Você está na página 1de 3

NAMA: SISKA CANTIKA

NIM: 2017210006

DOSEN: IRMA SURYANI S.pd M.pd

ARTIKEL TEORI EKONOMI MAKRO

“Problema Inflasi dalam Ekonomi Makro”

Inflasi merupakan suatu proses kenaikan harga secara terus menerus yang
terdapat dalam suatu Perekonomian. Menurut Boediono (1990), inflasi diartikan
sebagai kecenderungan dari harga - harga secara umum terus menerus naik
(bertambah). Berikut komponen didalam memahami suatu inflasi yaitu: tingginya
jumlah uang yang beredar di suatu negara, jumlah barang terbatas, atau kenaikan
harga yang terus menerus.

Dan dampak dari inflasi itu meliputi: memperburuk tingkat pendapatan


dan banyaknya pengangguran. Sedangkan akibat buruk dari Inflasi itu sendiri,
Menurunnya tingkat kemakmuran masyarakat (terutama bagi yang
berpenghasilan tetap), Inflasi bisa berlaku lebih cepat dibandingkan kenaikan
upah/gaji, Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang terganggu, Cenderung
mengurangi tingkat Investasi, Cenderung mengurangi ekspor dan menaikkan
Impor, dan Memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Masalah tersebut didalam Tingkat inflasi (persentase pertambahan naik)


berbeda dari suatu periode ke periode lainnya, maupun dari suatu negara dengan
negara lainnya. Apabila diukur perkiraan dari tingkatnya inflasi rendah: 2-3%,
Moderat: 4-10%, dan pada tingkat Parah/serius: sampai mencapai puluhan dan
ratusan pers. Berikut Piranti-piranti kebijakan ekonomi makro untuk
mengurangi / menurunkan Inflasi:

1. Pertama Kebijakan fiskal atau biasa juga disebut sebagai kebijakan


anggaran merupakan kebijakan memanipulasi pajak dan pengeluarannya
dengan tujuan mempengaruhi tingkat kegiatan ekonomi dalam upaya
untuk mencapai tingkat pendapatan atau output kesempatan kerja penuh

1
serta stabilitas harga (inflasi). Di Indonesia, piranti kebijakan fiskal
diantaranya yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Kebijakan fiskal dikelompokkan dalam 3 bagian yaitu (1) Surplus
Budget ialah untuk mengurangi pengeluran pemerintah dan menaikkan
pajak. (2) Defisit Budget ialah untuk meningkatkan pengeluaran
pemerintah (belanja modal, infrastruktur dll) dan pengurangan
penerimaan pajak, dan (3) Balance Budget yaitu keseimbangan
pengeluaran dengan penerimaan.

2. Kedua Kebijakan moneter merupakan Kebijakan Bank Sentral (BI) yang


ditujukan untuk mempengaruhi peredaran uang atau mengatur keuangan.
Kebijakan Moneter tersebut terbagi menjadi 2 golongan:

a) Kebijakan moneter kuantitatif, dimana Bank Sentral bertujuan untuk


mempengaruhi jumlah penawaran uang dan suku bunga dalam
perekonomian. Yang dengan 3 jenis tindakannya: Operasi pasar
terbuka, Mengubah suku bunga dan suku diskonto, dan Mengubah
tingkat cadangan minimum. Untuk meningkatkan jumlah uang
beredar tindakan yang dilakukan Bank sentral membeli obligasi
pemerintah dan membayarnya dengan uang baru. Sedangkan Untuk
menurunkan jumlah uang beredar yaitu Bank Sentral menjual
obligasi pemerintah dan menerima uang yang ada di masyarakat dan
lalu menghancurkannya. Bank Sentral mengendalikan jumlah uang
beredar dalam 3 cara : Melakukan Operasi Pasar Terbuk (membeli
dan menjual obligasi pemerintah) Mengubah persyaratan cadangan
(tidak pernah benar-benar digunakan). Mengubah tingkat diskonto
yang bank-bank anggota (tak memenuhi persyaratan cadangan)
bayar untuk meminjam dari bank sentral.

b) Kebijakan moneter kualitatif, merupakan langkah Bank Sentral yang


bertujuan untuk mengawasi bentuk-bentuk pinjaman dan investasi
yang dilakukan oleh bank-bank perdangangan. Dalam kebijakan ini
terdapat 2 jenis tindakan: Pengawalan pinjaman secara terpilih dan
Pembujukan moral.

2
Faktor Penyebab terjadinya Inflasi:

1) Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan


perusahaan – perusahaan untuk menghasilkan suatu barang dan
jasa.

2) Keinginan untuk mendapatkan barang yang di inginkan.

3) Pengusaha menahan barangnya.

4) Pekerja-pekerja diberbagai kegiatan ekonomi menuntut


kenaikan upah.

5) peningkatan produksi, pekerja menuntuk kenaikan upah.

6) tuntutan upah yang meluas akan mendorong biaya produksi.

Você também pode gostar