Você está na página 1de 29

Bangunan sumur resapan adalah salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa bangunan yang

dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang
berfungsi sebagai tempat menampung air hujan yang jatuh di atas atap rumah atau daerah kedap
air dan meresapkannya ke dalam tanah.

Sumur resapan berfungsi memberikan imbuhan air secara buatan dengan cara menginjeksikan air
hujan ke dalam tanah. Sasaran lokasi adalah daerah peresapan air di kawasan budidaya,
permukiman, perkantoran, pertokoan, industri, sarana dan prasarana olah raga serta fasilitas
umum lainnya.

Manfaat sumur resapan adalah:

1. Mengurangi aliran permukaan sehingga dapat mencegah / mengurangi terjadinya banjir


dan genangan air.
2. Mempertahankan dan meningkatkan tinggi permukaan air tanah.
3. Mengurangi erosi dan sedimentasi
4. Mengurangi / menahan intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan dengan kawasan
pantai
5. Mencegah penurunan tanah (land subsidance)
6. Mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah.

Bentuk dan jenis bangunan sumur resapan dapat berupa bangunan sumur resapan air yang dibuat
segiempat atau silinderdengan kedalaman tertentu dan dasar sumur terletak di atas permukaan air
tanah. Berbagai jenis konstruksi sumur resapan adalah:

1. Sumur tanpa pasangan di dinding sumur, dasar sumur tanpa diisi batu belah maupun ijuk
(kosong)
2. Sumur tanpa pasangan di dinding sumur, dasar sumur diisi dengan batu belah dan ijuk.
3. Sumur dengan susunan batu bata, batu kali atau bataki di dinding sumur, dasar sumur
diisi dengan batu belah dan ijuk atau kosong.
4. Sumur menggunakan buis beton di dinding sumur
5. Sumur menggunakan blawong (batu cadas yang dibentuk khusus untuk dinding sumur).

Konstruksi-konstruksi tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing,


pemilihannya tergantung pada keadaaan batuan / tanah (formasi batuan dan struktur tanah).

Pada tanah / batuan yang relatif stabil, konstruksi tanpa diperkuat dinding sumur dengan dasar
sumur diisi dengan batu belah dan ijuk tidak akan membahayakan bahkan akan memperlancar
meresapnya air melalui celah-celah bahan isian tersebut.

Pada tanah / batuan yang relatif labil, konstruksi dengan susunan batu bata / batu kali / batako
untuk memperkuat dinding sumur dengan dasar sumur diisi batu belah dan ijuk akan lebih baik
dan dapat direkomendasikan.

Pada tanah dengan / batuan yang sangat labil, konstruksi dengan menggunakan buis beton atau
blawong dianjurkan meskipun resapan air hanya berlangsung pada dasar sumur saja.
Bangunan pelengkap lainnya yang diperlukan adalah bak kontrol, tutup sumur resapan dan tutup
bak kontrol, saluran masuklan dan keluaran / pembuangan (terbuka atau tertutup) dan talang air
(untuk rumah yang bertalang air).

Sumur Resapan. Sumber: PU Cipta Karya

Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaaan Umum menetapkan data teknis sumur resapan air y
sebagai berikut : (1) Ukuran maksimum diameter 1,4 meter, (2) Ukuran pipa masuk diameter 110
mm, (3) Ukuran pipa pelimpah diameter 110 mm, (4) Ukuran kedalaman 1,5 sampai dengan 3
meter, (5) Dinding dibuat dari pasangan bata atau batako dari campuran 1 semen : 4 pasir tanpa
plester, (6) Rongga sumur resapan diisi dengan batu kosong 20/20 setebal 40 cm, (7) Penutup
sumur resapan dari plat beton tebal 10 cm dengan campuran 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil.

Berkaitan dengan sumur resapan ini terdapat SNI No: 03- 2453-2002 tentang Tata Cara
Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan. Standar ini menetapkan cara
perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan termasuk persyaratan umum dan
teknis mengenai batas muka air tanah (mat), nilai permeabilitas tanah, jarak terhadap bangunan,
perhitungan dan penentuan sumur resapan air hujan. Air hujan sdslsh sir hujan yang ditampung
dan diresapkan pada sumur resapan dari bidang tadah.

Persyaratan umum yang harus dipenuhi antara lain sebagai berikut:

1. Sumur resapan air hujan ditempatkan pada lahan yang relatif datar;
2. Air yang masuk ke dalam sumur resapan adalah air hujan tidak tercemar;
3. Penetapan sumur resapan air hujan harus mempertimbangkan keamanan bangunan
sekitarnya;
4. Harus memperhatikan peraturan daerah setempat;
5. Hal-hal yang tidak memenuhi ketentuan ini harus disetujui Instansi yang berwenang.

Persyaratan teknis yang harus dipenuhi antara lain adalah sebagai berikut:
1. Ke dalam air tanah minimum 1,50 m pada musin hujan;
2. Struktur tanah yang dapat digunakan harus mempunyai nilai permebilitas tanah ≥ 2,0
cm/jam.
3. Jarak penempatan sumur resapan air hujan terhadap bangunan adalah: (a) terhadap sumur
air bersih 3 meter, sumur resapan tangki septik 5 meter dan terhadap pondasi bangunan 1
meter.
Poster Gerakan Sumur Resapan. Sumber: Meneg LH
SUMUR RESAPAN AIR (SRA)
1. Pembuatan Rancangan Sumur Resapan Air (SRA)

a. Persiapan

1.
1. Pemilihan calon lokasi
Pemilihan calon lokasi sesuai yang telah ditetapkan dalam Rencana Teknik
Tahunan (RTT) yang telah disusun, dengan kriteria sebagai berikut :
a) Daerah pemukiman padat penduduk dengan curah hujan tinggi
b) Neraca air defisit (kebutuhan > persediaan)
c) Aliran permukaan (run off) tinggi
d) Vegetasi penutup tanah <30 %
e) Rawan longsor
f) Tanah porous
2. Orientasi lapangan, konsultasi, pengadaan bahan dan administrasi secara teknis
prosedural sama dengan pembuatan bangunan konservasi tanah lainnya.

b. Hasil Kegiatan

Sebagai hasil kegiatan dari penyusunan rancangan berupa buku rancangan sumur resapan air
yang dilengkapi dengan lampiran data, gambar dan peta dan telah disahkan oleh instansi terkait
yang berwenang.

Gambar skematis tentang bangunan sumur resapan air dapat dilihat pada Gambar 21 berikut ini.
Gambar 21. Sumur Resapan Air

2. Pembuatan Sumur Resapan Air (SRA)

a. Persiapan

1.
1. Penyiapan kelembagaan
a) Pertemuan dengan masyarakat/kelompok dalam rangka sosialisasi
b) Pembentukan organisasi dan penyusunan program kerja
2. Pembuatan sarana dan prasarana
Pengadaan peralataan/sapras diutamakan untuk jenis peralatan dan
bahan yang habis pakai.
3. Penataan areal kerja
a) Pembersihan lokasi sumur
b) Penentuan letak sumur
c) Pemasangan patok
d) Pembuatan bangunan sumur resapan air di tanah milik masyarakat, tidak ada
ganti rugi.

b. Pembuatan

1.
1. Penggalian tanah
2. Pemasangan dinding sumur
3. Pembuatan saluran air
4. Pembuatan bak control
5. Pemasangan talang air
6. Pembuatan saluran pelimpasan

c. Pemeliharaan. Pemeliharaan bangunan sumur resapan air meliputi :

1.
1. Pembersihan pipa saluran air/talang air bak control dan sal pelimpas
2. Pengerukan lumpur

d. Organisasi pelaksana.

Sebagai pelaksana pembuatan sumur resapan air adalah kelompok masyarakat setempat dibawah
koordinasi Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi kehutanan.

e. Jadwal Kegiatan

Tahapan dalam pelaksanaan sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang tertuang dalam rancangan.

f. Hasil Kegiatan
Hasil kegiatan berupa bangunan sumur resapan yang dibuat dengan jumlah dan ukuran sesuai
dengan rancangan, dan untuk pemeliharaannya diserahkan kepada masyarakat/penduduk desa.

Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P. 22/Menhut-V/2007 Tanggal :


20 Juni 2007, BAGIAN PERTAMA: PEDOMAN TEKNIS GERAKAN NASIONAL
REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN (GN-RHL/Gerhan)

Tiap Rumah Wajib Sediakan Sumur


Resapan
Cegah Banjir dan Kekeringan

JAKARTA (Media): Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta harus konsisten dalam
menerapkan peraturan pembangunan rumah yang wajib menyediakan sumur resapan. Dengan
sumur resapan masyarakat bisa terhindar dari bencana banjir dan kekeringan.

Pendapat itu disampaikan Suwardi dari Proyek Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Air
Ciliwung-Cisadane, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah, kepada wartawan, kemarin di sela-sela workshop Strategi dan
Pengembangan Teknologi Waduk Resapan untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan.

Workshop yang diselenggarakan Kementerian Riset dan Teknologi itu dimaksudkan untuk
mengatasi masalah bencana banjir dan kekeringan dengan pendekatan teknologi.

“Setiap orang yang membangun rumah, di dalam Izin Mendirikan Bangunan (IMB) telah
tertuang kewajiban untuk membangun sumur resapan. Itu sudah diatur dalam Perda Pemprov
DKI Jakarta,” kata Suwardi.

Pembangunan sumur resapan, lanjutnya, merupakan teknologi sederhana untuk atasi banjir.
Biasanya dalam Koefisien Dasar Bangunan (KDB) akan dihitung berapa persen untuk
membangun sumur resapan ini. “Ukuran sumur resapan pun berbeda-beda tergantung dari lokasi
bangunannya. Tinggal bagaimana kemauan si pemilik.”

Suwardi menambahkan, biasanya pembangunan rumah tanpa sumur resapan tidak ada IMB-nya.
“Saya sendiri tidak tahu bagaimana pemda dalam mengatasi masalah ini. Sumur resapan ini bisa
dibangun menyesuaikan keadaan. Bangunannya mirip sumur. Contohnya, ukurannya panjang
satu meter, lebar satu meter, dan kedalaman tiga meter sehingga daya tampungnya tiga kubik.
Sumur ini kemudian ditutup.”

Logistik

Pada saat musim hujan, kata Suwardi, air akan masuk ke dalam sumur resapan ini kemudian
diserap menjadi air tanah. Pada musim kemarau air dari sumur resapan ini akan menjadi logistik
bagi sumur-sumur pompa sehingga setiap rumah tangga tidak terjadi krisis air.
Suwardi memperkirakan apabila terdapat dua juta rumah yang membangun sumur resapan
dengan daya tampung tiga kubik maka air yang tertampung di sumur resapan ini sebesar 6 juta
kubik.

“Ketika musim hujan masyarakat telah menampung enam juta kubik air. Dengan demikian telah
mengurangi jumlah air yang menggenangi permukiman.”

Di Jakarta, menurut Suwardi, hanya Jakarta Utara yang tidak bisa dibuat sumur resapan, sebab
akifer atau lapisan tanah yang menembus air cukup dangkal, yakni sekitar 1 meter. Pada akifer
ini akan terdapat lapisan batu dan pasir. “Karena sangat dangkal tidak bisa dibuat sumur resapan.
Berbeda dengan wilayah Jakarta lainnya yang akifernya bisa mencapai 10 meter. Jadi tidak
selamanya air di darat itu merugikan.”

Sementara itu, Sutopo Purwo Nugroho dan Asep Karsidi, peneliti Badan Pengembangan dan
Pengkajian Teknologi (BPPT) memprediksi, sampai 2020 ketersediaan air masih mencukupi
untuk pemenuhan seluruh kebutuhan air, seperti keperluan rumah tangga, perkotaan, irigasi, dan
lainnya. Namun secara per pulau, jelas mereka, ketersediaan air yang ada sudah tidak
mencukupi, khususnya di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

“Surplus air hanya terjadi pada musim hujan dengan durasi sekitar lima bulan, sedangkan pada
musim kemarau terjadi defisit selama tujuh bulan. Meskipun terjadi defisit air saat musim
kemarau, namun pada musim hujan, air permukaan sangat melimpah ketersediaannya sehingga
menimbulkan banjir.”

Lebih lanjut, Sutopo menjelaskan secara nasional ketersediaan air dari total aliran sungai di
Indonesia selama setahun mencapai 1.957.205 juta meter kubik (m3), sementara kebutuhan total
pada 2003 mencapai 112.275 juta m3. Proyeksi 2020 mencapai 127.707 juta m3. Kebutuhan air
dari tahun ke tahun pun semakin meningkat, namun tidak diimbangi dengan kuantitas dan
kualitas sumber daya air di Indonesia.

Rendahnya kualitas dan kuantitas air ini, menurut Teddy W Sudinda, peneliti BPPT disebabkan
penggunaan lahan di kawasan Bogor-Puncak-Cianjur (Bopuncur) yang merupakan daerah
resapan semakin bertambah luas. (Nda/V-1)

Sumber: Media Indonesia: 19 Maret 2004

Teknologi Konservasi Air Dengan Sumur


Resapan
ABSTRAK
Air tanah merupakan sumber air yang sangat penting bagi makhluk hidup. Air tanah tersebut
tersimpan dalam lapisan yang disebut akuifer. Akuifer merupakan sumber air tanah yang sangat
penting. Akuifer tersebut dapat dijumpai pada dataran pantai, daerah kaki gunung, lembah antar
pegunungan, dataran aluvial dan daerah topografi karst.

Pemakaian air tanah harus mempertimbangkan faktor kelestarian air tanah, yang meliputi faktor
kualitas dan kuantitas air. Salah satu cara mempertahankan kuantitas air tanah adalah dengan
menerapkan sumur resapan. Keuntungan yang dapat diperoleh dari pemanfaatan sumur resapan
adalah: 1. Dapat menambah jumlah air tanah. 2. Mengurangi jumlah limpasan. Infiltrasi
diperlukan untuk menambah jumlah air yang masuk kedalam tanah dengan demikian maka
fluktuasi muka air tanah pada waktu musim hujan dan kemarau tidak terlalu tajam.

Adanya sumur resapan akan memberikan dampak berkurangnya limpasan permukaan. Air hujan
yang semula jatuh keatas permukaan genteng tidak langsung mengalir ke selokan atau halaman
rumah tetapi dialirkan melalui seng terus ditampung kedalam sumur resapan. Akibat yang bisa
dirasakan adalah air hujan tidak menyebar ke halanman atau selokan sehingga akan mengurangi
terjadinya limpasan permukaan.

Pemasangan sumur resapan dapat dilakukan dengan model tunggal dan komunal. Maksud sumur
resapan model tunggal adalah satu sumur resapan digunakan untuk satu rumah, sedangkan yang
komunal satu sumur resapan digunakan secara bersama-sama untuk lebih dari satu rumah.

KATA KUNCI : Konservasi air tanah, Akuifer, Dataran alivual, Sumur resapan

JENIS TEKNOLOGI : Teknologi Pengelolaan Air Bersih


TARGET PENGGUNAAN : Rumah Tangga, Komunal (kelompok)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air tanah merupakan sumber air yang sangat penting bagi makhluk hidup. Air tanah tersebut
tersimpan dalam lapisan yang disebut akuifer. Akuifer merupakan sumber air tanah yang sangat
penting. Akuifer tersebut dapat dijumpai pada dataran pantai, daerah kaki gunung, lembah antar
pegunungan, dataran aluvial dan daerah topografi karst.

Akuifer ditinjau dari sistemnya terdiri dari akuifer tak tertekan, akuifer semi tertekan dan akuifer
tertekan. Akuifer dataran pantai pada umumnya berkembang sebagai daerah pemukiman yang
padat (misal Jakarta) hal ini disebabkan karena akuifer daerah ini merupakan sumber air tanah
yang sangat penting bagi daerah kota daerah tersebut. Air tanah di daerah tersebut disamping
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan kota juga digunakan untuk pertanian.

Pada Gambar 1 digambarkan mengenai hidrogeologi suatu sistem akuifer pantai yang terdiri dari
tak tertekan dengan lapisan dasar impermeable, akuifer tak tertekan dengan dasar bebas dan
akuifer tertekan. Secara lebih umum susunan hidrogeologi dalam lingkungan pantai adalah suatu
jajaran lapisan dengan berbagai kondisi terdiri dari kombinasi lapisan akuifer tertekan dan tak
tertekan.
Gambar 1. Contoh Suatu Kondisi Hidrogeologi Dalam Akuifer Pantai. A= Akuifer Tak
tertekan Dengan Lapisan Dasar Impermeabel. B = Akuifer tak Tertekan Pulau Dengan
Dasar Bebas. C = Akuifer Tertekan.

Kondisi lapisan akuifer daerah pantai pada umumnya tidak seideal dalam teori yaitu yang hanya
terdiri dari lapisan akuifer tunggal akan tetapi amatlah kompleks. Lapisan akuifer yang paling
atas dapat sebagai lapisan akuifer tertekan atau dapat juga sebagai lapisan tak tertekan. Tebal
tipis lapisan akuifer di berbagai tempat tidak sama (seragam).

Untuk menggambarkan kondisi pantai, suatu penampang hidrogeologi ideal ditunjukkan sebagai
suatu sistem akuifer pantai berlapis yang lepas pantainya diperluas hingga ke dasar tebing seperti
Gambar 2. Dalam kedaan alami, kondisi yang tidak terganggu, terdapat suatu garis kemiringan
hidrolik seimbang yang mengarah kelaut, dalam setiap akuifer dengan air tawar yang mengalir
kelaut (Gambar 2.a). Di lapisan paling atas pada akuifer tak tertekan air tawar mengalir bebas
kelaut. Di bawahnya pada akuifer tertekan air tawar mengalir ke laut melalui bocoran terus ke
lapisan atas dan atau mengalir bebas ketebing.

Gambar 2. Potongan Melintang

Yang Ideal Suatu Sistem Akuifer PantaiDi bawah kondisi “steady-state” suatu “interface” yang
tidak berubah dipertahankan bentuk dan posisinya ditentukan oleh potensi air tawar dan garis
kemiringan. Pada suatu kasus sistem satu lapisan, air laut pada dasarnya akan statis pada kondisi
“steady-state”. Pada sustu sistem lapisan, jika ada kebocoran vertikal air tawar kedalam suatu
daerah air asin, pada daerah ini air yang bercampur akan menjadi tidak statis.

Perubahan di dalam tanah oleh imbuhan atau perubahan luah aliran dalam daerah air tawar,
menyebabkan perubahan “interface”. Penurunan aliran air tawar yang masuk ke laut
menyebabkan “interface” bergerak ke dalam tanah dan menghasilkan intrusi air asin ke dalam
akuifer. Sebaliknya suatu peningkatan aliran air tawar mendorong “interface” ke arah laut. Laju
gerakan “interface” dan respon tekanan akuifer tergantung kondisi batas dan sifat akuifer pada
kedua sisi “interface”.
Pada sisi dengan air asin dapat bergerak kedalam atau keluar, pada sistem akuifer efek dari
gerakan interface mempengaruhi perubahan debit air tawar di lepas pantai. Dalam suatu sistem
akifer berlapis, air asin dapat masuk akuifer oleh aliran melalui akuifer tersingkap atau bocoran
yang melewati lapisan pembatas atau lantai laut (Gambar 2 b).

Pengelolaan sumberdaya air tanah memerlukan suatu pengetahuan dinamika fisik aliran air
dalam tanah terhadap fenomena intrusi air asin. Untuk alasan ini, maka diperlukan suatu usaha
meresapkan air hujan ke dalam tanah baik secara alami maupun artifisial (buatan).

Masuknya air hujan kedalam tanah secara alami terjadi pada daerah-daerah yang porus misalnya
sawah, tanah lapangan, permukaan tanah yang terbuka, Hutan, halaman rumah yang tidak
tertutup dll. Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah pada awalnya akan membasahi tanah,
bangunan, tumbuh-tumbuhan dan batuan. Ketika air hujan tersebut jatuh pada daerah yang
berpori maka akan meresap kedalam tanah sebagai air infiltrasi, air tersebut semakin lama akan
meresap lebih dalam lagi sampai memasuki daerah akuifer dan akirnya menjadi air tanah.

Teknologi sumur resapan dapat dibagi menjadi dua yaitu yang bersifat pasif dan aktif. Pada
teknologi sumur resapan pasif air hujan dibiarkan meresap secara alami melalui sumur buatan,
sedangkan pada sumur resapan yang bersifat aktif air dipompa (diinjeksikan) kedalam lapisan
akuifer menggunakan pompa tekanan tinggi.

1.2. Tujuan dan Sasaran

Tujuan diterapkannya teknologi sumur resapan adalah :

1. Pelestarian sumber daya air tanah, perbaikan kualitas lingkungan dan membudayakan
kesadaran lingkungan.
2. Membantu menanggulangi kekurangan air bersih.
3. Menjaga kesetimbangan air di dalam tanah dalam sistem akuifer pantai.
4. Mengurangi limpasan permukaan (runoff) dan erosi tanah.

1.3. Manfaat

Sumur resapan merupakan salah satu cara konsercasi air tanah. Caranya dengan membuat
bangunan berupa sumur yang berfungsi untuk memasukkan air hujan kedalam tanah.

1. Sumur resapan mempunyai manfaat untuk menambah jumlah air yang masuk ke dalam
tanah.
2. Sumur resapan dapat menambah jumlah air yang masuk kedalam tanah sehingga dapat
menjaga kesetimbangan hidrologi air tanah sehingga dapat mencegah intrusi air laut.
3. Mereduksi dimensi jaringan drainase dapat sampai nol jika diperlukan.
4. Menurunkan konsentrasi pencemaran air tanah.
5. Mempertahankan tinggi muka air tanah.
6. Sumur resapan mempunyai manfaat untuk mengurangi limpasan permukaan sehingga
dapat mencegah banjir.
7. Mencegah terjadinya penurunan tanah.
8. Melestarikan teknologi tradisionil.
9. Sumur resapan dapat menambah jumlah air yang masuk kedalam tanah dan mengisi pori-
pori tanah hal ini akan mencegah terjadinya penurunan tanah.

1.4. Potensi

Gambar 3. Siklus Air dan Pemanfaatan Sumur Resapan

Keuntungan yang dapat diperoleh dari pemanfaatan sumur resapan adalah: 1. Menambah jumlah
air tanah. 2. Mengurangi jumlah limpasan. Infiltrasi diperlukan untuk menambah jumlah air yang
masuk kedalam tanah dengan demikian maka fluktuasi muka air tanah pada waktu musim hujan
dan kemarau tidak terlalu tajam. Adanya sumur resapan akan memberikan dampak berkurangnya
limpasan permukaan. Air hujan yang semula jatuh keatas permukaan genteng tidak langsung
mengalir ke selokan atau halaman rumah tetapi dialirkan melalui seng terus ditampung kedalam
sumur resapan. Akibat yang bisa dirasakan adalah air hujan tidak menyebar ke halanman atau
selokan sehingga akan mengurangi terjadinya limpasan permukaan.

1.5. Kontak Personil

R. Haryoto Indriatmoko

Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair,


Direktorat Teknologi Linkungan
Kedeputian Teknologi Informasi, Energi dan Material
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
JL. M.H. Thamrin No. 8. Jakarta
Tel. 021-3169769, 3169770 Fax. 021-3169760
Email : air@server.enviro.bppt.go.id
Home Page : http://www.enviro.bppt.go.id/~Kel-1/

II. BAHAN

2.1. Bahan Utama

Bahan utama yang diperlukan untuk membuat sumur resapan adalah :


Seng/Plastik.
Paralon.
Beton/Bata.

Seng/Plastik digunakan untuk menampung air hujan yang berasal dari genting, selanjutnya air
tersebut dialirkan melalui paralon menuju ke sumur resapan. Paralon digunakan untuk
mengalirkan air hujan dari talang ke sumur resapan. Beton (bis beton) atau dari batu bata
digunakan sebagai dinding sumur resapan.
Gambar 4. Bahan Bis Beton Yang Digunakan Untuk Sumur Resapan Dengan Sistem
Dinding Tidak Porus dan Porus

III. METODOLOGI

Untuk mengaplikasikan teknik pembuatan sumur resapan maka diperlukan tahap sebagai berikut:

1. Melakukan analisis curah hujan. Analisa terhadap curah hujan dimaksudkan untuk
menghitung intensitas curah hujan maksimum pada perioda ulang tertentu. Dengan
mengetahui intensitas curah hujan maksimum maka kapasitas sumur resapan akan dapat
dihitung.
2. Menghitung luas tangkapan hujan. Bersama-sama dengan intensitas curah hujan
maksimum dengan periode ulang tertentu akan dapat dihitung besarnya debit aliran.
3. Menganalisis lapisan tanah/batuan. Lapisan tanah terdiri dari berbagai macam lapisan
mulai dari tanah belempung, pasir berlempung dan gravel atau kombinasi dari lapisan
tersebut. Sumur resapan akan sangat efisien jika dibuat sampai pada daerah dengan
lapisan batuan yang terdiri dari pasir atau gravel.
4. Pemasangan sumur. Sumur resapan dapat dibangun dengan menggunakan bis beton
dengan lapisan porus atau susunan batu bata yang disusun secara teratur.

Untuk membangun sumur resapan agar dapat memberikan kontribusi yang optimum diperlukan
metoda perhitungan sebagai berikut (Sunjoto,1992) :

1. Menghitung debit masuk sebagai fungsi karakteristik luas atap bangunan dengan formula
rasional (Q=CIA, Q=debit masuk, C=koefisien aliran (jenis atap rumah), I=intensitas
hujan, A=luas atap)
2. Menghitung kedalaman sumur optimum diformulakan sebagai berikut:H = Q/FK
[1-exp(-(FKT/pR2)]H = Kedalaman air (m)
Q = Debit masuk (m3/dt)
F = Faktor geometrik (m)
K = Permeabilitas tanah (m/dt)
R = Radius sumur.
T = Durasi aliran (dt).
3. Evaluasi jenis fungsi dan pola letak sumur pada jarak saling pengaruh guna menentukan
kedalaman terkoreksi dengan menggunakan multi well system.

Sebagai gambaran bagi kita jika akan membangun suatu sumur resapan akan tetapi tidak ingin
direpotkan oleh perhitungan yang cukuo merepotkan maka Tabel 1 dapat digunakan sebagai
bahan acuan.
IV. PERALATAN

Alat yang digunakan untuk membuat sumur resapan adalah :

1. Peralatan pertukangan seperti tukang batu dan tukang kayu.


2. Alat ukur ( meteran)
3. Kayu/bambu

V. PEMBUATAN SUMUR RESAPAN

Tahap-tahap pembuatan sumur resapan adalah :

1. Persiapan awal berupa penyiapan lahan dan bahan.


2. Penggalian baik untuk sumur itu sendiri maupun jaringan yang baerasal dari atap rumah.
3. Pemasangan meliputi pemasangan bis beton atau batu bata dan pemasangan jaringan dari
rumah ke rumah.

Pemasangan sumur resapan dapat dilakukan dengan model tunggal dan komunal. Maksud sumur
resapan model tunggal adalah satu sumur resapan digunakan untuk satu rumah, sedangkan yang
komunal satu sumur resapan digunakan secara bersama-sama untuk lebih dari satu rumah.
Letak sumur resapan untuk yang model tunggal biasanya di halaman rumah sedang yang model
komunal dapat dipasang di bahu jalan.

Gambar 5a. Memanfaatkan Bahu Jalan Untuk Sumur Resapan (Tampak Depan).Gambar
5b. Memanfaatkan Bahu Jalan Untuk Sumur Resapan (Tampak Atas)

Gambar 6. Potongan Tegak Pemasangan Sumur Resapan


Gambar 7. Pemanfaatan Halaman Untuk Sumur Resapan

INFORMASI SELENGKAPNYA HUBUNGI :

Nusa Idaman Said, Haryoto Indriatmoko, Nugro Raharjo, Arie Herlambang

Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair


Direktorat Teknologi Lingkungan
Kedeputian Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Jl. M.H. Thamrin No. 8, Jakarta Pusat


Telp. 3169769, 3169770
Fax. 3169760

Email : air@server.enviro.bppt.go.id

Sumber: http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Sumur/sumur.html

SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN


MENURUNNYA PERMUKAAN AIR
TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN
Oleh: Rachmat Mulyana, P 062030031, E-mail : rachmatm2003@yahoo.com

Abstrak
Banjir dan menurunnya permukaan air tanah banyak terjadi dibeberapa kawasan perumahan. Hal
tersebut menjadi rutinitas yang terjadi setiap tahun pada musim hujan dan musim kemarau, yang
menyebabkan kerugian material antara Rp. 3 juta sampai dengan 6 juta per rumah dan
berdampak menurunnya harga rumah secara dratis. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
pembuatan sumur resapan air atau pembangunan pompa pengendali banjir.
Kata Kunci : Banjir, sumur resapan air

I. Pendahuluan

Saat ini cukup sulit rasanya menemukan kawasan perumahan, khususnya perumahan menengah
ke bawah yang tidak hanya “berlabel bebas banjir” tapi benar-benar bebas dari banjir. Banjir
yang semula musibah berubah menjadi hal yang biasa, karena kerapkali terjadi dan bahkan
menjadi rutinitas yang terjadi setiap musim hujan pada suatu kawasan perumahan, seperti yang
dialami beberapa kawasan perumahan di daerah Tangerang, Jakarta, dan Bekasi . Di Tangerang
beberapa kawasan perumahan terendam air antara satu hingga tiga meter, Jakarta dan Bekasi
banjir berkisar antara 20 cm sampai satu meter.

Penghuni kawasan perumahan yang dilanda banjir nampak pasrah menerima musibah ini,
mereka kesulitan untuk pindah ke lokasi lain karena harga jual rumah turun drastis bahkan tidak
ada yang berminat untuk membelinya, seperti di Perumahan Total Persada Tangerang harga
rumah tipe 21 luas tanah 60 m2 yang telah direnovasi dengan biaya Rp. 25 juta akan dijual
dengan harga yang sangat murah (Rp.10 juta) tidak ada yang berminat membelinya. Keadaan ini
membuat mereka, banjir merupakan hal biasa dan mereka telah siap menerima kedatangannya
setiap tahun.

Kawasan perumahan yang tergolong menengah ke bawah atau berlokasi dipinggiran kota, yang
rata-rata masih menggunakan air tanah sebagai sumber air bersih (tidak ada PDAM) biasanya
tidak hanya dilanda banjir pada musim hujan tetapi juga dilanda kekeringan atau menurunnya
permukaan air tanah dimusim kemarau.

Salah satu faktor yang menyebabkan banjir dan menurunnya permukaan air tanah di kawasan
perumahan adalah proses alih fungsi lahan. Proses alih fungsi lahan dari lahan pertanian atau
hutan ke perumahan akan dapat menimbullkan dampak negatif, apabila tidak diikuti oleh upaya-
upaya menyeimbangkan kembali fungsi lingkungan. Disisi lain dipicu oleh pengembangan fisik
bangunan rumah yang terlalu pesat ke arah horisontal yang menyebabkan tidak adanya lagi area
terbuka sebagai resapan air, sehingga air yang meresap ke dalam tanah menjadi kecil dan
memperbesar volume aliran air permukaan.

Solusi guna mengatasi banjir dan menurunnnya permukaan air tanah pada kawasan perumahan
dapat dilakukan dengan cara pencegahan sedini mungkin melalui perencanaan dari awal oleh
pihak pengembang perumahan (kontraktor/developer) dengan mengalokasikan lahan untuk
pembuatan konstruksi sumur resapan air atau pompa pengendali banjir.

Tulisan ini merupakan sintesa dari berbagai kejadian banjir yang melanda kawasan perumahan
dan pengetahuan tentang konstruksi sumur resapan air yang dikumpulkan dari berbagai sumber
dengan harapan dapat dijadikan bahan masukan bagi para pengembang perumahan dan Intansi
yang terkait dalam mewujudkan kawasan perumahan yang berwawasan lingkungan.

II. Faktor Penyebab Banjir dan Menurunnya Permukaan Air Tanah

Berbagai aktivitas manusia dan derap pembangunan yang berkembang pesat akan
mengakibatkan semakin meningkatnya kebutuhan terhadap lahan. Perubahan penggunaan lahan
dari lahan pertanian dan hutan menjadi lahan untuk perumahan, akan berpengaruh pada
berkurangnya tingkat peresapan air ke dalam tanah yang menyebabkan banjir pada musim hujan
dan menurunnya permukaan air tanah.

Terjadinya banjir pada kawasan perumahan dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :

1. Pengembangan rumah yang melewati batas Garis Sempadan Bangunan (GSB).


2. Sistem drainase yang tidak terencana dengan baik
3. Masih kurangnya kesadaran para penghuni kawasan permukiman terhadap pengelolaan
sampah.

Pengembangan rumah merupakan suatu kebutuhan dari setiap penghuni kawasan perumahan
sejalan penambahan jumlah anggota keluarga atau untuk kebutuhan lain. Proses pengembangan
rumah-rumah pada suatu kawasan perumahan biasanya berkisar antara 5 sampai 15 tahun atau
dapat lebih cepat tergantung dari lokasi perumahan dan fasilitas umum (fasum) dan fasilitas
sosial (fasos) yang dimiliki perumahan tersebut. Pengembangan rumah atau penambahan jumlah
ruangan terjadi dihampir semua lokasi perumahan, rumah-rumah dikembangkan kearah
horisontal dengan pertimbangan biaya konstruksi akan lebih murah jika dibandingkan dengan
pengembangan kearah vertikal. Hal ini berakibat garis sempadan bangunan antara 3 – 4 m dari
tepi jalan (Saragih, 1997) yang semula diperlukan untuk area resapan air dan penghijauan atau
taman menjadi tidak ada atau berubah menjadi kedap air, sehingga pada waktu musim hujan
volume aliran air permukaan menjadi besar dan volume air yang meresap ke dalam tanah
menjadi sangat sedikit, yang mengakibatkan genangan-genangan air bahkan banjir dan
berkurangnya persediaan air tanah pada lokasi perumahan.

Sistem drainase suatu kawasan perumahan biasanya direncanakan sesuai dengan jumlah volume
air permukaan yang berasal dari rumah-rumah per-blok dengan kondisi rumah yang standar
(rumah belum dikembangkan). Kondisi ini yang membuat dimensi saluran drainase tidak dapat
menampung lagi volume air permukaan sejalan dengan pengembangan rumah-rumah, yang
berakibat terjadinya genangan-genangan air bahkan banjir pada kawasan tersebut dan sekitarnya.

Pengelolaan sampah di kawasan perumahan biasanya dilakukan ada yang bekerjasama dengan
dinas kebersihan Pemerintah Kota (Pemko) atau Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dan ada yang
dikelola secara swadaya masyarakat. Pengelolaan secara swadaya masyarakat sering
menimbulkan masalah karena menyangkut kesadaran dan partisipasi dari masing-masing
individu. Pembuangan sampah tidak pada tempatnya merupakan penyebab awal terjadinya
penyempitan saluran drainase tidak dapat berfungsinya saluran drainase secara optimal, yang
berakibat meluapnya air dan berubah menjadi genangan-genangan bahkan banjir.
III. Solusi Mengatasi Banjir dan Menurunnya Permukaan Air Tanah

Banjir dan menurunnya permukaan air tanah yang melanda beberapa kawasan perumahan telah
berlangsung cukup lama dan bahkan telah dianggap sebagai rutinitas yang terjadi setiap tahun.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan membangun sumur
resapan air pada setiap rumah dalam suatu kawasan perumahan atau membangun pompa
pengendali banjir.

3.1. Penerapan Konstruksi Sumur Resapan Air

Konstruksi Sumur Resapan Air (SRA) merupakan alternatif pilihan dalam mengatasi banjir dan
menurunnya permukaan air tanah pada kawasan perumahan, karena dengan pertimbangan : a)
pembuatan konstruksi SRA tidak memerlukan biaya besar, b) tidak memerlukan lahan yang luas,
dan c) bentuk konstruksi SRA sederhana.

Sumur resapan air merupakan rekayasa teknik konservasi air yang berupa bangunan yang dibuat
sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang
berfungsi sebagai tempat menampung air hujan diatas atap rumah dan meresapkannya ke dalam
tanah (Dephut,1994). Manfaat yang dapat diperoleh dengan pembuatan sumur resapan air antara
lain : (1) mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genangan air, sehingga
memperkecil kemungkinan terjadinya banjir dan erosi, (2) mempertahankan tinggi muka air
tanah dan menambah persediaan air tanah, (3) mengurangi atau menahan terjadinya intrusi air
laut bagi daerah yang berdekatan dengan wilayah pantai, (4) mencegah penurunan atau amblasan
lahan sebagai akibat pengambilan air tanah yang berlebihan, dan (5) mengurangi konsentrasi
pencemaran air tanah (Dephut, 1995).

Gambar 1. Sumur Resapan Air Pada Pekarangan Rumah

(Sumber: PU Cipta Karya, 2003)


Sumur resapan air ini berfungsi untuk menambah atau meninggikan air tanah, mengurangi
genangan air banjir, mencegah intrusi air laut, mengurangi gejala amblesan tanah setempat dan
melestarikan serta menyelamatkan sumberdaya air untuk jangka panjang (Pasaribu, 1999). Oleh
karena itu pembuatan sumur resapan perlu digalakkan terutama pada setiap pembangunan rumah
tinggal.

a. Bentuk Dan Ukuran Konstruksi Sumur Resapan Air (SRA)

Bentuk dan ukuran konstruksi SRA sesuai dengan SNI No. 03-2459-1991 yang dikeluarkan oleh
Departemen Kimpraswil adalah berbentuk segi empat atau silinder dengan ukuran minimal
diameter 0,8 meter dan maksimum 1,4 meter dengan kedalaman disesuaikan dengan tipe
konstruksi SRA. Pemilihan bahan bangunan yang dipakai tergantung dari fungsinya, seperti plat
beton bertulang tebal 10 cm dengan campuran 1 Pc : 2 Psr : 3 Krl untuk penutup sumur dan
dinding bata merah dengan campuran spesi 1 Pc : 5 Psr tidak diplester, tebal ½ bata (Gambar 2).

Gambar 2. Konstruksi Sumur Resapan Air

Data teknis sumur resapan air yang dikeluarkan oleh PU Cipta Karya adalah sebagai berikut :

1. Ukuran maksimum diameter 1,4 meter


2. Ukuran pipa masuk diameter 110 mm
3. Ukuran pipa pelimpah diameter 110 mm
4. Ukuran kedalaman 1,5 sampai dengan 3 meter
5. Dinding dibuat dari pasangan bata atau batako dari campuran 1 semen : 4 pasir tanpa
plester
6. Rongga sumur resapan diisi dengan batu kosong 20/20 setebal 40 cm
7. Penutup sumur resapan dari plat beton tebal 10 cm dengan campuran 1 semen : 2 pasir : 3
kerikil.

b. Desain Konstruksi Sumur Resapan Air

Sumur resapan air akan dapat berfungsi dengan baik, apabila didesain berdasarkan kondisi
lingkungan dimana sumur tersebut akan dibuat. Desain sumur resapan air dalam hal ini meliputi
bentuk, jenis konstruksi dan dimensi sumur resapan air. Menurut SNI No. 02-2453-1991Tentang
Tata Cara Perencanaan Teknik Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan Perkarangan diperlukan
persyaratan teknis pemilihan lokasi dan jumlah sumur resapan pada pekarangan, persyaratan
teknik meliputi :

1. Umum : dibuat pada lahan yang lolos air dan tahan longsor, bebas dari kontaminasi dan
pencemaran limbah, untuk meresapkan air hujan, untuk daerah dengan sanitasi
lingkungan yang tidak baik hanya digunakan menampung air hujan dari talang,
mempertimbangkan aspek hidrologi, geologi dan hidrologi.
2. Pemilihan lokasi : keadaan muka air tanah dengan kedalaman pada musim hujan,
permeabilitas yang diperkenankan 2 –12,5 cm/jam, jarak penempatan diperhitungkan
dengan tangki septik tank 2 meter, resapan tangki septik tank/cubluk/saluran air limbah 5
meter, sumur air bersih 2 meter.
3. Jumlah : penentuan jumlah sumur resapan air ditentukan berdasarkan curah hujan
maksimum, permeabilitas dan luas bidang tanah.

Dalam mendesain dimensi konstruksi sumur resapan air untuk kawasan perumahan terdapat tiga
parameter utama yang perlu diperhatikan yaitu : permeabilitas tanah, curah hujan, dan luas atap
rumah/permukaan kedap air (Dephut, 1994). Permeabilitas tanah dapat kita tentukan berdasarkan
hasil pengukuran langsung di lokasi permukiman dengan Metode Auger Hole Terbalik. Data
permeabilitas tanah ini diperlukan untuk menentukan volume sumur resapan air yang akan
dibuat. Curah hujan diperlukan untuk menentukan dimensi sumur resapan air. Data curah hujan
yang diperlukan selama 10 tahun pengamatan (diperoleh dari stasiun hujan terdekat).
Pengukuran luas atap rumah didasarkan atas luas permukaan atap yang merupakan tempat curah
hujan jatuh secara langsung diatasnya.

Sedangkan untuk mendesain bentuk dan jenis konstruksi sumur resapan air diperlukan parameter
sifat-sifat fisik tanah yang meliputi Infiltrasi,tekstur tanah, struktur tanah, dan pori drainase
(Mulyana, 1998).

c. Pembuatan Sumur Resapan Air

Setelah diperoleh desain konstruksi (dimensi, bentuk dan jenis) sumur resapan air sesuai dengan
kondisi lingkungan pada kawasan perumahan, selanjutnya dalam proses pembuatan sumur
resapan air dapat dirancang dua pola penerapan yaitu: a) pembuatan secara kolektif (berdasarkan
blok-blok rumah, atau untuk satu kawasan perumahan); dan b) pembuatan per-tipe rumah.

Pembuatan sumur resapan air per-blok dalam suatu kawasan perumahan harus direncanakan
sejak dari awal oleh kontraktor atau developer. Pada siteplan sudah nampak jelas alokasi lahan
untuk pembangunan sumur resapan air pada setiap blok (per-blok bisa terdiri dari 10 rumah atau
lebih). Alternatif lain, SRA dibuat dalam bentuk danau untuk semua rumah pada suatu kawasan
perumahan (seperti perumahan Bogor Lakeside), sehingga SRA berfungsi disamping untuk
meresapkan air ke dalam tanah juga sebagai tempat rekreasi warga perumahan,.

SRA yang dibuat pada setiap rumah atau per-tipe rumah dapat dirancang dengan memperhatikan
aspek luas perkarangan rumah dan nilai estetika, sehingga SRA dapat dibangun ke arah vertikal
atau horisontal. Biaya pembuatan konstruksi SRA berkisar antara Rp. 75.000 hingga
Rp.150.000,-.

3.2. Pembangunan Pompa Pengendali Banjir

Solusi alternatif lain khusus untuk menanggulangi banjir adalah dengan pembangunan pompa
pengendali banjir. Pompa akan bekerja secara otomatis membuang air apabila ada rumah yang
tergenang air. Pembangunan pompa pengendali banjir pada suatu kawasan perumahan biasanya
ditempatkan pada seluruh penjuru perumahan. Satu bangunan pompa pengendali banjir
memerlukan biaya sekitar Rp. 35,5 juta seperti yang dibangun secara swadaya oleh warga
perumahan Tanah Mas Semarang, dengan biaya perawatan pompa yang dibebankan pada setiap
KK antara Rp. 1.000 – Rp.1.500,- setiap bulannya.

IV. Penutup

Sebagai penutup tulisan ini dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut :

1. Guna mengantisipasi terjadinya banjir dan menurunnya permukaan air tanah di kawasan
perumahan, hendaknya pihak kontraktor atau developer perumahan merencanakan dari
awal pembuatan konstruksi sumur resapan air atau mengalokasikan lahan untuk
pembangunan pompa pengendali banjir.
2. Penerapan sumur resapan air pada kawasan perumahan menjadi suatu keharusan yang
perlu direalisasikan secara bersama-sama pada setiap rumah, sebagai suatu upaya
memperkecil genangan-genangan air atau bahaya banjir dan mencegah menurunnya
permukaaan air tanah serta dalam rangka mewujudkan perumahan yang berwawasan
lingkungan.

Daftar Pustaka

Adhisthana. 2003. Banjir rob melanda perumahan di Semarang.


http://adhisthana.tripod.com/artikel/semarang.txt

Anonim. 2003. Dijual Murah Pun Tak Ada yang Berminat Beli. Kompas, Jakarta.
http://www.kompas.com//kompas-cetak/0302/14/metro/130038.htm

Dephut. 1994.Pedoman Penyusunan Rencana Pembuatan Bangunan Sumur Resapan Air.


Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan, Jakarta.

Dephut. 1995. Petunjuk Teknis Uji coba Pembuatan Percontohan Sumur Resapan Air.
Departemen Kehutanan, Jakarta.

Balitbang Kimpraswil. 2001. Ringkasan Spesifikasi Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan
Pekarangan SNI No.03-2459-1991. Departemen Kimpraswil, Jakarta.
http://www.kimpraswil.go.id/balitbang/uraian_SNI/SNIKIM/Perumahan/sni-03-2459-1991.htm
Balitbang Kimpraswil. 2001. Ringkasan Tata Cara Perencanaan Teknik Sumur Resapan Air
Hujan Untuk Lahan Pekarangan SNI No.02-2453-1991. Departemen Kimpraswil, Jakarta.
http://www.kimpraswil.go.id/balitbang/uraian_SNI/SNIKIM/Perumahan/ sni-02-2453-1991.htm

Mulyana, Rachmat. 1998. Penentuan Tipe Konstruksi Sumur Resapan Air Berdasarkan Sifat-
sifat Fisik Tanah dan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kawasan Puncak. Tesis S2 IPB,
Bogor.

Pasaribu, 1999.Sumur Resapan Air Mengurangi Genangan Banjir Dan Mengembalikan


Persediaan Air. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol.5 No.19 Th.V IKIP Medan, Medan.

PU Cipta Karya. 2003. Sumur Resapan Air. http://www.pu.go.id/publik/


ciptakarya/html/ind/resapan-htm.

Saragih, John F.B. 1997. Merenovasi Rumah Tipe 21 dan Tipe 36. PT.Gramedia Pustaka
Utama,Jakarta.

Makalah Individu Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pascasarjana / S3 Institut


Pertanian Bogor,
November 2003. Dosen: Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng (penanggung jawab), Prof. Dr. Ir.
Zahrial Coto
Sumber: http://tumoutou.net/702_07134/rachmat_mulyana_files/image002.gif

Mari Menyelamatkan Air Tanah di


Pekarangan
Air adalah bisnis besar. Wakil Presiden Bank Dunia Ismael Serageldin pernah berujar, jika
berbagai perang pada abad ini nyaris selalu disebabkan oleh minyak bumi si emas hitam, perang
masa depan akan dipicu oleh emas biru alias air. Satu dekade sejak ucapannya itu, krisis air di
berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, semakin nyata. Sebab itu, menyelamatkan air
bukanlah upaya yang mengada-ada, dan bisa dimulai sejak di pekarangan rumah kita sendiri.

Salah satu cara penyelamatan air secara sederhana adalah dengan membuat sumur-sumur resapan
(peresap) air hujan. Selain itu juga upaya holistik lainnya, yaitu dengan pendekatan vegetatif
melalui reboisasi, perluasan hutan kota, taman kota, pembuatan waduk kecil atau embung,
hingga pengelolaan sistem DAS (daerah aliran sungai) terpadu.

Sebenarnya, dalam peraturan daerah seperti di DKI Jakarta telah ditetapkan bahwa pengajuan
izin mendirikan bangunan (IMB) harus dilengkapi dengan pembuatan sumur resapan air. Namun,
kenyataannya aturan itu tinggal torehan tinta di atas kertas.

“Tidak ada sistem audit maupun sanksi yang dijatuhkan bagi pelanggarnya. Tidak hanya rumah-
rumah tinggal yang berpekarangan, namun juga hotel, apartemen, pusat perbelanjaan, dan
perkantoran. Mereka seharusnya membuat sumur-sumur resapan air sebaik-baiknya,” ujar Dr
Rosyid Hariyadi, MSc, ahli pengelolaan kualitas air (water quality management), yang juga
peneliti pada Pusat Pengkajian Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT).

Rosyid mengatakan, yang disebut sebagai sumur resapan adalah sumur gali yang berfungsi untuk
menampung, meresapkan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh di permukaan tanah, bangunan,
juga atap rumah. Dengan adanya sumur resapan, air hujan bisa lebih efektif terserap ke dalam
tanah.

Rosyid, yang juga mantan anggota tim teknis sumur resapan DKI Jakarta, menambahkan, cara
tradisional dahulu yang kerap dilakukan masyarakat di pedesaan untuk melestarikan air adalah
dengan membuat lubang-lubang di sekitar tanaman atau pepohonan.

Sejumlah negara menaruh perhatian besar terhadap konservasi air. Di Singapura, air tetesan
pendingin udara (AC) pun tidak dibiarkan sia-sia, melainkan ditampung lalu dimanfaatkan.
Sedangkan bangunan-bangunan bertingkat di Jepang sudah sejak lama membangun sumur-sumur
resapan untuk melindungi konstruksi tiang pancang besi bajanya dari pengaruh air asin akibat
intrusi air laut. Di Jakarta, gedung pusat Indosat, misalnya, sejak awal tahun 1990 telah memiliki
pengolahan air limbah gedung yang cukup baik sehingga hasil olahannya dapat dimanfaatkan.

Sebenarnya, dengan membuat sumur resapan, Anda seperti menabung air tanah. Sejumlah
kawasan di Jakarta saat ini warganya terpaksa membeli air bersih untuk sekadar minum, mandi,
dan cuci-mencuci karena air tanah di tempat tinggal mereka sudah tidak layak pakai, bahkan
kering.

Selain itu, manfaat sumur resapan ialah dapat menambah atau meninggikan permukaan air tanah
dangkal (water table), menambah potensi air tanah, mengurangi genangan banjir, mengurangi
amblesan tanah, serta mengurangi beban pencemaran air tanah.

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan
Air Hujan untuk Lahan Pekarangan, persyaratan umum yang harus dipenuhi adalah sumur
resapan harus berada pada lahan yang datar, tidak pada tanah berlereng, curam, atau labil. Selain
itu, sumur resapan juga dijauhkan dari tempat penimbunan sampah, jauh dari septic tank
(minimum lima meter diukur dari tepi), dan berjarak minimum satu meter dari fondasi bangunan.

Bentuk sumur itu sendiri boleh bundar atau persegi empat, sesuai selera. Penggalian sumur
resapan bisa sampai tanah berpasir atau maksimal dua meter di bawah permukaan air tanah.
Dengan teralirkan ke dalam sumur resapan, air hujan yang jatuh di areal rumah kita tidak
terbuang percuma ke selokan lalu mengalir ke sungai. Air hujan yang jatuh di atap rumah
sekalipun dapat dialirkan ke sumur resapan melalui talang.

Persyaratan teknis sumur resapan lainnya ialah kedalaman air tanah minimum 1,50 meter pada
musim hujan. Sedangkan struktur tanah harus mempunyai permeabilitas tanah lebih besar atau
sama dengan 2,0 cm/jam, dengan tiga klasifikasi. Pertama, permeabilitas tanah sedang (geluh
kelanauan) 2,0-3,6 cm/jam. Kedua, permeabilitas tanah agak cepat (pasir halus), yaitu 3,6-36
cm/jam. Ketiga, permeabilitas tanah cepat (pasir kasar), yaitu lebih besar dari 36 cm/jam.
Spesifikasi sumur resapan tersebut meliputi penutup sumur, dinding sumur bagian atas dan
bawah, pengisi sumur, dan saluran air hujan. Untuk penutup sumur dapat digunakan, misalnya,
pelat beton bertulang tebal 10 sentimeter dicampur satu bagian semen, dua bagian pasir, dan tiga
bagian kerikil. Dapat digunakan juga pelat beton tidak bertulang tebal 10 sentimeter dengan
campuran perbandingan yang sama, berbentuk cubung dan tidak diberi beban di atasnya. Dapat
digunakan juga ferocement setebal 10 sentimeter.

Sedangkan untuk dinding sumur bagian atas dan bawah dapat menggunakan buis beton. Dinding
sumur bagian atas juga dapat hanya menggunakan batu bata merah, batako, campuran satu
bagian semen, empat bagian pasir, diplester dan diaci semen. Sementara pengisi sumur dapat
menggunakan batu pecah ukuran 10-20 sentimeter, pecahan bata merah ukuran 5-10 sentimeter,
ijuk, serta arang. Pecahan batu tersebut disusun berongga. Untuk saluran air hujan, dapat
digunakan pipa PVC berdiameter 110 milimeter, pipa beton berdiameter 200 milimeter, dan pipa
beton setengah lingkaran berdiameter 200 milimeter.

Sumur resapan dapat dibuat oleh tukang pembuat sumur gali berpengalaman dengan
memerhatikan persyaratan teknis dan spesifikasi tersebut. Menurut Rosyid, saat ini tidak hanya
kota-kota besar yang perlu membuat sumur resapan, tetapi juga kota-kota di sepanjang tepi
pantai, bahkan kota-kota di pedalaman seperti Yogyakarta, Bogor, Bandung, dan Solo.

Rosyid mengingatkan, menyelamatkan air bagaimanapun bukanlah semata tugas negara atau
pemerintah, tetapi juga tanggung jawab warga negara sendiri. Sebab, ketika air tanah kita kering
dan air terpaksa harus dibeli, kita hanya akan memenuhi pundi-pundi perusahaan yang tanpa
merasa bersalah memperdagangkan air. Sementara kita cuma bisa berkecut hati. (Kompas – 6-
2005 – 07)

Você também pode gostar