dapat kita baca di peta
sebelum kita berangkat menuju lokasi, tapi kemudian kita harus cari tanda tersebut di lokasi :
– Puncak gunung atau bukit, punggungan, lembah diantara dua puncak dan bentuk-bentuk tonjolan lainnya
yang menyolok
– Lembah yang curam, jembatan (perpotongan sungai dengan jalan), ujung desa, samping jalan
– Bila kita berada di pantai, muara sungai dapat menjadi tanda medan yang sangat jelas, begitu juga
tanjung yang menjorok ke laut, teluk-teluk yang menyolok, pulau-pulau kecil, pemukiman penduduk dan
lain sebagainya.

TEKNIK PETA KOMPAS


Azimuth dan Back Azimuth, Resection, Intersection, Analisa Perjalanan
TAK AKAN LUPUT DARI PETA DAN KOMPAS JIKA ANDA BERADA DI SUATU TEMPAT
1. TEKNIK PETA KOMPAS
Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (secara praktis
menyamakan utara peta dengan utara magnetis).
Langkah-langkah Orientasi Peta adalah sebagai berikut :

a) Letakkan peta pada bidang datar.


b) Buka tutup kompas prisma dan Letakkan kompas diatas peta
c) Sejajarkan antara sumbu utara peta dengan utara magnetis/utara kompas, dengan demikian letak peta
akan sesuai dengan bentang alam yang dihadapi.

Orientasi Medan, gunanya untuk mengenali posisi medan sebenarnya di peta dan mengenali tanda di peta
pada medan sebenarnya.
Orientasi Medan dapat dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut :
a) Cari tempat terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang mencolok dengan mudah.
b) Lakukan Orientasi Peta
c) Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekeliling dan temukan tanda medan tersebut dipeta,
lakukan untuk beberapa tanda medan.
d) Ingat tanda medan itu, bentuknya dan tempatnya dimedan sebenarnya maupun dipeta, ingat-ingat tanda
medan yang khas dari setiap tanda medan.

Sebelum anda mulai orientasi medan, kenali dulu tanda-tanda medan yang ada dilokasi. Ini bisa dilakukan
dengan menanyakan kepada penduduk setempat nama-nama gunung, bukit, sungai, atau tanda-tanda
medan lainnya, atau dengan mengamati kondisi bentang alam yang terlihat dan mencocokkan dengan
gambar kontur yang ada dipeta.

2. AZIMUTH DAN BACK AZIMUTH


Azimuth ialah Sudut Mendatar yang besarnya dihitung dan diukur sesuai dengan arah jalannya jarum jam
dari suatu garis yang tetap, yaitu arah utara.
Secara praktis adalah besar sudut yang dibentuk antara utara magnetis (nol derajat) dengan titik/sasaran
yang kita tuju, azimuth juga sering disebut Sudut Kompas. Ada tiga macam Azimuth yaitu :
a) Azimuth Sebenarnya, yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara sebenarnya dengan titik sasaran;
b) Azimuth Magnetis, yaitu sudut yang dibentuk antara utara kompas dengan titik sasaran;
c) Azimuth Peta, yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara peta dengan titik sasaran.
Untuk keperluan praktis, pada navigasi ini kita gunakan Azimuth Magnetis.
Back Azimuth adalah Besar Sudut kebalikan / kebelakang dari Azimuth.
Cara menghitungnya :
Jika, Az 180 derajat , Maka; Baz = Az – 180 derajat
Jika, Az = 180 derajat , Maka; Baz = 0 derajat atau 360 derajat

3. ANALISA PERJALANAN
Analisa perjalanan perlu dilakukan agar kita dapat membayangkan kira-kira medan apa yang akan kita
lalui, dengan mempelajari peta yang akan dipakai. Yang perlu di analisa adalah jarak, waktu dan tanda
medan.

a. Jarak
Jarak diperkirakan dengan mempelajari dan menganalisa peta, yang perlu diperhatikan adalah jarak yang
sebenarnya yang kita tempuh bukanlah jarak horizontal. Kita dapat memperkirakan jarak (dan kondisi
medan) lintasan yang akan ditempuh dengan memproyeksikan lintasan, kemudian mengalikannya dengan
skala untuk memperoleh jarak sebenarnya.
Perhitungan untuk menentukan jarak :
Skala = Jarak Peta : Jarak Datar
Jarak Datar = Skala x Jarak Peta

Jarak Peta = Jarak Datar : Skala

b. Waktu
Bila kita dapat memperkirakan jarak lintasan, selanjutnya kita harus memperkirakan berapa lama waktu
yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut. Tanda medan juga bisa untuk menganalisa perjalanan
dan menjadi pedoman dalam menempuh perjalanan.
c. Medan Tidak Sesuai Peta
Jangan terlalu cepat membuat kesimpulan bahwa peta yang kita pegang salah. Memang banyak Sungai-
sungai kecil yang tidak tergambarkan di peta, karena sungai tersebut kering ketika musim kemarau. Ada
kampung yang sudah berubah, jalan setapak yang hilang, dan banyak perubahan-perubahan lain yang
mungkin terjadi.
Bila anda menjumpai ketidaksesuaian antara peta dengan kondisi lapangan, baca kembali peta dengan
lebih teliti, lihat tahun keluaran peta, karena semakin lama peta tersebut maka banyak sekali perubahan
yang terdapat pada peta tersebut. Jangan hanya terpaku pada satu gejala yang tidak ada di peta sehingga
hal-hal yang yang dapat dianalisa akan terlupakan. Kalau terlalu banyak hal yang tidak sesuai,
kemungkinan besar anda yang salah (mengikuti punggungan yang salah, mengikuti sungai yang salah, atau
salah dalam melakukan resection). Peta 1:50.000 atau 1:25.000 umumnya cukup teliti.
4. RESECTION
Resection adalah menentukan kedudukan/ posisi di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan
yang dikenali.

Teknik resection membutuhkan bentang alam yang terbuka untuk dapat membidik tanda medan. Tidak
selalu tanda medan yang harus selalu dibidik, jika kita berada di tepi sungai, sepanjang jalan, atau
sepanjang suatu punggungan, maka hanya perlu satu tanda medan lainnya yang dibidik.

Langkah – Langkah melakukan Resection :

a) Lakukanlah orientasi medan (dapatkan minimal 2 tanda medan)


b) Tandai kedudukan tanda medan tersebut di peta dengan membuat salib sumbu pada pusat tanda-tanda
medan yang sudah dikenali di peta dan di lapangan.
c) Bidikkan kompas ke tanda medan tersebut dan catat sudut kompasnya (Azimuth).
d) Hitung SPM tahun berjalan dan pindahkan hasilnya ke sudut peta
e) Hitung Back Azimuth dari hasil perhitungan tersebut.
f) Tarik garis sudut peta dari tanda medan yang sudah kita bidik sesuai dengan hasil perhitungan, hingga
garisnya berpotongan.
g) Perpotongan garis tersebut adalah kedudukan kita di peta.

Resection dapat dilakukan dengan minimal 2 tanda medan, yaitu :


1) 2 titik ketinggian
2) 1 titik ketinggian dengan sungai
3) 1 titik ketinggian dan jalan setapak
4) Jalan setapak / sungai dengan altimeter
5) 1 titik ketinggian dengan altimeter.

5. INTERSECTION
Intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan dua atau lebih
tanda medan yang dikenali dilapangan.

Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan,
tetapi sukar untuk dicapai. Pada intersection, kita sudah yakin pada posisi kita di peta dan kondisikan agar
objek tetap dapat terlihat saat kita berpindah posisi.

Langkah – Langkah melakukan Intersection :


a) Lakukan orientasi medan, dan pastikan posisi kita di peta.
b) Bidik obyek yang kita amati.
c) Hitung SPM tahun berjalan, pindahkan hasilnya ke sudut peta.
d) Bergerak ke posisi lain, dan pastikan posisi tersebut di peta, lakukan langkah b dan c;
e) Tarik garis sudut peta dari posisi kita di peta sesuai dengan hasil perhitungan, hingga garisnya
berpotongan. Perpotongan garis dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.

6. Menentukan Arah Lintasan


Dalam menentukan arah lintasan dapat mempergunakan 2 cara, yang pertama dengan tracking kompas,
atau mengunci arah kompas searah dengan sudut peta sesuai dengan arah yang dituju. Yang kedua adalah
dengan mencari punggungan yang paling lebar untuk mencapai tempat yang dituju.
kedua cara ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dimana sebaiknya cara yang dipilih
disesuaikan dengan jenis kegiatan yang akan dilakukan.

SEBELUM, KETIKA DAN SETELAH SELESAI BERNAVIGASI , JAGALAH PERALATAN


YANG KITA GUNAKAN AGAR TETAP BAIK KONDISINYA.
ADVERTISEMENT
REPORT THIS AD

REPORT THIS AD

Share this:

 Twitter

 Facebook171

CategoriesMATERI KEGIATAN ALAM BEBAS
1 CommentPost your own or leave a trackback: Trackback URL

1. iren
October 29, 2014 at 9:35 am

dangke.
materinya sangat bermanfaat

Reply
Leave a Reply

Create a free website or blog at WordPress.com.


Back to the top
Close and accept
Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
 Follow

REPORT THIS AD

Kasmat.yusuf.Geo.
10
Minggu, 11 November 2012

PENGERTIAN KONTUR DAN


KEMIRINGAN LERENG
Daftar Isi

Daftar isi................................................................................................................ 1

1. Tujuan Praktikum............................................................................................. 2

2. Alat dan Bahan................................................................................................. 2

3. Prosedur Kerja.................................................................................................. 2

4. Kajian Teori...................................................................................................... 2

5. Hasil dan pembahasan

5.1 hasil............................................................................................................. 7

5.2 Pembahasan................................................................................................ 9

Kesimpulan dan saran........................................................................................... 12

Daftar pustaka....................................................................................................... 13
ACARA 4

INTERPOLASI TITIK KONTUR

DAN MENGHITUNG KEMIRINGAN LERENG

1. Tujuan

Setelah melakukan praktikum acara ini, diharapkan:

a. Mahasiswa memiliki pengetahuan tentang interpolasi titik kontur dan kemiringan lereng
b. Mahasiswa dapat mengetahui cara menginterpolasi titik kontur

c. Mahasiswa mampu menghitung nilai miringnya lereng melalui titik kontur

2. Alat dan Bahan

 Peta RBI

 Kertas ganbar

 Alat tulis menulis

3. Prosedur kerja

a) Menyiapkan peta RBI atau peta Tematik

b) Dengan memanfaatkan garis kontur, menginterpoasi titik kontur

c) Menghitung nilai interpolasi titik kontur dari langkah b) diatas

d) Dengan memanfaatkan garis kontur, memilih salah satu area kontur untuk dihitung nilai kemiringan
lerengnya

e) Menghitung nilai kemiringan lereng dengan memanfaatkan komponen peta

4. Kajian teori

Kontur

Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian yang
sama. Kontur ini dapat memberikan informasi relief, baik secara relatif, maupun secara absolute.
Informasi relief secara relatif ini, diperlihatkan dengan menggambarkan garis-garis kontur secara
rapat untuk daerah terjal, sedangkan untuk daerah yang landai dapat di perlihatkan dengan
menggambarkan garis-garis tersebut secara renggang.

Informasi relief secara absolute, diperlihatkan dengan cara menuliskan nilai kontur yang merupakan
ketinggiangaris tersebut diatas suatu bidang acuan tertentu. Bidang acuan yang umum digunakan
adalah bidang permukaan laut rata-rata. Interval kontur ini sama dengan beda tinggi antar kedua
kontur. Interval sangat bergantung kepada skala peta, juga pada relief permukaan.

Interpolasi Titik Kontur

Garis kontur adalah garis khayal dilapangan yang menghubungkan titik dengan ketinggian
yang sama atau garis kontur adalah garis kontinyu diatas peta yang memperlihatkan titik-titik diatas
peta dengan ketinggian yang sama. Nama lain garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan
garis tinggi horizontal. Garis kontur + 25 m, artinya garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang
mempunyai ketinggian sama + 25 m terhadap tinggi tertentu. Garis kontur disajikan di atas peta
untuk memperlihatkan naik turunnya keadaan permukaan tanah.
Aplikasi lebih lanjut dari garis kontur adalah untuk memberikan informasi slope (kemiringan
tanah rata-rata), irisan profil memanjang atau melintang permukaan tanah terhadap jalur proyek
(bangunan) dan perhitungan galian serta timbunan (cut and fill) permukaan tanah asli terhadap
ketinggian vertikal garis atau bangunan. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi
tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta.
Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka untuk garis kontur ini juga akan
mengalami pengecilan sesuai skala peta.

Garis-garis kontur merupakan cara yang banyak dilakukan untuk melukiskan bentuk
permukaan tanah dan ketinggian pada peta, karena memberikan ketelitian yang lebih baik. Cara lain
untuk melukiskan bentuk permukaan tanah yaitu dengan cara hachures dan shading.

Garis kontur memiliki sifat sebagai berikut :

a) Berbentuk kurva tertutup.

b) Tidak bercabang.

c) Tidak berpotongan.

d) Menjorok ke arah hulu jika melewati sungai.


e) Menjorok ke arah jalan menurun jika melewati permukaan jalan.

f) Tidak tergambar jika melewati bangunan.

g) Garis kontur yang rapat menunjukan keadaan permukaan tanah yang terjal.

h) Garis kontur yang jarang menunjukan keadaan permukaan yang landai

i) Penyajian interval garis kontur tergantung pada skala peta yang disajikan, jika datar maka interval
garis kontur tergantung pada skala peta yang disajikan, jika datar maka interval garis kontur adalah
1/1000 dikalikan dengan nilai skala peta , jika berbukit maka interval garis kontur adalah 1/500
dikalikan dengan nilai skala peta dan jika bergunung maka interval garis kontur adalah 1/200
dikalikan dengan nilai skala peta.

j) Penyajian indeks garis kontur pada daerah datar adalah setiap selisih 3 garis kontur, pada daerah
berbukit setiap selisih 4 garis kontur sedangkan pada daerah bergunung setiap selisih 5 garis kontur.

k) Satu garis kontur mewakili satuketinggian tertentu.

l) Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.

m) Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "U" menandakan punggungan gunung.

n) Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "V" menandakan suatu lembah/jurang

Kemiringan Lereng

Lereng adalah kenampakan permukan alam disebabkan adanya beda tinggi apabila beda tinggi
dua tempat tesebut di bandingkan dengan jarak lurus mendatar sehingga akan diperoleh besarnya
kelerengan.

Bentuk lereng bergantung pada proses erosi juga gerakan tanah dan pelapukan. Leeng
merupakan parameter topografi yang terbagi dalam dua bagian yaitu kemiringan lereng dan beda
tinggi relatif, dimana kedua bagian tersebut besar pengaruhnya terhadap penilaian suatu bahan
kritis. Bila dimana suatu lahan yang lahan dapat merusak lahan secara fisik, kimia dan biologi,
sehingga akan membahayakan hidrologi produksi pertanian dan pemukiman. Salah satunya dengan
menbuat

Peta Kemiringan Lereng (Peta Kelas Lereng). Dengan pendekatan rumus “Went-Worth” yaitu
pada peta topografi yang menjaadi dasar pembuatan peta kemiringan lereng dengan dibuat grid
atau jaring-jaring berukuran 1 cm kemudian masing-masing bujur sangkar dibuat garis horizontal.

Dengan mengetahui jumlah konturnya dan perbedaan tinggi kontur yang memotong garis
horizontal tersebut, dapat ditentukan :

kemiringan atau sudut lereng dengan menggunakan rumus

S (%)=[((n-1)×Ci)/(D ×Ps)]
Mencari Kontur Interval dengan menggunakan rumus

Ci=1/2000×Ps

Mencari Panjang Diagonal dengan menggunakan rumus

D² = √(a^2+b^2 )

Dalam mengukur kemiringan lereng dapat dilakukan dengan cara: Metode Blong (1972),
Metode wentworth, Metode Lingkaran, Menggunakan Kompas Geologi

Kelas Kemiringan Lereng antara lain:

a. Kelas I =<8%

b. Kelas II = 8 – 15 %

c. Kelas III = > 15 – 25 %

d. Kelas IV = > 25 – 45 %

e. Kelas V = > 45 %
5. Hasil dan Pembahasan

5.1 Hasil

Interpolasi kontur Daerah Kecamatan Limboto

Skala 1 : 50.000
1. Menentukan jarak di medan Tempat A-B

Rumus : Jarak A-B x Penyebbut Skala (PS)

Dik: Jarak A-B = 0.4 Cm

Penyebbut Skala = 50.000

Dit: jarak medan tempat A-B =…..?

Peny: Jarak A-B x PS

= 0.4 x 50.000

= 20.000 Cm

= 200 M

2. Menentukan tinggi tempat A-B

Dik: Tinggi A = 155 Cm

Tinggi B = 205 Cm
Dit: Beda tinggi A-B =…..?

Peny: Tinggi dari tempat A ke B

= 155 sampai 205

= 50 Cm

Maka tinggi bedanya = 50 Cm

3. Menghitung beda tinggi

 Dalam persen (%)

Rumus: Beda tingi : Jarak di medan

Dik: Beda tinggi A-B = 50 Cm

Jarak A-B di medan = 200 M

Dit: Beda tinggi A-B dalam persen =….?

Peny: Beda tinggi x Jarak di medan

= 50 : 200 x 100 %

= 0.25 x 100 %

= 25 %

 Dalam Derajat (°)

Dik: Beda tinggi A-B = 50 Cm

Jarak A-B di medan = 200M

Dit: Beda tinggi A-B dalam Derajat

Peny: Beda tinggi x Jarak di medan

= 50 : 2000 x 1°

= 0.25 x 1°

= 0.25°
5.2 Pembahasan

Interpolasi titik kontur

 Menyiapkan peta RBI atau peta Tematik

Langkah awal yang kami lakukan sebagai praktikan yaitu terlebih dahulu menyiapkan peta RBI
atau peta tematik yang akan di amati, pada langkah ini kami mengamati peta daerah Kecamatan
Limboto, kabupaten Gorontalo untuk melakukan interpolasi titik kontur.

 Menginterpolasi titik kontur dan menentukan interval kontur

Dengan memanfaatkan garis kontur, pada tahap ini kami melakukan interpolasi titik kontur.
Pada interpolasi titik kontur ini kami interpolasi titik konturnya adalah ketinggian 230 cm. sehingga
kontur yang kami dapatkan memiliki interval masing-masing 25 cm dengan skala 1: 50.000 dari
ketinggian 230 cm sampai ketinggian 130 cm yang mana kontur ini memiliki lima garis kontur.

Untuk menghitung interval kontur (Ci) dapat menggunakan rumus Ci = 1 / 2000 x Penyebut
skala (Ps). Sehingga dapat di ketahui interval kontur ini dengan memasukan rumus tersebut
terhadap data yang di peroleh dari peta RBI tersebut yaitu daerah Kecamatan Limboto yang berskala
1: 50.000 adalah 25 cm.

 Menghitung nilai interpolasi titik kontur

Interpolasi adalah mencari nilai titik yang belum diketahui nilainya, dalam melakukan
praktikum tersebut kita butuh data yang akan di hitung, misalnya data pada lyaout di atas. Untuk
mendapatkan data tersebut tahap Pertama kami harus mencari garis kontur yang ada di peta
sebanyak 2 dan harus berdekatan, setelah itu kami lihat ketiggianya yang menjadi titik A dan titik B,
dan titik yang belum di ketahui nilainya kami simbolkan dengan C agar lebih memudahkan dalam
melakukan perhitungan. Setelah di dapat garis kontur dan titik ketinggiannya maka kami tentukan
interpolasinya.

Cara menentukan interpolasi yaitu menghitung jarak antara garis kontur B dengan garis
kontur C dengan menggunakan penggaris atau mistar. setelah di dapat hasilnya kemudian di
catat. Sehingga hasil yang kami dapatkan yaitu : jarak di medan tempat A-B yaitu 0.4 dan penyebut
skalanya adalah 50.000 dari sksla 1 : 50.000. dengan menggunakan rumus jarak A-B x Penyebut skala
dapat di dapatkan yaitu : 0.4 x 50.000 = 20.000 cm, kemudian di rubah kedalam meter menjadi 200
M. jadi jarak di medan tempat A-B adalah 200 M di lapangan.
Kemiringan lereng

 Menghitung tinggi tempat A-B

Pada tahap ini kami menghitung tingi tempat dari A ke B, ini di lakukan untuk mengetahui
jarak atau tinngi tempat dari A ke B berapa. Untuk menentukan tinggi tempat A-B terseebut caranya
mudah, yaitu hanya mengetahui tinggi antara ke dua tempat tersebut maka akan di ketahui
perbedaan tingginya. Tinggi tempat A yaitu 155 cm dan tinggi tempat B yaitu 205. Jadi perbedaan
tinngi dari tempat A – B adalah 50 cm. Hasil ini di dapatkan dengan cara mengurangi tinnggi tempat
A dengan tinggi tempat B yaitu 205 - 155 = 50 cm. sehingga dapat di ketahui bahwa beda tinggi
antara tempat A-B adalah 50 cm.

 Menghitung beda tinggi

Untuk menghitung beda tinggi ada dua prosedur yang kami lakukan yaitu dengan mencari
beda tinggi Dalam Persen (%) dan menghitung beda tinggi Dalam Derajat (°).

Untuk menghitung beda tinggi dalam persen kami menggunakan rumus Beda tinggi : jarak di
medan. Sehingga hasilnya dapat di dapat dengan memasukan data terhadap rumus tersebut yaitu
beda tinggi adalah 50 dan jarak di medan adalah 200. Beda tinggi di dapatkan dari hasil mencari
tinggi tempat antara A dan B, sedangkan jarak di medan di dapatkan dari hasil menentukan jarak di
medan tempat A-B. karena ini menghitung beda tinggi dalam persen, maka dari hasil tersebut di kali
dengan seratus persen. Sehingga hasilnya adalah 25 %.

Langkah menghitung beda tinggi dalam derajat sama dengan menghitung beda tinggi dalam
persen, yaitu beda tinggi di bagi dengan jarak di medan kemudian dari hasil bagi tersebut di kali
dengan 1°. Sehingga hasilnya dapat di tuliskan adalah 0.25°.
6. Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan

Dari pembahasan dan hasil pengamatan di atas dapat di simpulkan bahawa, semakin besar
nilai suatu titik kontur antara satu sama lain, maka akan semakin besar pula interval atau interpolasi
kontur suatu tempat tersebut. Dengan mengetahui nilai suatu tempat dari tempat A – B maka akan
di ketahui pula beda tinggi antara kedua tempat tersebut.

6.2 Saran
Dalam menentukan titik interpolasi kontur dan kemiringan lereng, seharusnya di ketahui
terlebih dahulu nilai interpolasi dari kontur tersebut, sehingga kemiringan dari suatu lereng tersebut
dapat di tentukan, dan beda tinggi antara tempat yang di hitung dapat dengan mudah di ketahui.

Daftar pustaka

Kasmat, 2011. http://1d.shvoong.com/society-and-news/environment/2173206-kemiringan-lereng/ Di


akses tanggal 24 Desember 2011.

Sune, Nawir. 2011. Modul Praktikum Kartografi. Gorontalo. UNG

Diposting oleh Kasmat.Yusuf (KAKKA) di 04.02


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Posting Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Arsip Blog
 ► 2014 (2)
 ► 2013 (16)
 ▼ 2012 (43)
o ► 12/09 - 12/16 (4)
o ► 11/18 - 11/25 (7)
o ▼ 11/11 - 11/18 (15)
 DEFINISI ARUS LAUT
 Ruang lingkup Oseanografi
 PERBEDAAN PETA RBI DAN PETA TEMATIK
 PENGERTIAN KONTUR DAN KEMIRINGAN LERENG
 KOMPONEN PETA (SKALA, SIMBOL, LEGENDA, KOMPOSISI,...
 DENAH
 PENGENALAN KOMPAS
 PENGUKURAN JARAK DAN LUAS
 MEMPERBESAR DAN MEMPERKECIL PETA
 MEMPERBESAR DAN MEMPERKECIL PETA
 MEMPERBESAR DAN MEMPERKECIL PETA
 MEMPERBESAR DAN MEMPERKECIL PETA
 MEMPERBESAR DAN MEMPERKECIL PETA
 MEMPERBESAR DAN MEMPERKECIL PETA
 MEMPERBESAR DAN MEMPERKECIL PETA
o ► 11/04 - 11/11 (2)
o ► 10/14 - 10/21 (8)
o ► 10/07 - 10/14 (1)
o ► 06/03 - 06/10 (1)
o ► 05/27 - 06/03 (1)
o ► 05/20 - 05/27 (1)
o ► 05/13 - 05/20 (3)
Mengenai
Saya
Kasmat.Yusuf
(KAKKA)
Gorontalo,
Gorontalo,
Indonesia

Lihat profil
lengkapku

Tema Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.

 HOME
 PROFIL
 KEANGGOTAAN
 DIVISI
 AKTIVITAS
 BLOG
 PA KENDARI
 GALERI
 EVENT
 PENDAFTARAN ANGGOTA
 0401 - 123 456 | 012-345-678-910
 zenithsca1999@gmail.com







Search

Zenith Sulawesi Cinta


Alam
Kendari - Sulawesi Tenggara
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)

Pendahuluan

Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat (PPGD) adalah serangkaian usaha-usaha pertama yang
dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan pasien dari kematian.
PENOLONG PERTAMA adalah masyarakat awam yang sudah dibekali pengetahuan teori dan
praktek bagaimana merespon dan melakukan pertolongan pertama di lokasi kejadian

 Kita tidak dapat selalu mengandalkan layanan ambulan atau para medik segera tiba dilokasi
kejadian
 Alat dan waktu yang kita miliki terbatas

Tujuan PERTOLONGAN PERTAMA adalah:


1. Menyelamatkan nyawa korban
2. Meringankan penderitaan korban
3. Mencegah cedera/penyakitmenjadi lebih parah
4. Mempertahankan daya tahan korban
5. Mencarikan pertolongan yang lebih lanjut

RANTAI PENYELAMATAN RANTAI PENYELAMATAN adalah konsep yang menjelaskan tahapan


secara prioritas untuk memastikan korban memiliki kesempatan terbaik untuk bertahan hidup
Realita menunjukkan bahwa bila kita dapat segera mengidentifikasi masalah, akses dini ke Unit
Gawat Darurat dan memberikan bantuan dengan benar dan baik kepada korban maka besar pula
kesempatan korban terselamatkan

AKSES DINI (Rantai Pertama), Keadaan Darurat diketahui dan melaksanakan prosedur keadaan
darurat. Saksi mata yang mengetahui kejadian menghubungi pihak yang berwenang (bila di
tempat kerja sesuai dengan prosedur keadaan darurat yang sudah ditetapkan)
Pelaporan berisi :
- Nama Pelapor
- Lokasi Kejadian
- Kondisi korban (sadar/tidak sadar)
- Cidera yang dialami
- Jumlah korban, dst

BANTUAN HIDUP DASAR DINI (Rantai Kedua), adalah cara mempertahankan jalan napas,
memberikan bantuan napas dan mempertahankan sirkulasi yang merupakan dasar kehidupan
tanpa menggunakan peralatan medis. Henti jantung mendadak adalah penyebab utama kematian
di seluruh dunia (700.000 orang/tahun). Kasus henti jantung mendadak di luar rumah sakit
menunjukkan Ventricular Fibrillation (Jantung kehilangan kemampuan untuk berkoordinasi dan
berhenti memompakan darah secara efektif)

DEFIBRILASI DINI (Rantai Ketiga), adalah upaya agar mengembalikan agar irama/fungsi jantung
kembali normal dengan Defibrillator. Penolong Pertama dan Petugas Medis harus sudah terlatih
dalam penggunaan Defibrillator. Defibrillator yang digunakan sebaiknya defibrillator ekternal
otomatis (operator/petugas hanya menempelkan elektroda ke dada korban dan diaktifkan dengan
satu tombol)

BANTUAN HIDUP LANJUT DINI (Rantai Keempat), Adalah tindakan khusus lanjutan yang
diperlukan untuk meningkatkan kemungkinan korban bertahan hidup. Tim bantuan hidup lanjut
adalah tim dokter dan para medik yang kompeten

Prinsip Utama
Prinsip utama PPGD adalah menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat darurat.
Kemudian filosofi dalam PPGD adalah ”Time Saving is Life Saving”, dalam artian bahwa seluruh
tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah benar-benar efektif dan efisien,
karena pada kondisi tersebut pasien dapat kehilangan nyawa dalam hitungan menit saja (henti
nafas 2-3 menit dapat mengakibatkan kematian)

Langkah-langkah Dasar
Langkah-langkah dasar dalam PPGD dikenal dengan singkatan A-B-C-D (Airway – Breathing –
Circulation – Disability). Keempat poin-poin tersebut adalah poin-poin yang harus sangat
diperhatikan dalam penanggulangan pasien dalam kondisi gawat Darurat.

Alogaritma Dasar PPGD


1. ada pasien tidak sadar
2. pasikan kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien dan penolong
3. beritahukan kepada lingkungan kalau anda akan berusaha menolong
4. cek kesadaran pasien
lakukan dengan metode AVPU

 A : Alert => Korban sadar, jika tidak sadar lanjut ke poin V


 V : Verbal => cobalah memanggil-manggil korban dengan dengan berbicara keras di telinga
korban (pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang atau menyentuh pasien), jika tidak
merespon lanjut ke poin P
 P : Pain => cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah menekan bagian
putih dari kuku tangan (di pangkal kuku, selain itu dapat juga dengan menekan bagian tengah
tulang dada (sternum) dan juga areal di atas mata (supra orbital)
 U : Unresponsive => setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak bereaksi maka pasien
berada dalam keadaan unresponsive
5. Call for Help, mintalah bantuan kepada masyarakat di sekitar untuk menelepon ambulans
dengan memberitahukan :
 jumlah korban
 Kesadaran korban (sadar atau tidak sadar)
 Perkiraan usia dan jenis kelamin
 Tempat terjadi kegawatan
 Bebaskan korban dari pakaian di daerah dada (buka kancing baju bagian atas korban)
posisikan diri di sebelah korban, usahakan posisi kaki yang mendekati kepala sejajar dengan bahu
pasien
8. cek apakah ada tanda-tanda berikut :

a. luka-luka dari bagian bawah dagu ke atas (supra calvicula)


b. pasien mengalami tumbukan di berbagai tempat
c. mempunyai cedera di tulang belakang bagian leher

9. tanda-tanda cedera pada bagian leher sangat berbahaya karena pada bagian ini terdapat
syaraf-syaraf yang mengatur fungsi vital manusia (pernapasan, denyut jantung)

a. jika tidak ada tanda-tanda tersebut maka lakukanlah Head Tilt and Chin Lift Chin Lift

dilakukan dengan cara menggunakan dua jari lalu


mengangkat tulang dagu (bagian dagu yang keras) ke atas. Ini disertai dengan melakukan Head
Tilt yaitu menahan kepala dan mempertahankan posisinya. Hal ini dilakukan untuk membenaskan
jalan napas korban.
b. jika ada tanda-tanda tersebut, maka beralihlah ke bagian atas pasien, jepit kepala pasien
dengan paha, usahakan agar kepalanya tidak bergerak-gerak lagi (imobilisasi) dan lakukanlah Jaw
Thrust
gerakan ini dilakukan untuk menghindari
adanya cedera lebih lanjut pada tulang belakang bagian leher korban

10. sambil melakukan a atau b diatas, lakukanlah pemeriksaan kondisi Airway (jalan napas) dan
Breathing (Pernapasan) korban.
11. metode pengecekan menggunakan metode Look, Listen, and Feel
Look : Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernapas), apakah gerakan tersebut simetris ?
Listen : Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara nafas tambahan yang
abnormal (bisa timbul karena ada hambatan sebagian)
Jenis-jenis suara nafas karena hambatan sebagian jalan napas :

 Snoring : suara seperti dengkur, kondisiini menandakan adanya kebuntuan jalan nafas bagian atas
oleh benda padat, jika ada suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung dengan cara cross
finger untuk membuka mulut (menggunakan dua jari yaitu ibu jari dan jari telunjuk kanan yang
digunakan untuk chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang
bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokan (contoh, gigi
palsu) pindahkan benda tersebut
 Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang disebabkan oleh
cairan (contoh darah), maka lakukan cross-finger, lalu lakukanlah finger-sweep (gunakan 2 jari
yang telah dibalut dengan kain untuk ”menyapu” rongga mulut dari cairan-cairan)
 Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebabkan karena pembengkakan (edema) pada
trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head tilt and chin lift atau jaw thrust
saja
Jika suara nafas tidak terdengar karena ada hambatan total pada jalannya nafas maka dapat
dilakukan :

 Black Bow sebanyak 5 kali, yaitu dengan memukul menggunakan telapak tangan daerah antara
tulang scapula di punggung
 Heimlich Maneuver, dengan cara memposisikan diri seperti gambar, lalu menarik tangan ke arah
belakang atas.
 Chest Thrust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara memposisikan diri seperti
gambar lalu mendorong tangan kearah dalam atas.
Feel : Rasakan dengan pipi apakah ada hawa nafas dari korban.

12. jika ternyata pasien masih bernapas, maka hitunglah berapa frekuensi pernapasan korban
dalam 1 menit (normalnya 12-20 kali permenit)
13. jika frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi korban dengan tetap melakukan Look Listen
and Feel.
14. jika frekuensi nafas <>
15. jika korban mengalami henti nafas berikan nafas buatan (detail tentang nafas buatan dibawah)
16. setelah diberikan nafas buatan maka lakukan pengecekan nadi carotis yang terletak di leher,
ceklah dengan 2 jari, letakkan jari di tonjolan di tengah tenggorokan, lalu gerakanlah jari ke
samping sampai terhambat oleh otot leher (sternocleidomastoideus), rasakan denyut nadi carotis

selama 10 detik.
17. jika tidak ada denyut nadi lakukanlah Pijat Jantung, diikuti dengan nafas buatan, ulang sampai
6 kali siklus pijat jantung-napas buatan yang diakhiri dengan pijat jantung
18. cek lagi nadi karotis selama 10 detik, jika teraba lakukan Look Listen and Feel (kembali ke poin
11) lagi. Jika tidak teraba ulangi poin nomor 17.
19. pijat jantung dan nafas buatan dihentikan jika :

 penolong kelelahan dan sudah tidak kuat lagi


 pasien sudah menunjukkan tanda-tanda kematian (kaku mayat)
 bantuan sudah datang
 teraba denyut nadi karotis
20. setelah berhasil mengamankan kondisi di atas, periksalah tanda-tanda shock pada korban
 denyut nadi > 100 kali permenit
 telapak tangan basah dingin dan pucat
 Capilarry Refill Time > 2 detik (CRT dapat diperiksa dengan cara menekan ujung kuku pasien
dengan kuku pemeriksa selama 5 detik, lalu lepaskan, cek berapa lama waktu yang dibutuhkan
agar warna ujung kuku merah lagi)
21. jika korban shock, lakukan Shock Position pada pasienm yaitu dengan mengangkat kaki korban
setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi darah akan lebih banyak ke jantung.

22. pertahankan posisi shock sampai bantuan datang atau tanda-tanda shock menghilang
23. jika ada pendarahan pada korban, cobalah menghentikan pendarahan dengan menekan atau
membebat luka (membebat jangan terlalu erat karena dapat menyebabkan jaringan yang dibebat
mati)
24. setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi korban dengan Look Listen and Feel,
karena korban sewaktu-waktu dapat memburuk secara tiba-tiba

Nafas Bantuan
Nafas Bantuan adalah nafas yang diberikan kepada pasien untuk menormalkan frekuensi nafas
pasien yang di bawah normal. Misal frekuensi napas : 6 kali per menit, maka harus diberi nafas
bantuan di sela setiap nafas spontan dia sehingga total nafas permenitnya menjadi normal (12
kali).
Prosedurnya :
1. Posisikan diri di samping korban
2. Jangan lakukan pernapasan mouth to mouth langsung, tapi gunakanlah kain sebagai pembatas
antara mulut anda dan korban untuk mencegah penularan penyakit.
3. sambil tetap melakukan Chin lift, gunakan tangan yang digunakan untuk Head Tilt untuk
menutup hidung pasien (agar udara yang diberikan tidak keluar lewat hidung)
4. mata memperhatikan dada korban, kemudian tutuplah seluruh mulut korban dengan mulut
penolong
hembuskanlah nafas satu kali (tanda jika nafas yang diberikan masuk adalah dada korban
mengembang) lepaskan penutup hidung dan jauhkan mulut sesaat untuk membiarkan korban
menghembuskan nafas keluar (ekspirasi) lakukan lagi pemberian nafas sesuai dengan perhitungan
agar nafas kembali normal

Nafas Buatan
Cara melakukan nafas buatan sama dengan nafas bantuan, bedanya nafas buatan diberikan pada
korban yang mengalami henti nafas. Diberikan 2 kali efektif (dada mengembang)

Pijat Jantung
Pijat Jantung adalah usaha untuk ”memaksa” jantung memompakan darah ke seluruh tubuh, pijat
jantung dilakukan pada korban dengan nadi karotis yang tidak teraba. Pijat jantung biasanya
dipasangkan dengan nafas buatan (seperti yang dijelaskan pada alogaritma diatas).
Prosedur Pijat Jantung :

1. posisikan diri di samping pasien


2. posisikan tangan seperti gambar di center of chest (tepat di tengah-tengah dada)

3. posisikan tangan tegak lurus korban seperti gambar

4. tekanlah dada korban menggunakan tenaga yang diperoleh dari sendi panggul (hip joint)
5. tekanlah dada kira-kira 4-5 cm (seperti gambar kiri bawah)

6. setelah menekan, tarik sedikit tangan ke atas agar posisi dada kembali normal (seperti gambar
kanan atas)
7. satu set pijat jantung dilakukan sejumlah 30 kali tekanan, untuk memudahkan menghitung dapat
dihitung dengan cara sebagai berikut : satu dua tiga empat SATU satu dua tiga empat DUA satu
dua tiga empat TIGA satu dua tiga empat EMPAT satu dua tiga empat LIMA satu dua tiga empat
ENAM
8. Prinsip pijat jantung adalah :
 push deep
 push hard
 push fast
 maximum recoil (berikan waktu jantung relaksasi)
 minimum interruption (pada saat melakukan prosedur ini penolong tidak boleh diinterupsi)

Memindahkan Korban
Sebisa mungkin, jangan memindahkan korban yang terluka kecuali ada bahaya api, lalu-lintas,
asap beracun atau hal lain yang membahayakan korban maupun penolong. Sebaiknya berikan
pertolongan pertama di tempat korban berada sambil menunggu bantuan datang. Jika terpaksa
memindahkan korban, perhatikan hal-hal berikut:

1. Apabila korban dicurigai menderita cedera tulang belakang, jangan dipindahkan kecuali memang
benar-benar diperlukan.
2. Tangani korban dengan hati-hati untuk menghindari cedera lebih parah. Pegang korban erat-erat
tapi lembut. Perhatikan bagian kepala, leher dan tulang belakang terutama jika korban pingsan.
3. Angkat korban secara perlahan-lahan tanpa merenggutnya.

CATATAN PENTING: Menyeret korban dapat dilakukan jika korban pingsan atau luka parah dan
tidak cukup orang yang menolong untuk memindahkan korban. Lihat bagian selanjutnya.

Tentang tandu, Jika tidak ada tandu yang tersedia, gunakan papan meja, pintu atau 2 batang kayu
yang kuat dengan selimut atau kain sarung. Gunakan tandu dengan bagian tengah yang keras
untuk membawa korban yang dicurigai menderita cedera di kepala atau tulang belakang.
Jika tidak ada tandu :

1. Jika kaki korban tidak terluka, membungkuk dan berjongkoklah di kaki korban; pegang
pergelangan kakinya dengan erat; seret korban perlahan-lahan menjauhi dari bahaya.
2. Jika kaki korban terluka, pegang siku atau pergelangan tangan korban dengan erat. Membungkuk
dan seret korban perlahan-lahan. Jangan menyeret korban dengan memegang pakaiannya

CATATAN PENTING: Ketika Anda menyeret korban, usahakan tubuhkorban tetap rata dengan
tanah.

Memindahkan korban dengan merangkul :


Dapat dilakukan untuk orang dewasa yang terluka yang masih bisa berjalan dengan sedikit
bantuan.
1. Berdirilah di samping korban; di sisi tubuh yang terluka. Namun, jika tangan atau bahu yang
terluka, berdirilah disisi tubuhyang lain
2. Rangkulkan tangan Anda ke belakang korban dan pegang pinggulnya . Rangkulkan tangan
korban ke pundak Anda dan sanggalah korban dengan bahu Anda. Pegang tangannya.
3. Pindahkan korban perlahanlahan. Melangkah dengan kaki bagian dalam terlebih dahulu.

Cara Merawat Luka

1. Menggunakan perban sebelum dibalut Perban bisa digunakan sebagai penutup pelindung luka
sebelum dibalut untuk mengendalikan, menyerap, menghentikan pendarahan, mengurangi rasa
perih, mencegah infeksi dan luka lebih lanjut. Usahakan untuk menggunakan perban yang steril
dan tidak lengket. Jika tidak ada, gunakan kain yang menyerap, bersih dan tidak lengket, seperti
kain katun (sarung, seprai dll) atau pembalut wanita. Jangan menggunakan kain yang terbuat dari
serat langsung pada luka, sebab seratnya akan menempel.
2. Mengisi bantalan. Bantalan bisa dibuat dari beberapa lapis kain atau perban; diletakkan diatas
perban agar menekan, menambah daya serap cairan serta melindungi luka. Bantalan dapat
mencegah pembalut menyentuh luka jika ada benda atau tulang retak yang menonjol diluka.
3. Pembalut pembungkus luka Luka perlu dibalut untuk mengendalikan pendarahan.
Mengencangkan perban dan bantalan, dapat mengurangi atau mencegah pembengkakan.
Menyangga kaki atau sendi dapat meredakan nyeri dan mencegah pergeseran pada kaki atau
sendi. Dalam keadaan darurat, bisa menggunakan kain, sarung bantal atau kain bersih untuk
membalut. Jangan membalut terlalu ketat. Pembengkakan, pucat atau biru pada jari tangan dan
kaki, juga rasa kaku, terjepit, nyeri dan nadi tidak lancar di bagian bawah perban menandakan
bahwa pembalut harus dilonggarkan.
4. Penggunaan belat atau bidai. Belat atau bidai digunakan untuk melindungi luka agar tidak
bertambah parah. Belat atau bidai juga digunakan sebagai penopang atau pencegah bagian
badan yang retak dari gerakan sembari menunggu bantuan medis datang.
5. Cara membuat penyangga. Penyangga digunakan jika tempurung lutut, lengan atas, lengan
bawah, pergelangan atau jari mengalami retak. Dalam keadaan darurat, Anda dapat
menggunakan payung yang dilipat, koran yang digulung atau bahan seperti tongkat yang keras.
Bahkan kaki yang tidak luka pun dapat digunakan sebagai penyangga .Ikat erat kaki yang terluka
dengan kaki yang tidak luka. Usahakan bagian yang terluka tidak bergeser saat memasang
penyangga. Penyangga harus cukup panjang sampai kedua ujungnya menjangkau bagian yang
retak. Periksa pengikat penyangga setiap 15 menit untuk memastikan bahwa sirkulasi darah tidak
terganggu.

Pendarahan
Pendarahan berat maupun ringan jika tidak segera dirawat bisa berakibat fatal. Bila pendarahan
terjadi, penting bagi penolong untuk menghentikannya secepat mungkin. Ada dua jenis
pendarahan; pendarahan luar (pendarahan dari luka) dan pendarahan dalam (pendarahan di
dalam tubuh). Pendarahan dalam lebih berbahaya dan lebih sulit untuk diketahui daripada
pendarahan luar. Oleh karena itu tanda-tanda berikut harus diperhatikan.

Cara penanganan pendarahan dalam :

1. Baringkan korban dengan nyaman dan longgarkan pakaiannya yang ketat.


2. Angkat dan tekuk kakinya, kecuali ada bagian yang retak.
3. Segera cari bantuan medis.
4. Jangan memberi makanan atau minuman.
5. Periksa korban setiap saat kalau dia mengalami syok (shock).

Cara penanganan pendarahan luar (pendarahan dari luka) :

1. Baringkan korban dalam posisi pemulihan, kecuali bila ada luka di dada.
2. Periksa apakah luka berisi benda asing atau tulang yang menonjol. Jika ada, jangan sentuh luka;
gunakanlah bantalan pengikat. Untuk keterangan lebih lanjut lihat bagian sebelumnya, “Merawat
luka”.
3. Jika luka tidak disertai tulang yang menonjol, segera tekan bagian tubuh yang terluka. Jika tidak
ada pembalut yang steril, gunakan gumpalan kain atau baju bersih atau tangan untuk mengontrol
pendarahan sampai menemukan pembalut dan bantalan yang steril. Jika korban dapat menekan
sendiri, suruh korban menekan lukanya, untuk mengurangi risiko infeksi silang.
4. Balut luka dengan erat.
5. Angkat bagian tubuh yang terluka, lebih tinggi dari posisi jantung korban.
6. Jika darah membasahi pembalut, lepaskanpembalut dan gantilah bantalan. Walaupun pendarahan
telah berhenti, jangan terburuburu melepaskan pembalut, bantalan atau perban untuk
menghindari terjadinya hal yang tak terduga.
7. Jangan memberi makanan atau minuman kepada korban yang mengalami pendarahan.
8. Periksa korban setiap saat kalau-kalau dia mengalami syok (shock).
9. SEGERA cari bantuan medis.

Cara menghentikan pendarahan :

1. Angkat bagian tubuh yang terluka.


2. Tekan bagian yang terluka dengan kain bersih. Jika tidak ada, gunakan tangan Anda.
3. Tetap tekan bagian tubuh yang terluka sampai pendarahan terhenti.
4. Jika pendarahan tidak bisa diatasi dengan menekan bagian tubuh yang terluka, dan korban telah
kehilangan banyak darah, maka dianjurkan untuk:
 Tetap menekan dengan kuat bagian tubuh yang terluka
 Mengangkat bagian tubuh yang terluka setinggi-tingginya
 Mengikat bagian lengan atau kaki yang dekat dengan luka, sedekat-dekatnya .ikat di antara
bagian yang terluka dengan badan korban. Kencangkan ikatan sampai pendarahan terhenti

Perlindungan Diri Penolong


Dalam melakukan pertolongan pada kondisi gawat darurat, penolong tetap harus senantiasa
memastikan keselamatan dirinya sendiri, baik dari bahaya yang disebabkan karena lingkungan,
maupun karena bahaya yang disebabkan karena pemberian pertolongan.
Poin-poin penting dalam perlindungan diri penolong :

1. Pastikan kondisi tempat memberi pertolongan tidak akan membahayakan penolong dan korban
2. minimalisasi kontak langsung dengan pasien, dalam memberikan nafas bantuan sedapat mungkin
digunakan sapu tangan atau kain lainnya untuk melindungi penolong dari penyakit yang mungkin
dapat ditularkan oleh korban
3. selalu perhatikan kesehatan diri penolong, sebab pemberian pertolongan pertama adalah
tindakan yang memakan energi. Jika dilakukan dengan kondisi tidak fit, justru akan
membahayakan penolong sendiri.

Sumber :

http//www.idepfoundation.org/download_files/pbbm/IDEP_Emergency_FirstAid_Booklet

http://catatanetja.wordpress.com/2007/12/26/pertolongan-pertama pada-gawat-darurat-ppgd/

dan literatur lainnya

Share7

Share :

Next
1,6 Juta Hektar Mangrove di Indonesia Rusak Parah

Previous
PERENCANAAN PERJALANAN DAN PERBEKALAN

Related Article :
Navigasi Darat
Materi Kepemimpinan
Dasar - Dasar Berorganisasi

Teknik Membuat Bivak dan Api


Perlengkapan Pendaki Gunung
Perlengkapan Perjalanan
KODE ETIK PENELUSURAN GUA HIMPUNAN ...
Search And Rescue ( SAR )

Posting Komentar

LABELS

Caving Flora dan Fauna Global Warming Jejak Zenith SCA Jungle Survival Keep the SpiritKehutanan dan
Pertambangan KepencintaalamanKonservasi dan Lingkungan
Hidup LiteraturMountaineering News Rock Climbing Sosok Tali Temali Tips dan Trik

POPULAR POSTS

 PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)


 Kumpulan slogan lingkungan hidup
 14 Binatang yang Dilindungi di Indonesia
 PERENCANAAN PERJALANAN DAN PERBEKALAN
 Djukardi “Bongkeng” Adriana
Sekretariat

Kelompok Pecinta Alam Lingkungan Hidup


ZENITH SULAWESI CINTA ALAM
Jl. Ade Irma Nasution No.
Kel. Watubangga Kec. Baruga Kendari - Sulawesi Tenggara 93116
zenithsca1999@gmail.com
-

Back to TopKanal Lainnya »

Home · Diklat · Info Anggota

Created by Zhoelyudhiztira Powered by Blogger

Copyright © 2011 - 2019 Zenith Sulawesi Cinta Alam, All Rights Reserved · About · Contact · Disclaimer · Privacy Policy

MPA-Khatulistiwa
Fakultas Teknologi Pertanian (Universitas Jember)
 Beranda
 About Us
 Materi Konservasi
Kamis, 08 Januari 2015

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)


PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT

1.1 Pengertian PPGD

PPGD adalah singkatan dari pertolongan pertama pada gawat darurat. PPGD merupakan salah
sau tindakan untuk memberikan pertolongan pertama pada korban yang mengalami kecelakaan dan
ditolong dengan secepat-cepatnya agar korban selamat. Setelah diberi pertolongan pertama, maka
korban perlu ditangani oleh pihak dokter untuk perawatan lanjutan yang lebih tepat. PPGD memiliki
tujuan, antara lain:

1. Mencegah terjadinya kematina;

2. Mencegah terjadinya cacat tubuh;

3. Mencegah kerusakan yang lebih luas;


4. Mencegah terjadinya infeksi;

5. Mencegah rasa sakit pada korban.

1.2 Pemeriksaan ABCD

A. Airway control (jalan nafas)

1. Penilaian: pastikan korban tidak sadar

Dengan cara menyentuh atau menggoyangkan secara halus dan berteriak memanggil. Hati-hati
pada korban trauma (kecelakaan) pada kepala dan leher. Kesalahan pergerakan akan menyebabkan
kelumpuhan otot pernafasan. Apabila korban sadar (dapat bicara) berarti tidak ada masalah dengan
jari nafasnya.

Sumbatan nafas:

Total; sulit bernafas, memegangi leher

Parsial: seperti ngorok, mengi, kumur.

Dalam beberapa kasus dimana korban tidak ada respon.lidah menjadi penyebab dari tersumbatnya
jalan nafas, karena pada saat kehilangan kesadaran otot-otot akan lumpuh termasuk otot dasar lidah
akan jatuh ke belakang sehingga jalan nafas tertutup

2. Bila penderita tidak sadar mintalaha bantuan orang terdekat dalam melakukan melakukan
pertolongan;

3. Posisi korban untuk melakukan RJP yang efektif, korban harus terlentang dan berada pada
permukaan yang keras;

4. Bula jalan nafas

Untuk membuka jalan nafas, kepala korban diposisikan ekstensi (tengadah kepala) untuk
menghindari sumbatan jalan nafas oleh lidah. Benda asing atau sisa muntahan yang terlihat dalam
mulut harus segera disingkirkan secara cepat dan seksama.

Ada dua cara untuk membebaskan jalan nafas, antara lain:

a. Tekan dahi dan angkat;

b. Pendorong rahang bawah.

Teknik mempertahankan jalan napas

Pada penderita dengan kasus henti napas maka tindakan untuk membebaskan

jalan napas dan memberikan ventilasi harus segera dulakukan.

1. Chin lift manuver


Empat jari salah satu tangan diletakan di bawah rahang , ibu jari di atas dagu, kemudian secara hati-
hati diangkat ke depan,manuver ini tidak boleh menyebabkan posisi kepala hiperekstensi. Bila perlu
ibu jari

dugunakan untuk membuka mulut atau bibir.

2. Jaw thrust

Mendorong angulus mandibula kanan dan kiri ke depan dengan jari-jari kedua tangan sehingga gigi
bawah berada di depan gigi atas, kedua ibu jari membuka mulut dan kedua telapak tangan
menempel pada kedua pipi penderita untuk imobilisasi kepala. Tindakan jaw thrust, buka mulut dan
head tilt disebut triple airway manuver.
A. Breathing support (bantuan pernafasan)

1. Penilaian: tentukan korban tidak bernafas

Penolong mendekatkan telinganya diatas mulut dan hidung korban dan kemudian terus
mempertahankan jalan nafas lalu memperhatikan dada korban. Penolong harus:

a) Melihat gerakan dada naik turun;

b) Mendengarkan udara keluar pada waktu ekspirasi;

c) Merasakan adanya aliran udara.

2. Pertolongan pernafasan buatan

a) Dari mulut ke mulut;

b) Dari mulut kehidung.

1. Teknik pemberian nafas buatan

a. Respon konstan;

b. Minta bantuan;

c. Buka jalan nafas;

d. LDR 3-5menit;

e. Jika tidak bernafas, beri 2-5 kali;

f. Periksa nadi carotis 5-10 detik;

g. Jika nadi berdenyut, lanjutkan pemberian nafas buatan.


B. Circulation support (pemeriksaan nadi)

Tentukan adanya denyut nadi dan menghentikan perdarahan besar. Henti jantung ditandai dengan
adanya denyut nadi pada arteri besar dari korban yang tidak sadar. Pemeriksaan nadi dilakukan
dengan cara meraba secara lembut arteri carotis.

Secara umum dapat dikatakan bila jantung berhenti berdenyut, maka pernafasan akan langsung
mengikuti, namun keadaan ini tidak berlaku sebaliknya. Seseorang akan mengalami kegagalan
pernafasan dengan jantung yang masih berdenyut, akan tetapi dalam waktu singkat akan diikuti
henti jantung karena kekurangan oksigen.

1.3 Basic Life Support

Basic Life Support merupakan seperangkat prosedur pertolongan pertama bagi keadaan
darurat gawat. Prosedur ini terdiri atas tindakan mengenali keadaan berhentinya

respirasi dan kerja jantung (respiratory and cardiac arrest), dan segera melaksanakan RKP sampai
penderita cukup pulih untuk dapat di dipindahkan atau sampai tersedia pertolongan lebih lanjut
untuk menyelamatkan jiwa penderita. Tindakan ini mencakup langkah-langkah A.B.C

1.4 Pendarahan
pendarahan adalah rusaknya dinding pembuluh darah yang di akibatkan oleh luka paksa atau
penyakit sehingga darah keluar dari tubuh melalui luka, seperti luka robek, luka sayatan, luka tusuk
dan lain-lain.

a. Jenis Perdarahan

Perdarahan dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Perdarahan luar (terbuka), pendarahan yang dapat dilihat dengan jelas dengan adanya darah yang
keluar dari luka. Luka ini berada di permukaan luar kulit atau bagian tubuh.Untuk membantu
memperkirakan berapa banyak darah yang telah keluar dari tubuh penderita, hal yang dipakai
adalah keluhan korban dan tanda vital. Bila keluhan korban sudah mengarah ke gejala dan tanda
syok seperti yang dibahas dalam topik ini maka penolong wajib mencurigai bahwa kehilangan darah
terjadi dalam jumlah yang cukup banyak. Perawatan untuk Perdarahan luar, antara lain:

a. Tekanan Langsung

b. Elevasi

c. Titik Tekan

d. Immobilisasi

1. Perdarahan dalam (tertutup), pendarahan ini tidak tampak terlihat dan darahpun tidak keluar
banyak dari luka, ciri-ciri pendarahan dalam seperti memar. Perdarahan dalam dapat berkisar dari
skala kecil hingga yang mengancam jiwa penderita. Kehilangan darah tidak dapat diamati pada
perdarahan dalam.

Gejala dan Tanda


Beberapa tanda perdarahan dalam dapat diidentifikasi. Beberapa adalah sbb.:

a. Batuk darah berwarna merah muda


b. Memuntahkan darah berwarna gelap (seperti ampas kopi)
c. Terdapat memar
d. Bagian Abdomen terasa lunak.

Bahaya lain pada perdarahan adalah kemungkinan terjadinya penularan penyakit. Banyak kuman
penyakit bertahan hidup di dalam darah manusia, sehingga bila darah korban ini bisa masuk kedalam
tubuh penolong maka ada kemungkinan penolong dapat tertular penyakit.

Perdarahan dalam harus dicurigai pada beberapa keadaan seperti :

1. Riwayat benturan benda tumpul yang kuat;

2. Memar;

3. Batuk darah;

4. Muntah darah;

5. Buang air besar atau air kecil berdarah;

6. Luka tusuk;

7. Patah tulang tertutup;

8. Nyeri tekan, kaku atau kejang dinding perut.

Perawatan Perdarahan

1. Perlindungan terhadap infeksi pada penanganan perdarahan :


a. Pakai APD agar tidak terkena darah atau cairan tubuh korban.
b. Jangan menyentuh mulut, hidung, mata, makanan sewaktu memberi perawatan
c. Cucilah tangan segera setelah selesai merawat

d. Dekontaminasi atau buang bahan yang sudah ternoda dengan darah atau cairan tubuh korban.

2. Pada perdarahan besar:


a. Jangan buang waktu mencari penutup luka
b. Tekan langsung dengan tangan (sebaiknya menggunakan sarung tangan) atau dengan bahan lain.

c. Bila tidak berhenti maka tinggikan bagian tersebut lebih tinggi dari jantung (hanya pada alat gerak),
bila masih belum berhenti maka lakukan penekanan pada titik-titik tekan.

d. Pertahankan dan tekan cukup kuat.

e. Pasang pembalutan penekan

3. Pada perdarahan ringan atau terkendali :


a. Gunakan tekanan langsung dengan penutup luka
b. Tekan sampai perdarahan terkendali

c. Pertahankan penutup luka dan balut

d. Sebaiknya jangan melepas penutup luka atau balutan pertama

4. Perdarahan dalam atau curiga ada perdarahan dalam


a. Baringkan dan istirahatkan penderita
b. Buka jalan napas dan pertahankan

c. Periksa berkala pernapasan dan denyut nadi

d. Perawatan syok bila terjadi syok atau diduga akan menjadi syok

e. Jangan beri makan dan minum

f. Rawatlah cedera berat lainnya bila ada

g. Rujuk ke fasilitas kesehatan

1.5 Patah Tulang

patah tulang adalah ketika kekuatan yang diberikan terhadap tulang lebih kuat dari tulang
dapat menanggung, sehingga dapat mengganggu struktur, kekuatan tulang, dan menyebabkan rasa
sakit, hilangnya fungsi dan kadang-kadang pendarahan dan cedera di sekitar lokasi.

Gejala patah tulang


Gejala pada patah tulang bervariasi, maka terlebih dahulu kota mengetahui gelaja tersebut,
antara lain:
1. Sakit pada area anggota badan
2. Pembengkakan;
3. Memar;
4. kelainan bentuk;
5. Ketidakmampuan untuk menggunakan anggota badan.

Jenis patah tulang

Jenis patah tulang memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada sebagian korban patah tulang
kaki sampai bagian anggota tulangnya menembus kulit akibat benturan yang sangat keras. Jenis
patah tulang ,antara lain:

1. patah Tertutup (sederhana) – patah tulang tidak menembus kulit;


2. patah Terbuka (gabungan) – patah tulang menonjol keluar melalui kulit, atau luka
mengarah ke situs fraktur. Infeksi dan perdarahan eksternal lebih mungkin.

Pertolongan pertama untuk patah tulang

Tindakan Pertolongan pertama untuk patah tulang dengan cara immobilising (membatasi
gerakan) daerah luka. Penyangga dapat digunakan untuk ini. Kontrol perdarahan eksternal. Pecah
yang rumit di mana anggota tubuh sangat cacat mungkin perlu disesuaikan sebelum pembidaian –
hanya paramedis atau staf medis harus melakukan hal ini. Terapi dengan kondisi yang darurat,
penolong pertama harus bisa melakukan tindakan pertolongan pertama pada korban. Alat yang
digunakan pada pertolongan patah tulang, antara lain:

1. mitela: sebagai pengikat dan penutup luka


1. bidai: sebagai penyangga anggota tulang yang patah

Gambar: pertolongan pada patah tulang kaki


Gambar: patah tulang lengan
gambar: patah tulang leher

1.6 Merawat gigitan ular

Terlebih dahulu kita harus memahami bekas gigitan ular. Bekas gigitan ular tidak berbisa
hanya berbentuk barisan giginya. sedangkan untuk ular berbisa juga menunjukkan bekas barisan
giginya, akan tetapi diatas barisan bekas giginya terdapat dua tusukan gigi taring (dua lubang
tusukan kecil) karena gigi taring ular berbisa menyuntikkan racun berbisa.

Pertolongan pertama pada gigitan ular berbisa

penanganan pertama pada gigitan ular berbisa, antara lain:

1. tenangkan korban terlebih dahulu dan usahakan korban tidak boleh bergerak agar sirkulasi darah
menjadi lambat;

2. diamkan anggota kaki atau tangan yang tertekana gigitan, usahakan posisi kaki atau tangan berada
di bawah posisi jantung;
3. gunakan kain atau tali untuk mengikat bagian antara luka dan jantung;

4. bersihkan dengan alkohol;

5. keluarkan bisa dengan poison remover atau membuat sayatan X;

6. lakukan pemijatan disekiar sayatan untuk mengeluarkan bisa

1.7 Hipotermia

Hipoternia adalah keadaan suhu tubuh manusia berada dibawah 35°C. gejala hipotermia
dapat diketahui dengan jelas, antara lain:

1. menggigil kedinginan;

2. korban mudah kelelahan dan ngantuk;

3. pandangan kabur;

4. mental dan fisik menjadi lemah;

5. panik dan kebingungan;

6. nafas menjadi lamban;

7. anggota badan mudah kram lali pingsan.

Cara Penanganan hipotermia antara lain:

1. pindahkan korban ke tempat yang terlindung dari terpaan angin dan hujan;

2. korban harus dalam keadaan hangat dan kering;

3. periksa saluran pernafasan dan denyut nadi;

4. masukkan korban pada sleeping bag agar suhu badan korban menjadi hangat;

5. bisa dilakukan dengan berbagi panas tubuh dari orang lain;

6. berikan korban makanan yang hangat dan minuman yang manis.


DAFTAR PUSTAKA

Public health zone.2013. Luka pendarahan.[serial online]. publichealthzone.files.wordpress .com/.../luka-


perdarahan-syok-dan-pena [17 November 2014].

Sridanti. 2011. Pengertian penanganan patah tulang [serial online].http://www.sridianti .com/pengertian-


dan-penanganan-patah-tulang-fraktur.html [19 November 2014].

Diposting oleh MPA KHATULISTIWA di 09.23

Reaksi:

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Posting Komentar
Posting LamaBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Pengikut
Blog Archive
 ▼ 2015 (1)
o ▼ Januari (1)
 PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)
 ► 2014 (15)
 ► 2013 (3)
 ► 2012 (4)
 ► 2011 (2)
Tema Perjalanan. Diberdayakan oleh Blogger.

Você também pode gostar