Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Latar Belakang
Keberadaan sumber daya alam di muka bumi sangat melimpah. Sumber daya
alam tersebut meliputi panas bumi, bahan tambang dan bahan-bahan mineral.
Diantara bahan mineral, terdapat bahan oksida yang mempunyai potensi untuk
pemanfaatan sebagai material maju, antara lain : SiO2, TiO2 dan Al2O3.
Salah satu mineral oksida yang potensial untuk dikembangkan adalah silika
(SiO2). Silika telah dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi. Pemanfaatan silika
secara komersial diantaranya sebagai bahan utama industri gelas, kaca, bahan
baku untuk pembuatan sel surya (Braga, 2008; Amendola, 2011; Gustiono, 2012),
industri elektronik, pengemban katalis (Gupta, 2008; Adam Farrok, 2012; Valle-
vigon, 2012; Wahyuni, 2013), material adsorben (Ahmed, 1992; Sriyanti, 2004;
Diantariani, 2010; Affandi, 2011; Rudiyanto, 2016) dan lain-lain.
Perkembangan teknologi material maju saat ini banyak diarahkan pada
pembuatan nanomaterial. Nanomaterial berkaitan dengan model, sintesis,
karakterisasi serta aplikasi material dan peralatan dalam skala nanometer. Sifat
fisika, kimia dan biologi material berskala nano berbeda dengan sifat atom dan
molekul dalam material mikro dan makro. Hal tersebut memberikan kesempatan
untuk dikembangkan guna kemajuan material dalam memenuhi tuntutan aplikasi
berteknologi tinggi (Rahman dan Padavettan, 2012). Produk-produk berteknologi
nano dalam kehidupan sehari-hari dengan mudah dapat ditemukan, mulai dari
sabun pembersih wajah, detergen, tabir surya dan berbagai macam kosmetik,
obat-obatan, susu bubuk serta pelumas kendaraan.
Nanopartikel silika atau biasa disebut dengan nanosilika merupakan silika yang
berukuran orde nano (10-9 nm) yang mempunyai karakteristik kestabilan tinggi,
inert serta biokompatibel (Fernandez, 2012). Menurut Kalapathy et al (2000),
nanopartikel silika memiliki luas permukaan yang besar, ketahanan panas yang
baik, memiliki kekuatan mekanik yang tinggi serta bersifat inert, sehingga dapat
digunakan sebagai adsorben, katalis dan komposit.
Silika aerogel merupakan bahan keramik yang sangat porous dan secara kimia
bersifat inert. Silika aerogel biasanya merupakan produk dari proses sol-gel, yang
tahap akhirnya melibatkan penghilangan pelarut yang mengisi pori, biasanya
dengan pengeringan menggunakan karbondioksida superkritis. Densitas silika
aerogel sangat rendah bisa mencapai 0.002g/cm3. Aerogel telah dipertimbangkan
untuk isolasi panas, penyangga katalis atau sebagai sebagai penyangga untuk
berbagai macam bahan fungsional untuk aplikasi kimia, elektronik dan optik.
Akan tetapi aplikasi praktis berjalan sangat lambat karena gaya-gaya kapiler yang
berkembang dalam pori.
Affandi (2009) melaporkan silika xerogel yang dibuat dari abu bagasse
memiliki kemurnian mencapai 99% berat, luas permukaan 69-152 m2/g (pH 10-7),
volume pori 0,059-0,137 cm3/g, diameter pori 3,2-3,4 nm yang mengindikasikan
silika mesopori. Kapasitas adsorpsi silika gel yang diuji dengan uap air
menunjukkan silika xerogel dengan kemurnian tinggi lebih daripada silika xerogel
dengan kemurnian rendah. Silika xerogel tersebut bisa ditingkatkan luas
permukaan dan volume pori dengan agen pemodifikasi permukaan membentuk
silika aerogel. Dalam hal ini digunakan TMCS (trimethylchlorosilane) dan HMDS
(hexamethyldisilazane) yang kemudian dilakukan pengeringan pada tekanan
ambient (Pramudityo dan Pertiwi, 2009). Uji oil absorption diketahui bahwa
semakin tinggi kadar HMDS yang ditambahkan ke asam silicic, akan semakin
meningkatkan volume ethylene glycol yang diserap silika aerogel. Berdasarkan
titik maksimum dan minimum grafik yang diplot antara rasio TMCS:SA dan
volume ethylene glycol diserapnya. Sedangkan TMCS lebih cendrung berperan
untuk mencegah kondensasi di dalam pori silika dan tidak berpengaruh dalam
memperbesar surface area. Hal ini terlihat dari grafik :
Ketika tanpa penambahan HMDS yang cendrung konstan karena berat molekul
TMCS lebih rendah dibandingkan HMDS sehingga TMCS lebih cepat masuk ke
dalam pori sedangkan HMDS yang memiiki berat molekul besar dan bercabang
bereaksi dengan gugus –OH pada permukaan silika terlebih dahulu baru kemudian
memodifikasi pori. Hal ini juga sesuai dengan uji hidrofobisitas silika yang
dipengaruhi langsung oleh sifat permukaan silika. Dengan demikian, HMDS lebih
berpotensi memperbesar luas permukaan silika.
Metode sintesis nanosilika telah banyak dikembangkan, antara lain
menggunakan metode sol-gel (Rio, 2011; Andreas et al, 2016), metode
hidrotermal (Qisti et al, 2017 ) dan metode kopresipitasi (Thuadaij et al, 2008;
Hadi et al, 2011; Putra et al, 2015; Hayati dan Astuti, 2015; Susilo et al, 2016).
Salah satu metode yang banyak dikembangkan untuk sintesis nanosilika adalah
metode sol-gel yang banyak dikombinasikan dengan penggunaan HMDS. Silika
aerogel yang dihasilkan memiliki morfologi berupa bongkahan, serbuk kasar dan
serbuk halus. Semakin besar kadar HMDS yang ditambahkan, silika aerogel
memiliki kecendrungan berbentuk serbuk. Sedangkan untuk sifat hidrofobik dari
silika aerogel, makin tinggi jumlah HMDS yang digunakan makin besar sudut
kontaknya. Tingkat hidrofabisitas diindikasikan dengan besarnya sudut kontak
sehingga makin tinggi jumlah HMDS makin hidrofob silika yang dihasilkan.
Penambahan HMDS berarti pula penambahan gugus (-CH 3) yang lebih hidrofob
ke permukaan partikel silika yang menggantikan H pada gugus (-OH).
Penampakan fisik menunjukkan bahwa silika aerogel yang disintesis dengan
jumlah HMDS besar, warnanya lebih putih dan cendrung berbentuk serbuk.
Sebaliknya, warna silika aerogel yang disintesis dengan jumlah HMDS kecil
cendrung berbentuk bongkahan dan warnanya lebih pudar.
Pada penelitian ini, sintesis silika aerogel dibuat dengan menggunakan metode
sol gel. Parameter yang dikaji yaitu pengaruh penggunaan silika aerogel terhadap
isolasi panas yang dihasilkan dan karakteristik silika xerogel yang dihasilkan
dengan menggunakan FTIR, SEM-EDX, XRD, BET-TEM.
PENELITIAN SILIKA XEROGEL