Você está na página 1de 14

AKUNTANSI PERHOTELAN

“Bisnis Pariwisata”

NAMA KELOMPOK 2:

 Kadek Ayu Asia Wati (05)


 Ni Kadek Novi Agustina (29)
 Ni Komang Yeni Kumbarsini (37)
 Ni Luh Ayu Susmita (40)

Universitas Mahasaraswati

2018
1.1. KONSEP DASAR PARIWISATA

Pariwisata adalah kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta


menghidupkan berbagai bidang usaha. Pada bab ini dipaparkan konsep dan definisi pariwisata
yang menjadi acuan pada pembahasan di bab-bab berikutnya. Beberapa istilah kepariwisataan
dijabarkan supaya Anda menjadi terbiasa. Tujuan perjalanan juga akan dikupas pada bab ini dan
pada akhir bab, perbedaan wisatawan vakansi dan wisatawan bisnis akan dijelaskan berikut
dengan ciri-ciri yang membedakannya.

Konsep dan definisi tentang pariwisata, wisatawan serta klasifikasinya perlu ditetapkan
dikarenakan sifatnya yang dinamis.Dalam kepariwisataan, menurut Leiper dalam Cooper et.al
(1998:5) terdapat tiga elemen utama yang menjadikan kegiatan tersebut bisa terjadi.

Kegiatan wisata terdiri atas beberapa komponen utama. Yaitu:

1. Wisatawan
la adalah aktor dalam kegiatan wisata.Berwisata menjadi sebuah pengalaman manusia
untuk menikmati, mengantisipasi dan mengingatkan masa-masa di dalam kehidupan.
2. Elemen geografi
Pergerakan wisatawan berlangsung pada tiga area geografi, seperti berikut ini:
a. Daerah Asal Wisatawan (DAW)
Daerah tempat asal wisatawan berada, tempat ketika is melakukan aktivitias
keseharian, seperti bekerja, belajar, tidur dan kebutuhan dasar lain. Rutinitas itu
sebagai pendorong untuk memotivasi seseorang berwisata. Dari DAW, seseorang
dapat mencari informasi tentang obyek dan days tarik wisata yang diminati,
membuat pemesanan dan berangkat menuju daerah tujuan.
b. Daerah Transit (DT)
Tidak seluruh wisatawan harus berhenti di daerah itu. Namun, seluruh wisatawan
pasti akan melalui daerah tersebut sehingga peranan DT pun penting. Seringkali
terjadi, perjalanan wisata berakhir di daerah transit, bukan di daerah tujuan. Hal
inilah yang membuat negara-negara seperti Singapura dan Hong Kong berupaya
menjadikan daerahnya multifungsi, yakni sebagai Daerah Transit dan Daerah
Tujuan Wista.
c. Daerah Tujuan Wisata (DTW)
Daerah ini sering dikatakan sebagai sharp end (ujungjtombak) pariwisata. Di
DTW ini dampak pariwisata sangat dirasakan settingga dibutuhkan perencanaan
dan strategi manajemen yang tepat. Untuk menarik wisatawan, DTW merupakan
pemacu keseluruhan sistem pariwisata dan menciptakan permintaan untuk
perjalanan dari DAW. DTW juga merupakan raison d’etre atau alasan utama
perkembangan pariwisata yang menawarkan hal-hal yang berbeda dengan
rutinitas wisatawan.
3. Industri Pariwisata
Elemen ketiga dalam sistem pariwisata adalah industri pariwisata. Industri yang
menyediakan jasa, daya tarik, dan sarana wisata. Industri yang merupakan unit-unit usaha
atau bisnis di dalam kepariwisataan dan tersebar di ketiga area geografi tersebut.Sebagai
contoh, biro perjalanan wisata bisa ditemukan di daerah asal wisatawan, Penerbangan
bisa ditemukan baik di daerah asal wisatawan maupun di daerah transit, dan akomodasi
bisa ditemukan di daerah tujuan wisata.

Pariwisata merupakan kegiatan yang dapat dipahami dari banyak pendekatan. Dalam Undang-
undang RI nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan dijelaskan bahwa:

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tank wisata yang dikunjungi, dalam jangka waktu sementara.
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta
layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan pemerintah.
4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat
multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujudkebutuhan setiap orang dan
negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan,
Pemerintah, Pemerintah Daerah dan pengusaha.
5. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan
kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.
6. Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan
usaha pariwisata.
7. Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka
menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam
penyelenggaraan pariwisata.

Menurut WTO (1999:5) yang dimaksud dengan pariwisata adalah:

a. Tourism – activities of persons traveling to and staying in places outside their usual
environment for not more than one consecutive year for leisure, business and other
purposes;
Pariwisata dapat diartikan sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan
tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan kesehariannya. Perjalanan wisata ini
berlangsung dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun secara berturut-turut untuk
tujuan bersenang-senang, bisnis dan lainnya.
b. Visitor – any person traveling to a place other than that of his/her usual environ-ment for
less than 12 consecutive months and whose main purpose of travel is not to work for pay
in the place visited;
Dapat diartikan pengunjung adalah siapa pun yang melakukan perjalanan ke daerah lain
di luar dari lingkungan kesehariannya dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan
berturut-turut dan tujuan perjalanan tidak untuk mencari nafkah di daerah tersebut.
c. Tourist – overnight visitor, visitor staying at least one night In a collective or private
accommodation in the place visited;
Wisatawan merupakan pengunjung yang menginap atau pengunjung yang tinggal di
daerah tujuan setidaknya satu malam di akomodasi umum ataupun pribadi.
d. Same day visitor – excursionists,visitor who does not spend the night in a collective or
private accommodation in the place visited;
Pengunjung harian adalah ekskurionis, pengunjung yang tidak bermalam di akomodasi
umum atau pribadi di daerah tujuan.
1.2. JENIS PARIWISATA DAN USAHA PARIWISATA

Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan mengklasifikasikan


Usaha pariwisata yakni terdiri dari :Daya Tarik Wisata. Merupakan segala sesuatu yang
mempunyai keunikan, kemudahan, dan nilai yang berwujud keanekaragaman, kekayaan alam,
budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan para wisatawan.

1. Kawasan Pariwisata. Merupakan usaha yang kegiatannya membangun atau mengelola


kawasan dengan luas wilayah tertentu untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
2. Jasa Transportasi Wisata. Yakni merupakan usaha khusus yang menyediakan angkutan
untuk kebutuhan dan kegiatan pariwisata.
3. Jasa Perjalanan Wisata. Merupakan usaha biro perjalanan wisata dan usaha agen
perjalanan wisata. Usaha biro perjalanan wisata meliputi usaha penyediaan jasa
perencanaan perjalanan atau jasa pelayanan dan penyelenggaraan pariwisata, Usaha agen
perjalanan wisata meliputi usaha jasa pemesanan sarana, seperti pemesanan tiket dan
pemesanan akomodasi serta pengurusan dokumen perjalanan.
4. Jasa Makanan dan Minuman. Merupakan usaha jasa penyediaan makanan dan minuman
yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan dapat
berupa restoran, kafe, rumah makan, dan bar/kedai minum.
5. Penyediaan Akomodasi. Merupakan usaha yang menyediakan pelayanan penginapan
yang dapat dilengkapi dengan pelayanan pariwisata lainnya. Usaha penyediaan
akomodasi dapat berupa hotel, vila, pondok wisata, bumi perkemahan, persinggahan
karavan, dan akomodasi lainnya yang digunakan untuk tujuan pariwisata.
6. Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi. Merupakan usaha yang ruang lingkup
kegiatannya berupa usaha seni pertunjukan, arena permainan, karaoke, bioskop, serta
kegiatan hiburan dan rekreasi lainnya yang bertujuan untuk pariwisata.
7. Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif, koneferensi, dan Pameran. Merupakan
usaha yang memberikan jasa bagi suatu pertemuan sekelompok orang, menyelenggarakan
perjalanan bagi karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan atas prestasinya, serta
menyelenggarakan pameran dalam rangka menyebarluaskan informasi dan promosi suatu
barang dan jasa yang berskala nasional, regional, dan internasional.
8. Jasa Informasi Pariwisata. Merupakan usaha yang menyediakan data, berita, feature, foto,
video, dan hasil penelitian mengenai kepariwisataan yang disebarkan dalam bentuk bahan
cetak atau elektronik.
9. Jasa Konsultan Pariwisata. Merupakan usaha yang menyediakan sarana dan rekomendasi
mengenai studi kelayakan, perencanaan, pengelolaan usaha, penelitian, dan pemasaran di
bidang kepariwisataan.
10. Jasa Pramuwisata. Merupakan usaha yang menyediakan atau mengkoordinasikan tenaga
pemandu wisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dan kebutuhan biro perjalanan
wisata.
11. Wisata Tirta. Merupakan usaha yang menyelenggarakan wisata dan olahraga air,
termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara
komersial di perairan laut, pantai, sungai, danau, dan waduk.
12. Spa. Usaha perawatan yang memberikan layanan dengan metode kombinasi terapi air,
terapi aroma, pijat, rempah – rempah dan olah aktivitas fisik dengan tujuan
menyeimbangkan jiwa dan raga dengan tetap memperhatikan tradisi dan budaya bangsa
Indonesia.

Beberapa contoh jenis usaha pariwisata antara lain:

1. Agen Perjalanan, Biro Perjalanan dan Tour Operator (Usaha Jasa Perjalanan) : Kegiatan
Biro Perjalanan lebih luas lagi dibandingkan dengan Biro Perjalanan.
2. Pemanduan Wisata : Usaha ini ada yang telah dimasukkan ke dalam kegiatan Biro
Perjalanan. Namun terdapat pula yang berdiri sendiri. Misalnya, di sebuah objek wisata
terdapat para pemandu yang tidak terkait dengan Biro Perjalanan. Mereka merupakan
pemandu resmi yang tergabung dalam suatu perkumpulan tertentu.
3. Pelayanan Informasi Wisata :Pelayanan informasi wisata dapat dilakukan baik oleh
pemerintah maupun pihak swasta. Kegiatan ini dilakukan oleh pemerintah maka hal
tersebut bukan merupakan usaha komersial, melainkan kegiatan untuk memberikan
kemudahan pelayanan kepada para wisatawan.
4. Pelayanan Pertemuan dan Konferensi :Pelayanan dan pertemuan ini lebih memfokuskan
kegiatannya pada penyediaan fasilitas pertemuan, seminar-seminar, konferensi dan lain-
lain daik dari penyelenggaraannya maupun penyediaan tempat beserta perlengkapannya.
Usaha ini juga kadang menyediakan jasa Master of Ceremony (MC).
5. Usaha Jasa Boga: Restoran, bar dan ketering merupakan usaha yang berdiri sendiri
maupun usaha yang menyatu dengan hotel.
6. Usaha Transportasi : Usaha transportasi meliputi transportasi darat, laut dan udara.
Perusahaan transportasi udara meliputi maskapai penerbangan, transportasi darat meliputi
pelayanan bus, kereta, perusahaan taksi dan transportasi laut meliputi pelayanan umum
dan pelayanan wisata.
7. Usaha Jasa Akomodasi : Usaha akomodasi memberikan pelayanan kepada tamu yang
menginginkan penyewaan penginapan (tempat tinggal) baik dalam jangka waktu pendek
maupun agak lama. Berbagai macam jenis akomodasi seperti: hotel, motel, apartemen,
guest house, hostel, wisma, cottage, bungalow dan lain sebagainya.
8. Usaha Jasa Pencucian (Laundry and Dry Cleaning) : Usaha pencucian memberikan
pelayanan kepada para tamu yang ingin mencucikan pakaiannya baik dicuci biasa
maupun kering/minyak.
9. Usaha Jasa Pemijatan (Message) : Message bukan hal baru di hotel. Para tamu dapat
memperoleh pelayanan pemijatan baik ditempat/ruang pemijatan maupun di kamar.
Bermacam-macam mulai dari pijat biasa, refleksi maupun pijat untuk olahraga dan
kecantikan.
10. Usaha Jasa Penitipan Anak (Baby Sitting) : Para wisatawan yang repot dengan keluarga
sementara waktu mereka terbatas dapat memanfaatkan tempat ini. Untuk layanan ini,
hotel biasanya tidak menyediakan karyawan permanen tetapi daily worker atau casual.

1.3. MOTIVASI MELAKUKAN PERJALANAN PARIWISATA

Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal. Dari
berbagai motivasi yang mendorong perjalanan, McIntosh (1977) dan Murphy (1985)
mengatakan bahwa motivasi dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yaitu
sebagai berikut:

1. Physical or physiological motivation


motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis, antara lain untuk relaksasi, kesehatan,
kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olah raga, bersantai dan sebagainya.
2. Cultural motivation
motivasi budaya, yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi dan kesenian
daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek tinggalan budaya
(banggunan bersejarah).
3. Social motivation atau interpersonal motivation
motivasi yang bersifat sosial, seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra
kerja, melakukan hal yang dianggap mendatangkan gengsi (nilai prestise), melakukan
ziarah, pelarian dari situasi-situasi yang membosankan dan sebagainya.
4. Fantasy motivation
motivasi karena fantasi, yaitu adanya fantasi bahwa di daerah lain seseorang kan bisa
lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan, dan ego-enhancement yang
memberikan kepuasan psikologis. Disebut juga sebagai status and prestige motivation.

Menurut sumber lain, motivasi seseorang melakukan perjalanan wisata juga dapat dibagi menjadi
7, antara lain:

1. Interpersonal motivations, yaitu untuk hiburan, petualangan, santai, kebahagiaan dan


relaksasi
2. Physical motivations, yaitu untuk olahraga dan kesehatan
3. Cultural motivations, yaitu untuk tujuan kebudayaan, tradisi, adat dan kekayaan bangsa
4. Business, social and politics motivations, adalah untuk kepentingan bisnis, sosial atau
politik
5. Religious motivations, adalah bertujuan untuk mengasah spiritual dan keagamaan
6. Family motivations adalah untuk kepentingan keluarga

Motivasi perjalanan seseorang dipengaruhi oleh faktor internal wisatawan itu sendiri
dan faktor eksternal. Secara intrinsik, motivasi terbentuk karena adanya kebutuhan dan/atau
keinginan manusia itu sendiri, sesuai dengan teori hirarki kebutuhan Maslow. Kebutuhan
tersebut dimulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan
prestise dan kebutuhan akan aktualisasi diri.
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang terbentuknya dipengaruhi oleh faktor-faktor
eksternal, seperti norma sosial, pengaruh atau tekanan keluarga dan situasi kerja yang
terinternalisasi dan kemudian berkembang menjadi kebutuhan psikologis. Motivasi
wisatawan untuk melepaskn diri sejenak dari kegiatan rutin berfungsi untuk melepaskan diri
sejenak dari kegiatan rutinuntuk mengembalikan harmoni di masyarakat, sehingga pariwisata
dapat dipandang sebagai salah satu bentuk terapi sosial.

1.4. PEMASARAN PARIWISATA

Proses pemasaran pariwisata dilakukan dengan aktivitas analisis, baik pada sisi permintaan
(pangsa pasar) maupun pada sisi penawaran (produk) pariwisatanya (Sunaryo, dalam Fandeli
1995).

1. Analisis Permintaan/Pasar Pariwisata


Permintaan wisata tidak menggambarkan sekelompok homogency orang-orang yang
sedang berusaha bepergian setelah terdorong oleh motivasi tertentu. Perbedaan struktur
permintaan wisata ini tidak mengikuti suatu pola sistematis yang didasarkan pada
kebangsaan, tempat kediaman, jabatan, susunan keluarga/tingkat social, atau tingkat
umur dan jenis kelamin.
2. Analisis Penawaran/Produk Pariwisata
Penawaran pariwisatan adalah mencakup tujuan pariwisata yang ditawarkan kepada
wisatawan yang nyata maupun yang potensial. Baik atraksi wisata alamiah maupun
buatan manusia, jasa-jasa maupun barang yang akan menarik wisatawan untuk
menunjunginya.

Strategi pemasaran pariwisata di suatu daerah sering menggunakan promosi dan publikasi dalam
mengenalkan objek wisatanya. Publikasi dan promosi bertujuan untuk memberitaukan kepada
orang banyak atau kelompok tertentu bahwa terdapat suatu produk yang akan dijual. Promosi
dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Promosi langsung dapat dilakukan
melalui :

 Peragaan/display misalnya rumah ada, pakaian tradisional dan gambar-gambar


 Barang cetakan yang disebarkan ke pasar seperti brosur, pamphlet dan lainnya.
 Pameran khusus berupa benda-benda kebudayaan, pertunjukan kesenian dan sebagainya.
 Pemberian rabata selama jangka waktu tertentu biasanya diberikan pada waktu promosi.

Promosi tidak langsung dapat dilakukan melalui :

 Pemberian informasi melalui barang cetakan


 Publikasi dalam majalah
 Kunjungan pada perusahaan-perusahaan penyalur
 Pertemuan dengan perusahaan penyalur untuk memberikan informasi
 Penyelenggaraan temu karya (workshop)

1.5. ASPEK DAN DAMPAK PEMBANGUNAN PARIWISATA

Dampak Pariwisata terhadap Perekonomian

Dampak Positifnya

1. Membuka lapangan kerja bagi penduduk lokal di bidang pariwisata seperti : tour guide,
waiter, bell boy, dan lain-lain.
2. Dibangunnya fasilitas dan infrastruktur yang lebih baik demi kenyamanan para
wisatawan yang juga secara langsung dan tidak langsung bisa dipergunakan oleh
penduduk lokal pula. Seperti : tempat rekreasi, mall, dan lain-lain.
3. Mendapatkan devisa (national balance payment) melalui pertukaran mata uang asing
(foreign exchange).
4. Mendorong seseorang untuk berwiraswasta / wirausaha, contoh : pedagang kerajinan,
penyewaan papan selancar, pemasok bahan makanan dan bunga ke hotel,dan lain-lain.
5. Meningkatkan pendapatan masyarakat dan juga pendapatan pemerintah.

Dampak negatifnya

1. Bahaya ketergantungan yang sangat mendalam terhadap pariwisata.


2. Meningkatkan inflasi dan harga jual tanah menjadi mahal.
3. Meningkatkan impor barang dari luar negri, terutama alat-alat teknologi modern yang
digunakan untuk memberikan pelayanan bermutu pada wisatawan dan juga biaya-biaya
pemeliharaan fasilitas-fasilitas yang ada.

Dampak Pariwisata terhadap Llingkungan

Dampak pariwisata terhadap lingkungan fisik merupakan dampak yang mudah


diidentifikasi karena nyata. Pariwisata memberikan keuntungan dan kerugian, sebagai berikut :

1. Air

Air mendapatkan polusi dari pembuangan limbah cair (detergen pencucian linen hotel)
dan limbah padat(sisa makanan tamu). Limbah-limbah itu mencemari laut, danau dan sungai. Air
juga mendapatkan polusidari buangan bahan bakar minyak alat transportasi air seperti dari kapal
pesiar.Akibat dari pembuangan limbah, maka lingkungan terkontaminasi, kesehatan masyarakat
terganggu, perubahan dan kerusakan vegetasi air, nilai estetika perairan berkurang (seperti warna
laut berubah dari warnabiru menjadi warna hitam) dan badan air beracun sehingga makanan laut
(seafood) menjadi berbahaya.Wisatawan menjadi tidak dapat mandi dan berenang karena air di
laut, danau dan sungai tercemar.Masyarakat dan wisatawan saling menjaga kebersihan
perairan.Guna mengurangi polusi air, alat transportasi air yang digunakan, yakni angkutan yang
ramah lingkungan, seperti : perahu dayung, kayak, dan kano.

2. Pantai dan pulau

Pantai dan pulau menjadi pilihan destinasi wisata bagi wisatawan. Namun, pantai dan
pulau sering menjaditempat yang mendapatkan dampak negatif dari pariwisata. Pembangunan
fasilitas wisata di pantai dan pulau, pendirian prasarana (jalan, listrik, air), pembangunan
infrastruktur (bandara, pelabuhan) mempengaruhi kapasitas pantai dan pulau.Lingkungan tepian
pantai rusak (contoh pembabatan hutan bakau untuk pendirian akomodasi tepi pantai),kerusakan
karang laut, hilangnya peruntukan lahan pantai tradisional dan erosi pantai menjadi
beberapaakibat pembangunan pariwisata.Preservasi dan konservasi pantai dan laut menjadi
pilihan untuk memperpanjang usia pantai dan laut. Pencanangan taman laut dan kawasan
konservasi menjadi pilihan. Wisatawan juga ditawarkan kegiatan ekowisata yang bersifat ramah
lingkungan. Beberapa pengelola pulau (contoh pengelola Taman NasionalKepulauan Seribu)
menawarkan paket perjalanan yang ramah lingkungan yang menawarkan aktivitas menanam
lamun dan menanam bakau di laut.

3. Pegunungan dan area liar

Wisatawan asal daerah bermusim panas memilih berwisata ke pegunungan untuk berganti
suasana. Aktivitas di pegunungan berpotensi merusak gunung dan area liarnya. Pembukaan jalur
pendakian, pendirian hotel di kaki bukit, pembangunan gondola (cable car), dan pembangunan
fasilitas lainnya merupakanbeberapa contoh pembangunan yang berpotensi merusak gunung dan
area liar. Akibatnya terjadi tanahlongsor, erosi tanah, menipisnya vegetasi pegunungan (yang
bisa menjadi paru-paru masyarakat) ,potensi polusi visual dan banjir yang berlebihan karena
gunung tidak mampu menyerap air hujan. Reboisasi (penanaman kembali pepohonan di
pegunungan) dan peremajaan pegunungan dilakukan sebagai upaya pencegahan kerusakan
pegunungan dan area liar.

4. Situs sejarah, budaya, dan keagamaan

Penggunaan yang berlebihan untuk kunjungan wisata menyebabkan situs sejarah, budaya
dan keagamaanmudah rusak. Kepadatan di daerah wisata, alterasi fungsi awal situs,
komersialisasi daerah wisasta menjadi beberapa contoh dampak negatif kegiatan wisata terhadap
lingkungan fisik. Situs keagamaan didatangi oleh banyak wisatawan sehingga mengganggu
fungsi utama sebagai tempat ibadah yang suci. Situs budaya digunakan secara komersial
sehingga dieksploitasi secara berlebihan (contoh Candi menampung jumlah wisatawan yang
melebihi kapasitas). Kapasitas daya tampung situs sejarah, budaya dan keagamaan dpat
diperkirakan dan dikendalikan melalui manajemen pengunjung sebagai upaya mengurangi
kerusakan pada situs sejarah, budaya dan keagamaan. Upaya konservasi dan preservasi serta
renovasi dapat dilakukan untuk memperpanjang usia situs-situs tersebut.

Dampak Pariwisata terhadap Kebudayaan

Dampak positif dari pengembangan pariwisata meliputi;

1. memperluas lapangan kerja


2. bertambahnya kesempatan berusaha
3. meningkatkan pendapatan
4. terpeliharanya kebudayaan setempat
5. dikenalnya kebudayaan setempat oleh wisatawan.

Sedangkan dampak negatifnya dari pariwisata tersebut akan menyebabkan;

1. terjadinya tekanan tambahan penduduk akibat pendatang baru dari luar daerah
2. timbulnya komersialisasi
3. berkembangnya pola hidup konsumtif
4. terganggunya lingkungan
5. semakin terbatasnya lahan pertanian
6. pencernaan budaya
7. terdesaknya masyarakat setempat

Dampak Pariwisata dari Aspek Sosial

Dalam perubahan yang diakibatkan oleh Pariwisata Secara teoritis, Cohen (1984)
mengelompokkan dampak Pariwisata terhadap sosial budaya ke dalam sepuluh kelompok besar,
yaitu:

a. dampak terhadap keterkaitan dan keterlibatan antara masyarakat setempat dengan


masyarakat yang lebih luas, termasuk tingkat otonomi atau ketergantungannya;
b. dampak terhadap hubungan interpersonal antara anggota masyarakat;
c. dampak terhadap dasar-dasar organisasi/kelembagaan sosial;
d. dampak terhadap migrasi dari dan ke daerah pariwisata;
e. dampak terhadap ritme kehidupan sosial masyarakat;
f. dampak terhadap pola pembagian kerja;
g. dampak terhadap stratifikasi dan mobilitas sosial;
h. dampak terhadap distribusi pengaruh dan kekuasaan;
i. dampak terhadap meningkatnya penyimpangan-penyimpangan sosial; dan
j. dampak terhadap bidang kesenian dan adat istiadat.
Dampak pariwisata dalam bidang politik

Dampak positif pariwisata dalam bidang politik

 Terjalinnya hubungan baik dengan negara-negara lain.


 Saling berkunjung dan saling mengenal antar penduduk sehingga dapat memper erat
kesatuan dan persatuan
 Lebih banyak mengenal keindaha dan kekayaan tanah air , melalui kunjungan wisata
sehingga memunculkan keinginan untuk memelihara, menjaga dan rasa cinta terhadap
tanah air
 Pemerintah mendapat defisa tambahan non migas
 Adanya pemberlakuan kebijakanbebas visa terhadap Negara tertentu, untuk menarik
wisatawan untuk berkunjung

Dampak negatif pariwisata dalam bidang politik

 Kebijakan dari pemerintah sangat mempengaruhi kondisi pariwisata , seperti kenaikan


bbm, kenaikan pajak usaha pariwisata . dan lain lain
 Banyak terjadi kasus kkn pada pemerintahan di tempat daerah wisata itu .
 Adanya ketimpangan pembangunan fasilitas umum antara desa dan kota(daerah wisata)
 Adanya perebutan kekuasaan

Você também pode gostar