Você está na página 1de 11

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
Pengembangan Bahan Ajar Matematika” dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah Bahan Ajar Matematika.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada berbagai


pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini, yaitu:

1. Drs. H. M. Shohibul Kahfi, M.Pd. selaku dosen pengampu


2. Orang tua yang telah memberikan semangat dan motivasi
3. Teman-teman yang telah memberi inspirasi bagi penulis
serta pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu di sini.
Semoga Allah menerima dan membalas kebaikan Bapak/ Ibu/ Saudara.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyajikan makalah ini dengan


baik. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam makalah ini maka dari
itu penulis mengharap kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa
mendatang. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat. Amiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Malang, Januari 2018

Penulis
BAB I

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

1.1 Hakekat Pengembangan Bahan Ajar

Pengembangan bahan ajar berasal dari kata pengembangan dan bahan ajar.
Pengembangan artinya proses, cara, perbuatan mengembangkan (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2002:538). Sedangkan bahan ajar adalah bahan atau
materi/substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis
baik tertulis maupun tidak dan terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang harus dipelajari siswa yang digunakan untuk membantu guru/instruktor
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas dalam rangka mencapai
standar kompetensi yang telah ditentukan. Sehingga secara garis besar
pengembangan bahan ajar adalah cara atau proses untuk mengembangkan bahan
atau materi/substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara
sistematis baik tertulis maupun tidak dan terdiri dari pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang harus dipelajari siswa yang digunakan untuk membantu
guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas dalam
rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.
Gatot (2008) menyatakan bahwa “pengembangan dapat dimaknai sebagai
tindakan menyediakan sesuatu dari tidak tersedia menjadi tersedia atau melakukan
perbaikan-perbaikan dari sesuatu yang tersedia menjadi lebih sesuai, lebih
tepatguna dan lebih berdayaguna”. Banathy (Gatot, 2008) menyatakan bahwa
pengembangan bahan ajar adalah suatu proses yang sistematis dalam
mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi isi dan strategi
pembelajaran yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara lebih
efektif dan lebih efisien.
Pengembangan bahan ajar merupakan wujud pengembangan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip tertentu yang diadaptasi dari
teori-teori pembelajaran (Syahid, 2003). Lebih lanjut, Syahid menjelaskan bahwa
pengembangan bahan ajar ini bukan hanya didasarkan atas kepentingan
pengembang, melainkan merupakan altematif pemecahan masalah pembelajaran.
1.2 Alasan Perlunya Guru Mengembangkan Bahan Ajar

Terdapat sejumlah alasan mengapa guru perlu untuk mengembangkan bahan


ajar, diantaranya yaitu ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum,
karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah belajar. Pengembangan
bahan ajar harus memperhatikan tuntutan kurikulum, artinya bahan belajar yang
akan kita kembangkan harus sesuai dengan kurikulum. Pada kurikulum tingkat
satuan pendidikan, standard kompetensi lulusan telah ditetapkan oleh pemerintah.
Namun bagaimana untuk mencapainya dan apa bahan ajar yang digunakan
diserahkan sepenuhnya kepada para pendidik sebagai tenaga profesional. Dalam
hal ini, guru dituntut untuk mempunyai kemampuan mengembangkan bahan ajar
sendiri. Guna mendukung kurikulum, sebuah bahan ajar bisa saja menempati
posisi sebagai bahan ajar pokok ataupun suplementer. Bahan ajar pokok adalah
bahan ajar yang memenuhi tuntutan kurikulum. Sedangkan bahan ajar
suplementer adalah bahan ajar yang dimaksudkan untuk memperkaya, menambah
ataupun memperdalam isi kurikulum.

Apabila bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tidak ada
ataupun sulit diperoleh, maka membuat bahan belajar sendiri adalah suatu
keputusan yang bijak. Untuk mengembangkan bahan ajar, referensi dapat
diperoleh dari berbagai sumber baik itu berupa pengalaman ataupun pengetahauan
sendiri, ataupun penggalian informasi dari narasumber baik orang ahli ataupun
teman sejawat. Demikian pula referensi dapat kita peroleh dari buku-buku, media
masa, dan internet. Namun demikian, kalaupun bahan yang sesuai dengan
kurikulum cukup melimpah bukan berarti kita tidak perlu mengembangkan bahan
sendiri. Bagi siswa, seringkali bahan yang terlalu banyak membuat mereka
bingung, untuk itu maka guru perlu membuat bahan ajar untuk menjadi pedoman
bagi siswa.

Pertimbangan lain adalah karakteristik sasaran. Bahan ajar yang


dikembangkan orang lain seringkali tidak cocok untuk siswa kita. Ada sejumlah
alasan ketidakcocokan, misalnya lingkungan sosial, geografis, dan budaya. Untuk
itu, maka bahan ajar yang dikembangkan sendiri dapat disesuaikan dengan
karakteristik sasaran. Selain lingkungan sosial, budaya, dan geografis,
karakteristik sasaran juga mencakup tahapan perkembangan siswa, kemampuan
awal yang telah dikuasai, minat, latar belakang keluarga dll. Oleh karena itu,
maka bahan ajar yang dikembangkan sendiri dapat disesuaikan dengan
karakteristik siswa sebagai sasaran.

Selanjutnya, pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau


memecahkan masalah ataupun kesulitan dalam belajar. Terdapat sejumlah materi
pembelajaran yang seringkali siswa sulit untuk memahaminya ataupun guru sulit
untuk menjelaskannya. Kesulitan tersebut dapat saja terjadi karena materi tersebut
abstrak, rumit, asing, dsb. Untuk mengatasi kesulitan ini maka perlu
dikembangkan bahan ajar yang tepat. Apabila materi pembelajaran yang akan
disampaikan bersifat abstrak, maka bahan ajar harus mampu membantu siswa
menggambarkan sesuatu yang abstrak tersebut, misalnya dengan penggunaan
gambar, foto, bagan, dan skema. Demikian pula materi yang rumit harus dapat
dijelaskan dengan cara yang sederhana sesuai dengan tingkat berfikir siswa
sehingga menjadi lebih mudah dipahami.
BAB II

TUJUAN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

Pengembangan bahan ajar ini memiliki tujuan. Gatot (2008)


menyampaikan tujuan di atas melalui kutipan berikut,

Pengembangan bahan ajar memiliki tujuan terencana, yaitu:

1. Mempersiapkan kegiatan pembelajaran dalam berbagai situasi supaya dapat


berlangsung secara optimal,
2. Meningkatkan motivasi pengajar untuk mengelola kegiatan belajar
mengajar, dan
3. Mempersiapkan kegiatan belajar mengajar dengan mengisi bahan-bahan
yang selalu baru, ditampilkan dengan cara baru dan dilaksanakan dengan
strategi pembelajaran yang baru pula.

Mbulu (2004:6) menyatakan ada empat tujuan, yaitu:

1. Diperolehnya bahan ajar yang sesuai dengan tujuan institusional, tujuan


kurikuler, dan tujuan pembelajaran
2. Tersusunnya bahan ajar sesuai struktur isi mata pelajaran dengan
karakteristiknya masing-masing
3. Tersintesiskan dan terurutkannya topik-topik mata pelajaran secara
sistematis dan logis, dan
4. Terbukanya peluang pengembangan bahan ajar secara kontinu mengacu
pada perkembangan IPTEK.

Kemendiknas (2007) merumuskan tiga tujuan, yaitu

1. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat


verbal
2. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik peserta didik
maupun pengajar, dan
3. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi.
BAB III

PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

Dalam mengembangkan bahan ajar tentu perlu memperhatikan prinsip-


prinsip pembelajaran. Gafur (1994) menjelaskan bahwa beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran
diantaranya meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Ketiga
penerapan prinsip-prinsip tersebut dipaparkan sebagai berikut:
1. Relevansi/ keterkaitan, ada kaitan
Artinya ada kaitan, hubungan, atau bahkan ada jaminan bahwa bahan ajar
yang dipilih itu menunjang tercapainya kompetensi yang dibelajarkan (KD, SK).
Cara termudah ialah dengan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar
yang harus dikuasai siswa. Dengan prinsip dasar ini, guru akan mengetahui
apakah materi yang hendak diajarkan tersebut materi fakta, konsep, prinsip,
prosedur, aspek sikap atau aspek psikomotorik sehingga pada gilirannya guru
terhindar dari kesalahan pemilihan jenis materi yang tidak relevan dengan
pencapaian SK dan KD.
Contoh:
KD 1.1 SMP Kelas IX Mengidentifikasi bangun-bangun yang sama dan
sebangun (kongruen), maka pemilihan materi pembelajaran yang disampaikan
seharusnya “Syarat dua bangun yang sama dan sebangun (kongruen), foto dan
model berskala, syarat dua bangun yang sebangun, dan panjang sisi pada dua
bangun yang sama dan sebangun (kongruen)".
2. Konsistensi/ keajegan
Artinya ada kesesuaian (jumlah/banyaknya) antara kompetensi dan bahan
ajar; jika kompetensi dasar yang ingin dibelajarkan mencakup keempat
keterampilan berbahasa, bahan yang dipilih/dikembangkan juga mencakup
keempat hal itu.
Contoh:
KD 5.1 SMP Kelas IX, Mengidentifikasi sifat-sifat bilangan berpangkat
dan bentuk akar, maka kompetensi yang harus dimiliki siswa adalah kemampuan
mengidentifikasi sifat-sifat bilangan berpangkat dan bentuk akar, misalkan
membedakan bilangan berpangkat dan bentuk akar, serta membedakan sifat-
sifat keduanya.
3. Kecukupan/memadai
Artinya bahan ajar yang dipilih/ dikembangkan ada jaminan memadai/
mencukupi untuk mencapai kompetensi yang dibelajarkan, tidak terlalu sedikit
sehingga kurang menjamin tercapainya KD/SK. Materi tidak boleh terlalu sedikit
atau banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai SK/ KD.
Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu / tenaga yang tidak
perlu untuk mempelajarinya.
Pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip
pembelajaran. Pada dasarnya bahan ajar adalah bagian penting dalam
pembelajaran Diantara prinsip pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret
untuk memahami yang abstrak.
Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan
dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret, sesuatu yang nyata ada di
lingkungan mereka. Misalnya untuk menjelaskan konsep pasar, maka mulailah
siswa diajak untuk berbicara tentang pasar yang terdapat di tempat mereka
tinggal. Setelah itu, kita bisa membawa mereka untuk berbicara tentang berbagai
jenis pasar lainnya.
b. Pengulangan akan memperkuat pemahaman
Dalam pembelajaran, pengulangan sangat diperlukan agar siswa lebih
memahami suatu konsep. Dalam prinsip ini kita sering mendengar pepatah yang
mengatakan bahwa 5 x 2 lebih baik daripada 2 x 5. Artinya, walaupun maksudnya
sama, sesuatu informasi yang diulang-ulang, akan lebih berbekas pada ingatan
siswa. Namun pengulangan dalam penulisan bahan belajar harus disajikan secara
tepat dan bervariasi sehingga tidak membosankan.
c. Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa
Seringkali kita menganggap enteng dengan memberikan respond yang
sekedarnya atas hasil kerja siswa. Padahal respond yang diberikan oleh guru
terhadap siswa akan menjadi penguatan pada diri siswa. Perkataan seorang guru
seperti ’ya benar’ atau ‚’ya kamu pintar’ atau,’itu benar, namun akan lebih baik
kalau begini...’ akan menimbulkan kepercayaan diri pada siswa bahwa ia telah
menjawab atau mengerjakan sesuatu dengan benar. Sebaliknya, respond negatif
akan mematahkan semangat siswa. Untuk itu, jangan lupa berikan umpan balik
yang positif terhadap hasil kerja siswa.
d. Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan belajar
Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih berhasil
dalam belajar. Untuk itu, maka salah satu tugas guru dalam melaksanakan
pembelajaran adalah memberikan dorongan (motivasi) agar siswa mau belajar.
Banyak cara untuk memberikan motivasi, antara lain dengan memberikan pujian,
memberikan harapan, menjelas tujuan dan manfaat, memberi contoh, ataupun
menceritakan sesuatu yang membuat siswa senang belajar, dll.
e. Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan
mencapai ketinggian tertentu
Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan berkelanjutan. Untuk
mencapai suatu standard kompetensi yang tinggi, perlu dibuatkan tujuan-tujuan
antara. Ibarat anak tangga, semakin lebar anak tangga semakin sulit kita
melangkah, namun juga anak tangga yang terlalu kecil terlampau mudah
melewatinya. Untuk itu, maka guru perlu menyusun anak tangga tujuan
pembelajaran secara pas, sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam bahan ajar,
anak tangga tersebut dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator kompetensi.
f. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus
mencapai tujuan
Ibarat menempuh perjalanan jauh, untuk mencapai kota yang dituju,
sepanjang perjalanan kita akan melewati kota-kota lain. Kita akan senang apabila
pemandu perjalanan kita memberitahukan setiap kota yang dilewati, sehingga kita
menjadi tahu sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi kita akan berjalan.
Demikian pula dalam proses pembelajaran, guru ibarat pemandu perjalanan.
Pemandu perjalanan yang baik, akan memberitahukan kota tujuan akhir yang
ingin dicapai, bagaimana cara mencapainya, kota-kota apa saja yang akan
dilewati, dan memberitahukan pula sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi
perjalanan. Dengan demikian, semua peserta dapat mencapai kota tujuan dengan
selamat. Dalam pembelajaran, setiap anak akan mencapai tujuan tersebut dengan
kecepatannya sendiri.
BAB IV

SYARAT-SYARAT PENYUSUNAN BAHAN AJAR

Syarat penyusunan bahan ajar juga disampaikan Tjipto Utomo dan Kees Ruijter
(Mbulu, 2004:88). Syarat-syarat tersebut adalah

1. Memberikan orientasi terhadap teori, penalaran teori, dan cara-cara


penerapan teori dalam praktik
2. Memberikan latihan terhadap pemakaian teori dan aplikasinya
3. Memberikan umpan balik tentang kebenaran latihan itu
4. Menyesuaikan informasi dan tugas sesuai tingkat awal masing-masing
peserta didik
5. Membangkitkan minat peserta didik
6. Menjelaskan sasaran belajar kepada peserta didik
7. Meningkatkan motivasi peserta didik, dan
8. Menunjukkan sumber informasi yang lain.
Bandono. 2009. Pengembangan Bahan Ajar. (Online),
(http://bandono.web.id/2009/04/02/pengembangan-bahan-ajar.php), diakses 25
Januari 2018.

Widyartono, didin. 2012. Konsep Pengembangan Bahan Ajar. (Online),


(http://didin.lecture.ub.ac.id/pembelajaran-3/konsep-pengembangan-bahan-ajar),
diakses 25 Januari 2018.

Rohayati, Elih. 2016. Prinsip-Prinsip Pengembangan Bahan Ajar. (Online),


(http://elihrohayati.blogspot.co.id/2016/03/prinsip-prinsip-pengembangan-bahan-
ajar.html), diakses 25 Januari 2018.

Você também pode gostar