Você está na página 1de 7

Apa itu HIV?

Human immunodeficiency virus (HIV) menginfeksi sel-sel sistem kekebalan tubuh,


menghancurkan atau merusak fungsi mereka. Infeksi dengan virus mengakibatkan kemerosotan progresif dari
sistem kekebalan tubuh, yang menyebabkan "defisiensi imun." Sistem kekebalan dianggap kurang ketika tidak
dapat lagi memenuhi perannya melawan infeksi dan penyakit. Infeksi yang terkait dengan imunodefisiensi parah
dikenal sebagai "infeksi oportunistik", karena mereka memanfaatkan sistem kekebalan yang lemah.

Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah istilah yang berlaku untuk tahap infeksi HIV paling
tinggi. Ini didefinisikan oleh terjadinya lebih dari 20 infeksi oportunistik atau kanker terkait HIV

HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual tanpa pengaman (vagina atau dubur), dan seks oral dengan
orang yang terinfeksi; transfusi darah yang terkontaminasi; dan berbagi jarum suntik yang terkontaminasi, alat
suntik, peralatan bedah atau instrumen tajam lainnya. Ini juga dapat ditularkan antara ibu dan bayinya selama
kehamilan, persalinan dan menyusui.

Government of Western Australia Department of Health Public Health and Clinical Services

Klasifikasi stadium klinis

Ada 2 klasifikasi yang sampai sekarang sering digunakan untuk remaja dan dewasa yaitu klasifikasi
menurut WHO dan Centers for Disease Control and Preventoin (CDC) Amerika Serikat. Di negara-
negara berkembang menggunakan sistem klasifikasi WHO dengan memakai data klinis dan
laboratorium, sementara di negara-negara maju digunakan sistem klasifikasi CDC. Klasifikasi
menurut WHO digunakan pada beberapa Negara yang pemeriksaan limfosit CD4+ tidak tersedia.
Klasifikasi stadium klinis HIV/AIDS WHO dibedakan menjadi 4 stadium, yaitu:12,16

Tabel 2. Stadium HIV menurut Gejala Klinis


WHO Stadium

I Tidak ada penurunan berat badan

Tanpa gejala atau hanya


Limfadenopati Generalisata
Persisten

II Penurunan berat badan <10%

ISPA berulang: sinusitis, otitis


media, tonsilitis, dan faringitis

Herpes zooster dalam 5 tahun


terakhir

Luka di sekitar bibir (Kelitis


Angularis)

Ulkus mulut berulang

Ruam kulit yang gatal (seboroik


atau prurigo)
Dermatitis Seboroik

Infeksi jamur pada kuku

III Penurunan berat badan >10%

Diare, demam yang tidak diketahui


penyebabnya >1 bulan

Kandidiasis oral atau Oral Hairy


Leukoplakia

C.

DAMPAK HIV/AIDS
Dampak Negatif HIV/AIDS1.

Tingkat kematian semakin tinggi karena AIDS ini merupakan penyakit yang mudah menulardengan
perantaraan virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia.2.

Di kalangan remaja, tingkat penerus bangsa semakin sedikit karena sebagian besarmasyarakat yang
terinfeksi penyakit ini adalah remaja. Kurangnya jumlah remaja akanmemberikan dampak negatif
bagi perkembangan ekonomi, politik dan aspek lainnya yang berhubungan dengan kelangsungan
hidup suatu Negara.3.

Bagi sebagian masyarakat yang terbebas dari penyakit ini menjadi paranoid dan hidup dengantidak
nyaman terhadap sekitarnya karena mereka merasa tidak aman dan takut terkena penyakit ini
pula.4.

Jumlah pengeluaran dan anggaran pemerintah semajin besar karena mereka ingin melakukansegala
upaya agar masyarakatnya dapat terbebas dari penyakit ini dan jika pemerintah terusterpaku
terhadap masalah pemberantasan penyakit HIV/AIDS kemungkinan besar penyelesaian untuk
masalah lainnya akan terbengkalai.Dampak HIV/AIDS Terhadap Kehidupan1.

Dampak Demografi

Salah satu efek jangka panjang endemi HIV dan AIDS yang telah meluas seperti yang telah terjadidi
Papua adalah dampaknya pada indikator demografi. Karena tingginya proporsi kelompok umuryang
lebih muda terkena penyakit yang membahayakan ini, dapat diperkirakan nantinya akanmenurunkan
angka harapan hidup. Karena semakin banyak orang yang diperkirakan hidup dalam jangka waktu
yang lebih pendek, kontribusi yang diharapkan dari mereka pada ekonomi
nasional dan perkembangan sosial menjadi semakin
kecil dan kurang dapat diandalkan. Hal ini menjadi masalahyang penting karena hilangnya individu
yang terlatih dalam jumlah besar tidak akan mudah dapatdigantikan. Pada tingkat makro, biaya yang
berhubungan dengan kehilangan seperti itu, seumpamameningkatnya pekerja yang tidak hadir,
meningkatnya biaya pelatihan, pendapatan yang berkurang,dan sumber daya yang seharusnya
dipakai untuk aktivitas produktif terpaksa dialihkan pada perawatankesehatan, waktu yang terbuang
untuk merawat anggota keluarga yang sakit, dan lainnya,juga akanmeningkat.
2.

Dampak Terhadap Sistem Pelayanan Kesehatan

Tingginya tingkat penyebaran HIV dan AIDS pada kelompok manapun berarti bahwa
semakin banyak orang menjadi sakit, dan membutuhkan jasa pelayanan kesehatan. Perkembangan p
enyakityang lamban dari infeksi HIV berarti bahwa pasien sedikit demi sedikit menjadi lebih sakit
dalam
jangka aktu yang panjang, membutuhkan semakin banyak perawatan kesehatan. Biaya langsung
dari perawatan kesehatan tersebut semakin lama akan menjadi semakin besar. Diperhitungkan juga
adalahwaktu yang dihabiskan oleh anggota keluarga untuk merawat pasien, dan tidak dapat
melakukanaktivitas yang produktif. Waktu dan sumber daya yang diberikan untuk merawat pasien
HIV danAIDS sedikit demi sedikit dapat mempengaruhi program lainnya dan menghabiskan sumber
dayauntuk aktivitas kesehatan lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh John Kaldor dkk pada tahun
2005memprediksi bahwa pada tahun 2010, bila upaya penanggulangan tidak ditingkatkan maka
6% tempattidur akan digunakan oleh penderita AIDS dan di Papua mencapai 14% dan pada tahun
2025 angka

angka tersebut akan menjadi 11% dan 29%. Meningkatnya jumlah penderita AIDS
berartimeningkatnya kebutuhan ARV. Rusaknya sistem kekebalan tubuh telah memperparah
masalahkesehatan masyarakat yang sebelumnya telah ada yaitu tuberkulosis. Banyak penelitian
yangmenunjukkan bahwa kejadian TB telah meningkat secara nyata di antara kasus HIV. TB
masihmerupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia dimana setiap
tahunnyaditemukan lebih dari 300.000 kasus baru, maka perawatan untuk kedua jenis penyakit ini
harusdilakukan secara bersamaan.
3.

Dampak Terhadap Ekonomi Nasional


Mengingat bahwa HIV lebih banyak menjangkiti orang muda dan mereka yang berada pada
umur produktif utama (94% pada kelompok usia 19 sampai 49 tahun), epidemi HIV dan AIDS memilik
idampak yang besar pada angkatan kerja, terutama di Papua. Epidemi HIV dan AIDS
akanmeningkatkan terjadinya kemiskinan dan ketidak seimbangan ekonomi yang diakibatkan
olehdampaknya pada individu dan ekonomi. Dari sudut pandang individu HIV dan AIDS berarti
tidakdapat masuk kerja, jumlah hari kerja yang berkurang, kesempatan yang terbatas untuk
mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih baik dan umur masa produktif yang lebih pendek.
Dampak individuini harus diperhitungkan bersamaan dengan dampak ekonomi pada anggota
keluarga dan komunitas.Dampak pada dunia bisnis termasuk hilangnya keuntungan dan
produktivitas yang diakibatkan oleh berkurangnya semangat kerja, meningkatnya ketidakhadiran
karena izin sakit atau merawat anggotakeluarga, percepatan masa penggantian pekerja karena
kehilangan pekerja yang berpengalaman lebihcepat dari yang seharusnya, menurunnya produktivitas
akibat pekerja baru dan bertambahnya investasiuntuk melatih mereka. HIV dan AIDS juga berperan
dalam berkurangnya moral pekerja (takut akandiskriminasi, kehilangan rekan kerja, rasa khawatir)
dan juga pada penghasilan pekerja akibatmeningkatnya permintaan untuk biaya perawatan medis
dari pusat pelayanan kesehatan para
pekerja, pensiun dini, pembayaran dini dari dana pensiun akibat kematian dini, dan meningkatnya bi
ayaasuransi. Pengembangan program pencegahan dan perawatan HIV di tempat kerja yang kuat
dengankeikutsertaan organisasi manajemen dan pekerja sangatlah penting bagi Indonesia.
Perkembanganekonomi akan tertahan apabila epidemi HIV menyebabkan kemiskinan bagi para
penderitanyasehingga meningkatkan kesenjangan yang kemudian menimbulkan lebih banyak lagi
keadaan yangtidak stabil. Meskipun kemiskinan adalah faktor yang paling jelas dalam menimbulkan
keadaan resiko
tinggi dan memaksa banyak orang ke dalam perilaku yang beresiko tinggi, kebalikannya dapat
pula berlaku

pendapatan yang berlebih, terutama di luar pengetahuan keluarga dan komunitas

dapat pula menimbulkan resiko yang sama. Pendapatan yang besar (umumnya tersedia bagi pekerja
terampil pada pekerjaan yang profesional) membuka kesempatan bagi individu untuk
melakukan perilaku resiko tinggi yang sama: berpergian jauh dari rumah, pasangan sex yang banyak,
berhubungan dengan PS, obat terlarang, minuman keras, dan lainnya.
4.

Dampak Terhadap Tatanan SosialAdanya stigma dan diskriminasi akan berdampak pada tatanan
sosial masyarakat.Penderita HIV dan AIDS dapat kehilangan kasih sayang dan kehangatan pergaulan
sosial.Sebagian akan kehilangan pekerjaan dan sumber penghasilan yang pada
akhirnyamenimbulkan kerawanan sosial. Sebagaian mengalami keretakan rumah tangga
sampai perceraian. Jumlah anak yatim dan piatu akan bertambah yang akan menimbulkan masalaht
ersendiri. Oleh sebab itu keterbukaan dan hilangnya stiga dan diskriminasi sangat perlumendapat
perhatian dimasa mendatang.

Você também pode gostar