Você está na página 1de 20

Nama Peserta: Airiza Aszelea Athira

Nama Wahana: PKM Senen

Topik: Hordeolum

Tanggal Kasus: 27 November 2018


Nama Pasien: Tn. M No. RM : 00623xx

Tempat Presentasi: PKM Senen

Obyektif Presentasi:

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Lansia Bumil


Dewasa
Deskripsi: Laki-laki

Tujuan: Melakukan diagnosis, menatalaksana, serta mencegah terjadinya komplikasi

Bahan bahasan: Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit

1
Diskusi Presentasi dan Email Pos
Cara membahas:
diskusi
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis:

Hordeolum Interna

Diagnosis Banding

Calazhion
2. Riwayat Pengobatan:

Belum diberikan pengobatan sebelumnya

3. Riwayat Kesehatan/Penyakit:

Pasien datang ke Puskesmas Kecamatan Senen dengan keluhan ada benjolan di kelopak mata kiri bawah bagian dalam kurang lebih sejak tiga
hari yang lalu. Awalnya berupa benjolan kecil seperti jerawat yang terasa nyeri bila ditekan dan gatal, kemudian semakin lama semakin
membesar sehingga kelopak mata kiri bawah merah dan bengkak. Benjolan terasa lunak. Sekarang benjolan tidak terasa nyeri namun pasien
merasa mengganjal di bagian kelopak mata kiri bawah. Pasien juga mengaku jarang membersihkan muka sehabis melakukan aktifitas.
Kebiasaan seperti penggunaan alat kosmetik seperti maskara disangkal oleh pasien. Riwayat trauma sebelumnya disangkal serta riwayat pada
keluarga mempunyai penyakit yang sama juga disangkal oleh pasien. Keluar kotoran, mata merah, mata berair dan penglihatan kabur disangkal
oleh pasien. Pasien tidak mengalami demam.

2
4. Riwayat Penyakit Dahulu:

Disangkal

5. Riwayat Keluarga dan Lingkungan:

Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit serupa.

6. Riwayat Sosial/Kebiasaan:

Keluarga pasien cukup menjaga kebersihan

7. Lain-lain: -

3
DAFTAR PUSTAKA

1. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. 1996. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
2. American Academy of Ophthalmology. 2008. Classification and Management of Eyelid Disorders. In Orbit, Eyelids, and Lacrimal System.
Singapore: Lifelong Education Ophthalmologist. pp 165-167.
3. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. 2000. Palpebra dan Aparatus Lakrimalis. Dalam Oftamologi umum. Edisi 14. Jakarta : Widya Medika. Hal
81-82
4. Ilyas,Sidharta. 2005. Kelopak Mata. Dalam Penuntun Ilmu Penyakit Mata. 3rd edisi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, hlm : 58-60
5. Ehranheus, Michael P. Hordeolum. Diakses dari: http://www.emedicine.com pada tanggal 10 Desember 2018.

4
5
1. Subjektif

Pasien datang ke Puskesmas Kecamatan Senen dengan keluhan ada benjolan di kelopak mata kiri bawah bagian dalam kurang lebih sejak
tiga hari yang lalu. Awalnya berupa benjolan kecil seperti jerawat yang terasa nyeri bila ditekan dan gatal, kemudian semakin lama semakin
membesar sehingga kelopak mata kiri bawah merah dan bengkak. Benjolan terasa lunak. Sekarang benjolan tidak terasa nyeri namun pasien
merasa mengganjal di bagian kelopak mata kiri bawah. Pasien juga mengaku jarang membersihkan muka sehabis melakukan aktifitas.
Kebiasaan seperti penggunaan alat kosmetik seperti maskara disangkal oleh pasien. Riwayat trauma sebelumnya disangkal serta riwayat pada
keluarga mempunyai penyakit yang sama juga disangkal oleh pasien. Keluar kotoran, mata merah, mata berair dan penglihatan kabur
disangkal oleh pasien. Pasien tidak mengalami demam.

2. Objektif

Keadaan umum : Tampak sakit ringan


Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
 Tekanan darah: 120/80

 Nadi : 84 x/menit

 Suhu : 36,5 oC

 Pernafasan : 20 x/menit

Status Generalis
1. Kepala : Normocephali
2. Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-

3. Telinga : Normotia

4. Hidung

Bagian luar : Tidak terdapat deformitas


Septum : Tidak terdapat deviasi
Mukosa hidung : Tidak hiperemis, konka nasalis eutrofi
Cavum nasi : Tidak ada perdarahan

5. Mulut dan Tenggorok

Bibir : normal, tidak pucat, tidak sianosis


Gigi-geligi : hygiene baik
Mukosa mulut : normal, tidak hiperemis
Lidah : normoglosia, tidak tremor, tidak kotor
Tonsil : ukuran T1/T1, tenang, tidak hiperemis
Faring : tidak hiperemis, arcus faring simetris, uvula di tengah

6. Leher

Bendungan vena : tidak ada bendungan vena


Kelenjar tiroid : tidak membesar, mengikuti gerakan, simetris
Trakea : ditengah

7. Kelenjar Getah Bening

Leher : tidak terdapat pembesaran di KGB leher


Aksila : tidak terdapat pembesaran di KGB aksila
Inguinal : tidak terdapat pembesaran di KGB inguinal
8. Thorax

Paru-paru
 Inspeksi : simetris, tidak ada hemithorax yang tertinggal pada saat statis dan dinamis

 Palpasi : gerak simetris vocal fremitus sama kuat pada kedua hemithorax

 Perkusi : sonor pada kedua hemithorax, batas paru-hepar pada sela iga VI pada linea midklavikularis dextra, dengan peranjakan 2
jari pemeriksa, batas paru-lambung pada sela iga ke VIII pada linea axilatis anterior sinistra.

 Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak terdengar ronkhi maupun wheezing pada kedua lapang paru

Jantung
 Inspeksi : tidak tampak pulsasi ictus cordis

 Palpasi : terdapat pulsasi ictus cordis pada ICS V, di linea midklavikularis sinistra

 Perkusi :

Batas jantung kanan : ICS III - V , linea sternalis dextra


Batas jantung kiri : ICS V , 2-3 cm dari linea midklavikularis sinistra
Batas atas jantung : ICS III linea sternalis sinistra
 Auskultasi : bunyi jantung I, II regular, tidak terdengar murmur maupun gallop

9. Abdomen

Inspeksi : abdomen simetris, datar, tidak terdapat jaringan parut, striae dan kelainan kulit, tidak terdpat pelebaran vena
Palpasi : teraba supel, hepar dan lien tidak teraba, tidak ada nyeri tekan, maupun nyeri lepas, pada pemeriksaan ballottement didapatkan
hasil negative
Perkusi : timpani pada keempat kuadran abdomen, tidak ada nyeri ketok CVA, ballotment (-)
Auskultasi : bising usus positif 2x/menit, intensitas sedang

10. Ekstremitas

Tidak tampak deformitas

Akral hangat pada keempat ekstremitas

Tidak terdapat oedema pada keempat ekstremitas

Status Oftalmikus
INSPEKSI

Visus OD OS
5/5 E 5/5 E
Gerakan bola mata

Posisi Hirschberg Ortoforia


Lapangan pandang Dalam batas normal Dalam batas normal
Super cilia Madarosis (-) Madarosis (-)
Sikatrik (-) Sikatrik (-)
Palpebra Massa (-), Edema (-), Massa (-), Edema (-),
Superior sikatriks (-), hiperemis (-), sikatriks (-), hiperemis (-),
hematom (-), pus (-), nyeri hematom (-), pus (-), nyeri
tekan (-), tidak ptosis, tidak tekan (-), tidak ptosis, tidak
ada entropion dan ekstropion. ada entropion dan
ekstropion.

Massa (-), Edema (-), Massa (+) konsistensi


Inferior sikatriks (-), hiperemis (-), kenyal, Edema (+), hiperemis
hematom (-), pus (-), nyeri (+), sikatriks (-), hematom
tekan (-), tidak ptosis, tidak (-), pus (-), nyeri tekan (-),
ada entropion dan ekstropion. tidak ptosis, tidak ada
entropion dan ekstropion.

Konjungtiva Tarsal Hiperemis (-), papil (-), Hiperemis (-), papil (-),
Superior edema (-) edema (-)
Inferior Hiperemis (-), papil (-), Hiperemis (+), papil (-),
edema (-) edema (-)
Konjungtiva Bulbi injeksi konjungtiva (-), injeksi konjungtiva (-),
injeksi siliar (-), perdarahan injeksi siliar (-), perdarahan
(-) (-)
Kornea Bulat, isokor, jernih, berada Bulat, isokor, jernih, berada
di sentral, refleks cahaya (+), di sentral, refleks cahaya (+),
diameter 3mm diameter 3mm
Bilik Mata Depan Dalam, jernih Dalam, jernih

Pupil Bentuk bulat, sentral, reguler Bentuk bulat, sentral, reguler


Refleks cahaya langsung / Refleks cahaya langsung /
tidak langsung (+) / (+) tidak langsung (+) / (+)
Diameter 3mm Diameter 3mm
Iris Kripti (+) Kripti (+)
Sinekia anterior dan posterior Sinekia anterior dan posterior
(-) / (-) (-) / (-)

Lensa Jernih Jernih


Vitreus Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi
Fundus Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi

I. DIAGNOSIS KERJA

Hordeolum Internum OS

II. DIAGNOSIS BANDING


Chalazion

III. PENATALAKSANAAN

Non-medikamentosa:
1. Kompres hangat 4-6 kali selama 15 menit setiap kalinya untuk membantu drainase.
2. Jaga kebersihan mata dengan membersihkan kelopak mata dengan air bersih
3. Jangan menusuk atau menekan hordeolum karena dapat memperparah infeksi

Medikamentosa:
Topikal :
 Chloramphenicol tetes mata 3 kali/hari

IV. PROGNOSIS

Ad vitam : Ad bonam

Ad sanationam : Dubia ad bonam

Ad fungsionam : Dubia Ad bonam

3. Assessment
1. Definisi

Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom yang terkena, timbul pembengkakan besar yang
disebut hordeolum interna. Sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss atau Moll. 6

2. Klasifikasi

Dikenal 2 bentuk hordeolum, yaitu hordeolum internum dan eksternum. Penjelasannya adalah sebagai berikut : 1
a) Hordeolum eksternum
Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll dengan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak.
Pada hordeolum eksternum, nanah dapat keluar dari pangkal rambut. Tonjolannya ke arah kulit, ikut dengan pergerakkan kulit
dan mengalami supurasi, memecah sendiri ke arah kulit (Gbr.2).

Gambar 2. Hordeolum Eksternum

b) Hordeolum internum
Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus dengan penonjolan terutama ke daerah
kulit konjungtiva tarsal. Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibandingkan hordeolum eksternum. Pada
hordeolum internum, benjolan menonjol ke arah konjungtiva dan tidak ikut bergerak dengan pergerakan kulit, serta jarang
mengalami supurasi dan tidak memecah sendiri (Gbr.3).

Gambar 3. Hordeolum Internum

Terdapat 2 fase pada hordeolum yaitu :


- Fase inflitratif : pada fase ini terdapat gejala khas itu terdapat nyeri dan tanda-tanda peradangan
- Fase supuratif : pada fase ini peradangan sudah reda dan tidak terdapat rasa nyeri. Pada tahap ini perlu dilakukan insisi dan
kuretase

3. Epidemiologi

Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling
sering ditemukan pada praktek kedokteran. insidensi tidak tergantung pada ras dan jenis kelamin.
4. Etiologi

Staphylococcus aureus adalah agen infeksi pada 90-95% kasus hordeolum. 4

5. Faktor resiko

Faktor resiko hordeolum adalah sebagai berikut : 5


a. Penyakit kronik.
b. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.
c. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis.
d. Diabetes.
e. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia.
f. Riwayat hordeolum sebelumnya.
g. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih.

6. Patogenesis

Patogenesis terjadinya hordeolum eksterna diawali dengan pembentukan nanah dalam lumen kelenjar oleh infeksi
Staphylococcus aureus. Biasanya mengenai kelenjar Zeis dan Moll. Selanjutnya terjadi pengecilan lumen dan statis hasil sekresi
kelenjar. Statis ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus. Terjadi pembentukan nanah dalam lumen kelenjar.
Secara histologis akan tampak gambaran abses, dengan ditemukannya PMN dan debris nekrotik. Hordeolum interna terjadi akibat
adanya infeksi sekunder kelenjar Meibom di lempeng tarsal.

7. Manifestasi klinis
a. Gejala 3,4
1) Pembengkakan.
2) Rasa nyeri pada kelopak mata.
3) Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata.

4) Penglihatan terganggu

5) Rasa tidak nyaman saat berkedip

6) Sekret purulen di mata

7) Iritasi pada mata

8) Sensitivitas terhadap cahaya

b. Tanda 1
1) Eritema.
2) Edema.
3) Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata.
4) Seperti gambaran absces kecil.

9. Diagnosis
Diagnosis hordeolum ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan oftalmologis.
10. Diagnosis banding
Diagnosis banding hordeolum adalah : 1
1) Kalazion.
2) Dakriosistitis.
3) Selulitis preseptal.

11. Penatalaksanaan
a. Preventif:
- Jaga kebersihan mata dan membiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh mata
- Jangan menyetuh mata yang sehat setelah menyentuh mata yang sakit
- Tidak memakai kosmetik pada mata yang sakit
- Hindari penggunaan kontak lensa selama mata belum sembuh
- Menggunakan sapu tangan atau tissue bersih untuk memegang mata yang sakit
- Menggunakan kacamata pelindung jika bepergian atau saat mengendarai motor

b.Promotif:
- Memberikan edukasi bahwa penyakit ini kebanyakan disebabkan oleh infeksi dan penyakit gampang menular dan bagaimana
cara pencegahannya

c. Kuratif :

Biasanya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari.


 Farmakologi
Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak ada perbaikan dan bila proses peradangan menyebar
ke sekitar daerah hordeolum.4
1) Antibiotik topikal
Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-10 hari. 4 Dapat juga diberikan eritromisin salep
mata untuk kasus hordeolum eksterna dan hordeolum interna yang ringan

2) Antibiotik sistemik
Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda pembesaran kelenjar limfe di preauricular. 4 Pada kasus
hordeolum internum dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat diberikan cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per
oral 4 kali sehari selama 7 hari. Bila alergi penisilin atau cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300 mg oral 4 kali
sehari selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari.

 Pembedahan
Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase
pada hordeolum.
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi
dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi :
1) Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada margo palpebra.
2) Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan meradang di dalam kantongnya dan
kemudian diberikan salep antibiotik.
Gambar 4. Insisi hordeolum

 Non Medikamentosa
Kompres hangat 3 - 4 kali sehari selama 10 - 15 menit tiap kalinya untuk membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.
Jangan mencoba memecahkan hordeolum, biarkan pecah sendiri. Bersihkan kelopak mata dengan air bersih
d. Rehabilitatif :

Pasien kontrol kembali 1 minggu lagi untuk melihat efek pengobatan dan untuk dilakukan insisi dan kuretase

12. Komplikasi
Komplikasi hordeolum adalah mata kering, simblefaron, abses, atau selulitis palpebra yang merupakan radang jaringan ikat
jarang palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.
13. Pencegahan
Pencegahan hordeolum dapat dilakukan dengan cara berikut :
a. Menjaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh wajah agar hordeolum tidak mudah
berulang.
b. Mengusap kelopak mata dengan lembut menggunakan washlap hangat untuk membersihkan ekskresi kelenjar lemak.
c. Menjaga kebersihan peralatan make-up mata agar tidak terkontaminasi oleh kuman.
d. Menggunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah berdebu.

14. Prognosis
Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan
daerah mata tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang sesuai

Você também pode gostar