Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA I
Kelompok VI
Afri Riandra (1607112214)
Fanesa (1607112211)
Fransisca Kristin (1607112226)
Muhammad Alfi Syahri (1607112225)
Revika Wulandari (1607112215)
Percobaan IV :
Aliran Fluida
Asisten Praktikum :
Rahmat Setiawan
Dosen Pengampu :
Ir. Aman, MT
Aliran Fluida
CatatanTambahan:
Dosen Pengampu
Pekanbaru, 23 November 2018
Ir. Aman, MT
ii
3
ABSTRAK
Aliran fluida adalah suatu perpidahan fluida dari satu titik ke titik lainnya.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pola aliran fluida didalam pipa,
menghitung tekanan/ pressure drop dan friction loss aliran fluida didalam fluida
didalam pipa serta memahami peralatan-peralatan yang berkaitan dengan
transportasi aliran fluida. Pada industri, metode perhitungan aliran fluida sangat
digunakan dalam perancangan pemanasan pipa, penempatan pipa, panjang pipa
dan hal-hal lain yang diperlukan dalam transportasi aliran fluida. Prosedur
percobaan yaitu melakukan persiapan dengan mengecek kondisi pompa dan
peralatan aliran fluida. Lalu melakukan percobaan dengan mengisi tangki air
sampai penuh, mengalirkan pompa keseluruh perpipaan, melakukan kalibrasi pada
flow rate yang berbeda dengan bantu valve, kemudian melakukan variasi bukaan
valve yaitu bukaan 25%, 50%, 70%, dan 100% pada pipa horizontal, elbow 450
dan friction loss dalam enlargement dan contraction dengan variasi volume fluida
yaitu 25, 30, dan 35 ml. Setelah data diperoleh, maka dapat menghitung nilai head
loss dan friction loss. Data yang diamati yaitu perubahan presure drop dan waktu
yang dibutuhkan aliran fluida untuk mengalir dengan volume yang telah
ditentukan.
Kata Kunci: aliran fluida, elbow, flow rate, friction loss head loss, valve.
iii
4
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii
ABSTRAK ....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Tujuan ..........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUASTAKA ....................................................................... 2
2.1 Fluida ...........................................................................................................3
2.2 Jenis Fluida ..................................................................................................3
2.3 Konsep Dasar Aliran Fluida .........................................................................4
2.3. 1. Bilangan Reynold ..............................................................................5
2.3. 2. Head loss ...........................................................................................6
2.3. 3. Fitting dan Valve ...............................................................................7
2.3. 4. Pompa...............................................................................................11
2.4 Pengukuran Aliran Fluida ...........................................................................14
2.5 Pressure Drop .............................................................................................15
2.6 Gesekan dalam Pipa (Friction Loss) ...........................................................16
2.7 Persamaan Kontinuitas ................................................................................17
2.8 Viskositas ....................................................................................................17
2.9 Rapat Jenis (Density)...................................................................................17
2.10 Debit Aliran ..............................................................................................18
2.11 Tipe Aliran Fluida ....................................................................................18
2.12 Head Loss dan Friction Loss pada Pipa Horizontal .................................19
2.13 Head Loss dan Friction Loss pada Elbow ................................................19
2.14 Friction Loss pada Erlargement dan Contraction ...................................19
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ........................................................ 21
3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan.................................................................21
3.2 Prosedur Percobaan .....................................................................................21
3.2.1 Head Loss dan Friction Loss pada Pipa Horizontal ..........................21
3.2.2. Head Loss dan Friction Loss pada Elbow .........................................22
3.2.3 Friction Loss pada Erlargement dan Contraction ............................22
3.2.4 Rangkaian Alat ..................................................................................23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 24
4.1 Pembahasan .................................................................................................24
4.1.1 Pengukuran Kecepatan Volumetrik dan Head Loss pada Pipa 2 ......24
4.1.2 Pengukuran Kecepatan Volumetrik dan Head Loss pada
erlargement .......................................................................................25
4.1.3 Pengukuran Kecepatan Volumetrik dan Head Loss pada
contraction .......................................................................................28
iv
5
v
6
DAFTAR GAMBAR
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fluida
Fluida merupakan suatu zat yang dapat mengalir dan menyesuaikan diri
dengan tempatnya dan tidak mampu menahan pengaruh gaya geser. Zat padat
mempertahankan suatu bentuk dan ukuran yang tetap, sekalipun suatu gaya yang
besar diberikan pada zat padat tersebut, zat padat tidak mudah berubah bentuk
maupun volumenya, sedangkan zat cair dan gas, zat cair tidak mempertahankan
bentuk yang tetap, zat cair mengikuti bentuk wadahnya dan volumenya dapat
diubah hanya jika diberikan padanya gaya yang sangat besar dan gas tidak
mempunyai bentuk dan maupun volume yang tetap, gas akan berkembang
mengisi seluruh wadah. Karena zat cair dan gas tidak mempertahankan suatu
bentuk yang tetap, keduanya mempunyai kemampuan untuk mengalir. Dengan
demikian kedua–duanya sering secara kolektif disebut sebagai fluida (Dharma,
2012).
Fluida dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir.
Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul dalam fluida jauh lebih kecil
dari ikatan molekul dalam zat padat, akibatnya fluida mempunyai hambatan yang
relatif kecil pada perubahan bentuk karena gesekan. Zat padat mempertahankan
suatu bentuk dan ukuran yang tetap, sekalipun suatu gaya yang besar diberikan
pada zat tersebut, zat padat tidak mudah berubah bentuk serta volume, sedangkan
zat cair dan gas, tidak mempertahan bentuk yang tetap. Zat cair mengikuti bentuk
dari wadah dan volumenya dapat diubah jika diberikan gaya. Zat yang berwujud
gas, tidak memmpunyai volume ataupun bentuk yang tetap karena gas
berkembang mengisi seluruh wadah. Karena kedua fasa ini tidak mempertahan
suatu bentuk yang tetap, sehingga memudahkan keduanya untuk mengalir dan
secara kolektif disebut sebagai fluida (Aprilasani, 2011). Fluida biasa
ditransportasikan dalam pipa atau tabung yang penampangnya bundar dan
terdapat dipasaran dalam berbagai ukuran, tebal dinding dan bahan konstruksi
yang penggunaannya cepat dengan kebutuhan prosesnya. Untuk menyambung
2
3
potongan pipa atau tabung bergantung pada sifat bahan yang digunakan dan
tebalnya pipa.
Bagian-bagian tabung yang berdinding tebal biasanya disambungkan
dengan penyambung ulir, flens atau las. Tabung-tabung berdinding tipis
disambung dengan solder atau dengan sambungan jolak. Pipa yang terbuat dari
bahan rapuh seperti gelas atau besi cor di sambungkan dengan sambungan flens.
Bila menggunakan pipa sambung berulir bagian luar ujung pipa dibuat berulir
dengan alat pembuat ulir. Untuk menjamin rapatnya sambungan itu pada ujung
berulir pipa itu dibalutkan terlebih dahulu oleh pita politetraflouro etilen (Tobing,
2010).
atau aliran sangat halus. Pada aliran ini gaya gesek relatif besar mempengaruhi
kecepatan aliran sehingga semakin mendekati dinding pipa, kecepatan makin
rendah. Aliran laminar bersifat steady maksudnya alirannya tetap. “Tetap”
menunjukkan bahwa di seluruh aliran air, debit alirannya tetap atau kecepatan
aliran tidak berubah menurut waktu. Aliran laminar mengikuti hukum Newton
tentang viskositas yang menghubungkan tegangan geser dengan laju perubahan
bentuk sudut. Tetapi pada viskositas yang rendah dan kecepatan yang tinggi aliran
laminar tidak stabil dan berubah menjadi aliran turbulen.
Aliran disebut turbulen jika tiap partikel fluida bergerak mengikuti lintasan
sembarang disepanjang pipa dan hanya gesekan rata-rata saja yang mengikuti
sumbu pipa. Aliran ini ditandai dengan kecepatan yang besar dan kekentalan zat
cair kecil. Pada aliran turbulen, gaya momentum aliran lebih besar dibandingkan
gaya gesekan dan pengaruh dari dinding pipa menjadi kecil. Akibatnya aliran
turbulen memberikan profil kecepatan yang lebih seragam dibandingkan laminar
meskipun aliran transisi merupakan aliran yang nilai NRenya berada diantara
2100 dan 4000. Aliran ini bergantung dari pipa dan perlengkapannya (Hanna,
2015).
menjadi turbulen disebut panjang kritik. Jarak ini biasanya disebut sebagai suatu
besaran tanpa dimensi yang disebut bilangan Reynolds.
Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia
terhadap gaya viskos yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut
dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan ini digunakan untuk
mengidentifikasikan jenis aliran yang berbeda. Persamaan untuk bilangan
Reynold adalah
ρvs L vs L Gaya Inersia
Re= = = …………………….(2.1)
μ v Gaya Viskos
Vs : kecepatan fluida,
L : panjang karakteristik
µ : viskositas absolut fluida dinamis,
v : viskositas kinematik fluida
ρ : kerapatan fluida
Jika dua pola aliran yang mirip secara geometris, mungkin pada fluida yang
berbeda dan laju alir yang berbeda pula, memiliki nilai bilangan tak berdimensi
yang relavan, keduanya disebut memiliki kemiripan dinamis (Hanna, 2015).
Major loss merupakan kerugian yang terjadi karena pengaruh gesekan yang
terjadi antara fluida dengan dinding fluida dengan dinding pipa atau perubahan
kecepatan yang dialami oleh aliran fluida. Pada aliran turbulen, faktor gesek
6
merupakan fungsi dari bilangan Reynold dan kekasaran relatif e/D dimana e ialah
kekasaran absolut dari permukaan pipa. Nilai e/D biasanya sudah ditetapkan dan
dapat dilihat diappendix. Sedangkan untuk nilai faktor gesek atau fliksi dapat
dilihat pada diagram moody. Penjumlahan dari kerugian minor dan kerugian
major merupakan total head. Persamaan menghitung total head loss adalah:
(Tobing, 2010).
V2 LV2 L V2
hL = ∑ K 2g +f d2g =( ∑ K +f D ) 2g ……………………(2.3)
disebut fitting. Fitting ulir digunakan pada pipa berulir. Fitting pengelasan
digunakan untuk pia non-ulir.
Katup merupakan komponen yang dibutuhkan dalam sistem perpipaan yang
berfungsi untuk memberhentikan, meneruskan, ataupun mengalihkan aliran pada
pipa. Katup juga berfungsi untuk mengontrol laju aliran dan meregulasikannya.
Ketika tekanan fluida melampaui batasnya, katup mencegah kelebihan tekanan
tersebut dengan mengintegrasikannya. Katup mencegah keadaan vacuum.
Beberapa jenis katup ada yang dioperasikan secara manual atau memiliki
aktuator yang diberikan arus listrik oleh motor bisa berupa hidrolik dan pneumatik
atau kombinasi keduanya untuk mengoperasikan katup secara otomatis. Dalam
pemilihan katup yang cocok untuk suatu perancangan perlu diperhatikan aplikasi
dari desain tersebut dan harus dievaluasi karakteristik dari katup, fitur desain,
material kontruksi, dan performansi (Poerboyo, 2013).
2.3.4 Pompa
Pompa merupakan mesin fluida yang digunakan untuk memindahkan
fluida cair dari suatu tempat ketempat lainnya melalui sistem perpipaan. Pada
prinsipnya, pompa mengubah energi mekanik motor menjadi energi aliran fluida.
Suatu pompa dapat memberikan pelayanan yang baik maka dalam pemakaiannya
pompa perlu dipilih secara benar dan tepat (Ardhellas dkk, 2015). Pemilihan suatu
pompa dalam penggunaannya didasarkan pada beberapa faktor :
a. Kapasitas
Kapasitas adalah jumlah kebutuhan aliran yang akan dipompakan,
termasuk kebutuhan maksimum dan minimum.
b. Kondisi instalasi dimana pompa akan dipasang berupa :
a. Tinggi isap dan tinggi pengeluaran.
b. Fluktuasi tinggi permukaan cairan hisap dan cairan pengeluaran.
c. Kondisi saluran isap dan pengeluaran (ukuran kekasaran permukaan
saluran, baru tidaknya saluran, belokan, dan fitting)
d. Head total pompa berdasarkan kondisi instalasi.
c. Sifat dan jenis cairan yang dipompa adalah berdasarkan :
a. Berat jenis.
b. Viskositas.
8
c. Suhu.
d. Kandungan
d. Penggunaan pompa.
Pompa dipilih untuk melayani sistem sesuai kebutuhan contohnya pada
suplai airminum, suplai air baku proses, proses pengolahan minyak bumi, suplai
air pendingin dan lain-lainnya.
e. Kondisi kerja.
a. Beroperasi secara terputus-putus.
b. Beroperasi secara terus-menerus.
c. Sebagai cadangan.
f. Lokasi pompa.
a. Ketinggian lokasi pompa di atas permukaan laut.
b. Di luar atau di dalam gedung.
c. Fluktuasi suhu.
g. Pertimbangan ekonomis.
Harga, biaya operasi dan pemeliharaan
Head pompa adalah energi per satuan berat yang harus disediakan untuk
mengalirkan sejumlah zat cair yang direncanakan sesuai dengan kondisi instalasi
pompa, atau tekanan untuk mengalirkan sejumlah zat cair, yang umumnya
dinyatakan dalam satuan panjang m (SI). Pompa merupakan mesin yang bekerja
dengan menggunakan energi luar. Energi dari luar (motor listrik) diubah menjadi
putaran poros pompa dimana impeller terpasang padanya. Perubahan energi dari
suatu bentuk ke bentuk lain selalu tidak sempurna dan ketidaksempurnaan
perubahan ini yang disebut dengan efisiensi (Ardhellas dkk, 2015).
1. Pompa Sentrifugal
Pompa sentrifugal merupakan pompa yang terdiri dari satu impeller atau
lebih dilengkapi dengan sudu sudu yang dipasangkan pada poros yang beruputar
dan diselubungi dengan/oleh sebuah rumah (casing). Pompa ini bekerja dengan
prinsip putaran impeller sebagai elemen pemindah fluida yang digerakkan oleh
motor. Zat cair yang berada di dalam akan berputar akibat dorongan sudu-sudu
dan menimbulkan gaya sentrifugal yang menyebabkan cairan mengalir dari tengah
impeller dan keluar melalui saluran di antara sudu-sudu dan meninggalkan
9
impeller dengan kecepatan tinggi. Cairan dengan kecepatan tinggi ini dilewatkan
ke saluran yang penampangnya makin membesar (volute) sehingga terjadi
perubahan head (tinggi tekan) kecepatan menjadi head tekanan. Setelah cairan
dilemparkan oleh impeller, ruang di antara sudu-sudu menjadi vacuum,
menyebabkan cairan akan terhisap masuk sehingga terjadi proses pengisapan.
menghasilkan head yang tinggi dengan kapasitas yang rendah. Dalam rumah
pompa, akan terjadi perubahan energi, yaitu energi mekanik akan langsung diubah
menjadi energi potensial untuk mengalirkan fluida.
Pompa perpindahan positif terdiri dari berbagai jenis, yaitu pompa piston,
pompa torak, dan pompa roda gigi. Pompa piston menggunakan komponen
penekan fluida yang disebut piston yang terbuat dari baja serta pada bagian
ujungnya berbentu huruf T. Biasanya diproduksi untuk kebutuhan head yang
tinggi dengan kapasitas yang rendah. Dalam aplikasinya, pompa piston digunakan
untuk keperluan tenaga hidrolik pada sumur minyak.
Prinsip kerja dari pompa piston dimana selubung putar akan melakukan
putaran sehingga menyebabkan piston bergerak naik turun. Fluida akan masuk ke
dalam silinder melalui suction. Selanjutnya fluida akan dipindahkan ke saluran
buang (discharge) karena adanya gerakan naik turun piston yang menekan fluida.
Prinsip kerja dari pompa torak yaitu dengan melakukan gerakan hisap
terbuka dan tekan tertutup saat torak mulai melakukan penekanan, maka katup
hisap akan tertutup, saat torak mulai melakukan penekanan, maka katup hisap
akan tertutup sementara katup tekan akan terbuka. Sehingga fluida yang terisap
akan dibuang melalui katup tekan.
Pompa roda gigi merupakan pompa yang sering digunakan untuk aplikasi
hydraulic fluid power namun sering digunakan pada industry untuk mengalirkan
fluida dengan viskositas tertentu. Prinsip kerjanya yaitu dengan menggunakan dua
buah roda gigi yang berfungsi untuk mengisap dan menekan fluida. Fluida yang
mengisi ruang antara dua roda gigi akan ditekan menuju sisi buang (outlet) karena
fluida dari sisi isap akan terus masuk mengisi ruang kosong pada kedua sisi roda
gigi. Proses isap dan buang akan berlangsung secara terus menerus selama pompa
tersebut dioperasikan. Pompa roda gigi dikategorikan sebagai fixed displacement
karena jumlah fluida yang dialirkan setiap putarannya selalu tetap (Anonim,
2015).
Pada venturi ini fluida masuk melalui bagian inlet dan diteruskan kebagaian
inlet cone. Pada bagian inlet ini ditempatkan titik pengambilan tekanan awal. Pada
bagian inlet cone fluida akan mengalami penurunan tekanan yang disebabkan oleh
bagian inlet cone yang berbentuk kerucut atau semakin mengecil kebagian throat.
Kemudian fluida akan masuk kebagian throat, pada bagian throat inilah tempat-
tempat pengambilan tekanan akhir dimana throat ini berbentuk bulat datar.
Laju fluida akan melewati bagian akhir dari tabung venturi yaitu outlet
cone. Outlet cone ini berbentuk kerucut dimanan bagian kecil berada pada throat
dan pada outlet cone ini tekanan akan kembali normal. Jika aliran melalui tabung
venturi benar-benar tanpa gesekan, maka tekanan fluida yang meninggalkan
meteran tentulah sama persis dengan tekanan fluida yang memasuki meteran dan
keberadaan meteran dalam jalur tersebut tidak akan menyebabkan kehilangan
tekanan yang bersifat permanen dalam tekanan. Penurunan tekanan pada inlet
cone akan dipulihkan dengan sempurna pada outlet cone. Gesekan tidak dapat
ditiadakan dan juga kehilangan tekanan yang permanen dalam sebuah meteran
yang dirancang dengan tepat (Tobing, 2010).
2. Plat Orifice
Plat orifice merupakan pengukur aliran yang paling murah, paling mudah
pemasangannya tetapi kecil juga ketelitiannya di antara pengukur-pengukur aliran
jenis head flow meter. Plat orifice merupakan plat yang berlubang dengan
piringan tajam. Plat-plat ini terbuat dari bahan-bahan yang kuat. selain terbuat dari
logam, ada juga orificenya yang terbuat dari plastik agar tidak terpengaruh oleh
fluida yang mengalir (Tobing, 2010).
3. Nozzle
Flow nozzle sama halnya dengan plat orifice yaitu terpasang diantara dua
flens. Flow nozzle biasa digunakan untuk aliran fluida yang besar, sedangkan plat
orifice digunakan untuk aliran fluida yang kecil. Karena flow nozzle mempunyai
lubang besar dan kehilangan tekanan lebih kecil dari pada plat orifice sehingga
flow nozzle dipakai untuk fluida kecepatan tinggi seperti uap tekanan tinggi pada
temperatur tinggi dan untuk penyediaan air ketel. Flow nozzle ini merupakan alat
primer dari pengukuran aliran yang berfungsi untuk mendapatkan beda
tekanannya. Sedangkan alat untuk menunjukkan besaran aliran fluida yang diukur
atau alat sekundernya adalah berupa manometer.
Pada flow nozzle kecepatan bertambah dan tekanan semakin berkurang
seperti dalam venturi meter. Dan aliran fluida akan keluar secara bebas setelah
melewati lubang flow nozzle sama seperti pada plat orifice. Flow nozzle terdiri
dari dua bagian utama yaitu bagian yang melengkung dan bagian yang silinder.
Pada flow nozzle tap-up stream atau tap awal ditempatkan pada jarak yang sama
dengan diameter dari pipa yang digunakan, sedangkan untuk tap-down stream
atau tap akhir ditempatkan pada jarak setengah dari diameter pipa yang digunakan
(Tobing, 2010).
V = kecepatan (m/det)
Debit adalah besaran yang menyatakan volume fluida yang mengalir tiap
satuan waktu.
V
Q= t .....................................................(2.6)
Dimana :
V = Volume (m3)
t = waktu (detik)
Jika disubtitusikan persamaan 6 dan 7 maka akan dihasilkan persamaan:
V
v = t. A...................................................(2.7)
Dimana :
V = volume (m3)
t = waktu (detik)
A = Luas penampang (m2)
v = kecepatan (m/det)
Jika fluida bergerak dalam pipa yang mengalir dengan luas penampang
yang berbeda maka volume yang mengalir :
V=A.v. t..............................................(2.8)
A1.v1.t1 =A2.v2.t2.............................................(2.9)
2.8 Viskositas
Viskositas fluida merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap
deformasi atau perubahan bentuk. Viskositas dipengaruhi oleh temperatur,
tekanan, kohesi dan laju perpindahan momentum molekularnya. Viskositas zat
cair cenderung menurun dengan seiring bertambahnya kenaikan temperatur hal ini
disebabkan gaya–gaya kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami
penurunan dengan semakin bertambahnya temperatur pada zat cair yang
menyebabkan berturunya viskositas dari zat cair tersebut.
oleh temperatur semakin tinggi temperatur maka kerapatan suatu fluida semakin
berkurang karena disebabkan gaya kohesi dari molekul –molekul fluida semakin
berkurang.
Dimana :
3
Q = debit aliran (m /s)
v = kecepatan aliran (m/s)
2
A = luas penampang (m )
3
V = volume fluida (m )
semakin kecil, dan sebaliknya semakin kecil sudut sambungan belokan pipa
kecepatan air semakin besar. Hal tersebut disebabkan karena waktu yang
diperlukan lebih lama untuk sudut belokan yang semakin besar.
∆𝑝⁄ ∆𝑣 2⁄
Jika 𝜌 sangat kecil,dan bisa diabaikan terhadap harga dari 2𝑔𝑐 , maka :
∆𝑣 2
= −𝐹.........................................................(2.15)
2𝑔𝑐
20
BAB III
METODE PERCOBAAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
4.1.1 Pengukuran Kecepatan Volumetrik dan Head Loss pada Pipa 2
Pada percobaan ini digunakan pipa horizontal 2 yang memiliki diameter
0,0169 ft, dimana pipa tersebut dialiri fluida dengan bukaan valve sebesar 25%,
50%, 75% dan 100%. Pada grafik antara head loss dengan volumetrik bukaan
valve 25%, 50%, 75% dan 100% terjadi penurunan head loss, hal ini terjadi akibat
adanya hambatan pada masing-masing pipa yang mengurangi kecepatan air.
Karena seharusnya semakin tinggi bukaan valve maka semakin tinggi kecepatan
aliran fluida maka semakin besar pula head loss.
V vs H
6.1
6
(InchHg)
5.9
H
5.8
5.7
5.6
44 46 48 50 52
Kecepatan Volumetrik
ft3/s
Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Head Loss dengan Volumetrik pada Pipa 2
Dari percobaan dapat ditentukan dengan grafik hubungan bilangan
Reynolds dan fanning factor. Berikut adalah grafik hubungan bilangan Reynolds
dan fanning factor. Dari grafik diatas di dapat bahwa kurva yang berfluktasi, jika
kurva di jabarkan maka akan terlihat penurunan head loss seiring nilai kecepatan
volumetrik yang naik. Secara teori hal ini kurang sesuai, seharusnya pada aliran
turbulen nilai head loss akan sebanding dengan nilai kecepatan volumetrik. Pada
saat kecepatan fluida tinggi, pressure drop yang dihasilkan akan semakin
mengecil, hal ini menunjukkan bahwa berbanding terbalik dengan kecepatannya.
24
25
Faktor penghambat yang paling mempengaruhi dalam hal ini adalah lumut yang
terdapat dalam selang yang disambungkan dalam manometer. Lumut yang berada
dalam manometer dapat menghambat tekanan yang akan di alirkan ke manometer,
sehingga hasil yang didapat dalam manometer tidak akurat.
f vs NRe
0.00475
0.0047
0.00465
NRe
0.0046
0.00455
0.0045
78000 80000 82000 84000 86000 88000 90000 92000
f
Gambar 4.2 Hubungan Reynolds Number dengan Fanning Factor pada Pipa 2
Berdasarkan grafik hubungan Reynolds Number dengan Fanning Friction
terlihat bahwa semakin kecil nilai Reynolds Number pada aliran, maka nilai
Fanning Friction semakin besar. Dari grafik diatas di dapat bahwa grafik
Reynolds Number semakin tinggi, Fanning Factor pada Pipa 2 yang dihasilkan
akan semakin mengecil, hal ini menunjukkan bahwa berbanding terbalik dengan
kecepatannya. Gambar 4.2 dapat terlihat bahwa aliran yang terjadi adalah turbulen
karena didapatkan Reynolds Number yang lebih besar dari 4000 (McCabe dkk,
1985).
percobaan tersebut didapat hubungan antara kecepatan aliran fluida dan head loss
seperti pada gambar berikut ini:
V vs H
1.4
1.2
1
(InchHg)
0.8
H
0.6
0.4 H (inch Hg)
0.2
0
3.45 3.5 3.55 3.6 3.65 3.7
Kecepatan Volumetrik
ft3/s
Gambar 4.3 Hubungan antara Head Loss dengan Volumetrik pada Pipa
Erlargement
Pada aliran turbulen nilai head loss akan sebanding dengan nilai kecepatan
volumetrik dipangkatkan n. Semakin besar nilai kecepatan volumetrik aliran,
maka akan semakin besar pula nilai head lossnya. Namun grafik tidak sesuai
dengan pernyataan diatas dimana jika kecepatan menurun ketika head loss
meningkat. Hal ini diakibatkan oleh ketidak akuratan pada saat melakukan
pembukaan dan penutupan yang berakibat pembacaan data pada manometer
tidaklah akurat dan selang penghubung valve dengan manometer sudah agak
berlumut yang mengganggu laju alir dari fluida.
27
f1 vs NRe1
0.00517
0.00516
0.00515
NRe1
0.00514
0.00513
0.00512
0.00511
0.0051
54500 55000 55500 56000 56500 57000 57500 58000
f1
Gambar 4.4 Hubungan Reynolds Number dengan Fanning Factor pada Pipa
Enlargement
f2 vs NRe2
0.0068
0.00678
0.00676
NRe2
0.00674
0.00672
0.0067
18200 18400 18600 18800 19000 19200 19400
f2
Gambar 4.5 Hubungan Reynolds Number dengan Fanning Factor pada Pipa
Enlargement
semakin besar nilai Reynolds Number . Berdasarkan data percobaan dengan nilai
Reynolds Number-nya seperti pada data, maka aliran yang terjadi adalah aliran
turbulen. Data percobaan ini sesuai dengan teori yang terdapat pada Figure 2.10-3
untuk aliran turbulen pada buku Transport Processes and Unit Operations
(Geankoplis, 1993).
V vs H
5
4
(InchHg)
3
H
2
1
0
36 38 40 42 44 46
Kecepatan Volumetrik
ft3/s
Gambar 4.6 Grafik Hubungan antara Head Loss dengan Volumetrik pada Pipa
Contraction
Dari grafik hubungan antara kecepatan volumetrik dan head loss yang
didapat, data yang dihasilkan mengalami penurunan head loss pada valve 25%,
50%, 75% dan 100%. Hal ini disebabkan terjadinya lonjakan kecepatan aliran
29
yang terbentuk karena besarnya hambatan pada valve, kemudian gelembung yang
terdapat pada pipa menyebabkan perubahan kecepatan aliran. Namun grafik tidak
sesuai dengan pernyataan diatas dimana jika kecepatan menurun ketika head loss
meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat ketidaktelitian praktikan dalam membaca
nilai tekanan pada manometer dan alat yang kurang baik.
f1 vs NRe1
26500
26000
25500
25000
NRe1
24500
24000
23500
23000
22500
22000
0.0062 0.00625 0.0063 0.00635 0.0064 0.00645 0.0065
f1
Gambar 4.7 Hubungan Reynolds Number dengan Fanning Factor pada Pipa
Contraction
f1 vs NRe2
80000
78000
76000
74000
NRe2
72000
70000 Nre2
68000
66000
64000
0.0047 0.00475 0.0048 0.00485 0.0049 0.00495
f2
Gambar 4.8 Hubungan Reynolds Number dengan Fanning Factor pada Pipa
Contraction
V vs H
0.71
0.705
(InchHg)
H 0.7
0.695
0.69
0.685
0.68
7.9 8 8.1 8.2 8.3 8.4
Kecepatan Volumetrik
ft3/s
.
Gambar 4.9 Hubungan Head Loss dan Kecepatan Linear Elbow 45o
Secara teori head loss akan semakin bertambah seiring dengan naiknya
kecepatan volumetrik. Pada aliran turbulen nilai head loss akan sebanding dengan
nilai kecepatan volumetrik dipangkatkan n.
f1 vs NRe1
0.00554
0.00552
0.0055
f1
0.00548
0.00546
0.00544
41500 42000 42500 43000 43500 44000 44500
NRe1
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pada percobaan ini aliran yang terjadi adalah aliran turbulen, yaitu aliran
fluida dengan kecepatan tinggi. Partikel-partikel fluida mengalir secara tidak
teratur atau acak di dalam pipa. Reynold menunjukkan bahwa untuk aliran
turbulen berlaku bilangan reynold NRe > 4000.
2. Pada percobaan pipa 2 Pipa Erlargement, Pipa Contraction dan elbow 45o
di dapat pressure drop dan friction loss tertinggi yaitu :20537.6, 4045.5,
14848.5, 2400.5 dan 152521,2, 28,107721, 14,50266, 63,78714.
3. Pada percobaan ini kami menggunakan beberapa alat yaitu : manometer
yang berfungsi untuk menghitung pressure drop pada aliran, valve yang
berfungsi untuk mengatur laju aliran dan menghentikan aliran, pipa
berfungsi untuk mengalirkan fluida-cairan atau gas dan tangki yang
berfungsi untuk wadah tempat menyimpan air.
5.2 Saran
1. Untuk praktikan selanjutnya disarankan untuk teliti dalam melakukan
pembukaan dan penutupan manometer valve agar dalam pembacaan data
pada manometer didapat data yang akurat.
2. Selama praktikum, praktikan harus hati-hati dan harus dalam keadaan yang
kering terutama ketika menghidupkan/mematikan aliran listrik pada alat.
32
33
DAFTAR PUSTAKA
Aliexpress. 2016. UPVC and UPVC Fittings. https ://id.ali express.co m/popular/
upvc-and-upvc-fittings.html. Diakses 9 November 2018.
Aprilasani, Z. 2011. Laporan Praktikum Teknik Kimia IV Aliran Fluida.
http://dokumen.tips/documents/aliran-fluida-praktikum-teknik-kimia-
iv-zeffa-aprilasani.html#. Diakses 9 November 2018.
Ardhellas, K.A., E. Yohana, dan Arijanto. 2015. Pengaruh aliran dua fase crude
oil-wataer pada performansi pompa sentrifugal yang didesain untuk
aliran satu fase. http://eprints.undip.ac.id/. Diakses 9 November 2018.
Dharma, S.U dan Galih, P. 2012. Pengaruh Perubahan Laju Aliran Terhadap
Tekanan Dan Jenis Aliran Yang Terjadi Pada Alat Uji Praktiikum
Mekanika Fluida. Jurnal Turbo Program Studi Teknik Mesin. 1(2) :1-
10.
Geankoplis, C,J. 1993. Transport Processes and Unit Operations 3rd Edition.
New Jersey : Prentice Hall.
Hanna, S. 2015. Bilangan Reynold. http://documents.tips/documents/bilangan-
reynold-562bab28d4ccb.html. Diakses 9 November 2018.
33
34
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
7. Pressure Drop
ΔP = Hr (ρHg) g
ΔP = 0,143667 mHg (13,6.103 Kg/m3) 9,806 m/s2
ΔP = 19159,61653 Pa
8. Reynold Number
lbm 51.51006631ft
𝜌𝑣𝐷 62,43 ( )16896325 ft
ft3 s
NRe = = = 90473,48
𝜇 0,00060056 lbm/fts
34
35
9. Friction Loss
0,079 0,079
f= = = 0,004555
𝑁𝑅𝑒 0,25 90473,480,25
F = 152521,2 ft lbf/lbm
b. Pada perhitungan untuk bukaan 50%, 75% dan 100% sama dengan
perhitungan diatas.
a. Bukaan 25%
1. Volume 25L
𝑉 0,025 𝑚3
Q1 = = = 0,000480769 m3/s
𝑡 52 𝑠
H1 = ha1 – hb1 = 476 – 459 = 17 mmHg
2. Volume 30 L
0,030 𝑚3
Q2 = = 0,00047619 m3/s
63 𝑠
H2 = 476 – 457 = 19 mmHg
3. Volume 35 L
0,035 𝑚3
Q3 = = 0,000466667 m3/s
75 𝑠
H3 = 475 – 457 = 18 mmHg
4. Debit rata-rata
𝑄1+𝑄2+𝑄3 0,000480769+0,00047619+0,000466667
Qr = =
3 3
= 0,000474542 m3/s
Qr = 0,000474542 m3/s = 0,016758455 ft3/s
5. Head Loss rata-rata
𝐻1+𝐻2+𝐻3 17+19+18
Hr = = = 18 mmHg = 0,018 mHg
3 3
6. Kecepatan Volumetrik
𝑄 0,016758455 𝑓𝑡 3 /s
V= = = 8,362821128 ft/s
𝐴 0,002003924 𝑓𝑡 2
36
7. Pressure Drop
ΔP = Hr (ρHg) g
ΔP = 0,018 mHg (13,6.103 Kg/m3) 9,806 m/s2
ΔP = 2400,5088 Pa
8. Reynold Number
lbm ft
𝜌𝑣𝐷 62,43 ( 8,362821128 ) 0,050524934 ft
ft3 s
NRe = = = 43923
𝜇 0,00060056 lbm/fts
9. Friction Loss
0,079 0,079
f= = =0,0055
𝑁𝑅𝑒 0,25 439230,25
F = 63.787 ft lbf/lbm
b. Pada perhitungan untuk bukaan 50%, 75% dan 100% sama dengan
perhitungan diatas.
a. Bukaan 25%
1. Volume 25 L
𝑉 0,025 𝑚2
Q1 = = = 0,0002038 m3/s
𝑡 120 𝑠
H1 = ha1 – hb1 = 483 – 451= 32 mmHg
2. Volume 30 L
0,030 𝑚3
Q2 = = 0,0002069 m3/s
145 𝑠
H2 = 482 – 451 = 31 mmHg
3. Volume 35 L
0,035 𝑚3
Q3 = = 0,0002071 m3/s
169 𝑠
H3 = 481 – 4503= 28 mmHg
4. Debit rata-rata
𝑄1+𝑄2+𝑄3 0,0002038+0,0002069+0,0020710
Qr = = = 0,0002074 m3/s
3 3
Qr = 0,0002074 m3/s = 0,007325805 ft3/s
37
𝑄 0,007325805 𝑓𝑡 3 /s
V2 = = = 3,65573 ft/s
𝐴2 0,002003924 𝑓𝑡 2
7. Pressure Drop
ΔP = Hr (ρHg) g
ΔP = 0,03033333 mHg (13,6.103 Kg/m3) 9,806 m/s2
ΔP = 4045,57 Pa
8. Reynold Number
lbm ft
𝜌𝑣𝐷 62,43 (32,689 ) 0,16896325 ft
ft3 s
NRe1 = = = 5414
𝜇 0,00060056 lbm/fts
lbm ft
𝜌𝑣𝐷 62,43 (3,65573 ) 0,50524934 ft
ft3 s
NRe2 = = = 19200
𝜇 0,00060056 lbm/fts
9. Friction Loss
0,079 0,079
f1 = = = 0,00919
𝑁𝑅𝑒 0,25 54140,25
0,079 0,079
f2 = = = 0,01105
𝑁𝑅𝑒 0,25 192000,25
F1 = 7154,72 ft lbf/lbm
𝛥𝐿 𝑣 2 0,688976378 𝑓𝑡 (0,425506405 ft/s)2
F2 = 4 f = 4 (0,01105)
𝐷 2𝑔𝑐 050524934 𝑓𝑡 2(32,174)lbm ft/lbf 𝑠 2
F2 = 0,00671 ft lbf/lbm
𝐴1 2 0,000224106 2
Kc = (1 − (𝐴2) ) = (1 − (0,002003924) )= 0,98749
𝑉12 32,6892
hc1 = Kc 2𝑔𝑐 = 0,4416 = 16,3984
2(32,174)
ΣF = F1 + F2 + hc
ΣF = 7154,72 + 0,00671 + 16,3984
ΣF = 7199,23
38
b. Pada perhitungan untuk bukaan 50%, 75% dan 100% sama dengan
perhitungan diatas.
a. 1. Volume 25 L
𝑉 0,025 𝑚2
Q1 = = = 0,0002089 m3/s
𝑡 89 𝑠
H1 = ha1 – hb1 = 516– 419 = 97 mmHg
2. Volume 30 L
0,030 𝑚3
Q2 = = 0,00027773 m3/s
108 𝑠
H2 = 519 – 415 = 104 mmHg
3. Volume 35 L
0,035 𝑚3
Q3 = = 0,00027344 m3/s
128 𝑠
H3 = 520 – 451 = 105 mmHg
4. Debit rata-rata
𝑄1+𝑄2+𝑄3 0,0002089 +0,00027773+0,00027344
Qr = =
3 3
= 0,000277 m3/s
Qr = 0,000277 m3/s = 0,00975287 ft3/s
5. Head Loss rata-rata
𝐻1+𝐻2+𝐻3 97+104+105
Hr = = = 102 mmHg = 0,102 mHg
3 3
6. Kecepatan Volumetrik
𝑄 0,00975287 𝑓𝑡 3 /s
V1 = = = 4,888054 ft/s
𝐴2 0,002003924 𝑓𝑡 2
𝑄 0,00975287 𝑓𝑡 3 /𝑠
V2 = = = 43,70820652 ft/s
𝐴1 0,000224106 𝑓𝑡 2
7. Pressure Drop
ΔP = Hr (ρHg) g
ΔP = 0,102 mHg (13,6.103 Kg/m3) 9,806 m/s2
ΔP = 13603,78488 Pa
8. Reynold Number
39
lbm
𝜌𝑣𝐷 62,43 (4,888054 𝑓𝑡/𝑠) 0,50524934 ft
𝑓𝑡3
NRe1 = = = 25672,22
𝜇 0,00060056 lbm/fts
lbm
𝜌𝑣𝐷 62,43 (43,70820652 𝑓𝑡/𝑠) 0,16896325 ft
𝑓𝑡3
NRe2 = = = 76767,41
𝜇 0,00060056 lbm/fts
9. Friction Loss
0,079 0,079
f1 = = = 0,006241
𝑁𝑅𝑒 0,25 25672,220,25
0,079 0,079
f2 = = = 0,004746
𝑁𝑅𝑒 0,25 76767,410,25
F1 = 174.4639148 ft lbf/lbm
𝛥𝐿 𝑣 2 0,918635 𝑓𝑡 (0,425506405 ft/s)2
F2 = 4 f = 4 (0, 004746)
𝐷 2𝑔𝑐 0,16896325 𝑓𝑡 2(32,174)lbm ft/lbf 𝑠 2
F2 = 31720,84147 ft lbf/lbm
𝐴2 0,000224
Kc = 0,55 (1 − 𝐴1) = 0,55 (1 − 0,002004) = 0,488491
𝑉22 43,70820652 2
hc1 = Kc 2𝑔𝑐 = 0,488491 = 14,50266647
2(32,174)
ΣF = F1 + F2 + hc
ΣF = 174.4639148 + 31720,84147 + 14,50266647
ΣF = 31909,81
b. Pada perhitungan untuk bukaan 25%, 50%, 70% dan 100% sama dengan
perhitungan diatas.
40
Dari semua perhitungan diatas, maka didapatkan data hasil percobaan sebagai
berikut :
Tabel B.1. Data Hasil Perhitungan Pipa Horizontal
volume Pressure
Bukaan 3 v (ft/s) NRe F
(m ) Drop (Pa)
0.025
25% 0.03 51.51006631 19159.61653 90473.48 152521.2
0.035
0.025
50% 0.03 49.92158298 19693.06293 87683.43 144385.5
0.035
0.025
75% 0.03 47.00363364 20182.05547 82558.28 129941.8
0.035
0.025
100% 0.03 45.31532803 20537.6864 79592.9 121884.4
0.035
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI
Gambar C.1. Aliran fluida pada pipa Gambar C.2. Aliran fluida pada pipa
Horizontal contraction
Gambar C.3. Aliran fluida pada pipa Gambar C.4. Aliran Fluida pada
enlargement pipa Elbow 45o
42