Você está na página 1de 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu di antara tiga komponen
demografi yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Dua komponen
demografi lainnya adalah fertilitas (kelahiran) dan migrasi. Informasi tentang
kematian penting, tidak saja bagi pemerintah melainkan juga bagi pihak swasta,
yang terutama berkecimpung dalam bidang ekonomi dan kesehatan.
Data kematian sangat diperlukan antara lain untuk proyeksi penduduk guna
perencanaan pembangunan.Misalnya, perencanaan fasilitas perumahan, fasilitas
pendidikan, dan jasa-jasa lainnya untuk kepentingan masyarakat.Data kematian
juga diperlukan untuk kepentingan evaluasi terhadap program-program
kebijaksanaan penduduk. Konsep mati perlu diketahui guna mendapatkan data
kematian yang benar.Dengan kemajuan ilmu kedokteran, kadang-kadang sulit
untuk membedakan keadaan mati dan keadaan hidup secara klinik.Apabila
pengertian mati tidak dikonsepkan, dikhawatirkan bisa terjadi perbedaan
penafsiran antara berbagai orang tentang kapan seseorang dikatakan mati.
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia (kompas 2006).
Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak
sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat di kembangkan
dalam meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut, masalah
kesehatan anak diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan
bangsa (kompas 2006). Dalam menentukan derajat kesehatan di Indonesia,
terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan antara lain angka kematian
bayi, angka kesakitan bayi, status gizi, dan angka harapan hidup waktu lahir.
Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat
kesehatan anak (WHO, 2002) karena merupakan cerminan dari status kesehatan
anak saat ini. Angka kematian bayi dan balita di Indonesia adalah tertinggi di
negara ASEAN. Departemen Kesehatan (Depkes) mengungkapkan rata-rata per
tahun terdapat 401 bayi baru lahir di Indonesia meninggal dunia sebelum umurnya
genap 1 tahun. Data bersumber dari survei terakhir pemerintah, yaitu dari Survei

1
Demografi Kesehatan Indonesia 2007 (SDKI). Selaras dengan target pencapaian
Millenium Development Goals (MDGs), Depkes telah mematok target penurunan
AKB di Indonesia dari rata-rata 36 meninggal per 1.000 kelahiran hidup menjadi
23 per 1.000 kelahiran hidup pada 2015. Berdasarkan SDKI telah terjadi
penurunan AKB secara signifikan selama 4 tahun survei dari 66 per 100 kelahiran
hidup pada tahun 1994 menjadi 39 per 100 kelahiran hidup pada tahun 2007.
Provinsi Jawa Barat tercatat sebagai daerah paling tinggi angka kematian bayi dan
balita setelah NTT (Nusa Tenggara Timur) dan Papua. Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, angka kematian ibu (AKI) melonjak drastis
359 per 100.000 kelahiran hidup. Sebelumnya, AKI dapat ditekan dari 390 per
100.000 kelahiran hidup (1991) menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI
2007). Selain AKI, angka kematian bayi (AKB) juga masih tinggi, 32 per 1.000
kelahiran hidup. Angka itu hanya turun sedikit dari AKB SDKI 2007 yang 34 per
1.000 kelahiran hidup. Hasil pengumpulan data profil kesehatan oleh Dinas
Kesehatan Kab/Kota di sulawesi selatan tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah
kematian bayi mengalami peningkatan menjadi 868 bayi atau 5.90 per 1000
kelahiran hidup dibandingkan 2010 yang hanya 824 kasus Sementara, untuk
angka kematian ibu pada 2011 tercatat 116 kasus. Jumlah kematian balita yang
dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Kab/Kota di Sulawesi selatan pada tahun 2012
sebanyak 25 bayi setiap 1000 kelahiran hiduup.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari mortalitas penduduk ?
2. Apa saja faktor penyebab terjadinya mortalitas penduduk ?
3. Dari mana saja sumber data kematian diperoleh ?
4. Apa indikator mortalitas?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Tujuan umum
1. Mengetahui Mortalitas
b. Tujuan khusus
1. Mengetahui pengertian mortalitas penduduk.

2
2. Mengetahui faktor penyebab terjadinya mortalitas penduduk. .
3. Mengetahui sumber data kematian.
4. Mengetahui dan memberikan contoh indikator morbiditas dan
mortalitas.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Menurut PBB dan WHO, kematian adalah hilangnya semua tanda-tanda
kehidupan secara permanen yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.
Still birth dan keguguran tidak termasuk dalam pengertian kematian. Perubahan
jumlah kematian (naik turunnya) di tiap daerah tidaklah sama, tergantung pada
berbagai macam faktor keadaan. Besar kecilnya tingkat kematian ini dapat
merupakan petunjuk atau indikator bagi tingkat kesehatan dan tingkat kehidupan
penduduk di suatu wilayah.
Ukuran kematian merupakan angka atau indeks, yang di pakai sebagai dasar
untuk menentukan tinggi rendahnya tingkat kematian suatu penduduk.Ada
berbagai macam ukuran kematian, mulai dari yang paling sederhana sampai yang
cukup kompleks.Namun demikian perlu di catat bahwa keadaan kematian suatu
penduduk tidaklah dapat diwakili oleh hanya suatu angka tunggal saja.Biasanya
berbagai macam ukuran kematian di pakai sekaligus guna mencerminkan keadaan
kematian penduduk secara keseluruhan.
Konsep-konsep lain yang terkait dengan pengertian mortalitas adalah:
1. Neo-natal death adalah kematian yang terjadi pada bayi yang belum
berumur satu bulan.
2. Lahir mati (still birth) atau yang sering disebut kematian janin (fetal death)
adalah kematian sebelum dikeluarkannya secara lengkap bayi dari ibunya
pada saat dilahurkan tanpa melihat lamanya dalam kandungan.
3. Post neo-natal adalah kematian anak yang berumur antara satu bulan
sampai dengan kurang dari satu tahun.
4. Infant death (kematian bayi) adalah kematian anak sebelum mencapai
umur satu tahun.

2.2 Faktor Penyebab


Angka kematian bayi dan balita di Indonesia adalah tertinggi di negara
ASEAN. Tiap tahun 12,9 juta anak meninggal, 28% kematian di sebabkan karna

4
pneumania, 23% karena penyakit diare, dan 16% karena penyakit tidak
memperoleh vaksinasi. Penyebab angka kesakitan dan kematian anak terbanyak
saat ini masih diakibatkan oleh pneumonia dan diarre. Pencegahan sederhana dan
dapat di peroleh seperti vaksin, antibiotik, terapi rehidrasi oral, kontrasepsi, dapat
mencegah 25-90% kematian karena penyebab spesifik. Secara keseluruhan 65%
kematian anak bisa di cegah dengan biaya murah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian dibagi menjadi dua yaitu:
a. Faktor langsung (faktor dari dalam)
 Umur,
 Jenis kelamin,
 Penyakit,
 Kecelakaan, kekerasan, bunuh diri.
b. Faktor tidak langsung (faktor dari luar)
 Tekanan, baik psikis maupun fisik,
 Kedudukan dalam perkawinan,
 Kedudukan sosial-ekonomi,
 Tingkat pendidikan,
 Pekerjaan,
 Beban anak yang dilahirkan,
 Tempat tinggal dan lingkungan,
 Tingkat pencemaran lingkungan,
 Fasilitas kesehatan dan kemampuan mencegah penyakit,
 Politik dan bencana alam.

2.3 Sumber Data Mortalitas


Cara mengetahui sumber data kematian dapat diperoleh dari berbagai macam
sumber, antara lain :
a. Sistem registrasi vital Apabila sistem ini bekerja dengan baik merupakan
sumber data kematian yang ideal. Di sini, kejadian kematian dilaporkan
dan dicatat segera setelah peristiwa kematian tersebut terjadi. Di
Indonesia, belum ada sistem registrasi vital yang bersifat nasional, yang
ada hanya sistem registrasi vital yang bersifat bersifat lokal, dan inipun

5
tidak sepenuhnya meliputi semua kejadian kematian pada kota-kota itu
sendiri. Dengan demikian di Indonesia tidak mungkin memperoleh data
kematian yang baik dari sistem registrasi vital.
b. Sensus atau survei penduduk sensus atau survei penduduk merupakan
kegiatan sesaat yang bertujuan untuk mengumpulkan data penduduk,
termasuk pula data kematian. Berbeda dengan sistem registrasi vital, pada
sensus atau survei kejadian kematian dicacat setelah sekian lama peristiwa
kejadian itu terjadi.
Data ini diperoleh melalui sensus atau survei dapat digolongkan menjadi dua
bagian:
a. Bentuk langsung (Direct Mortality Data) Data kematian bentuk langsung
diperoleh dengan menanyakan kepada responden tentang ada tidaknya
kematian selama kurun waktu tertentu.Apabila ada tidaknya kematian
tersebut dibatasi selama satu tahun terakhir menjelang waktu sensus atau
survei dilakukan, data kematian yang diperoleh dikenal sebagai ‘Current
mortality Data’.
b. Bentuk tidak langsung (Indirect Mortalilty Data) Data kematian bentuk
tidak langsung diperoleh melalui pertanyaan tentang ‘Survivorship’
golongan penduduk tertentu misalnya anak, ibu, ayah dan
sebagainya.Dalam kenyataan data ini mempunyai kualitas lebih baik
dibandingkan dengan data bentuk langsung. Oleh sebab itu data kematian
yang sering dipakai di Indonesia adalah data kematian bentuk tidak
langsung dan biasanya yaitu data ‘Survivorship’ anak. Selain sumber data
di atas, data kematian untuk penduduk golongan tertentu di suatu tempat,
kemungkinan dapat diperoleh dari rumah sakit, dinas pemakaman, kantor
polisi lalu lintas dan sebagainya.

2.4 Indikator Angka Kematian


a. Crude Death Rate (CDR)
Tingkat kematian kasar atau CDR adalah jumlah kematian penduduk
tiap 1000 orang dalam waktu setahun.
𝑫
Rumus: CDR= 𝑷 x 1.000

6
Keterangan :
D : Jumlah seluruh kematian
P : Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
1.000 : Bilangan konstanta
Tingkat kematian ini dapat digolongkan dalam kriteria sebagai berikut:
 Tingkat kematian
 18 Tinggi
 14-18 Sedang
 9-13 Rendah

b. Age Spesific Death Rate (ASDR)


Tingkat kematian menurut kelompok umur tertentu atau ASDR adalah
banyaknya kematian yang terjadi pada penduduk dalam kelompok umur
tertentu per 1000 penduduk.
𝑫𝒊
Rumus: ASDR= 𝑷𝒊 x 1000

Keterangan:
Di : Banyaknya kematian dalam kelompok umur tertentu selama
setahun
Pi : Banyaknya penduduk dalam kelompok umur tertentu yang
sama pada pertengahan tahun.
1.000 : bilangan konstanta

c. Infant Mortality Rate ( IMR)


Tingkat kematian bayi adalah banyaknya kematian bayi (sebelum
umur satu tahun) yang terjadi pada kelahiran per 1000 bayi. Merupakan
cara pengukuran yang dipergunakan khusus untuk menentukan tingkat
kematian bayi. IMR biasanya dijadikan indikator dalam pengukuran
kesejahteraan penduduk.
𝑫𝒃
Rumus: IMR= 𝑷𝒃 x 1.000

Keterangan :
Db : Jumlah kematian bayi sebelum umur satu tahun
Pb : Jumlah kelahiran hidup dalam waktu yang sama

7
1000 : Bilangan Konstanta
Kriteria penggolongan tingkat kematian bayi:
 Tingkat kematian bayi
 125 Sangat Tinggi
 75-125 Tinggi
 35-75 Sedang
 <35 Rendah

Bila tingkat kelahiran kasar sama dengan tingkat kematian kasar akan
tercapai pertambahan penduduk sebesar 0 % atau zero population growth. Yang
berarti keadaan kependudukan di daerah tersebut tercapai sebuah keseimbangan.
 Statistik Vital
PBB memperkirakan Fertilitas, Mortalitas, Perubahan Alam, Tingkat
kesuburan total dan angka kematian Bayi .

Tinggak Alam
Kematian
Periode kelahiran per perubahan per CBR1 CDR1 NC1 TFR1 AKB1
per tahun
tahun tahun

1950-
3 347 000 1 933 000 1 414 000 42.7 24.7 18.0 5.49 191.9
1955

1955-
3 897 000 1 888 000 2 009 000 44.8 21.7 23.1 5.67 163.8
1960

1960-
4 280 000 1 820 000 2 461 000 43.7 18.6 25.1 5.62 139.3
1965

1965-
4 628 000 1 768 000 2 860 000 41.6 15.9 25.7 5.57 117.4
1970

1970-
4 842 000 1 691 000 3 151 000 38.4 13.4 25.0 5.30 98.9
1975

1975-
4 985 000 1 630 000 3 356 000 35.0 11.4 23.6 4.73 83.2
1980

1980- 5 065 000 1 590 000 3 475 000 31.8 10.0 21.8 4.11 69.8

8
1985

1985-
4 853 000 1 555 000 3 298 000 27.5 8.8 18.7 3.40 58.5
1990

1990-
4 702 000 1 547 000 3 155 000 24.5 8.1 16.4 2.90 49.1
1995

1995-
4 518 000 1 564 000 2 954 000 21.9 7.6 14.3 2.55 41.1
2000

2000-
4 638 000 1 620 000 3 018 000 21.0 7.4 13.7 2.38 34.5
2005

2005-
4 464 000 1 692 000 2 772 000 19.1 7.2 11.9 2.19 28.8
2010
1
CBR = angka kelahiran kasar (per 1000), CDR = angka kematian kasar (per 1000), NC =
perubahan alam (per 1000), TFR = tingkat kesuburan total (jumlah anak per perempuan); IMR =
angka kematian bayi per 1000 kelahiran

2.5 Mortalitas Pada Penyakit HIV/AIDS


Merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human
Immunodefisiency Virus yang menyerang system kekebalan tubuh . infeksi
tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga
sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.
Estimasi dan proyeksi jumlah orang dengan HIV/AIDS pada umur ≥15 tahun
di Indonesia pada tahun 2016 adalah sebanyak 785.821 orang dengan jumlah
infeksi baru sebanyak 90.915 orang dan kematian sebanyak 40.349 orang
(Estimasi dan Proyeksi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 2011-2016, Kemenkes RI).
a. Jumlah Kasus HIV Positif dan AIDS
Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan
sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat
diketahui melalui layanan konseling dan tes HIV baik secara sukarela
(Konseling dan Tes Sukarela/KTS) maupun atas dasar Tes atas Inisiatif
Pemberi layanan kesehatan dan Konseling (TIPK). Sedangkan prevalensi

9
HIV pada suatu populasi tertentu dapat diketahui melalui metode sero
survey, dan Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP).
Jumlah kasus baru HIV positif dan AIDS yang dilaporkan sampai
dengan tahun 2016 disajikan pada Gambar 6.6

GAMBAR 6.6
JUMLAH KASUS HIV POSITIF DAN AIDS YANG DILAPORKAN DI
INDONESIA SAMPAI TAHUN 2016

Jumlah kasus baru HIV positif yang dilaporkan dari tahun ke tahun
cenderung tahun 2016 dilaporkan sebanyak 41.250 kasus. Sedangkan
jumlah kasus AIDS terlihat adanya kecenderungan peningkatan penemuan
kasus baru sampai tahun 2013 yang kemudian cenderung menurun pada
tahun-tahun berikutnya. Penurunan tersebut diperkirakan terjadi karena
jumlah pelaporan kasus AIDS dari daerah masih rendah. Pada tahun 2016
kasus AIDS yang dilaporkan sedikit meningkat dibandingkan tahun 2015
yaitu sebanyak 7.491. Secara kumulatif, kasus AIDS sampai dengan tahun
2016 sebesar 86.780 kasus.
Menurut jenis kelamin, persentase kasus baru HIV positif dan AIDS
tahun 2016 pada laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan seperti
digambarkan di bawah ini.
GAMBAR 6.7

10
PROPORSI KASUS BARU HIV POSITIF DAN AIDS MENURUT JENIS
KELAMIN DI INDONESIA
TAHUN 2016

Penderita HIV positif pada laki-laki sebesar 63,3% dan pada


perempuan sebesar 36,7%. Sedangkan penderita AIDS pada laki-laki
sebesar 67,9% dan pada perempuan sebesar 31,5% . Menurut kelompok
umur, persentase kasus baru HIV positif dan AIDS tahun 2016 seperti
digambarkan di bawah ini.
PERSENTASE KASUS BARU HIV POSITIF DAN AIDS MENURUT
KELOMPOK UMUR
TAHUN 2016

11
Penemuan Kasus HIV dan AIDS pada usia di bawah 4 tahun
menandakan masih ada penularan HIV dari ibu ke anak yang diharapkan
akan terus menurun di tahun selanjutnya sebagai upaya mencapai tujuan
nasional dan global dalam rangka triple elimination (eliminasi HIV,
hepatitis B, dan sifilis) pada bayi. Proporsi terbesar kasus HIV dan AIDS
masih pada penduduk usia produktif (15-49 tahun), dimana kemungkinan
penularan terjadi pada usia remaja.
HIV dapat ditularkan melalui hubungan seks, tranfusi darah,
penggunaan jarum suntik bergantian dan penularan dari ibu ke anak
(perinatal). Berikut ini disajikan persentase kasus HIV positif dan AIDS
menurut faktor risiko penularan yang dilaporkan pada tahun 2016.
PERSENTASE KASUS HIV POSITIF DAN AIDS MENURUT FAKTOR
RISIKO DI INDONESIA TAHUN 2016

Pada gambar di atas terlihat bahwa pada kasus yang dilaporkan tahun
2016, proporsi kasus HIV AIDS terbesar terjadi pada heteroseksual diikuti
oleh homoseksual. Sedangkan kasus AIDS pada perinatal sebesar 3,8%.
Sedangkan proporsi pengguna narkoba suntikan (penasun) sebesar 1,9%
kasus HIV positif dan 2,6% kasus AIDS.
Distribusi kasus AIDS menurut jenis pekerjaan terbanyak pada tenaga
non profesional (karyawan) (22,9%), wiraswasta (15,5%) dan ibu rumah
tangga (14,8%).
JUMLAH KASUS AIDS MENURUT PEKERJAAN DI INDONESIA
TAHUN 2016

12
Pada tahun 2016 AIDS dilaporkan bersamaan dengan penyakit
penyerta terbanyak adalah kandidiasis (280 kasus), tuberkulosis (194
kasus) dan diare (173 kasus).
b. Angka Kematian Akibat AIDS
Angka kematian atau Care Fatality Rate (CFR) akibat AIDS dari tahun ke
tahun cenderung menurun seperti yang terlihat pada gambar 6.11.
GAMBAR 6.11
ANGKA KEMATIAN AKIBAT AIDS YANG DILAPORKAN
TAHUN 2004-2015

13
c. Layanan Konseling dan Tes HIV Sukarela
Layanan Tes dan Konseling HIV (TKHIV), adalah suatu layanan
untuk mengetahui adanya infeksi HIV di tubuh seseorang. Konseling dan
tes HIV merupakan pintu masuk utama pada layanan perawatan, dukungan
dan pengobatan HIV.
Proses TKHIV dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu:
 Tes HIV atas inisiatif pemberi layanan kesehatan dan konseling
(TIPK) yaitu tes HIV yang dianjurkan atau ditawarkan oleh petugas
kesehatan kepada pasien pengguna layanan kesehatan sebagai
komponen standar layanan kesehatan di fasilitas tersebut.
 Konseling dan tes HIV Sukarela (KTS) yaitu layanan tes HIV secara
pasif. Pada layanan tersebut klien datang sendiri untuk meminta
dilakukan tes HIV atas berbagai alasan baik ke fasilitas kesehatan atau
layanan tes HIV berbasis komunitas.
Selama tahun 2016 terdapat 3.771 layanan tes dan konseling HIV
yang aktif melaporkan data layanannya. Dari layanan tersebut didapatkan
jumlah klien berkunjung sebanyak 1.545.285 orang. Sebanyak 98,1 %
atau 1.515.725 orang menjalani tes HIV dan 2,7% (41.250 orang)
mendapatkan hasil positif HIV. Data selengkapnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini

14
15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kematian adalah hilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen
yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Still birth dan keguguran
tidak termasuk dalam pengertian kematian. Perubahan jumlah kematian (naik
turunnya) di tiap daerah tidaklah sama, tergantung pada berbagai factor keadaan.
Besar kecilnya tingkat kematian ini dapat merupakan petunjuk atau indikator bagi
tingkat kesehatan dan tingkat kehidupan penduduk di suatu wilayah.

3.2 Saran
a. Untuk Pemerintah
Hendaknya menyediakan akses pelayanan kesehatan yang memadai,
efektif, dan terjangkau.
b. Untuk Tenaga Kesehatan
Hendaknya memberikan pelayanan kesehatan yang kompeten dan
profesional.
c. Untuk Masyarakat
Sadar akan masalah kesehatan yang dapat membahayakan jiwa.

16
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta: Kementria
Kesehatan Republik Indonesia
Badan Pusat Statistik, 2003. Survai Demografi Dan Kesehatan Indonesia 2002-
2003. Kerjasama antara BPS, BKKBN, Depkes, dan ORC Macro,
Calverton, Maryland USA, December 2003.Barclay, G.W. 1970. Techni
Palmore, J.A. 1971. Measuring Mortality : a self teaching guide to elementary
measures, papers of the East – west population Institute No. 15. Honolulu,
Hoques
Sembiring, DR.RK. : Demographic Fakultas Pasca Sarjana IKIP( Jakarta), 1985.f
population Analysis

17

Você também pode gostar