Você está na página 1de 13

Canopy7 (1) (2018)

Canopy: Journal of Architecture


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/Canopy

PUSAT REHABILITASI DAN PENCEGAHAN NARKOBA DENGAN


PENDEKATAN DESAIN ARSITEKTUR HUMANIS

Bagus Iqbal Adining Pratama

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Indonesia


Info Artikel Abstrak

Permasalahan narkotika pada saat ini memang menjadi satu hal yang cukup sulit
Sejarah Artikel: Diterima
dihentikan, Peredaran narkotika tersebut ditujukan ke kota-kota besar di Indonesia seperti,
Disetujui Dipublikasikan Jakarta, Yogyakarta, Riau, dan Bandung hal tersebut bertujuan karena kota-kota tersebut
dapat dijadikan pasar yang berpotensi bagi para pengedar narkoba. Salah satu daerah besar di
Indonesia yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2016 ini tercatat oleh Badan
Keywords:
Narkotika Nasional sebesar 2,8 persen dari total penduduk sekitar 3,6 juta jiwa yang
Yogyakarta, Drug
didominasi oleh para pelajar dan mahasiswa. Sehingga dengan terus meningkatnya pengguna
Prevention, Rehabilitation narkoba tersebut dibutuhkan wadah untuk menangani para pengguna tersebut sehingga tidak
Center, Humanism terbelenggu dengan kecanduan narkotika. Dengan adanya tempat untuk menangani dan
Architecture mencegah narkotika tersebut dapat menjadikan Daerah Istimewa Yogayakarta bersih dari
narkoba dan menjadikan masyarakatnya sehat fisik maupun mental. Perencanaan dan
perancangan pusat rehabilitasi dan pencegahan narkoba memiliki tujuan untuk mewujudkan
sebuah tempat yang nyaman dan layak bagi pencadu narkoba menjalani rehabilitasi dengan
perlakuan yang sama seperti pada manusia pada umunya.
Metode yang digunakan dalam perencanaan dan perancangan pusat rehabilitasi
narkoba ini menggunakan metode, (1) Observasi lapangan, (2) Wawancara pelaku kegiatan
dan, (3) Studi literatur. Kemudian, metode rehabilitasi yang digunakan ialah Therapuetic
Community. Therapeutic Community ini merupakan sebuah metode terapi melalui sebuah
komunitas yang melakukan berbagai hal kreatif untuk mengurangi bahkan menghilangkan
dari kecanduan narkoba.
Desain pusat rehabilitasi menekankan dimana harus memanusiakan rehabilitan
seperti manusis normal, sehingga untuk menerapkan konsep tersebut pusat rehabilitasi ini
nantinya akan menggunakan konsep ruang arsitektur humanis dan healing environment,
dengan kedua konsep tersebut dapat memadukan lingkungan dan manusia sehingga dapat
menghasilkan desain pusat rehabilitasi dan pencegahan narkoba, sesuai dengan tujuan awal
yaitu mewujudkan sebuah tempat yang layak dan nyaman untuk penyembuhan para
rehabilitan.

© 2018 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-679X
Gedung E3 Lantai 2 FT Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229

1
PENDAHULUAN pada Jumat tanggal 27 Januari 2017 kemarin,
Permasalahan tentang narkoba, diberitakan oleh Liputan 6 bahwa, sebanyak 16 warga
psikotoprika, zat aditif, dan minuman keras seiiring binaan atau tahanan Lembaga Permasyarakatan
pertumbuhan zaman masih merupakan salah satu (Lapas) Klas IIA Wirogunan digerebek Satuan
masalah besar yang belum bisa dituntaskan secara Reserse Narkotika Polresta Yogyakarta saat
efektif. Meski kasus narkoba tidak mengalami menggelar pesta sabu di dalam sel.
kenaikan yang signifikan, tetapi pada tiap tahunnya Daerah Istimewa Yogyakarta yang tahun
mengalami kenaikan secara bertahap, dengan ribuan 2016-2017 ini menduduki peringkat pertama dalam
kasus narkoba yang ada masih sangat hal kasus penggunaan narkoba paling banyak
memprihatinkan. Pemerintah Indonesia dalam didominasi oleh kalangan pelajar dan mahasiswa.
mencegah kasus narkoba telah menetapkan Undang- Berdasarkan survey BNN dan Universitas Indonesia
Undang Nomor 35 Tahun 2009 yang mengatur mencapai 2.6 persen dari total penduduk sekitar 3,6
tentang narkoba dan sejenisnya, selain itu diatur juga jiwa, dari riset yang digelar pada akhir tahun 2017 itu.
dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Hal tersebut terjadi karena bertambah banyak para
Tahun 2013 yang mengatur tentang fasilitas pelajar pendatang kurang mendapat perhatian orang
pencegahan penyalahgunaan narkoba. tua dan merupakan golongan orang mampu untuk
Kasus narkoba yang telah tercatat di pusat membeli barang narkoba tersebut. Domisili para
data Badan Narkoba Nasional (BNN) bahwa, pelajar dan mahasiswa khusus daerah DIY yang
pecandu narkoba dan miras mengalami peningkatan mengguna narkoba terbanyak di Kabupaten Sleman,
secara signifikan pada tiap tahunnya. Hal ini yang terdapat beberapa kampus besar, seperti UGM,
dibuktikan dengan data Badan Narkoba Nasional . UNY, UII.
KASUS PENYALAHGUNAAN NARKOBA Saat ini pemerintah telah melakukan
Indikator INDONESIA
berbagai cara untuk menangani pecandu narkoba,
2011 2012 2013 2014 2015 2016
salah satunya dengan membuat balai rehabilitasi para
Jumlah 19.1 19.0 21.2 23.1 28.5 40.8
Pengguna 28 81 69 34 88 97 pecandu narkoba. Balai tersebut berfungsi sebagai
Tingkat 0% - 11,4 12,0 23,5 30.0 alat untuk memberikan rehabilitasi bagi para pecandu
Kenaikan 0.25 7% 9% 8% 9% sehingga tidak terbelenggu lagi dengan
%
ketergantungan oleh narkoba dan obat-obatan
Tabel 1.1 Tabel Kasus Penyalahgunaan Narkoba Indonesia
(Sumber: Data BNN Nasional) terlarang. Di Yogyakarta sudah terdapat beberapa

Berdasarkan data tabel tersebut mengalami balai rehabilitasi yang dapat mengani kasus narkoba,

kenaikan pada tahun 2012-2016, yaitu dari -0,25% tetapi hanya sebagian yang dapat dikatakan nyaman

sampai dengan 30.09%. Sehingga terdapat kenaikan dan layak untuk bisa menangani para pencandu.

yang cukup signifikan ditahun 2016. Posisi Pusat Rehabilitasi dan Pencegahan Narkoba

Yogyakarta berada di atas kota besar lainnya seperti di Yogyakarta, direncanakan akan menjadi sebuah

Jakarta, Riau, Surabaya dan Bandung. Di kota tempat yang nyaman dan layak untuk menjadi pusat

Yogyakarta, sepanjang tahun 2017 pada bulan pencegahan, penanganan, dan rehabilitasi bagi para

Januari-Agustus terdapat 297 kasus penyalahgunaan pecandu narkoba di Yogyakarta, tidak hanya

narkoba yang terjadi di Yogyakarta. Selain berfungsi sebagai pusat rehabilitasi tetapi juga

meningkatnya kasus peredaran narkoba tersebut, sebagai tempat untuk menyalurkan kreatifitas para
pengguna narkoba sehingga kedepannya tidak lagi

2
tergiur dan kembali lagi menggunakan narkoba. secara sistematis sesuai ilmu arsitektur untuk
Pemilihan tempat untuk rancangan pusat rehabilitasi memperoleh pemecahan yang sesuai dengan
dan pencegahan ini berada di Yogyakarta yang perencanaan dan perancangan “Pusat Rehabilitasi
mencakup keseluruhan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Pencegahan Narkoba di Yogyakarta dengan
(DIY), pusat rehabilitasi ini lebih tepatnya akan Pendekatan Arsitektur Humanis".
direncanakan di Kabupaten Sleman, karena pada
kabupaten Sleman terdapat banyak kampus besar ALUR PIKIR
yang merupakan sumber dari pengguna narkoba pada
kalangan pelajar, serta dapat memenuhi persyaratan
tempat rehabilitasi menurut KEPMENKES
No.996/MENKES/SK/VIII/2002, pusat rehabilitasi
membutuhkan daerah yang tenang, nyaman, dan
sehat, oleh karena itu kabupaten Sleman merupakan
tempat yang berpotensi tinggi dalam rancangan pusat
rehabilitasi dan pencegahan narkoba ini.
Rancangan desain Pusat Rehabilitasi dan
Pencegahan Narkoba akan menggunakan pendekatan
desain Arsitektur Humanis dimana konsep ini akan
diterapkan terutama pada konsep keruangan dalam
bangunan rehabilitasi ini. Penggunaan pendekatan
desain Arsitektur Humanis bertujuan untuk membuat
suatu ruang dan bangunan yang memenuhi kebutuhan
bagi penghuni di dalamnya yang dalam perancangan
ini ialah sebuah pusat rehabilitasi yang di dalam
menangani, menyembuhkan dan membina para
TINJAUAN PENDEKATAN KONSEP
pengguna narkoba menjadi sehat mental dan fisik
ARSITEKTUR
kembali. Selain itu konsep arsitektur humanis ini Dalam tinjauan ini merupakan dasar acuan
akan didukung oleh konsep Healing Enviroment yang pendekatan konsep arsitektur yang berpengaruh
prinsip-prinsipnya akan diterapkan dalam penataan terhadap desain Pusat Rehabilitasi Narkoba.
ruang dalam dan lingkungan pusat rehabilitasi. Menurut topik dari program perencanaan dan
perancangan yaitu tentang Pusat Rehabilitasi
METODE PEMBAHASAN Narkoba, maka penulis dapat mengambil penekanan
Metode studi yang dipergunakan dalam konsep Arsitektur Humanis dengan dengan
Penyusunan Landasan Program Perencanaan dan mengedepankan fungsi, kenyamanan, dan kelayakan
Perancangan Arsitektur (LP3A) adalah metode pengguna Pusat Rehabilitasi Narkoba tersebut.
diskriptif, analitis, serta dokumentatif. Metode
tersebut dilakukan dengan cara menguraikan semua
data baik data literatur, wawancara, maupun data
lapangan dan permasalahan, kemudian dianalisis

3
KONSEP RANCANGAN
Data Tapak

Gambar 1.2 Kondisi Sekitar Tapak


(Sumber: Analisa Penulis)

Gambar 1.1 Tapak Terpilih


Analisa kontekstual site :
(Sumber: Analisa Penulis)
a. Aksesibilitas
Tapak terpilih berada di kecamatan
Ngaglik, Jl. Palagan Tentara Pelajar, Desa Sariharjo,
Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta 55581 dimana kecamatan
tersebut masuk kedalam peraturan untuk peruntukan
wilayah fasilitas kesehatan. Luas dari tapak tersebut
ialah 33.642 m2, koefisien yang diperuntukkan
untuk tapak ini ialah 70% bangunan dan 30 % lahan
Gambar 1.3 Analisa Aksesibilitas
terbuka hijau. Batasan-batasan tapak, (Sumber: Analisa Penulis)
Utara : Persawahan
Selatan : Persawahan dan Perumahan
Timur : Persawahan
Barat : Jalan Palagan Tentara Pelajar
dan Perumahan
GSB : Minimal 10 M dari bahu jalan
KLB : Maksimal 5 Lantai
Koefisien Dasar Bangunan
Gambar 1.4 Respon Aksesibilitas
70% Bangunan Masif/Parkir (Sumber: Analisa Penulis)

30 % Lahan Terbuka/Hijau Pelebaran jalan ke dalam tapak pada bagian depan


tapak untuk mempermudah akses utama pengunjung
pada depan tapak. Sedangakan akses jalan samping
tapak digunakan untuk akses pengelola dan servis.

4
Penambahan buffer penahan bising pada bagian
depan dan samping tapak yang merupakan sumber
b. Klimatologis kebisingan utama.

d. Lingkungan

Gambar 1.5 Analisa Klimatologis


(Sumber: Analisa Penulis)

Gambar 1.9 Analisa Lingkungan


(Sumber: Analisa Penulis)

Gambar 1.6 Respon Klimatologis


(Sumber: Analisa Penulis)

Perletakan massa bangunan nantinya akan


diorientasikan ke arah utara dan selatan untuk
Gambar 1.10 Respon Lingkungan
mengurangi cahaya matahari yang berlebihan (Sumber: Analisa Penulis)

masuk ke dalam bangunan.


Perletakan massa bangunan yang berada mundur
c. Kebisingan
lebih jauh dari jalan utama untuk menghindari polusi
dan membuat pengguna lebih nyaman.
e. Topografi

Gambar 1.7 Analisa Kebisingan


(Sumber: Analisa Penulis)

Gambar 1.11 Respon Topografi


(Sumber: Analisa Penulis)

Kontur asli tapak diolah menggunakan metode cut


and fill dan juga metode senkedan.

Gambar 1.8 Respon Kebisingan


(Sumber: Analisa Penulis)

5
f. View Ke Dalam Tapak c. Penerapan Light and Shadow pada Tiap Ruang

Gambar 1.12 Respon View Ke Dalam Tapak


(Sumber: Analisa Penulis)

Bagian depan tapak dibuat tidak terlalu tertutup


Gambar 1.14 Penerapan Light and Shadow
oleh buffer sehingga hubungan dalam tapak ke (Sumber: Analisa Penulis)

luar tapak tidak terisolasi dan berkesan terpisah Penerapan skylight nantinya akan diterapkan di
dan juga msayarakat sekitar tidak merasa aneh ruang yang mempunyai luas yang cukup besar
apabula melihat suatu tempat rehabilitasi. dan membutuhkan pencahayaan yang cukup
tinggi.
KONSEP ARSITEKTUR
d. Healthy Lightning Concept
Arsitektur Humanis
a. Penerapan Penyelarasan Ketinggian Lantai dan
Ramp

Gambar 1.15 Penerapan Lighting Concept


(Sumber: Analisa Penulis)

Untuk mencapai tingkat efisiensi yang tinggi


Gambar 1.13 Penerapan Ketinggian Ramp
(Sumber: Analisa Penulis) pada ruang pusat rehabilitasi ini akan
Kemiringan ramp maksimal pada kemiringan
menggunakan sistem pencahayaan buatan
15° dengan kemiringan tersebut ramp dapat
otomatis pada tiap ruangnya, sistem ini
digunakan oleh berbagai kalangan dan juga oleh
berdasarkan jumlah pergerakan manusia yang
orang yang memiliki disabilitas.
sedang berada di dalam ruang.
b. Penyelarasan Warna pada Ruang Rehabilitasi
Penerapan warna ruang sesuai dengan fungsi
pada ruang pusat rehabilitasi.

6
e. Penggabungan Bentuk untuk Kenyamanan Visual g. Penggunaan Material Alami yang Lebih
Mendominasi

Gambar 1.18 Material Alami Lebih Dominan


(Sumber: Analisa Penulis)
Gambar 1.16 Penggabungan Bentuk
(Sumber: Analisa Penulis)
Dengan desain material alam yang mendominasi
Homey Design akan memiliki suasana ruang yang berkesan
Bentuk yang sangat cocok dengan rehabilitasi ini tenang dan damai hal tersebut memiliki pengaruh
ialah bentuk yang mengadaptasi bangunan rumah yang sangat positif bagi para rehabilitan, karena
yang dikombinasikan dengan bentuk geometri dengan suasana tersebut rehabilitan bisa fokus
yang lain, hal tersebut akan memberikan kesan dalam menjalani terapi medis maupun sosial.
yang nyaman dan aman. h. Konsep Ruang Terapi One on One
f. Penambahan Unsur Air pada Lansekap
Lingkungan

Gambar 1.19 Terapi One On One


(Sumber: Analisa Penulis)

Konsep ini berkaitan dengan penerapan


humanism dalam desain, karena konsep one on
Gambar 1.17 Penambahan Unsur Air one ini mengutamakan rehabilitan sehingga bisa
(Sumber: Analisa Penulis)
sembuh dari kecanduan narkoba.
Penerapan dalam desainnya pada lansekap yang
i. Penerapan Akustik dalam Ruang Terapi
didesain dengan kolam air untuk membuat desain
yang nyaman. Dengan desain tersebut diharapkan
lingkungan dalam dan luar bangunan tetap sehat
dan tidak banyak polusi.

Gambar 1.20 Penerapan Akustik


(Sumber: Analisa Penulis)

Akustik dalam ruang sangat penting untuk proses


terapi medis maupun sosial karena apabila
didalam ruang atau lingkungan sekitar sangat

7
ramai, rehabilitan tidak bisa melakukan l. Communal Space to Communate
rehabilitasi dengan nyaman.
j. Pemetaan Posisi Ruang Terapi

Gambar 1.23 Communal Space


(Sumber: Analisa Penulis)

Gambar 1.21 Pemetaan Posisi Ruang Dengan plaza tersebut tidak hanya sebagai
(Sumber: Analisa Penulis)
tempat berkumpul tetapi juga bisa digunakan
Posisi ruang sangat berpengaruh terhadap kondisi
sebagai tempat pertunjukan karya workshop
ruang karena berkaitan dengan suasana dan
rehabilitan.
pencahayaan, sehingga butuh pemetaan yang
m. Desain Elemen Arsitektur sebagai Point of
tepat dimana ruang-ruang yang membutuhkan
Interest
suasana khusus harus diletakkan pada tempat
yang sesuai.
k. Selasar dan Manusia (Rehabilitan)

Gambar 1.24 Desain Elemen Fasad


(Sumber: Analisa Penulis)

Semakin banyak elemen arsitektur yang


Gambar 1.22 Desain Selasar
(Sumber: Analisa Penulis) diterapkan ruang akan terasa lebih menarik dan
Selasar pada konteks ini bukan hanya sebagai enak untuk dipandang sehingga dapat
penghubung antar ruang dan massa bangunan, mempercepat kesembuhan untuk rehabilitan.
selain itu bisa dijadikan sebagai tempat yang
sangat berpotensi agar para rehabilitan dapat Transformasi Massa
Penerapan konsep gubahan massa
berkomunikasi dengan lainnya.
berdasarakan aspek kenyamanan para pengguni
dalam bangunan yaitu para rehabilitan. Oleh sebab
itu dipilihlah konsep homey design sebagai dasar
bentuk bangunannya. Hal tersebut bertujuan untuk
meningkatkan kenyamanan rehabilitan yang sedang
menjalani terapi dan memebuat ruangan terkesan
seperti rumah sendiri.

8
Penerapan desain Fasad Bangunan
 Bagian interior ruangan diterapkan a. Leveling Shading Design
material alam untuk mendukung dalam Desain shading yang maksimal dapat membantuk
membuat suasana tenang. untuk mendukung fungsi dari shading yang
 Bentuk luar bangunan sebenarnya, selain desain yang sesuai perletakan
menggunakanbentuk atap bangunan yang yang pas juga diperlukan dalam fasad

sesuai dengan konsep homey design dan bangunannya.

dimodifikasi menjadi lebih menarik


 Terdapat sculpture pada depan tapak dan
lingkungan terapi yang dapat dijadikan
sebagai landmark kawasan rehabilitasi

Gambar 1.28 Skema Level Fasad


(Sumber: Dokumen Penulis)

b. Bukaan Skylight Design


Desain ruang kerawang atau skylight ini tidak
hanya terdapat pada atap bangunan melaikan juga
terdapat pada beberpa titik dibagian fasad
bangunan sehingga cahaya dapat masuk dari

Gambar 1.25 Gubahan Massa Bangunan Utama berbagai arah tidak hanya melalui bagian atas
(Sumber: Dokumen Penulis)
bangunan.

Gambar 1.26 Gubahan Massa Bangunan Kawasan


(Sumber: Dokumen Penulis)

Gambar 1.29 Skema Skylight


(Sumber: Dokumen Penulis)

c. Layering Fasad
Layering dalam fasad ini ialah penataan elemen-
elemen dalam fasad, seperti bukaan, shading, dan
material sesuai dengan kebutuhan ruang
didalamnya.
Gambar 1.27 Skluptur Identitas Kawasan
(Sumber: Dokumen Penulis)

9
HASIL RANCANGAN

Gambar 1.30 Desain Kawasan Rehabilitasi


(Sumber: Dokumen Penulis)

Gambar 1.31 Bangunan Pengelola dan Rehabilitasi Medis/Sosial


(Sumber: Dokumen Penulis)

Gambar 1.32 Bangunan Asrama Laki-Laki dan Perempuan


(Sumber: Dokumen Penulis)

Gambar 1.33 Bangunan Gedung Olahraga dan Taman Terapi


(Sumber: Dokumen Penulis)

10
Gambar 1.34 Bangunan Mushola dan Kapel
(Sumber: Dokumen Penulis)

Gambar 1.35 Parkir Mobil dan Motor


(Sumber: Dokumen Penulis)

Gambar 1.36 Desain Layer Fasad Bangunan


(Sumber: Dokumen Penulis)

11
Bagus Iqbal Adining Pratama/ Canopy7 (1) (2018)

DAFTAR PUSTAKA Data Badan Narkotika Nasional (BNN) tentang


Jumlah Pecandu Narkoba dan Miras Di
Abercrombie, Nicholas; Hill, Stephen; & Turner,
Yogyakarta Tahun 2016-2017
Bryan S. 2010.Kamus Sosiologi.
Hawari, Dadang. (2009). Pendekatan Holistik Pada
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta :
Arch Daily. 2013. Spaulding Hospital/Perkins +
Fakultas Kedoteran Universitas
Will.
Indonesia.
(https://www.archdaily.com/443408/spau
Hali, D., 2008. Humanisme dan Peradaban
lding-hospita-perkins-will . Diakses 25
global. Jurnal Hukum Projustitia.
Februari 2018)
Vol.26, no.2. hal 111-127.
Arch Daily. 2011. AD Classics: Hiroshima Peace
Jones, K. & Creedy, D., 2003. Health and Human
Center and Memorial Park / Kenzo
Behaviour. 2nd penyunt. Oxford: Oxford.
Tange.
University Press. Journal Of Green
(https://www.archdaily.com/160170/ad-
Building, 2008
classics-hiroshima-peace-center-and-
Kusdyah, Ike Rachmawati. 2008. Manajemen
memorial-park-kenzo-tange. Diakses 25
Sumber Daya Manusia. Yogyakarta :
Februari 2018)
ANDI.
Bagus, Loren. 1996. Kamus Filsafat, Jakarta:
Krippendorff, Klaus H. 2013. Content Analysis: an
Gramedia Pustaka Utama
Introduction to Its Methodology. 2nd ed.
Ching, Francis D.K. 1979. Arsitektur: Bentuk –
Dalam Binsbergen : Joram
Ruang dan Susunannya, Penerbit
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 996 Tahun
Erlangga
2002 tentang Persyaratan Sarana dan
David Arnot, dkk 2009. Pustaka kesehatan Populer
Prasarana Fasilitas Kesehatan
Pengobatan Praktis: Perawatan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 421 Tahun
Alternatif dan Tradisional, volume 7.
2010 tentang Pusat Rehabilitasi
:(Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. hlm.
Mangunwijaya, Y.B. 1988. Sastra dan Religiositas.
180.)
Jakarta: Kanisius. Semi, Atar
De Leon, George (2000). Theurapetic Community,
Media Digital Liputan 6 tentang Penggerebekan
Theory, Model, and Method, New York Pesta Sabu di Lapas Klas IIA Wirogunan
Djikstra, K. 2009. Understanding Healing Yogyakarta
Neufert, Ernst. 2002. Data Arsitek Jilid 3. Jakarta :
Environments: Effects of Physical
Erlangga
Environmental Stimuli on Patiens’
Putri, Debri H., Widihardjo dan Andriyanto
Effects of Health and Well-Being.
Wibisono. 2013. Relasi Penerapan
Netherlands: University of Twente.
Interior Healing Environment pada
Departemen Sosial RI (2003).Metode Theraupeutic
Ruang Rawat Inap dalam Mereduksi
Community.Jakarta: Depsos RI
Stress Psikis Pasien. ITB J. Vist Art,
Data Badan Narkotika Nasional (BNN) tentang
(Online), Vol. 5, No. 2,
Penyelundupan Narkoba Tahun 2017
(http://journal.itb.ac.id/download.php?fil
Data Badan Narkotika Nasional (BNN) tentang
e=D11007.pdf&id=1304&up=4, diakses
Jumlah Pecandu Narkoba dan Miras
20 Februari 2018)
Tahun 2014-2015

12
Bagus Iqbal Adining Pratama/ Canopy7 (1) (2018)

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
2003 tentang Fasilitas Pencegahan Narkotika dan Sejenisnya
Penyalahgunaan Narkoba Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang
Pasal 54 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Narkotika
tentang Pengguna Narkoba Wajib Undang-Undang nomor 12 Tahun 1995 tentang UUP
Menjalani Rehabilitasi Medis dan Non- dan Peraturan-Peraturan yang Lain
Medis Yuswadi Saliya, 1999. Bentuk-bentuk Geometris
Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang yang sederhana, Topografi Tapak dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Teori Arsitektur Modern. Jakarta :
Istimewa Yogyakarta Erlangga.
Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2002 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Sleman
Peraturan Daearah Kabupaten Sleman Nomor 2
Tahun 2015 tentang Bangunan Gedung
Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 3
Tahun 2015 tentang Izin Pemanfaatan
Ruang
Sujatno, Adi. 2008. Pencerahan di Balik Penjara.:
PT. Mizan Publika. Jakarta.
Soeparman, Herman. 2000. Narkoba telah
merubah rumah kami menjadi neraka,
Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional-Dirjen Dikti
Stohr, J., Siegmann, H.C., 2006, Magnetism from
Fundamental to Nanoscale Dynamics,
Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
Schirmbeck,Egon, 1988. Gagasan, Bentuk dan
Arsitektur, Prinsip-prinsip. Perancangan
dalam Arsitektur Kontemporer Bandung:
Intermatra.
Sita Ananth (2008), Healing Environments: the next
natural step, Explore, Vol. 4, No. 4, p. 274
(https://www.researchgate.net/figure/The
-Optimal-Healing-Environment-Source-
Sita-Ananth-2008-Healing-
Environments-the_fig1_257715980.
Diakses 23 Februari 2018)
United Nations Office on Drugs and Crime
(UNODC). 2008. Wolrd Drug Report
2008. New York : United Nations Office
on Drugs and Crime (UNODC).
13

Você também pode gostar