Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pendahuluan
1.2 Tujuan
a. Apakah Trend dan Isu dalam pelayanan manajemen keperawatan di Puskesmas ?
1.3 Manfaat
a. Untuk mengetahui Trend dan Isu dalam pelayanan manajemen keperawatan di
Puskesmas.
BAB II
Pembahasan
1
2.1 Definisi Trend dan Isu Keperawatan
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren
juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini
yang biasanya sedang popular dikalangan masyarakat. Isu adalah suatu peristiwa atau
kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang
menyangkut ekonomi, moneter, social politik, hokum, pembangunan nasional, bencana
alam, terutama tentang kesehatan. Dengan demikian, Trend dan Isu Keperawatan adalah
sesuatu yang sedang dibicarakan banyak orang tentang praktek/mengenai keperawatan
baik itu berdasarkan fakta atau tidak, trend dan issu keperawatan tentunya menyangkut
tentang aspek legal dan etis keperawatan.
a. Standar
Standar menurut PP 102 tahun 2000 adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang
dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus
semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat – syarat keselamatan,
keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang
untuk memperoleh manfaat yang sebesar – besarnya.
Standar yang berbasis pada sistem manajemen kinerja mempunyai ciri SMART
yaitu:
2
1) Spesifik (spesific)
2) Terukur (measurable)
3) Tepat (appropriate)
4) Handal (reliable)
5) Tepat waktu (timely)
Standar yang dikembangkan dengan baik akan memberikan ciri ukuran kualitatif
yang tepat seperti yang tercantum dalam standar pelaksanaannya. Standar selalu
berhubungan dengan mutu karena standar menentukan mutu. Standar dibuat untuk
mengarahkan cara pelayanan yang akan diberikan serta hasil yang ingin dicapai.
Dalam manajemen kinerja klinik dikenal 3 macam standar yaitu:
1) Standar struktur
2) Standar proses
3) Standar outcomes.
Standar struktur adalah karakteristik organisasi dalam tatanan asuhan yang
diberikan. Standar ini sama dengan standar input yang meliputi: filosofi,
organisasi dan administrasi, kebijakan dan peraturan, staffing dan pembinaan, job
description, fasilitas dan peralatan.
Standar prosedur, merupakan kegiatan dan interaksi antara pemberi dan penerima
asuhan. Standar ini berfokus pada kinerja dari petugas profesional di tatanan
klinis mencakup:
1) Fungsi, tugas, tanggung jawab dan akontabilitas
2) Manajemen kinerja klinis
3) Monitoring dan evaluasi kinerja klinis
Standar outcomes adalah hasil asuhan dalam kaitannya dengan status pasien.
Standar ini berfokus pada asuhan keperawatan terhadap pasien yang bermutu
prima
Dalam manajemen kinerja klinik dikenal juga yang disebut standart operational
procedure (SOP). SOP adalah suatu perangkat instruksi atau langkah – langkah
kegiatan yang dibakukan untuk memenuhi kebutuhan tertentu klien (Depkes RI,
2004). SOP dibuat untuk mengarahkan serangkaian kegiatan asuhan keperawatan
untuk mencapai tujuan yang efisien dan efektif sehingga konsisten dan aman
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan standar yang
berlaku.
SOP harus tertulis dan disepakati dalam suatu tatanan praktek / klinik. SOP harus
memuat komponen struktur, proses dan outcomes. SOP harus berorientasi pada
pelanggan dan disahkan oleh pemegang kebijakan.
b. Uraian tugas (Job description)
Uraian tugas adalah seperangkat fungsi, tugas dan tangung jawab yang dijabarkan
ke dalam kegiatan pekerjaan. Bisa juga diartikan sebagai pernyataan tertulis untuk
semua tingkatan jabatan dalam satu unit yang menggambarkan fungsi, tanggung
jawab dan kualitas yang dibutuhkan.
Uraian tugas dapat menjadi rintangan bila tidak akurat, tidak lengkap dan
3
kadaluarsa. Penulisan uraian tugas yang sempurna dapat menjadi aset dan dapat
menggambarkan jabatan dalam organisasi kerja yang memberikan pandangan
operasional secara keseluruhan dan menunjukkan bahwa uraian tugas telah
dirancang dan dianalisa sebagai suatu bagian intergral dari pelayanan organisasi
kerja. Perawat harus memelihara agar pekerjaan yang dilakukan tetap relevan
dengan uraian tugas melalui perbaikan secara periodik dan sistematis.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien, sebagian besar dilakukan
oleh tenaga perawat. Namun masih banyak ditemukan perawat melakukan tugas
non keperawatan yang tentunya mengurangi pelayanan keperawatan yang
seharusnya dilakukannya. Di samping itu kegiatan non keperawatan juga dapat
mengaburkan uraian tugas perawat baik dalam jabatan maupun
tanggungjawabnya sebagai perawat klinik.
Sebelum membuat suatu uraian tugas, maka perlu dinilai kewajaran dan beban
kerja masing – masing perawat. Masalah kewajaran dan beban kerja dapat
diketahui dengan cara menghitung beban kerja perawat.
Prinsip penulisan uraian tugas adalah:
1) Mengidentifikasi fungsi dan tugas yang telah ditetapkan
2) Membuat urutan tugas secara logis dan jelas
3) Mulai dengan kalimat aktif
4) Menggunakan kata kerja
c. Indikator kinerja
Indikator adalah pengukuran tidak langsung terhadap suatu peristiwa (event) atau
suatu kondisi( Wilson & Sapanuchart, 1993) misalnya berat badan bayi pada
umurnya adalah indikator status nutrisi bayi tersebut. Green (1992) memberikan
pengertian indikator adalah variabel yang menunjukkan satu kecenderungan
situasi yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan. Ada dua kata kunci
penting dalam pengertian tersebut yaitu pengukuran dan perubahan. Untuk
mengukur tingkat hasil suatu kegiatan digunakan indikator sebagai alat atau
petunjuk untuk mengukur prestasi pelaksanaan kegiatan tersebut.
Indikator yang berfokus pada hasil asuhan kepada pasien dan proses – proses
kunci serta spesifik disebut indikator klinik. Indikator klinik adalah ukuran
kuantitas sebagai pedoman untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan
pasien dan berdampak terhadap pelayanan. Indikator tidak dipergunakan secara
langsung untuk mengukur kualitas pelayanan tetapi dianalogkan sebagai
“bendera” yang menunjukkan adanya suatu masalah spesifik dan memerlukan
monitoring dan evaluasi.
Kinerja (performance) dalam konteks tugas, sama dengan prestasi kerja. Para
pakar banyak memberikan definis tentang kinerja secara umum. Berikut ini
beberapa di antaranya:
1) Kinerja adalah catatan tentang hasil – hasil yang diperoleh dari fungsi – fungsi
pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu (Bernardin dan
Russel, 1993)
4
2) Kinerja adalah keberhasilan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan
(As’ad, 1991)
3) Kinerja adalah pekerjaan yang merupakan gabungan dari karakteristik pribadi
dan pengorganisasian seseorang (Kurb, 1986)
4) Kinerja adalah apa yang dapat dikerjakan sesuai dengan tugas dan fungsinya
(Gilbert, 1977)
Pada dasarnya kinerja menekankan pada apa yang dihasilkan dari fungsi – fungsi
suatu pekerjaan atau apa yang keluar (out come). Bila disimak lebih lanjut apa
yang terjadi dalam sebuah pekerjaan atau jabatan adalah suatu proses yang
mengolah input menjadi output (hasil kerja).
Penggunaan indikator kunci untuk mengukur hasil kinerja individu bersumber
dari fungsi – fungsi yang diterjemahkan dalam kegiatan / tindakan dengan
landasan standar yang jelas dan tertulis. Mengingat kinerja mengandung
komponen kompetensi dan produktivitas hasil, maka hasil kinerja sangat
bergantung pada tingkat kemampuan individu dalam pencapaiannya.
Syarat – syarat indikator kinerja adalah:
1) Spesifik dan jelas sehingga dapat dipahami dan tidak ada kemungkinan
kesalahan interpretasi
2) Dapat diukur secara obyektif baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif
yaitu dua atau lebih yang mengukur indikator kinerja mempunyai kesimpulan
yang sama.
3) Relevan, indikator kinerja harus menangani aspek – aspek obyektif yang
relevan.
4) Dapat dicapai, penting dan harus berguna untuk menunjukkan keberhasilan
masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak setiap proses.
5) Harus cukup fleksibel dan sensitif terhadap perubahan / penyesuaian
pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan
6) Efektif, data / informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja yang
bersangkutan dapat dikumpulkan, diolah, dianalisis dengan biaya yang tersedia
Diskusi refleksi kasus
Diskusi refleksi kasus adalah suatu metode pembelajaran dalam merefleksikan
pengalaman perawat yang aktual dan menarik dalam memberikan dan mengelola
asuhan keperawatan di lapangan melalui suatu diskusi kelompok yang mengacu
pada pemahaman standar yang ditetapkan.
d. Diskusi refleksi kasus bermanfaat dalam mengenbangkan profesionalisme
perawat, meningkatkan aktualisasi diri, membangkitkan motivasi belajar, wahana
untuk menyelesaikan masalah dengan mengacu pada standar keperawatan yang
telah ditetapkan, belajar untuk menghargai kolega untuk lebih sabar, lebih banyak
mendengarkan, tidak menyalahkan, tidak memojokkan dan meningkatkan kerja
sama.
Langkah pertama dalam kegiatan diskusi refleksi kasus adalah pemilihan atau
penetapan kasus yang akan didiskusikan. Adapun topik yang bisa didiskusikan
5
dalam diskusi refleksi kasus antara lain: pengalaman pribadi perawat yang aktual
dan menarik dalam menangani kasus di lapangan, pengalaman dalam mengelola
pelayanan keperawatan dan isu – isu strategis, pengalaman yang masih relevan
untuk dibahas dan akan memberikan informasi berharga untuk meningkatkan
mutu pelayanan.
Setelah topik dipilih, maka dilanjutkan dengan penyusunan jadwal kegiatan
diskusi refleksi kasus. Jadwal kegiatan diskusi refleksi kasus adalah daftar
kegiatan yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu yang telah ditetapkan dan
disepakati. Kegiatan diskusi refleksi kasus disepakati dalam kelompok kerja di
Puskesmas. Dan selanjutnya diskusi refleksi kasus ini bisa dilaksanakan. Kegiatan
diskusi refleksi kasus dilakukan minimal satu kali dala satu bulan dan sebaiknya
jadwal disusun untuk kegiatan satu tahun. Dengan demikian para peserta yang
telah ditetapkan akan mempunyai waktu yang cukup untuk mempersiapkannya.
Proses diskusi ini akan memberikan ruang dan waktu bagi setiap peserta untuk
merefleksikan pengalaman, pengatahuan serta kemampuannya dan mengarahkan
maupun meningkatkan pemahaman perawat terhadap standar yang akan memacu
mereka untuk melakukan kinerja yang bermutu.
e. Monitoring
Monitoring adalah suatu proses pengumpulan dan menganalisis informasi dari
penerapan suatu program termasuk mengecek secara reguler untuk melihat
apakah kegiatan / program itu berjalan sesuai rencana sehingga masalah yang
dilihat atau ditemui dapat diatasi. (WHO dalam Depkes RI, 2005)
Sistem monitoring indikator kinerja klinis perawat sangat diperlukan untuk
meningkatkan serta mempertahankan tingkat kinerja yang bermutu. Melalui
monitoring, akan dapat dipantau penyimpangan – penyimpangan yang terjadi.
Penyimpangan harus dikelola dengan baik oleh manajer perawat untuk diluruskan
kembali agar kegiatan yang dilakukan sesuai dengan standar.
Ada tiga indikator kinerja perawat yang perlu dimonitor :
1) Indikator kinerja administratif, meliputi pendokumentasian asuhan
keperawatan, segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan administratif
termasuk pencatatan dan pelaporan
2) Indikator kinerja klinis, meliputi pelaksanaan kegiatan atau aktifitas langsung
terhadap pasien
3) Pengembangan staf, berkaitan dengan pengembangan kemampuan klinis staf
(pengetahuan, keterampilan dan sikap) yang dapat dilakukan secara rutin antara
lain melalui diskusi refleksi kasus.
Monitoring sangat diperlukan dalam suatu sistem manajemen dan hasilnya
merupakan feed back bagi manajemen untuk lebih meningkatkan rencana
operasional serta mengambil langkah – langkah perbaikan. Oleh karena itu
manajer diharapkan memiliki sistem monitoring yang baik sehingga
penyimpangan yang terjadi akan dapat dikelola dengan tepat, cepat dan dapat
dilakukan upaya perbaikan dengan segera. Dengan melakukan monitoring secara
6
periodik sesuai dengan kebutuhan, maka pelayanan keperawatan dapat
ditingkatkan mutunya secara terus menerus.
7
Dalam manajemen kinerja klinis ada beberapa keterampilan dan teknik yang harus
dikuasai yaitu learning organisation dan coaching. Learning organisation adalah suatu
kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat primer. Dengan learning organisation
perawat primer akan mampu mengorganisir perawat asociated yang dipimpinnya.
Coaching adalah kemampuan yang sudah seharusnya dimiliki oleh semua perawat,
karena salah satu peran perawat adalah sebagai educator atau pendidik. Jadi selain
mendidik mahasiswa keperawatan, perawat juga memberikan pendidikan kepada perawat
yang lebih junior dan tim kesehatan lainnya.
Dari kerangka konsep manajemen kinerja klinik dan manajemen keperawatan, hampir
semua bagiannya sama. Jadi pada dasarnya manajemen klinik adalah manajemen
keperawatan. Dan hal ini merupakan peluang bagi para perawat untuk meningkatkan
mutu kinerjanya, khususnya di Puskesmas.
3. Puskesmas Idaman
Keterlibatan perawat dalam politik sangat terbatas. Walaupun secara individu ada
beberapa nama seperti F.Nightingale, Lilian Wald, Margaret Sunger, dan Lavinia Dock
telah mempengaruhi dalam pembuatan di berbagai bidang nampaknya perawat kurang di
hargai sebagai kelompok. Gerakan wanita telah memberikan inspirasi pada perwat
mengenai masalah keperawatan komunitas.
Perawat merasa tidak nyaman dengan politik karena mayoritas perawat adalah
wanita dan poolitik merupakan dominasi laki-laki (Marson,1990).
8
Perawat merasa tidak nyaman dengan politik karena mayoritas perawat adalah
wanita dan poolitik merupakan dominasi laki-laki (Marson,1990).
3) Puskesmas Idamam
9
pelayanan masyarakat, akan berusaha untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan harapan pelanggan, oleh karena itu Puskesmas Idaman
juga merubah paradigma dari “ Puskesmas yang mengatur Masyarakat” menjadi
“Puskesmas yang memenuhi harapan Masyarakat”.
Perubahan organisasi akan terjadi terus menerus, baik karena pengaruh lingkungan
internal maupun eksternal serta tuntutan pelanggan yang terus berubah, untuk itu
10
Puskesmas Idaman harus selalu dapat menyesuaikan perubahan tersebut, sehingga
dapat terus mempertahankan pelayanan kesehatan yang memuaskan pelanggan.
1. Bagi Masyarakat
e. Tenaga kesehatan berpenampilan rapi dan bersih, khusus untuk dokter dan dokter gigi
memakai jas dokter pada saat melayani pasien.
g. Pelanggan diperlakukan secara ramah dan sopan serta dengan penuh simpati dibantu
sepenuhnya keperluaanya datang ke Puskesmas.
h. Tenaga kesehatan cepat dan tanggap dalam merespon keluhan dan keinginan
pelanggan
j. Tempat pelayanan kesehatan ditata rapi dan bersih, dan ber-AC, sehingga member
kenyamanan pada pasien dan tenaga kesehatan yang melayaninya
11
k. tunggu pasien ditata rapi dan bersih serta dilengkapai sarana hiburan yang sesuai
dengan harapan pasien
l. Kamar mandi dan WC bersih, tidak bau dan cukup air, serta dibersihkan setiap hari
1. Upaya Kesehatan
a. Upaya Kesehatan wajib adalah upaya kesehatan yang wajib dillaksanakan oleh
Puskesmas Idaman, upaya kesehatan wajib tersebut adalah:
1. Upaya Promosi Kesehatan
2. Upaya Kesehatan Lingkugan
3. Upaya Kesehatan Ibu dan anak serta Keluarga Berencana
4. Upaya Kesehatan Gizi Masyarakat
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular\
6. Upaya Pengobatan
b. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan Pengembangan adalah upaya kesehatan inovatif berdasarkan
permasalahan kesehatan di masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan
Puskesmas.
1. Upaya Kesehatan Sekolah
2. Upaya Kesehatan Olah Raga
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
4. Upaya Kesehatan Kerja
5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
6. Upaya Kesehatan Jiwa
7. Upaya Kesehatan Mata
8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
9. Upaya Pembinaan Pengobatan tradisional
2.Azas Penyelenggaraan
BAB III
PENUTUB
3.1 Kesimpulan
13
Manajemen kinerja klinik adalah manajemen keperawatan yang telah ditetapkan dengan
produk peraturan perundangan yaitu Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 836 tahun
2005. Namun pelaksanaannya belum optimal di Puskesmas. Ditambah lagi, sistem
pendidikan formal keperawatan kurang memberikan porsi pendidikan manajerial di
Puskesmas.
Manajemen kinerja klinik sama dengan manajemen keperawatan baik dari kerangka
konsep maupun elemen penyusunnya. Meskipun ada perbedaan istilah, namun
substansinya sama. Keduanya mempunyai tujuan menghasilkan layanan keperawatan
yang bermutu.
Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis di Dinas Kesehatan sangat membutuhkan
manajemen kinerja klinis untuk meningkatkan mutu layanannya. Perawat sebagai
personel dengan kemampuan teknik dan berjumlah banyak menjadi tulang punggung
upaya perbaikan mutu. Oleh karena itu manajemen kinerja klinik sangat dibutuhkan di
Puskesmas.
3.2 Saran
Diharapkan kepada mahasiswa yang nantinya sebgai tenaga kesehtan di
masyarakat dapat mengetahui Trend dan Isu Keperawatan dan dapat memberikan
pengetahuan tersebut kepada masyarakat yang luas
14