Você está na página 1de 8

ALJABAR BOOLEAN DAN

PENYEDERHANAAN RANGKAIAN LOGIKA


Oleh : A. Momang Yusuf, M.Pd

Tujuan :

1. Menggunakan hukum-hukum dasar dan aturan-aturan aljabar Boole


2. Menerapkan teorema DeMorgan pada persamaan Boolean
3. Menggambarkan rangkaian gerbang dengan menggunakan persamaan Boolean
4. Menyederhanakan sebuah persamaan logika dengan menggunakan hukum-hukum dan aturan-
aturan aljabar Boole
5. Melakukan konversi persamaan Boole ke dalam bentuk “jumlah terhadap perkalian” (Sum-of-
Products [SOP])
6. Melakukan konversi persamaan Boole ke dalam bentuk “perkalian terhadap penjumlahan” (Product-
of-sums [POS])

Materi

Penjumlahan dalam rangkaian logika setara dengan operasi OR seperti ditunjukkan dalam gambar berikut.

Sedangkan perkalian setara dengan operasi AND seperti ditunjukkan dalam gambar berikut.

Hukum-hukum Aljabar Boole

Hukum Komutatif

Hukum komutatif penjumlahan dituliskan sebagai A + B = B + A. Hukum ini menyatakan bahwa tidak
terdapat perbedaan hasil terhadap urutan variabel-variabel yang di-OR-kan. Demikian pula untuk perkalian
berlaku AB = BA.
Hukum Asosiatif

Hukum asosiatif penjumlahan dituliskan sebagai A + (B + C) = (A + B) + C. Hukum ini menyatakan bahwa jika
kita melakukan operasi OR terhadap lebih dari dua variabel, maka hasil yang diperoleh akan sama tanpa
bergantung pada pengelompokan variabel dalam melakukan operasi OR. A di-OR dengan hasil OR antara B
dan C akan sama dengan jika A di-OR dengan B kemudian hasilnya di-OR dengan C. Demikian pula untuk
hukum asosiatif dari perkalian dapat dituliskan sebagai A(BC) = (AB)C.

Hukum Distributif

Hukum distributif dinyatakan sebagai A(B + C) = AB + AC.

Hukum ini menyatakan bahwa meng-OR-kan dua atau lebih variabel kemudian meng-AND-kan hasilnya
dengan sebuah variabel tunggal sama dengan melakukan operasi AND terhadap variabel tunggal tersebut
dengan masing-masing dari kedua atau lebih variabel yang lain kemudian meng-OR-kan hasilnya.

Beberapa Aturan Aljabar Boole

Daftar berikut ini menunjukkan sejumlah aturan penting dalam operasi aljabar Boole.

1. A+0=A 7. A.A=A
2. A+1=1 8. A. ̅=0
3. A.0=0 9. ̿=A
4. A.1=A 10. A + AB = A
5. A+A=A 11. A + ̅B = A + B
6. A+ ̅=1 12. (A + B)(A + C) = A + BC

Semua aturan-aturan di atas dapat diperoleh dengan menggunakan gambar gerbang logika. Misalnya aturan
1 dapat dinyatakan dalam bentuk gerbang logika sebagai berikut.

X=A+0=A

Ambil nilai bit salah satu masukan tetap bernilai 0, maka betapapun bit masukan yang lain, keluarannya akan
mengikuti bit masukan tersebut. Jadi A + 0 = A. Anda bisa memperoleh aturan 2 dengan mengganti nilai bit
tetap pada gambar di atas dengan 1.

Cara yang sama dapat dilakukan untuk memperoleh aturan-aturan yang lainnya. Khusus untuk aturan 10, 11,
dan 12, dapat dibuktikan dengan bantuan hukum-hukum aljabar Boole dan aturan-aturan lainnya.

Contoh, kita akan buktikan aturan nomor 10: A + AB = A

Gunakan hukum distributif (pemfaktoran) : A + AB = A(1 + B)

Gunakan aturan nomor 2 untuk yang dalam kurung : A + AB = A(1)

Menurut aturan nomor 4 didapat bahwa A + AB = A


Kesamaan di atas dapat ditunjukkan kebenarannya dengan menggunakan tabel logika seperti berikut.

A B AB A + AB
0 0 0 0
0 1 0 0
1 0 0 1
1 1 1 1
Sambungan langsung

Perhatikan kolom A dan kolom A + AB memiliki nilai-nilai yang sama. Gambar di samping tabel merupakan
gambar rangkaian logika untuk persamaan A + AB = A

Tugas 1.

Buktikan kebenaran aturan 11 dan 12 dengan menggunakan hukum-hukum Boole dan aturan-aturan lain
yang sesuai. Buatlah gambar rangkaian gerbang dan tabel kebenarannya masing-masing.

Teorema DeMorgan

Teorema pertama DeMorgan mengatakan bahwa: “Komplemen atau lawan dari sebuah perkalian variabel
sama dengan penjumlahan masing-masing dari komplemen variabel tersebut”. Dengan kata lain: “Komplemen
dua atau lebih variabel yang di-AND-kan ekuivalen dengan operasi OR masing-masing komplemen variabel
tersebut.”

Secara simbolis dapat ditulis sebagai berikut:

̅̅̅̅̅̅ ̅ ̅ ̅

Teorema kedua mengatakan bahwa: “Komplemen dari hasil jumlah dua atau lebih variabel sama dengan
perkalian komplemen masing-masing variabel”. Dengan kata lain: “Komplemen dua atau lebih variabel yang
di-OR-kan ekuivalen dengan meng-AND-kan komplemen variabel masing-masing”.

Secara simbolis dapat ditulis sebagai

̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ ̅̅ ̅

Pembuktian kedua teorema di atas dapat dilakukan dengan menyusun tabel kebenaran yang memuat
pernyataan di atas.

Tugas 2.

1. Buktikan teorema 1 dan 2 De Morgan dengan menyusun tabel kebenaran!

Petunjuk: Buatlah tabel yang terdiri atas 8 kolom, yaitu kolom: A, B, C, ̅, ̅ , ̅ , ̅̅̅̅̅̅ , dan ̅ ̅ ̅ untuk
membuktikan teorema 1, dan kolom-kolom: A, B, C, ̅, ̅ , ̅ , ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ , dan ̅ ̅ ̅ untuk membuktikan
teorema 2.

2. Gunakanlah teorema DeMorgan untuk mencari persamaan yang sama dengan ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
̅ ̅ ̅ . Buktikan
kebenarannya dengan menyusun tabel logikanya dan gambarlah rangkaian gerbangnya!
Teorema DeMorgan dapat digunakan untuk menyatakan persamaan yang lebih rumit. Contoh berikut ini
memberikan gambaran dan langkah-langkah bagaimana menerapkan teorema DeMorgan dan aljabar
Boolean pada persamaan yang lebih kompleks.

̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅̅̅̅̅
̅

Langkah-langkah :

a. Indentifikasi suku-suku dimana dapat digunakan teorema DeMorgan, dan bayangkan suku tersebut
hanya terdiri atas satu variabel. Misalkan kita ambil ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ sebagai X dan ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
̅ sebagai Y.
Dengan identifikasi ini, maka persamaan sebelumnya dapat ditulis menjadi ̅̅̅̅̅̅̅̅
b. Gunakan teorema DeMorgan: ̅̅̅̅̅̅̅̅ ̅̅ :

̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ ̅ =̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
̅̅̅̅̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅̅̅̅̅
̅

c. Gunakan aturan no.9 di atas untuk menghilangkan bar ganda di atas variabel di sebelah kanan:
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
̅ = ̅ ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
̅

d. Gunakan teorema DeMorgan pada suku kedua ruas kanan:

̅ ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
̅̅̅̅̅̅̅̅̅
̅ = ̅ ̅ ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
̅̅̅̅̅̅̅̅̅

e. Gunakan kembali aturan no. 9 untuk menghilangkan bar ganda di atas variabel sebelah kanan:
̅ ̅ ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
(̅̅̅̅̅̅̅̅̅ ) ̅ ̅ ̅

Jadi :
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅̅̅̅̅
̅ ̅ ̅ ̅

Tugas 3. Gunakanlah teorema DeMorgan untuk mencari kesamaan dari pernyataan ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
ALJABAR BOOLEAN DAN
PENYEDERHANAAN RANGKAIAN LOGIKA (II)
Oleh : A. Momang Yusuf, M.Pd

Tujuan :

7. Melakukan konversi persamaan Boole ke dalam bentuk “jumlah terhadap perkalian” (Sum-of-
Products [SOP])
8. Melakukan konversi persamaan Boole ke dalam bentuk “perkalian terhadap penjumlahan” (Product-
of-sums [POS])

Materi

Semua persamaan Boolean yang menyatakan sebuah rangkaian digital, tanpa bergantung pada bentuknya,
dapat diubah menjadi salah satu dari dua bentuk standar, yaitu bentuk penjumlahan terhadap hasil kali
dan bentuk perkalian terhadap hasil jumlah.

Jika dua atau lebih perkalian variabel kemudian dilakukan penjumlahan terhadap perkalian-perkalian variabel
tersebut, maka akan diperoleh persamaan dalam bentuk penjumlahan terhadap hasil kali atau sum-of-
product (SOP). Beberapa contoh SOP adalah : AB + ABC, ABC + CDE + ̅ ̅ , ̅ ̅ ̅ , dan
sebagainya. Persamaan SOP juga dapat mengandung hanya satu variabel, seperti ̅ ̅ ̅ .

Sebuah persamaan Boolean memiliki sebuah domain yaitu sekelompok variabel yang terkandung dalam
sebuah persamaan Boolean tersebut yang dinyatakan baik dalam bentuk komplemen maupun bukan dalam
bentuk komplemen. Contohnya, pada persamaan AB + ABC memiliki domain A, B, dan C; persamaan ABC +
CDE + ̅ ̅ memiliki domain A, B, C, D, dan E; dan sebagainya.

Sebuah persamaan dalam bentuk SOP secara sederhana melakukan operasi OR terhadap keluaran-keluaran
dari dua atau lebih keluaran gerbang AND. Sebagai contoh untuk persamaan AB + BCD + AC dapat
digambarkan sebagai berikut.

Semua persamaan logika bentuk apapun dapat diubah ke dalam bentuk SOP dengan menggunakan aljabar
Boolean. Sebagai contoh persamaan A(B + CD) dapat diubah ke dalam bentuk SOP dengan menggunakan
hukum distributif A(B + CD) = AB + ACD.
Bentuk Standar SOP

Apa yang dimaksud bentuk standar SOP?

Perhatikan persamaan logika ini: AB + BCD + BEF. Anda sudah paham bahwa persamaan logika tersebut
adalah salah satu contoh dari bentuk SOP.

Persamaan SOP disebut bentuk standar SOP jika semua suku-suku perkaliannya mengandung semua
domain persamaan logika tersebut. Jadi pada contoh persamaan logika di atas, persamaan SOP tersebut
bukan bentuk standar.

Bagaimana mengubahnya ke dalam bentuk standar?

Untuk mengubah persamaan SOP ke dalam bentuk standar kita gunakan aturan aljabar Boole ke 6 yang telah
kita pelajari sebelumnya, yaitu : A + ̅ = 1. Dengan memanfaatkan aturan ini kita dapat menambahkan
domain yang hilang dari sebuah suku persamaan SOP tanpa mengubah nilainya. Secara teknis, pengubahan
persamaan SOP menjadi bentuk standar SOP dilakukan dengan langkah-langkah berikut.

1. Kalikan setiap suku perkalian yang tidak standar dengan faktor pengali dari penjumlahan variabel
yang hilang dengan komplemennya. Langkah ini akan menghasilkan dua buah perkalian.
2. Ulangi langkah 1 sampai semua suku perkalian yang dihasilkan telah mengandung semua variabel
dalam domain persamaan. Dalam proses ini, jumlah suku perkalian akan berlipat ganda dua kali
untuk tiap satu variabel yang hilang.

Untuk lebih jelasnya kita pelajari contoh berikut.

Ubahlah persamaan SOP berikut ke dalam bentuk standar ̅ ̅ ̅̅ ̅ !

Solusi. Domain persamaan di atas terdiri atas A, B, C, dan D. Tampak bahwa bentuk di atas bukan bentuk
standar karena ada suku-suku perkalian yang tidak mengandung keempat variabel domain persamaan.

Pertama, suku pertama tidak mengandung variabel D, sehingga kita harus kalikan suku tersebut dengan hasil
jumlah variabel domain yang hilang beserta komplemennya, yaitu D dan ̅ , sehingga

̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅

Suku kedua, ̅ ̅ tidak mengandung C dan D sehingga kita perlu mengalikannya dengan faktor ̅
terlebih dahulu sehingga diperoleh dua suku perkalian yaitu ̅ ̅ dan ̅ ̅ ̅ . Selanjutnya kedua suku perkalian
baru ini masing-masing dikalikan dengan faktor ̅ sehingga diperoleh empat suku perkalian baru yaitu
̅ ̅ , ̅ ̅ ̅ , ̅ ̅ ̅ dan ̅ ̅ ̅ ̅ .

Dengan demikian, persamaan SOP dalam bentuk standar dari ̅ ̅ ̅̅ ̅ adalah ̅ ̅ ̅ +


̅̅ + ̅̅ ̅ ̅ ̅ ̅ + ̅ ̅ ̅̅ + ̅ .

Selain bentuk SOP, terdapat bentuk lain yang disebut bentuk perkalian terhadap hasil-hasil jumlah atau
product-of-sums (POS), yaitu jika dua atau lebih suku-suku penjumlahan diperkalikan. Beberapa contoh
POS adalah ( ̅ ̅ ,( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ , dan sebagainya. Seperti halnya SOP,
persamaan dalam bentuk POS juga dapat mengandung satu variabel saja.
Persamaan dalam bentuk POS secara sederhana memerlukan operasi AND terhadap keluaran dari dua atau
lebih keluaran gerbang-gerbang OR. Sebagai contoh, berikut ini merupakan gambar rangkaian digital dari
persamaan (A + B)(B + C + D)(A + C).

Sebuah persamaan POS, dapat diubah menjadi bentuk standar POS seperti halnya pada persamaan SOP.
Bentuk standar POS yaitu bentuk persamaan POS yang suku penjumlahannya mengandung semua variabel-
variabel dalam domain. Pada contoh persamaan POS dalam gambar di atas, persamaan tersebut tidak
termasuk bentuk standar POS karena semua suku penjumlahannya tidak mengandung seluruh variabel
domain. Persamaan POS dapat diubah menjadi bentuk standar POS dengan memanfaatkan aturan aljabar
Boole ke-8 yaitu (A ̅ ). Langkah-langkah lengkapnya adalah sebagai berikut.

Langkah 1. Tambahkan sebuah suku yang merupakan perkalian dari variabel yang hilang dan komplemen
dari variabel tersebut pada semua faktor perkalian tak standar. Langkah ini akan menghasilkan dua suku
penjumlahan.

Langkah 2. Gunakan aturan ke 12 aljabar Boole yaitu A + BC = (A + B)(A + C)

Langkah 3. Ulangi langkah 1 sehingga diperoleh semua suku-suku penjumlahan mengandung semua variabel
dalam domain baik dalam bentuk komplemennya maupun bukan dalam bentuk komplemennya.

Sebagai ilustrasi dari langkah-langkah di atas perhatikan contoh berikut.

Kita akan mengubah persamaan Boolean ( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ke dalam bentuk standar


POS.

Perhatikan persamaan di atas memiliki domain A, B, C, dan D. Namun suku penjumlahan pertama dan kedua
tidak mengandung salah satu dari variabel domain tersebut.

Pertama, kita ambil suku yang pertama ̅ karena suku ini tidak mengandung variabel D, maka kita
tambahkan sebuah suku yaitu ̅ sehingga suku pertama menjadi ̅ ̅ . selanjutnya menurut
langkah 2, kita gunakan aturan 12 sehingga suku pertama dapat dituliskan menjadi

̅ ̅ ̅ ̅ ̅

Melalui langkah-langkah yang sama, suku kedua persamaan Boolean dapat diubah menjadi

̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅

Dengan demikian bentuk standar dari persamaan Boolean tersebut adalah


̅ ̅ ̅ ̅ ̅
̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅

Mengubah bentuk SOP Standar menjadi POS Standar

Setelah kita mengubah bentuk persamaan Boolean baik SOP maupun POS ke dalam bentuk standarnya,
maka bentuk standar tersebut dapat diubah menjadi bentuk standar lain (bentuk POS standar ke dalam
bentuk SOP standar atau sebaliknya) dengan menggunakan langkah-langkah berikut.

1. Periksalah masing-masing suku perkalian dalam persamaan SOP dengan cara menentukan bilangan
biner yang menyatakan suku perkalian tersebut. Yaitu berikan biner 1 untuk variabel bukan
komplemen dan 0 untuk variabel komplemen.
2. Tentukan semua bilangan biner yang tidak termasuk dalam langkah 1 di atas.
3. Tuliskan suku penjumlahan yang ekuivalen dengan masing-masing bilangan biner dari langkah 2 dan
nyatakan dalam bentuk POS.

Prosedur yang sama di atas dapat dilakukan untuk mengubah bentuk POS ke SOP

Sebagai ilustrasi langkah-langkah di atas, kita akan mengonversi persamaan SOP berikut ke dalam bentuk
persamaan POS:

̅̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅

Terapkan langkah 1, yakni mengganti variabel bukan komplemen dengan biner 1 dan variabel komplemen
dengan biner 0 sehingga diperoleh : 000 + 010 + 011 + 101 + 111

Perhatikan bahwa terdapat tiga domain dalam persamaan di atas sehingga terdapat 8 (2 3) kemungkinan
kombinasi biner.

Langkah 2, meminta kita untuk menentukan bilangan biner lain yang belum termasuk dalam bilangan biner
di atas. Karena di atas telah ada 5 bilangan biner, maka tiga sisanya yang lain adalah 001, 100, dan 110.

Langkah 3, kita tuliskan suku penjumlahan yang ekuivalen dengan bilangan biner yang kita peroleh dalam
langkah 2 dalam bentuk POS. Ingat bahwa nilai-nilai biner pada langkah 2 di atas merupakan nilai biner yang
menghasilkan jumlah 0. Ini berarti kita harus membalik aturan pada langkah 1 yaitu kita harus menuliskan
variabel dalam bentuk bukan komplemen bagi bit 0 dan dalam variabel dalam bentuk komplemen bagi bit 1.
Dengan demikian, persamaan kita tuliskan sebagai

̅ ̅ ̅ ̅

Tugas 1. Periksalah bahwa kedua persamaan di atas benar dengan menggunakan tabel kebenaran!

Tugas 2. Ubahlah persamaan logika berikut ke dalam bentuk ekuivalennya dengan menggunakan langkah-
langkah seperti yang telah dikemukakan di atas.

Você também pode gostar