Você está na página 1de 30

KURIKULUM

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

BIDANG KEAHLIAN:
TEKNIK BANGUNAN

PROGRAM KEAHLIAN:
TEKNIK BANGUNAN GEDUNG

KOMPETENSI:
MENGGAMBAR TEKNIK BANGUNAN

MODUL / SUB-KOMPETENSI:
MEMBUAT ANALISA PERENCANAAN
BANGUNAN GEDUNG .

WAKTU (JAM):
10 JAM

KODE MODUL:
TBG-B05

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

2002
KATA PENGANTAR

Modul dengan judul “Membuat Analisa Perencanaan Bangunan Gedung“


merupakan bahan ajar yang di gunakan sebagai panduan menggambar peserta
diklat (siswa) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Untuk membentuk salah satu
bagian dari Kompentensi Menggambar Teknik Bangunan Gedung.

Modul ini mengetengahkan pedoman-pedoman analisa perencanaan bangunan


gedung, agar banguanan yang dibuat/ bangun dapat memenuhi syarat
kesehatan, kenyaman dan keindahan. Modul ini terkait dengan modul lain yang
membahas tentang Fisika Bangunan.

Dengan modul ini peserta diklat dapat membuat gambar perencanaan bangunan
yang memenuhi syarat kenyamanan maupun keindahan.

Tim Penyusun.

i
DESKRIPSI

Modul ini terdiri dari satu kegiatan belajar yang mencakup analisa Perencanaan
Banunan sebagai dasar untuk merencanakan bangunan baik rumah tinggal
maupun umum.

Pada kegiatan belajar ini membahas tentang standar perumahan, standar ruang
kediaman, ventilasi, penerangan ruang kediaman. Perencanaan rumah terhadap
panas sinar matahari, hujan serta bahaya kebakaran rumah sehat dan
lingkungan.

ii
MATERI MATERI
PETA MODUL PRODUK PRODUKTIF
BIDANG KEAHLIAN: TEKNIK TIF (Mandiri)
BANGUNAN (TBG)
ORIENTASI: MANDIRI TBG-H04 TBG-T01 / KBB-GG01
TBG-T02 / KBB-GG02
TBG-T03 / KBB-GG03
MATERI MATERI TBG-T04 / KBB-GG04
PRODUK PRODUKTIF TBG-U01 / KBB-HH01
TBG-U02 / KBB-HH02
TIF (Mandiri)
TBG-U03 / KBB-HH03
TBG-U04 / KBB-HH04
TBG-A01 TBG-K01 / TGB-AA01
TBG-V01 / KBA-FF01
TBG-A02 TBG-K02 / TGB-AA01
TBG-V02 / KBA-FF02
TBG-A03 TBG-K03 / TGB-AA01
TBG-V03 / KBA-FF03
TBG-A04 TBG-L01 / KKY-DD01
TBG-V04 / KBA-FF04
TBG-A05 TBG-L02 / KKY-DD02
TBG-V05 / KBA-FF05
TBG-A06 TBG-L03 / KKY-DD03
TBG-W01 / TPF-AA01
TBG-A07 TBG-M01 / KKY-EE01
/ KKY-JJ03
TBG-A08 TBG-M02 / KKY-EE01
TBG-W02 / TPF-AA02
TBG-B01 TBG-M03 / KKY-EE01 / KKY-JJ04
TBG-B02 TBG-N01/ KKY-GG01 TBG-W03 / TPF-AA03
TBG-B03 TBG-O01 / KKY-HH01 TBG-W04 / TPF-AA04
TBG-B04 TBG-O02 / KKY-HH02
TBG-X01 / TPF-CC01
TBG-B05 TBG-P01 / KKY-II01
TBG-X02 / TPF-CC02
TBG-B06 TBG-P02 / KKY-II02
TBG-X03 / TPF-CC03
TBG-B07 TBG-P03 / KKY-II03
TBG-X04 / TPF-CC04
TBG-C01 TBG-P04 / KKY-II04
TBG-X05 / TPF-CC05
TBG-D01 TBG-P05 / KKY-II05
TBG-Y01 / TPF-EE01
TBG-D02 TBG-P06 / KKY-II06
TBG-Y02 / TPF-EE02
TBG-D03 TBG-Q01 / KBB-CC01
TBG-E01 TBG-Q02 / KBB-CC02
TBG-E02 TBG-Q03 / KBB-CC03 JUMLAH JUMLAH
MODUL MODUL
TBG-E03 TBG-Q04 / KBB-CC04
36 59
TBG-E04 TBG-Q05 / KBB-CC05
TBG-E05 TBG-Q06 / KBB-CC06
TBG-F01 TBG-R01 / KBB-DD01 Modul yang dibahas
TBG-F02 TBG-R02 / KBB-DD02
TBG-F03 TBG-R03 / KBB-DD03
TBG-F04 TBG-R04 / KBB-DD04
TBG-F05 TBG-R05 / KBB-DD05
TBG-F06 TBG-R06 / KBB-DD06
TBG-G01 TBG-R07 / KBB-DD07
TBG-G02 TBG-S01 / KBB-EE01
TBG-H01 TBG-S02 / KBB-EE02
TBG-H02 TBG-S03 / KBB-EE03
TBG-H03 TBG-S04 / KBB-EE04

iii
PETA MODUL
BIDANG KEAHLIAN: TEKNIK BANGUNAN
PROGRAM KEAHLIAN: TEKNIK BANGUNAN GEDUNG (TBG)
ORIENTASI: INDUSTRI
KONSENTRASI
MATERI TGB KKY KBB KBA TPF
PRODUK Teknik Teknik Teknik Teknik Teknik
TIF) Gambar Konstruksi Konstruksi Konstruksi Pekerjaan
Bangunan Kayu Batu dan Beton Baja dan Finising
Aluminium

TBG-A01 TBG-TGB-AA01 TBG-KKY-AA01 TBG-KBB-AA01 TBG-KBA-AA01 TBG-TPF-AA01


/ KKY-JJ04
TBG-A02 TBG-TGB-AA02 TBG-KKY-AA02 TBG-KBB-AA02 TBG-KBA-AA02 TBG-TPF-AA02
/ KKY-JJ03
TBG-A03 TBG-TGB-AA03 TBG-KKY-AA03 TBG-KBB-AA03 TBG-KBA-AA03 TBG-TPF-AA03
/ KKY-JJ05
TBG-A04 TBG-TGB-BB01 TBG-KKY-BB01 TBG-KBB-AA04 TBG-KBA-AA04 TBG-TPF-AA04
/ KBA-BB01 / KKY-JJ06
TBG-A05 TBG-TGB-BB02 TBG-KKY-BB02 TBG-KBB-AA05 TBG-KBA-AA05 TBG-TPF-BB01
/ KBA-BB02
TBG-A06 TBG-TGB-BB03 TBG-KKY-BB03 TBG-KBB-AA06 TBG-KBA-AA06 TBG-TPF-BB02
/ KBA-BB03
TBG-A07 TBG-TGB-BB04 TBG-KKY-BB04 TBG-KBB-AA07 TBG-KBA-AA07 TBG-TPF-BB03
/ KBA-BB04
TBG-A08 TBG-TGB-BB05 TBG-KKY-BB05 TBG-KBB-AA08 TBG-KBA-BB01 TBG-TPF-BB04
/ KBA-BB05
TBG-B01 TBG-TGB-BB06 TBG-KKY-CC01 TBG-KBB-AA09 TBG-KBA-BB02 TBG-TPF-BB05
/ KBA-BB06
TBG-B02 TBG-TGB-BB07 TBG-KKY-CC02 TBG-KBB-BB01 TBG-KBA-BB03 TBG-TPF-CC01
/ KBA-BB07

iv
KONSENTRASI
MATERI TGB KKY KBB KBA TPF
PRODUK Teknik Teknik Teknik Teknik Teknik
TIF) Gambar Konstruksi Konstruksi Konstruksi Pekerjaan
Bangunan Kayu Batu dan Beton Baja dan Finising
Aluminium

TBG-B03 TBG-TGB-BB08 TBG-KKY-CC03 TBG-KBB-BB02 TBG-KBA-BB04 TBG-TPF-CC02


/ KBA-BB08
TBG-B04 TBG-TGB-CC01 TBG-KKY-CC04 TBG-KBB-BB03 TBG-KBA-BB05 TBG-TPF-CC03
/ KBB-AA07
TBG-B05 TBG-TGB-CC02 TBG-KKY-CC05 TBG-KBB-CC01 TBG-KBA-BB06 TBG-TPF-CC04
/ KBB-AA06
TBG-B06 TBG-TGB-CC03 TBG-KKY-CC06 TBG-KBB-CC02 TBG-KBA-BB07 TBG-TPF-CC05
/ KBB-AA05
TBG-B07 TBG-TGB-CC04 TBG-KKY-DD01 TBG-KBB-CC03 TBG-KBA-BB08 TBG-TPF-DD01
/ KBB-AA04
TBG-C01 TBG-TGB-CC05 TBG-KKY-DD02 TBG-KBB-CC04 TBG-KBA-CC01 TBG-TPF-DD02
/ KBB-AA09
TBG-D01 TBG-TGB-DD01 TBG-KKY-DD03 TBG-KBB-CC05 TBG-KBA-CC02 TBG-TPF-EE01
/ KKY-KK01
TBG-D02 TBG-TGB-DD02 TBG-KKY-EE01 TBG-KBB-CC06 TBG-KBA-CC03 TBG-TPF-EE02
/ KKY-KK02
TBG-D03 TBG-TGB-DD03 TBG-KKY-EE02 TBG-KBB-DD01 TBG-KBA-CC04 TBG-TPF-FF01
/ KKY-KK03
TBG-E01 TBG-TGB-DD04 TBG-KKY-EE03 TBG-KBB-DD02 TBG-KBA-CC05 TBG-TPF-FF02
/ KKY-KK04
TBG-E02 TBG-TGB-EE01 TBG-KKY-FF01 TBG-KBB-DD03 TBG-KBA-CC06
/ KBA-CC01
TBG-E03 TBG-TGB-EE02 TBG-KKY-FF02 TBG-KBB-DD04 TBG-KBA-CC07
/ KBA-CC02
TBG-E04 TBG-TGB-EE03 TBG-KKY-GG01 TBG-KBB-DD05 TBG-KBA-CC08
/ KBA-CC03
v
KONSENTRASI
MATERI TGB KKY KBB KBA TPF
PRODUK Teknik Teknik Teknik Teknik Teknik
TIF) Gambar Konstruksi Konstruksi Konstruksi Pekerjaan
Bangunan Kayu Batu dan Beton Baja dan Finising
Aluminium

TBG-E05 TBG-TGB-EE04 TBG-KKY-HH01 TBG-KBB-DD06 TBG-KBA-DD01


/ KBA-CC04
TBG-F01 TBG-TGB-EE05 TBG-KKY-HH02 TBG-KBB-DD07 TBG-KBA-DD02
/ KBA-CC05
TBG-F02 TBG-TGB-EE06 TBG-KKY-II01 TBG-KBB-EE01 TBG-KBA-DD03
/ KBA-CC06
TBG-F03 TBG-KKY-II02 TBG-KBB-EE02 TBG-KBA-DD04
TBG-F04 TBG-KKY-II03 TBG-KBB-EE03 TBG-KBA-DD05
TBG-F05 TBG-KKY-II04 TBG-KBB-EE04 TBG-KBA-DD06
TBG-F06 TBG-KKY-II05 TBG-KBB-FF01 TBG-KBA-DD07
TBG-G01 TBG-KKY-II06 TBG-KBB-FF02 TBG-KBA-DD08
TBG-G02 TBG-KKY-JJ01 TBG-KBB-FF03 TBG-KBA-DD09
TBG-H01 TBG-KKY-JJ02 TBG-KBB-FF04 TBG-KBA-DD10
TBG-H02 TBG-KKY-JJ03 TBG-KBB-FF05 TBG-KBA-EE01
TBG-H03 TBG-KKY-JJ04 TBG-KBB-FF06 TBG-KBA-EE02
TBG-H04 TBG-KKY-JJ05 TBG-KBB-FF07 TBG-KBA-EE03
TBG-KKY-JJ06 TBG-KBB-FF08 TBG-KBA-EE04
TBG-KKY-JJ07 TBG-KBB-GG01 TBG-KBA-EE05
TBG-KKY-JJ08 TBG-KBB-GG02 TBG-KBA-EE06
TBG-KKY-KK01 TBG-KBB-GG03 TBG-KBA-EE07
TBG-KKY-KK02 TBG-KBB-GG04 TBG-KBA-EE08
TBG-KKY-KK03 TBG-KBB-HH01 TBG-KBA-EE09
TBG-KKY-KK04 TBG-KBB-HH02 TBG-KBA-FF01
TBG-KBB-HH04 TBG-KBA-FF03
TBG-KBA-FF04
TBG-KBA-FF05

vi
KONSENTRASI
MATERI TGB KKY KBB KBA TPF
PRODUK Teknik Teknik Teknik Teknik Teknik
TIF) Gambar Konstruksi Konstruksi Konstruksi Pekerjaan
Bangunan Kayu Batu dan Beton Baja dan Finising
Aluminium

JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH


MODUL MODUL MODUL MODUL MODUL MODUL
36 29 43 45 47 20

KETERANGAN:
TBG: Teknik Bangunan Gedung (Bidang Keahlian)
TGB: Teknik Gambar Bangunan (Program Keahlian)
KKY: Teknik Konstruksi Kayu (Program Keahlian)
KBB: Teknik Konstruksi Batu dan Beton (Program Keahlian)
KBA: Teknik Konstruksi Baja dan Aluminium (Program Keahlian)
TPF: Teknik Pekerjaan Finising (Program Keahlian)
Modul yang dibahas

vii
PRASYARAT

Untuk mempelajari dan menguasai modul ini terlebih dahulu peserta diklat harus
mempuyai kemampuan dalam materi yang terdapat pada modul dasar-dasar
menggambar teknik dan menggambar proyeksi.

Selain itu peserta diklat harus dapat membedakan dan mampu menggunakan
alat-alat tulis dan gambar dengan baik dan benar, mampu membuat garis dan
membedakan ( tampak/ utama, patung-patung, tidak tampak ) mampu membuat
huruf dan angka dengan baik dan benar mengerti tentang skala perbandingan
gambar dan mampu membedakan gambar berpotongan dan gambar tumpuk.

Kemampuan awal ini sangat bermanfaat dalam menunjang penguasaan materi


modul ini secara cepat dan tepat sehingga sesuai sasaran yang diharapkan.

viii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DESKRIPSI ii
PETA MODUL iii
PRASYARAT viii
DAFTAR ISI ix

PERISTILAHAN (GLOSSARY) 1
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL 2
TUJUAN AKHIR MODUL 3
KEGIATAN BELAJAR 4
KEGIATAN BELAJAR 1 4
1. Pengetahuan Dasar 4
2. Lembar Kerja 16
• Tujuan 16
• Bahan dan Alat 16
• Keselamatan Kerja 16
• Langkah Pengerjaan 16
• Petunjuk Penilaian 17
DAFTAR PUSTAKA 20

ix
PERISTILAHAN (GLOSSARY)

- Ventilasi : Proses penyediaan udara segar kedalam dan


pengeluaran udara kotor dari suatu ruangan
tertutup secara alamiah ataupun dengan cara
mekanik.
- Water Supply : Sistem pemberian air minum.
- Comfort : Perasaan nyaman.
- Cross Ventilation : Lubang angin yang lurus berhadapan akan
memudahkan persilangan angin.
- Dry Powerfire Extinguisher: Tabung pemadam kebakaran yang kering.
- Sewerage : Sistem pembuangan air hujan dan air kotor.
- Refuse Disposal : Sistem pengangkutan dan pembuangan sampah
dan kotoran.

1
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

A. Langkah-langkah Belajar yang ditempuh agar proses belajar menggambar


Teknik Bangunan Gedung berhasil dengan optimal, cepat, rapi dan benar
perlu dicermati langkah-langkah belajar sebagai berikut :
1.Supaya dipelajari dan dicermati dengan seksama mengenai standar
pemakaian.
2.Supaya dipelajari dan dicermati dengan seksama ruang kediaman.
3.Supaya dipelajari dan dicermati dengan sekasama tentang ventilasi.
4.Supaya dipelajari dan dicermati dengan seksama penerangan ruang
kediaman
5.Supaya dipelajari dan dicermati dengan seksama perencanaan rumah
terhadap panas matahari, hujan serta bahaya kebakaran.
6.Supaya dipelajari dan dicermati dengan seksama rumah sehat dan
lingkungannya.
B. Perlengkapan yang harus dipersiapkan.
- Untuk dapat menghasilkan perencanaan gambar yang jelas dan rapi dan
mudah di mengerti di perlukan perlengkapan alat tulis dan gambar yang
memadai.
- Perlengkapan yang harus dipersiapkan untuk menghasilkan perencanaan
dan gambar yang baik adalah :
1. Lembar-lembar bahan ajar yang mencakup tentang perencanaan
rumah (bangunan).
2. Meja gambar atau meja yang dapat berfungsi sebagai meja
gambar.
3. Mesin gambar atau satu set penggaris segi tiga.
4. Pensil atau pensil mekanik ukuran 0.3 mm dan 0,5 mm.
5. Kertas gambar putih berukuran A1.
6. Garisan, jangka, Selotip.
7. Rapido.
8. Cutter.
9. Karet penghapus, yang tidak mudah kotor.
10. Penerangan yang cukup.

2
TUJUAN AKHIR MODUL

Tujuan dari modul ini diharapkan peserta diklat dapat mengikuti dan mempelajari
seluruh kegiatan belajar dapat mencapai spesifikasi kinerja sebagai berikut:

1. Peserta diklat dapat merencanakan dan menggambar luas ruang yang


diperlukan.
2. Peserta dapat merencanakan dan menggambarkan penerangan pada
suatu ruangan yang diperlukan.
3. Peserta diklat dapat merencanakan dan menggambarkan tinggi rumah
sesuai ketentuan yang berlaku untuk bangunan gedung.
4. Peserta diklat dapat merencanakan rumah dan menggambarkan rumah
tinggal yang memenuhi syarat.

3
KEGIATAN BELAJAR

KEGIATAN BELAJAR 1
Perencanaan rumah tinggal

1. PENGETAHUAN DASAR

• Standar Perumahan
Suatu bangunan rumah sebagai lingkungan hidup manusia harus
memenuhi ukuran yang minimal sesuai dengan jumlah penghuni, kegiatan dan
perabot yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kurang dari
syarat-syarat minimal tersebut rumah tidak lagi memenuhi syarat kesehatan
yang layak, maka dalam memenuhi syarat kesehatan yang layak, maka dalam
perencanaan rumah tinggal dalam segi desain dimensi kamar , organisasi dan
tata letak ruangan dan sebagainya, agar dapat memenuhi kebutuhan rumah
tinggal yang cukup sehat (healthy) dan menyenagkan (comfortable) sesuai
dengan kebutuhan manusia dari segi-segi fisiologi, psycologi, antropologi dan
sanitasi lingkunagan.
Di Indonesia standar Arsitektur di bidang perumahan telah berhasil
disusun oleh Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan (LPMB) di Bandung
pada tahun 1972 dalam standar ini antara lain telah berhasil di tentukan
pedoman ukuran ruang kediaman yang sesuai dengan tata cara dan kebiasaan
hidup masyarakat Indonesia, tetapi standar perumahan umumnya disusun
hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok yang minimal dari suatu perumahan
umum (public housing).

• Standar Ruang Kediaman


Dalam standar perumahan yang dimaksud ruang kediaman ialah setiap
ruangan yang digunakan untuk makan, tidur duduk-duduk atau melaksanakan
kegiatan rumah tinggal/ tangga yang lazim kecuali ruangan-ruangan untuk
mandi, kakus, cuci dan strika. Gang penghubung atau ruang tangga
penghubung pada bangunan bertingkat dan ruangan sejenis yang
pengguananya tidak terus menerus.
Ukuran luas kertas untuk setiap ruang kediaman sekurang-kurangnya 6
m 2 dengan lebar ruangan minimal 2 m, sedang tinggi ruang minimum pada
bangunan-bangunan rumah tinggal harus sekurang-kurangnya 2,4 m, kecuali
bila langit-langitnya/ kasau-kasaunya miring, maka sekurang-kurangnya
setengah dari ruangan dari luas ruangan mempuyai tinggi 2,4 m. Dan tinggi
ruang selebihnya pada titik terendah tidak kurang dari 1,75 m, dimensi ruang
kediaman minimal 8,5 m 2. Jadi untuk ruang kediaman yang agak luas dapat
digunakan langit-langit yang agak luas dapat digunakan langit-langit yang agak
rendah, makin sempit ruangan memerlukan letak langit-langit yang makin tinggi

4
dan menurut standart WHO untuk negara-negara yang beriklim tropis di Asia
dan Afrika sebaiknya tinggi langit-langit diantara 3-4 m.
Sedang untuk pintu-pintu dalam untuk menghubungkan antar ruang
kediaman kediaman minimal lebar 70cm dan tinggi 2 m, sedang pintu-pintu luar
yang digunakan untuk keluar masuk rumah, lebar pintu sekurang-kurannya 80
cm dan sebuah pintu luar utama mempuyai ukuran lebih lebar 90 cm (Housi
Housing Orders and Standard 1966). Untuk lebih jelasnya lihat standar ruang-
ruang pada gambar dibawah.

Gambar 1A Standar Ruang

Gambar 1B Standar Ruang Duduk

Gambar 1C Standar Ruang Duduk

Gambar 1A Standar Ruang Duduk

5
Gambar 1B Standar Ruang Duduk

Gambar 1C Standar Ruang Makan

6
Gambar 1D Standar Ruang Tidur

Gambar 1 E Standar Ruang Tidur

7
• Ventilasi

Gambar 1 F Standar Ruang Tidur

• Ventilasi

Ventilasi ialah proses penyediaan udara seger kedalam dan pengeluaran


udara kotor dari satu ruang tertutup secara alamiah ataupun dengan mekanis.
Ventilasi lancar di perlukan untuk menghindarkan pengaruh-pengaruh buruk
yang dapat merugikan kesehatan manusia pada suatu ruang kediaman yang
tertutup atau kurang ventilasi. Pengaruh-pengaruh buruk itu ialah :
1. Berkembangnya kadar Oxygen di udara dalam ruang kediaman.
2. Bertambahnya kadar asam karbon (Co2) dari pernafasan manusia.
3. Bau pengap yang dikeluarkan oleh kulit, pakaian dan mulut manusia.
4. Suhu udara dalam ruang kediaman naik karena panas yang dikeluarkan
oleh badan manusia.
5. Kelembaban udara dalam ruang kediaman bertambah karena penguapan
air dari kulit dan pernafasan manusia.

Dengan suatu sistem Ventilasi silang (Cross Ventilation) akan terjamin


adanya gerak udara yang lancar dalam ruang kediaman (gb 2).
Untuk menghindari pengaruh buruk yang dapat merugikan kesehatan,
biasanya digunakan pedoman dari Peraturan Bangunan Nasional (1968).
1. Pada suatu ruang kediaman sekurang-kurangnya terdapat satu lebih banyak
jendela/ lubang udara yang langsung berhubungan dengan udara luar dan

8
bebas dari rintangan-rintangan, jumlah luas bersih dari jendela/ lubang itu
harus sekurang-kurangnya sama dengan sepersepuluh (1/10) dari luas lantai
ruangan dan setengah dari jumlah luas jendela./ lubang itu harus dapat
dibuka.
2. Jendela-jendela/ lubang-lubang itu harus meluas ke arah atas sampai
setinggi minimal 1,25 m diatas permukaan lantai.
3. Diberi lubang hawa atau saluran angin pada dan/ atau dekat permukaan
bawah langit-langit (Ceiling). Yang luas bersihnya sekurang-kurangnya 0,31
% luas lantai ruang yang bersangkutan. Pemberian lubang hawa/ saluran
angin dekat dengan langit-langit berguna sekali untuk mengeluarkan udara
panas dibagian atas dalam ruangan tersebut.

Gambar 2 Ventilasi

• Penerangan Ruang Kediaman


Penerangan yang cukup baik diperlukan dalam ruang kediaman agar
orang dapat leluasa melakukan kegiatan rumah tangga yang lazim tanpa
merusak kesehatan mata, juga ruang kediaman yang cukup cahaya penerangan
akan menciptakan suasana yang bebas, gembira dan nyaman. Sedang ruangan
yang kurang penerangan (agak gelap) akan membuat orang merasa lesu/
sumpek tertekan dan mengantuk.

9
Untuk memperoleh penerangan alami siang hari yang cukup
intensitasnya, maka setiap ruang kediaman harus mempuyai lubang cahaya
atau jendela kaca bening tembus cahaya yang langsung berhubungan dengan
cahaya luar dan bebas dari rintangan-rintangan. Jumlah luas bersih jadi jendela
kaca atau lubang cahaya itu harus sekurang-kurangnya sepersepuluh (1/10)
dari luas lantai ruang yang bersangkutan dan jendela kaca / lubang cahaya itu
harus meluas kearah atas sampai setinggi minimal 1,95 m diatas permukaan
lantai.
Tetapi perencanaan penerangan alami siang hari dalam suatu ruang
kediaman yang hanya di dasarkan pada ketentuan luas bersih jendela kaca atas
kembang cahaya, biasanya suka sekali untuk diharapkan dapat memberikan
penerangan dengan intensitas yang cukup memenuhi syarat. Hal ini disebabkan
karena penerangan alami siang hari di dalam suatu ruangan tidak hanya di
tentukan oleh luas jendela kaca/ lubang cahaya akan tetapi juga dipengaruhi
oleh bentuk dan letak dari jendela/ lubang cahaya tersebut dan kedudukan dari
lubang cahaya / jendela terhadap bagian-bagian lain dari bangunannya sendiri
serta keadaan segala sesuatu pemasukkan cahaya penerangan dari langit
dalam ruangan yang bersangkutan.
Karena sukarnya memperhitungkan pengaruh-pengaruh ganguan
hambatan pada perencanaan penerangan alami siang hari maka, pada ruang
kediaman dianjurkan agar luas bersih dari jendela kaca/ kembang cahaya dapat
diperbesar sampai kira-kira 15 –20 % dari luas lantai ruangan yang
bersangkutan atau disamping jendela/ lubang cahaya disedikan pula tambahan
bahan penerangan atap atau langit-langit dan/ diberi penerangan buatan.

Gambar 3 Penangkal Sinar Matahari

10
• Perencanaan Rumah Terhadap Panas Sinar Matahari.
Panas sinar matahari yang sedang , terutama sinar matahari waktu pagi
hari selain dapat menimbulkan perasaan hangat dan segar pada badan juga
sangat berguna bagi kesehatan manusia. Oleh sebab itu sinar matahari
diperlukan dapat masuk kedalam ruang kediaman dengan secukupnya tetapi
panas sinar matahari yang berlebihan harus dihindarkan, maka secara umum
dianjurkan agar ruang kediaman dapat menerima sinar matahari langsung
selama kira-kira 1 jam setiap harinya dan bila keadaannya memungkinkan ruang
tidur agar direncanakan sedemikian rupa sehingga cahaya sinar matahari pagi
dapat masuk ke dalam kamar tidur, karena sinar matahari pagi sangat
bermanfaat bagi kesehatan.
Untuk mengatur banyaknya sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan
, maka luas dan letak lubang cahaya jendela penerangan harus disesuaikan
dengan letak matahari dan untuk mengurangi sinar mathari yang masuk
kedalam ruangan biasanya diberi tritisan yang cukup lebar atau dipasang tabir
penolak, juga penangkal sinar matahari yang berupa kerei atau dengan
penanaman pohon-pohonan atau sekarang yang sedang populer ialah
pemasangan tritisan dari aluminum dengan pengaturan panas matahari yang
masuk ke dalam ruang kediaman maka akan tercipta keadaan yang nyaman
dalam ruangan. Untuk lebih jelasnya keterangan diatas lihat gambar 3.

• Perencanaan Rumah Terhadap Air Hujan


Air hujan yang masuk kedalam ruang kediaman selain dapat merusak isi
dan perabot di dalam ruangan juga akan mempengaruhi udara dalam ruangan
menjadi lembab, sehingga dapat menggangu kesehatan manusia dan
mempermudah bakteri-bakteri penyakit berkembang biak maka, musim hujan
sering juga menjadi musim penyakit flu, pilek dan bronchitis.
Oleh karena gangguan air hujan terhadap kondisi rumah tinggal manusia
maka, salah satu syarat bagi rumah sehat ialah rumah tersebut tidak becek atau
tiris pada waktu hujan dan seritis atap atau luifel diatas jendela ukuran lebarnya
harus direncanakan dengan tepat, agar selain panas terik sinar matahari siang
tidak menganggu kenyamanan dalam ruangan juga pada waktu hujan air hujan
tidak terhembus angin masuk kedalam ruang sehingga jendela ruangan tetap
dapat dibuka pada hari panas atau pun musim hujan.
Air hujan yang jatuh diatas atap terus segara di jalankan kebawah dengan
melalui pipa-pipa talang dan untuk menghindarkan genangan-genangan air
hujan di pekarangan perumahan, maka perlu diberi saluran-saluran
pembuangan air hujan sehingga pekarangan tidak becek dan bebas dari sumber
penyakit. Saluran pembuangan air hujan sebaiknya-sebaiknya merupakan
selokan terbuka agar pembersihannya dapat dilaksanakan dengan mudah dan
selokan tersebut di letakkan di sekelilingnya rumah sehingga dapat menampung
dan mengalirkan air hujan dari atap rumah atau pipa talang. Air pada selokan
kemudian dikumpulkan pada saluran pengumpul yang biasa dibuat di pinggir
halaman dan selanjutnya dialirkan ke saluran pembuangan air hujan di pinggir
jalan atau dibuang ke sungai (lihat sekema pembuangan gb. 4).

11
Gambar 4 Skema Pembuangan Air Hujan

• Perencanaan Rumah Terhadap Bahaya Kebakaran.


Rumah yang baik, selain harus memenuhi syarat sebagai tempat tinggal
yang sehat dan nyaman, juga harus memenuhi syarat bahwa rumah tersebut
cukup tahan lama (awet) dan kuat komoditinya dan untuk memenuhi syarat ini,
maka rumah harus direncanakan agar cukup terlindung dari bahaya kebakaran,
gempa bumi dan petir.
Untuk mengatasi kebakaran oleh penduduk alat pemadam kebakaran air
dan pasir adalah bahan yang baik dan murah untuk memastikan api tetapi tidak
bisa diterapakan pada segala macam kebakaran. Air basuh dipakai untuk
memadamkan kebakaran yang disebabkan kertas, kayu, kain dan benda-benda
sejenis.
Untuk kebakaran akibat listrik tidak boleh digunakan air karena air
termasuk penghantar listrik, sebaiknya untuk kebakaran karena listrik digunakan
tabung pemadam kebakaran yang kering (Dry Powder Extingiusher). Untuk
menghindari kebakaran akibat sambaran petir halilintar, maka harus mengikuti
petunjuk-petunjuk praktis yang dapat dipakai sebagai berikut :
1. Bangunan rumah jangan diletakkan di bawah pohon yang tinggi dan
besar.
2. Jangan membangun rumah yang menyendiri dan menjulang tinggi
ditengah padang bebas karena akan lebih mudah menarik petir.
3. Instalasi penangulangan petir harus di adakan pada bangunan/ gedung
besar dan tinggi, seperti sekolah, gereja, kantor besar, pabrik dan
sebagainya.

• Standar Ruang Kamar Mandi, Dapur dan lain-lain.


Dalam modul ini di samping diketengahkan beberapa analisis untuk
perencanaan bangunan di beri gambaran juga standar ruang-ruang yang perlu
untuk keperluan rumah tangga.

12
Gambar 5A Kamar Mandi

Gambar 5B Raung Cuci dan Seterika


13
Gambar 5C Standar Ruang Dapur

• Rumah Sehat dan Lingkungannya.


Dari pengertian/ perumusan fungsi pokok rumah sebagai tempat tinggal
yang dapat menyediakan kondisi hidup yang dekat bagi manusia maka dapat
ditentukan beberapa syarat umum dari rumah sehat dan lingkungan perumahan
yang sehat yakni antara lain:

A. Rumah sehat ialah tempat kediaman suatu keluarga yang lengkap berdiri
sendiri, cukup awet dan cukup syarat kuat konstruksinya, selain itu juga
memenuhi syarat-syarat yang antara lain ialah :
1. Tersedianya jumlah kamar/ ruang kediaman yang cukup dengan luas
lantai dan isi yang cukup besar agar dapat memenuhi kebutuhan
penghuninya untuk melakukan kegiatan hidupnya,
2. Memiliki tata letak ruangan yang baik, agar memudahkan komunikasi dan
perkembangan antara ruangan didalam rumah dapat lancar, tetapi juga
menjamin kebebasan dan keseharian pribadi bagi masing-masing
penghuni.
3. Persedian air bersih yang cukup banyak untuk menjamin terpenuhinya air
untuk keperluan rumah tangga.
4. Tersedianya perlengkapan untuk pembuangan air kotor, sampah dan
kotoran lain dengan cara yang memenuhi syarat-syarat kesehatan
5. Kontruksi atap rumah yang cukup rapat dan tidak bocor.
6. Konstruksi lantai rumah harus rapat air dan selalu kering agar mudah
dibersihkan dari kotoran dan debu juga dapat memungkinkan
kelembaban air tanah naik ke lantai.

14
7. Terdapat ventilasi yang baik agar pertukaran udara dapat berjalan
dengan lancar dan selalu tersedia udara yang bersih dan dekat didalam
rumah.
8. Terdapat penampuangan alam dan atau penampuangan buatan yang
cukup terang.

B. Lingkungan perumahan yang sehat harus memenuhi syarat-syarat yang


anatara lain adalah :
1. Untuk perumahan umum sebaiknya ditempatkan di lingkungan daerah
yang dapat menjamin ketenangan hidup dan pada penghuninya.
2. Tersedia fasilitas-fasilitas umum antara lain ialah:
- Jaringan jalan untuk perhubungan.
- Sistem pemberian air minum (water supply).
- Jaringan listrik untuk penerangan dan sebagainya.
- Sistem pembuangan air hujan dari air kota (sewerage).
- Sistem pengangkutan dan pembuangan sampah dam kotoran lain.
3. Terdapat fasilitas penjagaan keamanan dan ketentraman umum.
4. Cukup jauh jaraknya dengan kompleks industri yang mengeluarkan
banyak asap kotor mengandung racun/ debu atau yang dapat
mengakibatkan penemuan udara atau air tanah.
5. Cukup jauh dari tempat, tempat yang dapat mengangu kesehatan,
kesejahteraan dan moral masyarakat, misalnya tempat perjudian “ night
club” atau steam bath dan sebagainya.
6. Tersedia faslitas lapangan olah raga dan tempat bemain/ rekreasi
disekitar lingkungan perumahan.
7. Di dekat daerah perumahan juga diperlukan adanya sarana bangunan-
bangunan untuk kegiatan dan keperluan umum misalnya tempat ibadah
kompleks sekolah, klinik kesehatan atau rumah sakit, tempat rekreasi,
toko-toko dan pasar.
Menurut laporan penelitian Us Departemen Of Housing And Urban
Development (1966) mengenai perumahan dan lingkungannya,
dianjurkan bahwa untuk letak bangunan sebaiknya jarak antara rumah
dengan rumah adalah lebih dari dua kali tinggi bangunan dan mengenai
presentase luas perumahan dalam satu lingkungan daerah pemukiman
ialah:
- Luas perumahan (housing lots) 50-60 %.
- Jalan trotoar dan lapangan parkir kendaraan 20-30 %.
- Sarana untuk kebutuhan pribadi/ pasar dan toko perusahan 5-10 %
jaringan atau organisasi, masjid dan bioskop dan lin-lain.
- Sarana bagi kepentingan umum (taman dan lapangan bermain, 10-20 %
kantor polisi dan tempat umum lainnya ).

Berdasarkan angka presentasi tersebut, dapat ditentukan kepadatan


tanah yang ideal ialah yang relatif dataran an bila setiap rumah di huni
oleh satu keluarga yang terdiri dari 5 orang, berarti kepadatan penduduk
ialah 495 orang setiap hektar, tetapi angka-angka itu hanya sebagai
patokan yang dapat disesuai berdasarkan pertimbangan krudasi
setempat di suatu lingkungan daerah pemukiman.

15
2. LEMBAR KERJA

• Tujuan
Peserta diklat setelah mengikuti dan mempelajari kegiatan belajar ini
diharapkan dapat mencapai spesifikasi kinerja sebagai berikut:
1. Peserta diklat dapat menggambarkan perencanaan tata ruang yang
sesuai dengan kebutuhan
2. Peserta diklat dapat menggambarkan perencanaan jendela yang
memenuhi syarat kebutuhan penerangan.
3. Peserta diklat dapat menggambarkan cara sirkulasi udara yang
memenuhi syarat kesehatan.
4. Peserta diklat dapat menggambarkan perencanaan rumah dengan
syarat kenyamanan rumah.
5. Peserta diklat dapat menggambar perencanaan rumah sederhana yang
lengkap, dan memenuhi syarat teknis konstruksi, kesehatan dan
menyenangkan (rumah sehat).

• Bahan dan Alat


- Bahan:
1. Kertas gambar manila/ padalarang A1
2. Isolasi untuk menempel kertas pada meja gambar
- Alat:
1. Meja gambar atau meja yang dapat berfungsi sebagai meja gambar
2. Mesin gambar atau satu set penggaris segitiga
3. Pensil atau pensil mekanis ukuran 0,2 mm dan 0,5 mm
4. Karet penghapus yang tidak mudah kotor
5. Garisan, jangka
6. Rapido
7. Cutter
8. Gambar rumah lengkap (lihat Gambar 6)

• Keselamatan Kerja
1. Pusatkan konsentrasi pada pekerjaan
2. Gunakan alat sesuai dengan fungsinya
3. Laporkan pada pengajar jika ada masalah

• Langkah Kerja
1. Siapkan dan bersihkan meja gambar dari debu dan kotoran-kotoran
lainnya
2. Siapkan kertas gambar kosong dan tempelkan pada meja gambar
3. Siapkan alat tulis
4. Menyalin gambar rumah lengkap

16
• Petunjuk Penilaian Hasil Kerja
Skor
Skor
No Aspek Indikator Yang Ket
maks
dicapai
1 Hasil a. Ketelitian jarak 20
Kerja b. Ketelitian tinggi 20
c. Kebenaran konstruksi 40
d. Ketepatan garis 20
Jumlah Skor Maksimal 100
Syarat Skor Minimal Lulus 70
Jumlah Skor Yang Dapat Dicapai
LULUS /
Kesimpulan
TIDAK LULUS

17
Gambar 6A Denah dan Tampak Rumah

18
Gambar 6B Tampak dan Potongan Rumah

19
DAFTAR PUSATAKA

- Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Pendidikan Menengah


Kejuruam, Kurikulum Edisi 1999, Jakarta
- Hendardji, Soeyoto, Djoko, Bangunan Umum A, Penerbit Buku H
Stain, Jakarta
- Subarkah, Imam, 1980, Konstruksi Bangunan Gedung, Idea Dharma
- Soegihardjo, R, PR Sudibyo, 1977, Ilmu Bangunan Gedung I,
Dikmenjur Depdikbud Jakarta.
- Sutarman, Drs., Soekarno, BSc., 1977, Menggambar Teknik
Bangunan Gedung II, Dikmenjur, Depdikbud, Jakarta
- Gunawan, Rudy, Ir.,Haryanto, Fx, BAE, 1979, Pedoman Perencanaan
Rumah Sehat, Yayasan Sarana Cipta, Jakarta.
- Zainal A.Z, 1991, Rumah Tumbuh, PT. Gramedia, Pustaka Utama,
Jakarta.

20

Você também pode gostar