Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Permasalahan narkotika pada saat ini memang menjadi satu hal yang cukup sulit
Sejarah Artikel: Diterima
dihentikan, Peredaran narkotika tersebut ditujukan ke kota-kota besar di Indonesia seperti,
Disetujui Dipublikasikan Jakarta, Yogyakarta, Riau, dan Bandung hal tersebut bertujuan karena kota-kota tersebut
dapat dijadikan pasar yang berpotensi bagi para pengedar narkoba. Salah satu daerah besar di
Indonesia yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2016 ini tercatat oleh Badan
Keywords:
Narkotika Nasional sebesar 2,8 persen dari total penduduk sekitar 3,6 juta jiwa yang
Yogyakarta, Drug
didominasi oleh para pelajar dan mahasiswa. Sehingga dengan terus meningkatnya pengguna
Prevention, Rehabilitation narkoba tersebut dibutuhkan wadah untuk menangani para pengguna tersebut sehingga tidak
Center, Humanism terbelenggu dengan kecanduan narkotika. Dengan adanya tempat untuk menangani dan
Architecture mencegah narkotika tersebut dapat menjadikan Daerah Istimewa Yogayakarta bersih dari
narkoba dan menjadikan masyarakatnya sehat fisik maupun mental. Perencanaan dan
perancangan pusat rehabilitasi dan pencegahan narkoba memiliki tujuan untuk mewujudkan
sebuah tempat yang nyaman dan layak bagi pencadu narkoba menjalani rehabilitasi dengan
perlakuan yang sama seperti pada manusia pada umunya.
Metode yang digunakan dalam perencanaan dan perancangan pusat rehabilitasi
narkoba ini menggunakan metode, (1) Observasi lapangan, (2) Wawancara pelaku kegiatan
dan, (3) Studi literatur. Kemudian, metode rehabilitasi yang digunakan ialah Therapuetic
Community. Therapeutic Community ini merupakan sebuah metode terapi melalui sebuah
komunitas yang melakukan berbagai hal kreatif untuk mengurangi bahkan menghilangkan
dari kecanduan narkoba.
Desain pusat rehabilitasi menekankan dimana harus memanusiakan rehabilitan
seperti manusis normal, sehingga untuk menerapkan konsep tersebut pusat rehabilitasi ini
nantinya akan menggunakan konsep ruang arsitektur humanis dan healing environment,
dengan kedua konsep tersebut dapat memadukan lingkungan dan manusia sehingga dapat
menghasilkan desain pusat rehabilitasi dan pencegahan narkoba, sesuai dengan tujuan awal
yaitu mewujudkan sebuah tempat yang layak dan nyaman untuk penyembuhan para
rehabilitan.
1
PENDAHULUAN pada Jumat tanggal 27 Januari 2017 kemarin,
Permasalahan tentang narkoba, diberitakan oleh Liputan 6 bahwa, sebanyak 16 warga
psikotoprika, zat aditif, dan minuman keras seiiring binaan atau tahanan Lembaga Permasyarakatan
pertumbuhan zaman masih merupakan salah satu (Lapas) Klas IIA Wirogunan digerebek Satuan
masalah besar yang belum bisa dituntaskan secara Reserse Narkotika Polresta Yogyakarta saat
efektif. Meski kasus narkoba tidak mengalami menggelar pesta sabu di dalam sel.
kenaikan yang signifikan, tetapi pada tiap tahunnya Daerah Istimewa Yogyakarta yang tahun
mengalami kenaikan secara bertahap, dengan ribuan 2016-2017 ini menduduki peringkat pertama dalam
kasus narkoba yang ada masih sangat hal kasus penggunaan narkoba paling banyak
memprihatinkan. Pemerintah Indonesia dalam didominasi oleh kalangan pelajar dan mahasiswa.
mencegah kasus narkoba telah menetapkan Undang- Berdasarkan survey BNN dan Universitas Indonesia
Undang Nomor 35 Tahun 2009 yang mengatur mencapai 2.6 persen dari total penduduk sekitar 3,6
tentang narkoba dan sejenisnya, selain itu diatur juga jiwa, dari riset yang digelar pada akhir tahun 2017 itu.
dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Hal tersebut terjadi karena bertambah banyak para
Tahun 2013 yang mengatur tentang fasilitas pelajar pendatang kurang mendapat perhatian orang
pencegahan penyalahgunaan narkoba. tua dan merupakan golongan orang mampu untuk
Kasus narkoba yang telah tercatat di pusat membeli barang narkoba tersebut. Domisili para
data Badan Narkoba Nasional (BNN) bahwa, pelajar dan mahasiswa khusus daerah DIY yang
pecandu narkoba dan miras mengalami peningkatan mengguna narkoba terbanyak di Kabupaten Sleman,
secara signifikan pada tiap tahunnya. Hal ini yang terdapat beberapa kampus besar, seperti UGM,
dibuktikan dengan data Badan Narkoba Nasional . UNY, UII.
KASUS PENYALAHGUNAAN NARKOBA Saat ini pemerintah telah melakukan
Indikator INDONESIA
berbagai cara untuk menangani pecandu narkoba,
2011 2012 2013 2014 2015 2016
salah satunya dengan membuat balai rehabilitasi para
Jumlah 19.1 19.0 21.2 23.1 28.5 40.8
Pengguna 28 81 69 34 88 97 pecandu narkoba. Balai tersebut berfungsi sebagai
Tingkat 0% - 11,4 12,0 23,5 30.0 alat untuk memberikan rehabilitasi bagi para pecandu
Kenaikan 0.25 7% 9% 8% 9% sehingga tidak terbelenggu lagi dengan
%
ketergantungan oleh narkoba dan obat-obatan
Tabel 1.1 Tabel Kasus Penyalahgunaan Narkoba Indonesia
(Sumber: Data BNN Nasional) terlarang. Di Yogyakarta sudah terdapat beberapa
Berdasarkan data tabel tersebut mengalami balai rehabilitasi yang dapat mengani kasus narkoba,
kenaikan pada tahun 2012-2016, yaitu dari -0,25% tetapi hanya sebagian yang dapat dikatakan nyaman
sampai dengan 30.09%. Sehingga terdapat kenaikan dan layak untuk bisa menangani para pencandu.
yang cukup signifikan ditahun 2016. Posisi Pusat Rehabilitasi dan Pencegahan Narkoba
Yogyakarta berada di atas kota besar lainnya seperti di Yogyakarta, direncanakan akan menjadi sebuah
Jakarta, Riau, Surabaya dan Bandung. Di kota tempat yang nyaman dan layak untuk menjadi pusat
Yogyakarta, sepanjang tahun 2017 pada bulan pencegahan, penanganan, dan rehabilitasi bagi para
Januari-Agustus terdapat 297 kasus penyalahgunaan pecandu narkoba di Yogyakarta, tidak hanya
narkoba yang terjadi di Yogyakarta. Selain berfungsi sebagai pusat rehabilitasi tetapi juga
meningkatnya kasus peredaran narkoba tersebut, sebagai tempat untuk menyalurkan kreatifitas para
pengguna narkoba sehingga kedepannya tidak lagi
2
tergiur dan kembali lagi menggunakan narkoba. secara sistematis sesuai ilmu arsitektur untuk
Pemilihan tempat untuk rancangan pusat rehabilitasi memperoleh pemecahan yang sesuai dengan
dan pencegahan ini berada di Yogyakarta yang perencanaan dan perancangan “Pusat Rehabilitasi
mencakup keseluruhan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Pencegahan Narkoba di Yogyakarta dengan
(DIY), pusat rehabilitasi ini lebih tepatnya akan Pendekatan Arsitektur Humanis".
direncanakan di Kabupaten Sleman, karena pada
kabupaten Sleman terdapat banyak kampus besar ALUR PIKIR
yang merupakan sumber dari pengguna narkoba pada
kalangan pelajar, serta dapat memenuhi persyaratan
tempat rehabilitasi menurut KEPMENKES
No.996/MENKES/SK/VIII/2002, pusat rehabilitasi
membutuhkan daerah yang tenang, nyaman, dan
sehat, oleh karena itu kabupaten Sleman merupakan
tempat yang berpotensi tinggi dalam rancangan pusat
rehabilitasi dan pencegahan narkoba ini.
Rancangan desain Pusat Rehabilitasi dan
Pencegahan Narkoba akan menggunakan pendekatan
desain Arsitektur Humanis dimana konsep ini akan
diterapkan terutama pada konsep keruangan dalam
bangunan rehabilitasi ini. Penggunaan pendekatan
desain Arsitektur Humanis bertujuan untuk membuat
suatu ruang dan bangunan yang memenuhi kebutuhan
bagi penghuni di dalamnya yang dalam perancangan
ini ialah sebuah pusat rehabilitasi yang di dalam
menangani, menyembuhkan dan membina para
TINJAUAN PENDEKATAN KONSEP
pengguna narkoba menjadi sehat mental dan fisik
ARSITEKTUR
kembali. Selain itu konsep arsitektur humanis ini Dalam tinjauan ini merupakan dasar acuan
akan didukung oleh konsep Healing Enviroment yang pendekatan konsep arsitektur yang berpengaruh
prinsip-prinsipnya akan diterapkan dalam penataan terhadap desain Pusat Rehabilitasi Narkoba.
ruang dalam dan lingkungan pusat rehabilitasi. Menurut topik dari program perencanaan dan
perancangan yaitu tentang Pusat Rehabilitasi
METODE PEMBAHASAN Narkoba, maka penulis dapat mengambil penekanan
Metode studi yang dipergunakan dalam konsep Arsitektur Humanis dengan dengan
Penyusunan Landasan Program Perencanaan dan mengedepankan fungsi, kenyamanan, dan kelayakan
Perancangan Arsitektur (LP3A) adalah metode pengguna Pusat Rehabilitasi Narkoba tersebut.
diskriptif, analitis, serta dokumentatif. Metode
tersebut dilakukan dengan cara menguraikan semua
data baik data literatur, wawancara, maupun data
lapangan dan permasalahan, kemudian dianalisis
3
KONSEP RANCANGAN
Data Tapak
4
Penambahan buffer penahan bising pada bagian
depan dan samping tapak yang merupakan sumber
b. Klimatologis kebisingan utama.
d. Lingkungan
5
f. View Ke Dalam Tapak c. Penerapan Light and Shadow pada Tiap Ruang
luar tapak tidak terisolasi dan berkesan terpisah Penerapan skylight nantinya akan diterapkan di
dan juga msayarakat sekitar tidak merasa aneh ruang yang mempunyai luas yang cukup besar
apabula melihat suatu tempat rehabilitasi. dan membutuhkan pencahayaan yang cukup
tinggi.
KONSEP ARSITEKTUR
d. Healthy Lightning Concept
Arsitektur Humanis
a. Penerapan Penyelarasan Ketinggian Lantai dan
Ramp
6
e. Penggabungan Bentuk untuk Kenyamanan Visual g. Penggunaan Material Alami yang Lebih
Mendominasi
7
ramai, rehabilitan tidak bisa melakukan l. Communal Space to Communate
rehabilitasi dengan nyaman.
j. Pemetaan Posisi Ruang Terapi
Gambar 1.21 Pemetaan Posisi Ruang Dengan plaza tersebut tidak hanya sebagai
(Sumber: Analisa Penulis)
tempat berkumpul tetapi juga bisa digunakan
Posisi ruang sangat berpengaruh terhadap kondisi
sebagai tempat pertunjukan karya workshop
ruang karena berkaitan dengan suasana dan
rehabilitan.
pencahayaan, sehingga butuh pemetaan yang
m. Desain Elemen Arsitektur sebagai Point of
tepat dimana ruang-ruang yang membutuhkan
Interest
suasana khusus harus diletakkan pada tempat
yang sesuai.
k. Selasar dan Manusia (Rehabilitan)
8
Penerapan desain Fasad Bangunan
Bagian interior ruangan diterapkan a. Leveling Shading Design
material alam untuk mendukung dalam Desain shading yang maksimal dapat membantuk
membuat suasana tenang. untuk mendukung fungsi dari shading yang
Bentuk luar bangunan sebenarnya, selain desain yang sesuai perletakan
menggunakanbentuk atap bangunan yang yang pas juga diperlukan dalam fasad
Gambar 1.25 Gubahan Massa Bangunan Utama berbagai arah tidak hanya melalui bagian atas
(Sumber: Dokumen Penulis)
bangunan.
c. Layering Fasad
Layering dalam fasad ini ialah penataan elemen-
elemen dalam fasad, seperti bukaan, shading, dan
material sesuai dengan kebutuhan ruang
didalamnya.
Gambar 1.27 Skluptur Identitas Kawasan
(Sumber: Dokumen Penulis)
9
HASIL RANCANGAN
10
Gambar 1.34 Bangunan Mushola dan Kapel
(Sumber: Dokumen Penulis)
11
Bagus Iqbal Adining Pratama/ Canopy7 (1) (2018)
12
Bagus Iqbal Adining Pratama/ Canopy7 (1) (2018)
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
2003 tentang Fasilitas Pencegahan Narkotika dan Sejenisnya
Penyalahgunaan Narkoba Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang
Pasal 54 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Narkotika
tentang Pengguna Narkoba Wajib Undang-Undang nomor 12 Tahun 1995 tentang UUP
Menjalani Rehabilitasi Medis dan Non- dan Peraturan-Peraturan yang Lain
Medis Yuswadi Saliya, 1999. Bentuk-bentuk Geometris
Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang yang sederhana, Topografi Tapak dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Teori Arsitektur Modern. Jakarta :
Istimewa Yogyakarta Erlangga.
Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2002 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Sleman
Peraturan Daearah Kabupaten Sleman Nomor 2
Tahun 2015 tentang Bangunan Gedung
Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 3
Tahun 2015 tentang Izin Pemanfaatan
Ruang
Sujatno, Adi. 2008. Pencerahan di Balik Penjara.:
PT. Mizan Publika. Jakarta.
Soeparman, Herman. 2000. Narkoba telah
merubah rumah kami menjadi neraka,
Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional-Dirjen Dikti
Stohr, J., Siegmann, H.C., 2006, Magnetism from
Fundamental to Nanoscale Dynamics,
Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
Schirmbeck,Egon, 1988. Gagasan, Bentuk dan
Arsitektur, Prinsip-prinsip. Perancangan
dalam Arsitektur Kontemporer Bandung:
Intermatra.
Sita Ananth (2008), Healing Environments: the next
natural step, Explore, Vol. 4, No. 4, p. 274
(https://www.researchgate.net/figure/The
-Optimal-Healing-Environment-Source-
Sita-Ananth-2008-Healing-
Environments-the_fig1_257715980.
Diakses 23 Februari 2018)
United Nations Office on Drugs and Crime
(UNODC). 2008. Wolrd Drug Report
2008. New York : United Nations Office
on Drugs and Crime (UNODC).
13