Você está na página 1de 9

2.1.

Pasangan Usia Subur


2.1.1. Definisi Pasangan Usia Subur
Pasangan usia subur adalah pasangan suami istri yang
keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara usia
20-45 tahun. Pada pasangan usia subur berdasarkan tingkat
kesuburan maka usia subur perempuan atau wanita usia subur
(WUS) pada rentan usia 20-29 tahun memiliki kesempatan hamil
95% untuk hamil usia 30an presentasenya menurun menjadi
90% memasuki usia 40 tahun kesempatan untuk hamil hanya
maksimal 10%. (saifudin,2010).
2.1.2. Epidemiologi
2.1.3. Penggunaan Kontrasepsi
Kontrasepsi berawal dari kata control berarti mencegah
atau melawan sedangkan kontasepsi adalah pertemuan antra sel
telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang
mengakibatkan kehamilan .jadi kontasepsi adalah menghindari
atau mencerah terjadi kehamilan sebagai akibat pertemuan antar
sel yang matang dengan sel sperma. Sebagai komponen kesehatan
reproduksi, pelayanan keluarga berencana (KB) diarahkan untuk
menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi.
Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia
merupakan negara ke-5 di dunia dengan estimasi jumlah
penduduk terbanyak, yaitu 249 juta. Di antara negara ASEAN,
Indonesia dengan luas wilayah terbesar tetap menjadi negara
dengan penduduk terbanyak, jauh di atas 9 negara anggota lain.
Dengan Angka Fertilitas atau Total Fertility Rate (TFR) 2,6
Indonesia masih berada di atas rata-rata TFR negara ASEAN,
yaitu 2,4.

Pusat data informasi, Kementerian Kesehatan RI,


mengestimasi jumlah penduduk Indonesia tahun 2013 sejumlah
248,4 juta orang. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa
pada tahun 2013 sebanyak 28,55 juta (11,47%) penduduk
Indonesia merupakan penduduk miskin. Secara nasional, Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia tahun 2013 sebesar
73,29 masih masuk kategori sedang (50-80), dengan komponen
AHH sebesar 69,87 tahun, rata-rata lama sekolah 8,08 tahun,
angka melek huruf 93,25% dan pengeluaran riil perkapita sebesar
Rp. 641.040.
Terdapat tiga indikator tambahan yang berkaitan dengan
KB dalam Millenium Development Goals (MDGs) 2015 target 5b
(Akses Universal terhadap Kesehatan Reproduksi) yang
diharapkan akan memberikan kontribusi dalam upaya
peningkatan kesehatan ibu. Indikator tersebut adalah
Contraceptive Prevalence Rate (CPR), Age Specific Fertility Rate
(ASFR), dan Unmet Need. Target nasional indikator tersebut
pada tahun 2015 adalah CPR sebesar 65%, ASFR usia 15-19
tahun sebesar 30/1000 perempuan usia 15-19 tahun dan unmet
need 5%.
Satu dekade terakhir, keberhasilan pelayanan Keluarga
Berencana di Indonesia mengalami suatu keadaan stagnan yang
ditandai dengan kurangnya perbaikan beberapa indikator KB
yaitu CPR, unmet need dan Total Fertiity Rate (TFR).
Situasi Keluarga Berencana di Indonesia
1. Kesiapan Layanan
Sesuai dengan UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, pada pasal 78 disebutkan bahwa pemerintah
bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas
pelayanan, alat dan obat dalam memberikan pelayanan
keluarag berencana yang aman bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat.
a. Alat dan Obat Kontrasepsi (Alokon)
Pada saat ini Pemerintah menyediakan secara gratis
tiga jenis alokon di seluruh wilayah Indonesia, yaitu
kondom, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), dan
susuk KB. Terdapat 7 provinsi yang menyediakan alokon
lainnya juga secara gratis yaitu Aceh, Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara,
Papua dan Papua Barat.

Data SDKI 2012 menunjukkan tren prevalensi


penggunaan kontrasepsi atau Contraceptive Prevalence
Rate (CPR) di Indonesia sejak 1991-2012 cenderung
meningkat, sementara tren angka fertilitas atau Total
Fertility Rate (TFR) cenderung menurun. Tren ini
menggambarkan bahwa meningkatnya cakupan wanita usia
15-49 tahun yang melakukan KB sejalan dengan
menurunnya angka fertilitas nasional.
Data Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan bahwa pada
tahun 2013 ada 8.500.247 PUS (Pasangan Usia Subur)
yang merupakan peserta KB baru, dan hampir separuhnya
(48,56%) menggunakan metode kontrasepsi suntikan.

Dilihat dari jenis kelamin, metode kontrasepsi


perempuan yang digunakan jauh lebih besar dibanding
dengan metode kontrasepsi laki-laki. Metode perempuan
sebesar 93,66%, sementara metode laki-laki hanya sebesar
6,34%. Ini menunjukkan bahwa partisipasi laki-laki dalam
menggunakan alat kontrasepsi masih sangat kecil.
Penggunaan alat kontrasepsi masih dominan dilakukan
oleh perempuan.
b. Fasilitas Kesehatan
Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan
dasar diharapkan memberikan kontribusi terbesar dalam
memberikan pelayanan KB di masyarakat. Namun, sejak
tahun 1997 telah terjadi pergeseran pemanfaatan fasilitas
pelayanan kontrasepsi oleh peserta KB dari pelayanan
pemerintah ke pelayanan swasta, seperti ditunjukkan dalam
hasil SDKI tahun 1997, 2003, dan 2007.
2. Kualitas Layanan
a. Pemilihan Metode
Pada grafik diatas terlihat rasio penggunaan Non-
MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) dan MKJP
setiap tahun semakin tinggi, atau pemakaian non-MKJP
lebih besar dibandingkan dengan pemakaian kontrasepsi
MKJP. Padahal Couple Years Protection (CYP) Non-
MKJP yang berkisaar 1-3 bulan memberi peluang besar
untuk putus penggunaan kontrasepsi 20-40%

b. Kepuasan Penggunaan KB
Salah satu yang mempengaruhi kepuasan dalam
menggunakan alat/cara KB adalah masalah/efek samping
yang timbul. Tabel di bawah ini menunjukkan data
mengenai masalah yang timbul dalam pemakaian alat/cara
KB menurut metode yang dipakai.

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa IUD, yang


merupakan salah satu metode MKJP, paling sedikit
menimbulkan keluhan dibandingkan pil, suntikan dan
susuk KB.
c. Pengetahuan pengguna KB
Metode KB dapat dibedakan menjadi KB cara
modern dan cara tradisional. Metode KB cara modern
adalah sterilisasi, pil, IUD, suntik, susuk KB, kondom,
intravagina/diafragma, kontrasepsi darurat dan Metode
Amenorea Laktasi (MAL). Sedangkan Cara tradisional
misalnya pantang berkala dan senggama terputus.

Pada grafik diatas terlihat bahwa suntik dan pil


adalah cara KB modern yang paling diketahui oleh
masyarakat di semua golongan usia, termasuk pada usia
risiko tinggi di atas 35 tahun. Kedua jenis kontrasepsi
tersebut dinilai kurang efektif untuk mencegah kehamilan.
Jenis kontrasepsi yang efektif untuk mencegah kehamilan
bagi wanita risiko tinggi adalah MKJP seperti IUD,
sterilisasi wanita dan sterilisasi pria.

2.1.4. Masalah kesehatan pada PUS


Pasangan Infertil adalah suatu kesatuan hasil interaksi
biologis yang tidak mampu menghasilkan kehamilan dan
kelahiran bayi hidup.
1. Infertilitas Primer adalah jika istri belum berhasil hamil
walaupun bersenggama teratur dan dihadapkan pada
kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
2. Infertilitas Sekunder adalah jika istri pernah hamil akan
tetapi tidak berhasil hamil lagi walaupun bersenggama
teratur dan dihadapkan pada kemungkinan kehamilan selama
12 bulan berturut-turut.
Penyebabnya karena : gangguan pada hubungan seksual, jumlah
sperma dan transportasinya yang abnormal, Gangguan ovulasi
dan hormonal yang lain, termasuk gangguan pada tingkat
reseptor hormon reproduksi, kelainan tempat implantasi
(endometrium) dan uterus, kelainan jalur transportasi (tuba
fallopi), Gangguan peritoneum, Gangguan imunologik.
Gangguan hubungan seksual yang dapat menyebabkan
infertilitas
1. Kesalahan teknik senggam : penetrasi tidak sempurna ke
vagina
2. Gangguan psikososial: impotensi ejakulasi prekoks,
vaginismus
3. Ejakulasi abnormal: kegagalan ejakulasi akibat pengaruh
obat, ejakulasi retrogard ke dalam vesika urinaria pasca
prostatektomi
4. Kelainan anatomi: hipospadia, epispadia, penyakit pyeroni.
Pengobatan infertilitas PUS yaitu Sekitar 50% pasangan
infertil dapat berhasil hamil. Hal ini memberikan rasa optimis
bagi kebanyakan dokter yang mencoba menangani pasangan
infertil. Selama kurun waktu pemeriksaan pengobatan, baik oleh
dokter umum maupun klinik infertilitas, umumnya pasien tetap
peka terhadap perubahan emosional akibat kegagalannya untuk
hamil. Oleh karena itu kontak yang teratur dengan mereka
senantiasa dibutuhkan, untuk memberikan kesempatan kepada
mereka melakukan ventilasi. Tindakan-tindakan diagnostik
seringkali juga merupakan rangsangan pengobatan. Pemeriksaan
vaginal dan sondase uterus, misalnya dapat menaikkan laju
konsepsi.
2.1.5. Peran perawat komunitas dalam promosi kesehatan
1. Memberi penyuluhan pada pasangan usia subur mengenai
pemilihan KB
2. Memberi HE mengenai pentingnya mengatur jarak
kehamilan
3. Menyarankan pasangan usia subur untuk menyelesaikan
masalah dengan mengkonsultasikan pada petugas kesehatan

Você também pode gostar