Você está na página 1de 5

Alkalosis Respiratorik

A. Definisi
Alkalosis respiratorik adalah keadaan klinis yang terjadi akibat penurunan
abnormal PaCO2 (hipokapnia) sehingga, terjadi alkalemia. Penurunan PaCO2 primer
akan meningkatkan pH gas darah >7,45 disebabkan meningkatnva ventilasi alveolar
melebihi produksi C02. Penurunan PaCO2 (hipokapnia) menyebabkan dua efek yang
bertentangan dalam persamaan asam basa. Dalam jangka pendek terjadi peningkatan
pH dan penurunan HCO3 plasma akibat dari dapar jaringan, sedangkan dalam jangka
panjang, (setelah 6-72 jam) ekskresi asam oleh ginjal akan dihambat, yang
mengakibatkan penurunan konsentrasi HCO3 plasma dan pH darah. Adanya akalosis
respitarorik merupakan tanda prognostik yang buruk karena mortalitas meningkat
sebanding dengan proporsi beratnya hipokapnia.
Alkalosis respiratori, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan
akibat hiperventilasi. Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukan ion H
menurun.
B. Patofisiologi
Dalam beberapa kasus, alkalosis respiratorik diinduksi oleh proses yang melibatkan
hiperventilasi. Ini termasuk penyebab sentral, penyebab hipoksemik, penyebab paru, dan
penyebab iatrogenik. Sumber sentral adalah cedera kepala, stroke, hipertiroidisme,
kecemasan-hiperventilasi, nyeri, ketakutan, stres, obat-obatan, obat-obatan seperti salisilat,
dan berbagai racun. Stimulasi hipoksia menyebabkan hiperventilasi dalam upaya untuk
memperbaiki hipoksia dengan mengorbankan hilangnya CO2. Penyebab paru termasuk
emboli paru, pneumotoraks, pneumonia, dan asma akut atau eksaserbasi PPOK. Penyebab
iatrogenik terutama disebabkan oleh hiperventilasi pada pasien yang diintubasi dengan
ventilasi mekanik.
Alkalosis respiratprik dapat merupakan proses akut atau proses kronis, ditentukan
berdasarkan tingkat kompensasi metabolik untuk penyakit pernapasan. Kelebihan kadar
HCO3 disangga untuk menurunkan kadar dan mempertahankan pH fisiologis melalui
penurunan sekresi H ginjal dan peningkatan sekresi HCO3. Namun, proses metabolisme ini
terjadi selama berhari-hari sedangkan penyakit pernapasan dapat menyesuaikan kadar CO2
dalam hitungan menit hingga jam. Oleh karena itu, alkalosis respiratorik akut dikaitkan dengan
kadar bikarbonat yang tinggi karena belum ada cukup waktu untuk menurunkan kadar HCO3
dan alkalosis pernapasan kronis dikaitkan dengan kadar HCO3 yang rendah hingga normal.
C. Gejala klinis
Alkalosis respiratorik dapat bersifat akut atau kronis. Gejala dan tanda
tergantung pada tingkat dan derajat penurunan PCO2. Alkalosis respiratorik akut
menyebabkan pusing, kebingungan, parestesia perifer dan keliling, kram, dan sinkop.
Mekanisme yang terjadi sebagai akibat perubahan aliran darah dan pH otak. Takipnea
atau hiperpnea sering merupakan satu-satunya tanda, spasme karpopedal dapat terjadi
pada kasus yang parah karena penurunan kadar kalsium terionisasi dalam darah
(didorong ke dalam sel dengan pertukaran ion hidrogen [H +]).
Bentuk kronis tidak menunjukkan gejala. Tanda-tandanya meliputi hiperpnea
atau takipnea dan kejang otot. Diagnosis klinis dengan ABG dan pengukuran elektrolit
serum. Pengobatan diarahkan pada penyebabnya.
Untuk mendiagnosis alkalosis respiratorik dan kompensasi ginjal yang tepat
(lihat Gangguan Asam-Basa: Diagnosis) membutuhkan pengukuran ABG dan serum
elektrolit. Hipofosfatemia minor dan hipokalemia akibat pergeseran intraseluler dan
penurunan kalsium terionisasi (Ca ++) karena peningkatan pengikatan protein dapat
terjadi.

D. Tatalaksana
Pada sindrom hiperventilasi, dapat digunakan ventilator dengan frekuensi yang
dikurangi dan menambah ruang rugi. Pada sindrom hiperventilasi-gelisah pendekatan
terapi aktif yang memberikan ketenangan, sedasi, dan terutama psikoterapi sangat
bermanfaat. Bila alkalemia disebabkan hipokapnia berat dan persisten, pemberian
sedasi dibutuhkan. Obat-obatan hanya terbatas pada pengobatan hiperventilasi
simtomatik. β-blocker bermanfaat untuk menghilangkan simtom simpatis tetapi tidak
boleh digunakan bila ada sangkaan sama. Benzodiazepin mengurangi keluhan
subjektif, tetapi efek jangka panjang belum dapat dibuktikan dan kemungkinan adiktif
membatasi penggunaan jangka lama. Monoamine oxidase inhibitor seperti antidepresan
trisiklik, dapat diberikan pada pasien dengan ansietas panik dan simtom autonom
multipel. klomipramin dan imipramin dapat membantu menormalkan PaCO2 pada
penderita yang panik.
DAFTAR PUSTAKA
Rebecca, et al. 2015. A Quick Reference on Respiratory Alkalosis. Department of Surgical
Sciences, University of Wisconsin Madison: USA

Você também pode gostar