Você está na página 1de 14

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Perawat selama ini sering disebut sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan.
Jumlahnya yang cukup besar yakni 40% dari keseluruhan tenaga kesehatan yang ada
seharusnya mampu memberi warna pada upaya peningkatan derajat kesehatan di
Indonesia. Namun pada kenyataannya profesi perawat sering dianggap sebagai
pelengkap. Hal ini tidak terlepas dari hamper semua perawat yang bekerja di Institusi
pelayanan kesehatan melakukan tugasnya hanya sebagai rutinitas semata tanpa upaya
pengembangan dan inovasi. Tidak hanya di Rumah Sakit, perawat di Puskesmas yang
semestinya memiliki lahan garap yang lebih luas malah terjebak dalam rutinitas yang
sebagian besar bukan merupakan tugas pokok dan fungsi seorang perawat. Mutu
pelayanan di Puskesmas tidak terlepas dari peran perawat dan mutu pelayanan
keperawatan sangat terkait dengan kinerja klinik perawat. Dibutuhkan peningkatan
profesionalisme perawat mulai dari peningkatan kompetensi sesuai keilmuan,
pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai standart, asuhan keperawatan yang berorientasi
kepada klien dan mematuhi kode etik keperawatan. Untuk peningkatan profesionalisme,
salah satunya dengan manajemen dengan manajemen kinerja klinik tenaga keperawatan.
Yang termasuk manajemen kinerja klinik adalah penyusunan standart operating
procedure, indicator kinerja klinik, uraian tugas, diskusi refleksi kasus, monitoring,
evaluasi.
Perawat puskesmas memerlukan kompetensi untuk melaksanakan kegiatan di
puskesmas. Quad Council PHN Competencies (2003) menyebutkan kompetensi yang
diperlukan untuk mengnalisa permasalahan kesehatan yang ada di masyarakt hingga
melakukan evaluasi. Kompetensi yang diharapkan meliputi keterampilan menganalisis
pengkajian kesehtan masyarakat, keterampilan merencakanakan program kesehatan
masyarakat, keterampilan komunikasi, keterampilan memahami budaya masyarakat,
keterampilan bekerjasama dengan masyarakat maupun stakeholder, keterampilan
menggunakan ilmu kesehatan masyarakat, keterampilan melakukan manajemen financial,
dan keterampilan kepemimpinan serta berfikir sestematis. Kemampuan ini meneurut
Deseco (2005) dikategorikaan menjadi tiga, yaitu kemampuan menggunakan sarana
prasarana (teknologi, bahasa, dan lain-lain,) kemampuan berinteraksi dengan berbagai
kelompok yang heterogen, dan kemampuan bertindak sesuai dengan kemenangan yang
dimilikinya dalam menjalankan upaya kesehatan.

1.2 Tujuan
a. Apakah Trend dan Isu dalam pelayanan manajemen keperawatan di Puskesmas ?

1.3 Manfaat
a. Untuk mengetahui Trend dan Isu dalam pelayanan manajemen keperawatan di
Puskesmas.
BAB II
Pembahasan

1
2.1 Definisi Trend dan Isu Keperawatan
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren
juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini
yang biasanya sedang popular dikalangan masyarakat. Isu adalah suatu peristiwa atau
kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang
menyangkut ekonomi, moneter, social politik, hokum, pembangunan nasional, bencana
alam, terutama tentang kesehatan. Dengan demikian, Trend dan Isu Keperawatan adalah
sesuatu yang sedang dibicarakan banyak orang tentang praktek/mengenai keperawatan
baik itu berdasarkan fakta atau tidak, trend dan issu keperawatan tentunya menyangkut
tentang aspek legal dan etis keperawatan.

Trend & Issue Dalam Pelayanan Manajemen Keperawatan

2.2 Manajemen Kinerja Klinik di Puskesmas


A. Konsep dasar manajemen kinerja klinik
Manajemen kinerja klinik adalah suatu upaya peningkatan kemampuan manajerial
dan kinerja perawat dalam memberikan pelayanan di institusi pelayanan kesehatan
untuk mencapai pelayanan yang bermutu (Depkes RI, 2005).
Manajemen kinerja klinik didasarkan pada profesionalisme perawat, ilmu
pengetahuan dan teknologi, aspek legal formal serta landasan etika. Manajemen
kinerja klinik dilaksanakan dengan tujuan meingkatkan mutu pelayanan perawat di
institusi pelayanan kesehatan. Dalam penerapan manajemen kinerja klinik perawat
diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, mematuhi standar
yang ditetapkan, mempunyai kemampuan manajerial yang baik, melaksanakan
asuhan keperawatan yang bermutu dan pada akhirnya mampu memenuhi harapan
masyarakat dalam hal pelayanan kesehatan yang bermutu.
Manajemen kinerja klinik dilaksanakan berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 836 Tahun 2005 tentang pedoman pengembangan
manajemen kinerja perawat dan bidan. Adapun komponen dari manajemen kinerja
klinik adalah:
1) Standar
2) Uraian tugas
3) Indikator kinerja
4) Diskusi refleksi kasus
5) Monitoring

a. Standar
Standar menurut PP 102 tahun 2000 adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang
dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus
semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat – syarat keselamatan,
keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang
untuk memperoleh manfaat yang sebesar – besarnya.
Standar yang berbasis pada sistem manajemen kinerja mempunyai ciri SMART
yaitu:
2
1) Spesifik (spesific)
2) Terukur (measurable)
3) Tepat (appropriate)
4) Handal (reliable)
5) Tepat waktu (timely)
Standar yang dikembangkan dengan baik akan memberikan ciri ukuran kualitatif
yang tepat seperti yang tercantum dalam standar pelaksanaannya. Standar selalu
berhubungan dengan mutu karena standar menentukan mutu. Standar dibuat untuk
mengarahkan cara pelayanan yang akan diberikan serta hasil yang ingin dicapai.
Dalam manajemen kinerja klinik dikenal 3 macam standar yaitu:
1) Standar struktur
2) Standar proses
3) Standar outcomes.
Standar struktur adalah karakteristik organisasi dalam tatanan asuhan yang
diberikan. Standar ini sama dengan standar input yang meliputi: filosofi,
organisasi dan administrasi, kebijakan dan peraturan, staffing dan pembinaan, job
description, fasilitas dan peralatan.
Standar prosedur, merupakan kegiatan dan interaksi antara pemberi dan penerima
asuhan. Standar ini berfokus pada kinerja dari petugas profesional di tatanan
klinis mencakup:
1) Fungsi, tugas, tanggung jawab dan akontabilitas
2) Manajemen kinerja klinis
3) Monitoring dan evaluasi kinerja klinis
Standar outcomes adalah hasil asuhan dalam kaitannya dengan status pasien.
Standar ini berfokus pada asuhan keperawatan terhadap pasien yang bermutu
prima
Dalam manajemen kinerja klinik dikenal juga yang disebut standart operational
procedure (SOP). SOP adalah suatu perangkat instruksi atau langkah – langkah
kegiatan yang dibakukan untuk memenuhi kebutuhan tertentu klien (Depkes RI,
2004). SOP dibuat untuk mengarahkan serangkaian kegiatan asuhan keperawatan
untuk mencapai tujuan yang efisien dan efektif sehingga konsisten dan aman
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan standar yang
berlaku.
SOP harus tertulis dan disepakati dalam suatu tatanan praktek / klinik. SOP harus
memuat komponen struktur, proses dan outcomes. SOP harus berorientasi pada
pelanggan dan disahkan oleh pemegang kebijakan.
b. Uraian tugas (Job description)
Uraian tugas adalah seperangkat fungsi, tugas dan tangung jawab yang dijabarkan
ke dalam kegiatan pekerjaan. Bisa juga diartikan sebagai pernyataan tertulis untuk
semua tingkatan jabatan dalam satu unit yang menggambarkan fungsi, tanggung
jawab dan kualitas yang dibutuhkan.
Uraian tugas dapat menjadi rintangan bila tidak akurat, tidak lengkap dan
3
kadaluarsa. Penulisan uraian tugas yang sempurna dapat menjadi aset dan dapat
menggambarkan jabatan dalam organisasi kerja yang memberikan pandangan
operasional secara keseluruhan dan menunjukkan bahwa uraian tugas telah
dirancang dan dianalisa sebagai suatu bagian intergral dari pelayanan organisasi
kerja. Perawat harus memelihara agar pekerjaan yang dilakukan tetap relevan
dengan uraian tugas melalui perbaikan secara periodik dan sistematis.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien, sebagian besar dilakukan
oleh tenaga perawat. Namun masih banyak ditemukan perawat melakukan tugas
non keperawatan yang tentunya mengurangi pelayanan keperawatan yang
seharusnya dilakukannya. Di samping itu kegiatan non keperawatan juga dapat
mengaburkan uraian tugas perawat baik dalam jabatan maupun
tanggungjawabnya sebagai perawat klinik.
Sebelum membuat suatu uraian tugas, maka perlu dinilai kewajaran dan beban
kerja masing – masing perawat. Masalah kewajaran dan beban kerja dapat
diketahui dengan cara menghitung beban kerja perawat.
Prinsip penulisan uraian tugas adalah:
1) Mengidentifikasi fungsi dan tugas yang telah ditetapkan
2) Membuat urutan tugas secara logis dan jelas
3) Mulai dengan kalimat aktif
4) Menggunakan kata kerja
c. Indikator kinerja
Indikator adalah pengukuran tidak langsung terhadap suatu peristiwa (event) atau
suatu kondisi( Wilson & Sapanuchart, 1993) misalnya berat badan bayi pada
umurnya adalah indikator status nutrisi bayi tersebut. Green (1992) memberikan
pengertian indikator adalah variabel yang menunjukkan satu kecenderungan
situasi yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan. Ada dua kata kunci
penting dalam pengertian tersebut yaitu pengukuran dan perubahan. Untuk
mengukur tingkat hasil suatu kegiatan digunakan indikator sebagai alat atau
petunjuk untuk mengukur prestasi pelaksanaan kegiatan tersebut.
Indikator yang berfokus pada hasil asuhan kepada pasien dan proses – proses
kunci serta spesifik disebut indikator klinik. Indikator klinik adalah ukuran
kuantitas sebagai pedoman untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan
pasien dan berdampak terhadap pelayanan. Indikator tidak dipergunakan secara
langsung untuk mengukur kualitas pelayanan tetapi dianalogkan sebagai
“bendera” yang menunjukkan adanya suatu masalah spesifik dan memerlukan
monitoring dan evaluasi.
Kinerja (performance) dalam konteks tugas, sama dengan prestasi kerja. Para
pakar banyak memberikan definis tentang kinerja secara umum. Berikut ini
beberapa di antaranya:
1) Kinerja adalah catatan tentang hasil – hasil yang diperoleh dari fungsi – fungsi
pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu (Bernardin dan
Russel, 1993)
4
2) Kinerja adalah keberhasilan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan
(As’ad, 1991)
3) Kinerja adalah pekerjaan yang merupakan gabungan dari karakteristik pribadi
dan pengorganisasian seseorang (Kurb, 1986)
4) Kinerja adalah apa yang dapat dikerjakan sesuai dengan tugas dan fungsinya
(Gilbert, 1977)
Pada dasarnya kinerja menekankan pada apa yang dihasilkan dari fungsi – fungsi
suatu pekerjaan atau apa yang keluar (out come). Bila disimak lebih lanjut apa
yang terjadi dalam sebuah pekerjaan atau jabatan adalah suatu proses yang
mengolah input menjadi output (hasil kerja).
Penggunaan indikator kunci untuk mengukur hasil kinerja individu bersumber
dari fungsi – fungsi yang diterjemahkan dalam kegiatan / tindakan dengan
landasan standar yang jelas dan tertulis. Mengingat kinerja mengandung
komponen kompetensi dan produktivitas hasil, maka hasil kinerja sangat
bergantung pada tingkat kemampuan individu dalam pencapaiannya.
Syarat – syarat indikator kinerja adalah:
1) Spesifik dan jelas sehingga dapat dipahami dan tidak ada kemungkinan
kesalahan interpretasi
2) Dapat diukur secara obyektif baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif
yaitu dua atau lebih yang mengukur indikator kinerja mempunyai kesimpulan
yang sama.
3) Relevan, indikator kinerja harus menangani aspek – aspek obyektif yang
relevan.
4) Dapat dicapai, penting dan harus berguna untuk menunjukkan keberhasilan
masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak setiap proses.
5) Harus cukup fleksibel dan sensitif terhadap perubahan / penyesuaian
pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan
6) Efektif, data / informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja yang
bersangkutan dapat dikumpulkan, diolah, dianalisis dengan biaya yang tersedia
Diskusi refleksi kasus
Diskusi refleksi kasus adalah suatu metode pembelajaran dalam merefleksikan
pengalaman perawat yang aktual dan menarik dalam memberikan dan mengelola
asuhan keperawatan di lapangan melalui suatu diskusi kelompok yang mengacu
pada pemahaman standar yang ditetapkan.
d. Diskusi refleksi kasus bermanfaat dalam mengenbangkan profesionalisme
perawat, meningkatkan aktualisasi diri, membangkitkan motivasi belajar, wahana
untuk menyelesaikan masalah dengan mengacu pada standar keperawatan yang
telah ditetapkan, belajar untuk menghargai kolega untuk lebih sabar, lebih banyak
mendengarkan, tidak menyalahkan, tidak memojokkan dan meningkatkan kerja
sama.
Langkah pertama dalam kegiatan diskusi refleksi kasus adalah pemilihan atau
penetapan kasus yang akan didiskusikan. Adapun topik yang bisa didiskusikan
5
dalam diskusi refleksi kasus antara lain: pengalaman pribadi perawat yang aktual
dan menarik dalam menangani kasus di lapangan, pengalaman dalam mengelola
pelayanan keperawatan dan isu – isu strategis, pengalaman yang masih relevan
untuk dibahas dan akan memberikan informasi berharga untuk meningkatkan
mutu pelayanan.
Setelah topik dipilih, maka dilanjutkan dengan penyusunan jadwal kegiatan
diskusi refleksi kasus. Jadwal kegiatan diskusi refleksi kasus adalah daftar
kegiatan yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu yang telah ditetapkan dan
disepakati. Kegiatan diskusi refleksi kasus disepakati dalam kelompok kerja di
Puskesmas. Dan selanjutnya diskusi refleksi kasus ini bisa dilaksanakan. Kegiatan
diskusi refleksi kasus dilakukan minimal satu kali dala satu bulan dan sebaiknya
jadwal disusun untuk kegiatan satu tahun. Dengan demikian para peserta yang
telah ditetapkan akan mempunyai waktu yang cukup untuk mempersiapkannya.
Proses diskusi ini akan memberikan ruang dan waktu bagi setiap peserta untuk
merefleksikan pengalaman, pengatahuan serta kemampuannya dan mengarahkan
maupun meningkatkan pemahaman perawat terhadap standar yang akan memacu
mereka untuk melakukan kinerja yang bermutu.
e. Monitoring
Monitoring adalah suatu proses pengumpulan dan menganalisis informasi dari
penerapan suatu program termasuk mengecek secara reguler untuk melihat
apakah kegiatan / program itu berjalan sesuai rencana sehingga masalah yang
dilihat atau ditemui dapat diatasi. (WHO dalam Depkes RI, 2005)
Sistem monitoring indikator kinerja klinis perawat sangat diperlukan untuk
meningkatkan serta mempertahankan tingkat kinerja yang bermutu. Melalui
monitoring, akan dapat dipantau penyimpangan – penyimpangan yang terjadi.
Penyimpangan harus dikelola dengan baik oleh manajer perawat untuk diluruskan
kembali agar kegiatan yang dilakukan sesuai dengan standar.
Ada tiga indikator kinerja perawat yang perlu dimonitor :
1) Indikator kinerja administratif, meliputi pendokumentasian asuhan
keperawatan, segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan administratif
termasuk pencatatan dan pelaporan
2) Indikator kinerja klinis, meliputi pelaksanaan kegiatan atau aktifitas langsung
terhadap pasien
3) Pengembangan staf, berkaitan dengan pengembangan kemampuan klinis staf
(pengetahuan, keterampilan dan sikap) yang dapat dilakukan secara rutin antara
lain melalui diskusi refleksi kasus.
Monitoring sangat diperlukan dalam suatu sistem manajemen dan hasilnya
merupakan feed back bagi manajemen untuk lebih meningkatkan rencana
operasional serta mengambil langkah – langkah perbaikan. Oleh karena itu
manajer diharapkan memiliki sistem monitoring yang baik sehingga
penyimpangan yang terjadi akan dapat dikelola dengan tepat, cepat dan dapat
dilakukan upaya perbaikan dengan segera. Dengan melakukan monitoring secara
6
periodik sesuai dengan kebutuhan, maka pelayanan keperawatan dapat
ditingkatkan mutunya secara terus menerus.

Manajemen Keperawatan di Puskesmas Melalui Manajemen Kinerja Klinik


Manajemen menurut Gillies (1986) yang diterjemahkan oleh Dika Sukmana dan Rika
Widya Sukmana (1996) adalah suatu proses dalam menyelesaikan pekaryaan melalui
orang lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional.
Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan
mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan
keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga, dan
masyarakat.
Selama ini manajemen keperawatan tidak dijalankan dengan baik di Puskesmas. Berbeda
dengan di Rumah Sakit atau klinik swasta. Memang manajemen Puskesmas secara umum
telah diatur oleh pemerintah termasuk pencatatan dan pelaporannya. Namun tugas pokok
dan fungsi perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan sangat jarang tersentuh pada
aplikasinya. Oleh karena itu tidak mengherankan bila Institusi pendidikan lebih memilih
Rumah Sakit sebagai lahan praktik manajemen keperawatan. Tentunya adalah sebuah
kerugian besar apabila tenaga profesional dengan gelar Profesi (Ners) kurang tahu
langkah apa yang harus dilakukan untuk manajerial keperawatan di Puskesmas.
Departemen (sekarang Kementerian)Kesehatan pada tahun 2005 mengeluarkan
keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 836 tahun 2005 tentang pedoman
pengembangan manajemen kinerja perawat dan bidan. Hal ini seharusnya menjadi jalan
terbaik agar manajemen keperawatan bisa diaplikasikan dengan baik dan menghasilkan
pelayanan keperawatan yang bermutu.
Manajemen keperawatan dan manajemen kinerja klinis pada dasarnya sama dan hanya
mempunyai perbedaan dalam istilah yang dipakai.
manajemen keperawatan sama dengan manajemen kinerja klinis baik dalam tahapan
maupun unsur yang menjadi bagian – bagiannya. Manajemen keperawatan terdiri dari 3
tahapan yaitu masukan (input), proses (process) dan keluaran (output).
Dalam manajemen kinerja klinik terdapat standar, hal ini mencakup standar, sistem,
prosedur, anggaran, peralatan, persediaan yang merupakan bagian – bagian dari
pengumpulan dan perencanaan. Dalam manajemen kinerja klinik juga terdapat uraian
tugas, hal ini mencakup personalia, organisasi, deskripsi kerja, kerjasama tim dalam
manajemen keperawatan. Indikator kinerja mencakup evaluasi tugas, pengambilan
keputusan, mempengaruhi keputusan, mempengaruhi perubahan, audit pasien, penilaian
prestasi. Khusus untuk diskusi refleksi kasus, mempunyai istilah yang dikenal sebagai
Nursing Round (ronde keperawatan). Namun sebenarnya diskusi refleksi kasus mencakup
organisasi, evaluasi tugas, kerjasama tim, pemecahan masalah, pengembangan staf dan
penelitian. Monitoring mencakup evaluasi tugas, minimalisasi ketidakhadiran, penurunan
pergantian, pemecahan masalah, menangani konflik, komunikasi dan analisis
transaksional, sistem informasi komputer.

7
Dalam manajemen kinerja klinis ada beberapa keterampilan dan teknik yang harus
dikuasai yaitu learning organisation dan coaching. Learning organisation adalah suatu
kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat primer. Dengan learning organisation
perawat primer akan mampu mengorganisir perawat asociated yang dipimpinnya.
Coaching adalah kemampuan yang sudah seharusnya dimiliki oleh semua perawat,
karena salah satu peran perawat adalah sebagai educator atau pendidik. Jadi selain
mendidik mahasiswa keperawatan, perawat juga memberikan pendidikan kepada perawat
yang lebih junior dan tim kesehatan lainnya.
Dari kerangka konsep manajemen kinerja klinik dan manajemen keperawatan, hampir
semua bagiannya sama. Jadi pada dasarnya manajemen klinik adalah manajemen
keperawatan. Dan hal ini merupakan peluang bagi para perawat untuk meningkatkan
mutu kinerjanya, khususnya di Puskesmas.

B. Tren paraktik keperawatan meliputi berbagai praktik di berbagai tempat praktik


dimana perawat memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus
menerus meningkatkan otonomi dan penghargaan sebagai anggota tim asuhan
keperawatan. Peran perawat meningkat dengan meluasnya focus asuhan keperawatan.
Tren dalam keperawatan sebagai profesi meliputi perkembangan aspek-aspek dari
keperawatan yang mengkarakteristikan keperawatan sebagai profesi meliputi:
pendidikan, teori, pelayanan, otonomi, dan kode etik. Aktivitas dari organisasi
keperawatan professional menggambarkan trend an praktik keperawatan.

Tren yang sedang dibicarakan adalah:

1. Pengaruh politik terhadap keperawatan professional

2. Pengaruh perawat dalam aturan dan praktik keperawatan

3. Puskesmas Idaman

1) Pengaruh Politik terhadap Keperawatan professional

Keterlibatan perawat dalam politik sangat terbatas. Walaupun secara individu ada
beberapa nama seperti F.Nightingale, Lilian Wald, Margaret Sunger, dan Lavinia Dock
telah mempengaruhi dalam pembuatan di berbagai bidang nampaknya perawat kurang di
hargai sebagai kelompok. Gerakan wanita telah memberikan inspirasi pada perwat
mengenai masalah keperawatan komunitas.

Kekuatan politik merupakan kemampuan untuk mempengaruhi atau meyakinkan


seseorang untuk memihak pada pemerintah untuk memperlihatkan bahwa kekuatan dari
pihak tersebut membentuk hasil yang diinginkan (Rogge,1987).

Perawat merasa tidak nyaman dengan politik karena mayoritas perawat adalah
wanita dan poolitik merupakan dominasi laki-laki (Marson,1990).
8
Perawat merasa tidak nyaman dengan politik karena mayoritas perawat adalah
wanita dan poolitik merupakan dominasi laki-laki (Marson,1990).

Strategi spesifik pengintegrasian peraturan public dalam kurikulum keperawatan,


sosialisasi dini, berpartisipasi dalam organisasi profesi, memperluas lingkungan praktik
klinik, dan menjalankan tempat pelayanan kesehatan.

2) Pengaruh Perawat dalam Peraturan dan Praktik Keperawatan

Pospek keperawatan komunitas dimasa yang akan dating cenderung semakin


berkembang dan dibutuhkan dalam system pelayanan kesehatan pemerintah. Peran
perawat kesehatan masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengatasi sebagai masalah
kesehatan yang terjadi di masa yang akan datang karena mengikuti perubahan secara
keseluruhan. Dampak perubahan tersebut dapat berpengaruh pada peran yang dilkaukan
perawat. Intervensi keperawatan kesehatan masarakat diberbagai tingkat pelayanan akan
semakin besar dikarnakan adanya kelalaian, ketidaktahuan, ketidakmauan, dan
ketidakmampuan individu,keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Komponen–komponen perubahan dalam masyarakat :

1. Pertambahan penduduk. Pertambahan penduduk secara cepat (population) dan


perubahan dalam gambaran penduduk, diantaranya perubahan dalam komposisi usia,
penyebarannya, dan kepadatan penduduk kota besar.
2. Transisi penyakit. Perubahan pola penyakit atau transisi penyakit yaitu perubahan
penyakit menular ke penyakit degenerative, seperti penyakit jantung, kanker,
depresimental dan ansietas, stroke, peningkatan kecelakaan, alkoholisme, dan yang
akhir-akhir ini marak adalah penyalahgunaan narkotika.
3. Perkembangan industrialisasi serta perubahan kondisi social. Perkembangan
industrialisasi serta perubahan kondisi social yang cepat dengan di sertai perubahan-
perubahan sikap, niali, gaya hidup, kondisi lingkungan, kelompok-kelompok
masyarakat baru, masalh individu, dan masyarakat.
4. Meningkatnya pengetahuan masarakat sebagai pelayanan kesehatan akan
meningkatkan juga harapan mereka terhadap mutu pelayanan keperawatan dan
kesehatanpola pelayanan kesehatan yang baru akan meningkatkan pencpaian
kesehatan bagi semua orang pada tahun 2000.
5. Kurang tenaga medis menyebabkan pelimpahan tanggung jawab atau wewenang pada
perawat.
6. Masyarakat akan menjadi rekan kerja dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Banyak
pelayanan yang akan dilaksanakan di luar rumah sakit, misalnya pelayanan pada
rehabilitasi, kesehatan jiwa, dan lain-lain.

3) Puskesmas Idamam

Puskesmas Idaman adalah Puskesmas dengan pelayanan kesehatan bermutu yang


memenuhi atau melebihi harapan pelanggan serta memberi pelayanan yang sesuai dengan
standart operating procedure (SOP) pelayanan kesehatan. “Puskesmas Idaman” sebagai

9
pelayanan masyarakat, akan berusaha untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan harapan pelanggan, oleh karena itu Puskesmas Idaman
juga merubah paradigma dari “ Puskesmas yang mengatur Masyarakat” menjadi
“Puskesmas yang memenuhi harapan Masyarakat”.

Puskesmas Idaman adalah Puskesmas dengan pelayanan kesehatan yang bermutu


yang sesuai dengan standart operating procedure (SOP) untuk memenuhi atau melebihi
harapan pelanggan , baik pelanggan eksternal maupun internal.

Visi dan Misi Puskesmas Idaman :

1. ”Puskesmas Idaman yang bermutu”, merupakan visi Puskesmas Idaman yang


menggambarkan keadaan yang ingin dicapai oleh Puskesmas di masa yang akan
datang yaitu Puskesmas dengan pelayanan kesehatan bermutu untuk memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan , baik pelanggan eksternal maupun internal.
2. Untuk mencapai visi Puskesmas Idaman tersebut, ditetapakan misi sebagai berikut:
a. Memastikan Pelanggan Puskesmas.Pelanggan Puskesmas perlu diketahui,
untuk mengetahui seberapa besar potensipasar yang akan kita layani.
b. Memahami psikografi Pelanggan Puskesmas.Psikografi pelanggan perlu
diketahui untuk mengetahui budaya , perilaku dankebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan, sehingga kita dapat mengantisipasi bentuk pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan.
c. Menata Mindset Tim Pelayaan Prima di Puskesmas Idaman.Pola pikir semua
pegawai perlu ditata dan disamakan, dengan tujuan agar semua pegawai
mempunyai polapikir yang sama untuk menyelenggarakan pelayanan prima di
Puskesmas Idaman.
d. Memberi kesempatan pada “front liner” untuk ikut mengambil keputusan dan
memberikan saran dalam pelaksanaan pelayanan prima di Puskesmas.Pegawai
di garis depan “front liner” seperti petugas parkir dan loket, merupakan orang
pertama yang kontak dengan pelanggan, oleh karena itu mereka banyak
mengetahui informasi yang kita butuhkan dalam pengambilan keputusan
pelaksanaan pelayanankesehatan di Puskesmas Idaman.
e. Mengembangkan pelayanan kesehatan yang tak terlupakan pada
Pelanggan.Dengan memberi pelayanan kesehatan yang memberi kesan
”WOO”, maka hal tersebut akan membanggakan dan memuaskan pada
pelanggan yang juga dapat berfungsi sebagai promosi antar pelanggan.
f. Menjalin komunikasi terus menerus dengan Pelanggan untuk menciptakan
”Customer Market Relationship”.Komunikasi dengan pelanggan yang terjalin
baik, akan menimbulkan ikatan batin antar mereka sehingga hal tersebut akan
membuat pelanggan menjadi loyal
g. Melakukan penyesuaian organisasi terus menerus untuk peningkatan mutu
pelayanan kesehatan

Perubahan organisasi akan terjadi terus menerus, baik karena pengaruh lingkungan
internal maupun eksternal serta tuntutan pelanggan yang terus berubah, untuk itu

10
Puskesmas Idaman harus selalu dapat menyesuaikan perubahan tersebut, sehingga
dapat terus mempertahankan pelayanan kesehatan yang memuaskan pelanggan.

Manfaat Puskesmas Idaman :

1. Bagi Masyarakat

a. Mendapat pelayanan kesehatan bermutu dan terjangkau

b. Masyarakat mampu mendapat pelayanan kesehatan sesuai keinginan

c. Masyarakat tidak mampu/maskin mendapat pelayanan kesehatan standard

2. Bagi Pemerintah Daerah

a. Pemerintah Daerah dapat meningkatkan mutu pelayanan pada masyarakat

b. Meningkatkan citra Puskesmas, citra Pemerintah Daerah serta meningkatkan daya


saing

c. Pemberian subsidi pada masyarakat miskin lebih efektif dan efisien

3. Bagi Tenaga Kesehatan

a. Pengetahuan dan ketrampilan tenaga kesehatan meningkat

b. Motivasi Tenaga kesehatan meningkat

c. Kesejahteraan tenaga kesehatan meningkat

d. Tenaga kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan: profesioanal sesuaidengan


pendidikannya, unggul dalam prestasi serta sopan dan santun dalam memberikan
pelayanan.

e. Tenaga kesehatan berpenampilan rapi dan bersih, khusus untuk dokter dan dokter gigi
memakai jas dokter pada saat melayani pasien.

f. Obat yang diberikan kepada pasien adalah obat generik berblister

g. Pelanggan diperlakukan secara ramah dan sopan serta dengan penuh simpati dibantu
sepenuhnya keperluaanya datang ke Puskesmas.

h. Tenaga kesehatan cepat dan tanggap dalam merespon keluhan dan keinginan
pelanggan

i. Semua pegawai Puskesmas mempunyai komitmen, etika dan semangat/motivasi yang


tinggi untuk melaksanakan pelayanan prima di Puskesmas

j. Tempat pelayanan kesehatan ditata rapi dan bersih, dan ber-AC, sehingga member
kenyamanan pada pasien dan tenaga kesehatan yang melayaninya

11
k. tunggu pasien ditata rapi dan bersih serta dilengkapai sarana hiburan yang sesuai
dengan harapan pasien

l. Kamar mandi dan WC bersih, tidak bau dan cukup air, serta dibersihkan setiap hari

Upaya dan Azas Penyelenggaraan :

1. Upaya Kesehatan

Upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas Idaman upaya kesehatan


perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut dikelompokan
menjadi dua yakni:

a. Upaya Kesehatan wajib adalah upaya kesehatan yang wajib dillaksanakan oleh
Puskesmas Idaman, upaya kesehatan wajib tersebut adalah:
1. Upaya Promosi Kesehatan
2. Upaya Kesehatan Lingkugan
3. Upaya Kesehatan Ibu dan anak serta Keluarga Berencana
4. Upaya Kesehatan Gizi Masyarakat
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular\
6. Upaya Pengobatan
b. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan Pengembangan adalah upaya kesehatan inovatif berdasarkan
permasalahan kesehatan di masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan
Puskesmas.
1. Upaya Kesehatan Sekolah
2. Upaya Kesehatan Olah Raga
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
4. Upaya Kesehatan Kerja
5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
6. Upaya Kesehatan Jiwa
7. Upaya Kesehatan Mata
8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
9. Upaya Pembinaan Pengobatan tradisional

2.Azas Penyelenggaraan

a. Azas pertanggungawaban wilayah, artinya Puskesmas Idaman bertanggung jawab


meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah
kerjanya.

b. Azas pemberdayaan masyararakat, artinya Puskesmas Idaman wajib memberdayakan


perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan
setiap upaya Puskesmas.

c. Azas keterpaduan, artinya penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas harus


diselenggarakan secara terpadu baik keterpaduan lintas program aupun lintas sektor.

d. Azas rujukan, artinya untuk menyelesaikan berbagai masalah kesehatan di Puskesmas


yang mempunyai kemampuan terbatas, perlu ditopang oleh azas rujukan, baik rujukan
upaya kesehatan perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat

3. Upaya Peningkatan Mutu


12
a. Fokus utama peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas Idaman, terletak
pada dua aspek:

1. Peningkatan wawasan dan ketrampilan tenaga kesehatan, serta


2. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan
3. Memperbaiki manajemen pelayanan kesehatan yang fokus pada pelanggan,
artinya perbaikan manajemen ditujukan untuk memberikan kepuasan pada
pelanggan
4. Kepuasan pelanggan dapat diperoleh jika pelayanan kesehatan dapat mengatasi
hal-hal yang tidak disukai pelanggan
5. Pelanggan yang puas akan menjadi loyal yang juga berakibat pada peningkatan
kunjungan
6. peningkatan kunjungan akan berakibat bertambahnya pendapatan bagi Puskesmas
Idaman Pendapatan yang diperoleh dipergunakan untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan disamping memberi insentif pada tenaga kesehatan.

BAB III
PENUTUB
3.1 Kesimpulan

13
Manajemen kinerja klinik adalah manajemen keperawatan yang telah ditetapkan dengan
produk peraturan perundangan yaitu Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 836 tahun
2005. Namun pelaksanaannya belum optimal di Puskesmas. Ditambah lagi, sistem
pendidikan formal keperawatan kurang memberikan porsi pendidikan manajerial di
Puskesmas.
Manajemen kinerja klinik sama dengan manajemen keperawatan baik dari kerangka
konsep maupun elemen penyusunnya. Meskipun ada perbedaan istilah, namun
substansinya sama. Keduanya mempunyai tujuan menghasilkan layanan keperawatan
yang bermutu.
Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis di Dinas Kesehatan sangat membutuhkan
manajemen kinerja klinis untuk meningkatkan mutu layanannya. Perawat sebagai
personel dengan kemampuan teknik dan berjumlah banyak menjadi tulang punggung
upaya perbaikan mutu. Oleh karena itu manajemen kinerja klinik sangat dibutuhkan di
Puskesmas.

Tren paraktik keperawatan meliputi berbagai praktik di berbagai tempat praktik


dimana perawat memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus menerus
meningkatkan otonomi dan penghargaan sebagai anggota tim asuhan keperawatan. Peran
perawat meningkat dengan meluasnya focus asuhan keperawatan. Tren dalam
keperawatan sebagai profesi meliputi perkembangan aspek-aspek dari keperawatan yang
mengkarakteristikan keperawatan sebagai profesi meliputi: pendidikan, teori, pelayanan,
otonomi, dan kode etik.

3.2 Saran
Diharapkan kepada mahasiswa yang nantinya sebgai tenaga kesehtan di
masyarakat dapat mengetahui Trend dan Isu Keperawatan dan dapat memberikan
pengetahuan tersebut kepada masyarakat yang luas

14

Você também pode gostar

  • LP PK
    LP PK
    Documento16 páginas
    LP PK
    Syafa Fadila
    Ainda não há avaliações
  • LP Halusinasi
    LP Halusinasi
    Documento53 páginas
    LP Halusinasi
    Kiki Puspitas
    Ainda não há avaliações
  • PERSEPSI SENSORI
    PERSEPSI SENSORI
    Documento19 páginas
    PERSEPSI SENSORI
    dicky firman
    Ainda não há avaliações
  • Berita Acara UJIAN STUDI KASUS
    Berita Acara UJIAN STUDI KASUS
    Documento8 páginas
    Berita Acara UJIAN STUDI KASUS
    Kiki Puspitas
    Ainda não há avaliações
  • LP Dan SP Isolasi Sosial-1
    LP Dan SP Isolasi Sosial-1
    Documento19 páginas
    LP Dan SP Isolasi Sosial-1
    Husnul Khotimah Ghozali
    Ainda não há avaliações
  • Panduan Praktik Klinik Komunitas
    Panduan Praktik Klinik Komunitas
    Documento62 páginas
    Panduan Praktik Klinik Komunitas
    zoemoeh17
    100% (1)
  • LP DBD
    LP DBD
    Documento10 páginas
    LP DBD
    Kiki Puspitas
    Ainda não há avaliações
  • Satuan Acara Penyuluhan 17
    Satuan Acara Penyuluhan 17
    Documento8 páginas
    Satuan Acara Penyuluhan 17
    Kiki Puspitas
    Ainda não há avaliações
  • Sap Leukemia Rssa
    Sap Leukemia Rssa
    Documento13 páginas
    Sap Leukemia Rssa
    zutek BBS
    Ainda não há avaliações
  • LP Dan SP Isolasi Sosial-1
    LP Dan SP Isolasi Sosial-1
    Documento19 páginas
    LP Dan SP Isolasi Sosial-1
    Husnul Khotimah Ghozali
    Ainda não há avaliações
  • Form Askep
    Form Askep
    Documento20 páginas
    Form Askep
    Janu Isworo
    Ainda não há avaliações
  • Bab 2
    Bab 2
    Documento16 páginas
    Bab 2
    DiNa AlfiaNi
    Ainda não há avaliações
  • Wa0005
    Wa0005
    Documento12 páginas
    Wa0005
    Kiki Puspitas
    Ainda não há avaliações
  • BAB III-V Waham FIks
    BAB III-V Waham FIks
    Documento54 páginas
    BAB III-V Waham FIks
    Rini Novianti
    Ainda não há avaliações
  • Berita Acara UJIAN STUDI KASUS
    Berita Acara UJIAN STUDI KASUS
    Documento8 páginas
    Berita Acara UJIAN STUDI KASUS
    Kiki Puspitas
    Ainda não há avaliações
  • LP RSSA
    LP RSSA
    Documento10 páginas
    LP RSSA
    Kiki Puspitas
    Ainda não há avaliações
  • Tambahan Edit, 1.2 1.3
    Tambahan Edit, 1.2 1.3
    Documento6 páginas
    Tambahan Edit, 1.2 1.3
    Ambar Watti
    Ainda não há avaliações
  • Sap Leukemia Rssa
    Sap Leukemia Rssa
    Documento7 páginas
    Sap Leukemia Rssa
    Kiki Puspitas
    Ainda não há avaliações
  • Satuan Acara Penyuluhan 17
    Satuan Acara Penyuluhan 17
    Documento8 páginas
    Satuan Acara Penyuluhan 17
    Kiki Puspitas
    Ainda não há avaliações
  • Sap Leukemia Rssa
    Sap Leukemia Rssa
    Documento13 páginas
    Sap Leukemia Rssa
    zutek BBS
    Ainda não há avaliações
  • Form Askep
    Form Askep
    Documento20 páginas
    Form Askep
    Janu Isworo
    Ainda não há avaliações
  • Sap Leukemia Rssa
    Sap Leukemia Rssa
    Documento13 páginas
    Sap Leukemia Rssa
    zutek BBS
    Ainda não há avaliações
  • Askep BBL
    Askep BBL
    Documento5 páginas
    Askep BBL
    Kiki Puspitas
    Ainda não há avaliações
  • Askep Anak
    Askep Anak
    Documento6 páginas
    Askep Anak
    Kiki Puspitas
    Ainda não há avaliações
  • Berita Acara UJIAN STUDI KASUS
    Berita Acara UJIAN STUDI KASUS
    Documento8 páginas
    Berita Acara UJIAN STUDI KASUS
    Kiki Puspitas
    Ainda não há avaliações
  • Tambahan Edit, 1.2 1.3
    Tambahan Edit, 1.2 1.3
    Documento6 páginas
    Tambahan Edit, 1.2 1.3
    Ambar Watti
    Ainda não há avaliações
  • LP RSSA
    LP RSSA
    Documento10 páginas
    LP RSSA
    Kiki Puspitas
    Ainda não há avaliações
  • Askep BBL
    Askep BBL
    Documento1 página
    Askep BBL
    Kiki Puspitas
    Ainda não há avaliações
  • KL 4 Gerontik Lansia Dengan Stroke
    KL 4 Gerontik Lansia Dengan Stroke
    Documento9 páginas
    KL 4 Gerontik Lansia Dengan Stroke
    Kiki Puspitas
    Ainda não há avaliações
  • KL 4 Gerontik Lansia Dengan Stroke
    KL 4 Gerontik Lansia Dengan Stroke
    Documento27 páginas
    KL 4 Gerontik Lansia Dengan Stroke
    Syafa Fadila
    Ainda não há avaliações