Você está na página 1de 13

AKUNTABILITAS PEJABAT PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP

DI BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH) KABUPATEN SIGI

Murniati
murniati.seho@gmail.com
Mahasiswa Program Studi Administrasi Publik Pascasarjana Universitas Tadulako

Abstract
This study aims to identify and analyze the accountability of officials of the environment
watchdog use descriptive research qualitative approach, to measure accountability based on the
opinions Sedarmayanti (2004: 12), which states that the accountability is: control environment in
accordance with transparent, monitoring environmental efficient and effective and responsive
environmental monitoring. The collection of data through observation, interview, and
documentation, dianlisis through the stages of data reduction, data display, and conclusion. The
study concluded that, officials of the Environment (PPLH) at the Environment Agency Sigi not
accountable in carrying out its duties. It can be seen from liability in accordance with provisions of
environmental monitoring and transparency, has not been implemented properly in addition to not
have a standard operating procedure (SOP), the supervision of compliance with the environment,
not in accordance with the provisions and less transparan.Pertanggungjawaban on environmental
monitoring has not menerepkan principle the efficiency and effectiveness of the well based on the
provisions in force and use the standard operating procedures (SOP). The task of inspecting the
observance, collecting documents and testify against the evidence that was found had not been
effective, because the environment watchdog officials have not been able to maintain the accuracy
and quality assurance monitoring results during an inspection or investigation of business and / or
activity. Similarly, supervisory accountability environment that is responsive, generally the
environmental watchdog officials have not responded well to the aspirations of society as a
feedback to maximize the task. Not to akuntabelnya environmental watchdog official duty stints
environmental surveillance, due to limited funds/operating budget travel to conduct regular
supervision and inspection.
Keywords: Accountability, Acting Supervisor, Environment

Akuntabilitas adalah asas yang dibuat dalam rangka tata tertib menuju
menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil instrumen akuntabilitas daerah, merupakan
akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara seperangkat prinsip-prinsip pemerintahan
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada yang baik dalam rangka pertanggungjawaban
masyarakat dan rakyat sebagai pemegang yang akuntabel, transparan dan partisipatif
kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan bagi institusi publik, khususnya pemerintah
ketentuan peraturan perundang-undangan, daerah (Pemda). Dalam rangka itu,
yang tertuang pada pasal 3 Undang-Undang pemerintah telah menerbitkan Instruksi
Nomor 28 Tahun 1999, tentang Presiden Republik Indonesia (Inpres) Nomor
penyelenggara negara yang bersih dan bebas 7 tahun 1999, tentang akuntabilitas kinerja
dari korupsi, kolusi, dan nepotisme, antara instansi pemerintah. Inpres tersebut
lain menyatakan bahwa asas-asas umum mewajibkan setiap instansi pemerintah baik
penyelenggaraan negara adalah asas pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
akuntabilitas sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
Perlunya pertanggungjawaban daerah negara untuk mempertanggungjawabkan
atas segala proses tindakan-tindakan yang pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya,

114
115 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 1, Januari 2016 hlm 114-126 ISSN: 2302-2019

termasuk kewenangan pengelolaan sumber pencapaian menuju ”clean government”


daya alam. (pemerintahan yang bersih).
Pertanggungjawaban atas pelaksanaan Kewenangan daerah dalam mengelola
tugas pokok dan fungsinya itu dilakukan lingkungan hidup, merujuk pada administrasi
dalam bentuk laporan dan disampaikan lingkungan hidup sebagai proses kegiatan
secara berjenjang dari pimpinan pada tingkat yang dilakukan pemerintah dan masyarakat
paling bawah hingga pimpinan di tingkat atas dengan tujuan berwawasan lingkungan dan
masing-masing institusi, dan terutama kepada tidak mengesampingkan kualitas manusia
lembaga-lembaga pengawasan dan penilai (penguasaan IPTEK) serta kualitas
akuntabilitas dalam hal ini kepala lingkungan (serasi, selaras dan seimbang).
pemerintahan atau Kepala Daerah. Laporan Pengawasan terhadap lingkungan hidup
tersebut menggambarkan kinerja pejabat adalah upaya terpadu untuk melestarikan
pengawas di instansi pemerintah yang fungsi lingkungan hidup meliputi
bersangkutan melalui Sistem Akuntabilitas kebijaksanaan, penataan, pemanfaatan,
Kinerja Instansi Pemerintah atau disingkat pengembangan, pemeliharaan, pemulihan,
dengan SAKIP. Tujuannya, menurut Kearns dan pengendalian lingkungan hidup.
(1996), dengan akuntabilitas merupakan Kaitannya dengan akuntabilitas pejabat
upaya untuk menjaga kepercayaan publik. pengawas lingkungan hidup, dalam
Publik tidak hanya ingin mengetahui bahwa Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
pemerintah telah melakukan apa yang Nomor 58 Tahun 2002, Tentang Tata Kerja
dijanjikannya atau apa yang secara legal Pejabat Lingkungan Hidup di Provinsi/
wajib untuk dilakukan, tetapi juga apa yang Kabupaten/Kota, seorang pejabat pengawas
publik harapkan, inginkan, dan pikirkan apa lingkungan hidup harus memenuhi tiga unsur
yang seharusnya para administrator lakukan. yaitu, memiliki kekuatan motivasi, kekuatan
Akuntabilitas, juga menjelaskan peran daya pikir dan kekuatan usaha
dan tanggungjawab pengawas dalam memaksimalkan penyelesaian tugas dan
melaksanakan pemeriksaan dan kedisiplinan fungsi. Ketiga unsur tersebut, dapat
untuk melengkapi pekerjaan dan pelaporan. meningkatkan keinginan dan usaha seseorang
Kualitas dari hasil pekerjaan pejabat untuk menghasilkan pekerjaan yang lebih
pengawas dapat dipengaruhi oleh rasa berkualitas dan dimotivasi oleh keyakinan
kebertanggungjawaban (akuntabilitas) yang bahwa pekerjaannya akan diperiksa atau
dimilikinya dalam menyelesaikan dinilai oleh atasannya.
pekerjaannya. Akuntabilitas merupakan Disamping itu, kecenderungan manusia
dorongan psikologi sosial yang dimiliki untuk melakukan sesuatu atas kehendak
seseorang untuk menyelesaikan sendiri, adalah pembawaan manusiawi yang
kewajibannya yang akan menunjukkan bahwa manusia di samping
dipertanggungjawabkan kepada mempunyai kelebihan juga kekurangan dan
lingkungannya. Inilah bagian terpenting kelemahan. Dalam rangka itulah sehingga di
untuk ditata, yang pada akhirnya menjadi setiap organisasi manapun dibutuhkan
instrumen good governance. Penerapan tindakan pengawasan. Pengawasan bukan
otonomi daerah atas prinsip akuntabilitas saja mencegah perbuatan manusia agar tidak
dalam kerangka terapan good governance melenceng dari aturan-aturan organisasi,
dilingkungan Pemerinth Daerah, memiliki tetapi juga mengarahkan manusia untuk tetap
arti pertanggungjawaban pengelolaan menjalankan tugas dan fungsi sesuai dengan
pemerintahan yang baik. Pemikiran tersebut rencana yang telah disusun bersama.
bersumber bahwa pengelolaan administrasi Demikian pula halnya di Badan
publik merupakan issue utama dalam Lingkungan Hidup Kabupaten Sigi, masih
Murniati, Akuntabilitas Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Di Badan Lingkungan Hidup ………………………….116

dominannya sifat-sifat manusia pada saat (berkesinambungan) akan memberikan hasil


melaksanakan tugas sehingga diperlukan kerja yang efisien.
pengawasan. Keberhasilan organisasi dalam Seyogyanya kinerja pejabat pengawas
mencapai tujuan, salah satu faktor penentu lingkungan hidup di Badan Lingkungan
adalah adanya penerapan pengawasan yang Hidup Kabupaten Sigi harus memenuhi
baik. Kurangnya pengawasan membawa unsur-unsur yang disyaratkan dalam
dampak bagi inefisiensi (pemborosan) baik Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
dalam penggunaan waktu, tenaga, dan Nomor 58 Tahun 2002, Tentang Tata Kerja
terutama biaya. Krisis lingkungan hidup yang Pejabat Lingkungan Hidup di
dialami daerah merupakan salah satu contoh Provinsi/Kabupaten/Kota, yaitu harus
lemahnya fungsi pengawasan dalam memiliki motivasi yang tinggi, kekuatan daya
penyelenggaraan pemerintahan dan pikir, dan kekuatan usaha untuk
pembangunan. Manusia dapat saja memaksimalkan penyelesaian tugas dan
melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi fungsinya.
orang lain, tetapi dapat juga merugikan. Untuk itu dalam penelitian ini
Bahkan dapat saja melakukan sesuatu di luar mendeskripsikan secara objektif tentang
batas-batas kemanusiaan yang bersifat akuntabilitas pejabat pengawas lingkungan
negatif. Kecenderungan manusia yang hidup di Badan Lingkungan Hidup
demikian itulah sehingga pengawasan tidak Kabupaten Sigi dengan menggunakan teori
hanya dilakukan sekali saja, tetapi dilakukan akuntabilitas yang di kemukankan
bersamaan dengan fungsi-fungsi lain dalam Sedarmayanti (2004:12), bahwa akuntabilitas
manajemen. Demikian halnya tugas seorang pejabat pengawas lingkungan hidup adalah
pejabat pengawas dalam menjalankan fungsi pejabat pemerintah yang harus
pengawasan sebagaimana diatur dalam menyelenggaraan pemerintahan sesuai
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup ketentuan, transparan, efisien dan efektif,
Nomor 17 Tahun 2001, tentang Jenis serta responsif atau umpan balik yang
Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang menghasilkan motivasi, daya pikir dan
Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai kekuatan usaha memaksimalkan tugas dan
Dampak Lingkungan Hidup yaitu, fungsi.
melakukan pemantuan dan pengawasan atas
tingkat ketaatan usaha dan atau kegiatan METODE
masyarakat yang berakibat menimbulkan
pencemaran atau kerusakan lingkungan Penelitian ini megunakan metode
hidup. deskriptif dengan menganalisis data
Ketaatan penanggung jawab usaha dan kualitatif, hal ini sesuai dengan pendapat
atau kegiatan masyarakat terhadap ketentuan Bogdan dan Taylor (dalam Moleong,2000:3),
peraturan perundang-undangan pengendalian bahwa metodologi kualitatif “sebagai
pencemaran dan atau kerusakan lingkungan prosedur penelitian yang menghasilkan data
hidup tersebut, menjadi kewajiban pejabat deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
pengawas lingkungan hidup dan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
mendapatkan pengawasan dari pimpinan diamati.
organisasi untuk memantau sejauhmana tugas Singarimbun (dalam Singarimbun dan
dan fungsinya telah dijalankan dengan baik. Effendi,2011:8) menyamakannya dengan
Dengan adanya pengawasan sesuatu jenis grunded research, “dimana data
pekerjaan dapat diukur apakah sesuai dengan terutama dikumpulkan melalui wawancara
apa yang diharapkan atau tidak. Jadi dengan bebas. Pendekatan ini menggunakan
adanya pengawasan yang intensif observasi berpartisipasi sebagai lazim
117 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 1, Januari 2016 hlm 114-126 ISSN: 2302-2019

dilakukan oleh sarjana antropologi Untuk menganalisis data, teknik yang


mengembangkan konsep-konsep di lapangan, dilakukan yaitu melalui proses
dan peneliti terlibat langsung secara penuh penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
dalam penelitian dari awal sampai akhir”. lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan
Namun oleh karena penelitian ini tidak (Effendi dan Manning dalam Singarimbun
menggunakan hipotesa, maka hasil akhir dari dan Effendi, 2011:263). Dalam penelitian ini
penelitian ini bukan merupakan verifikasi data yang akan diperoleh baik data primer
dari teori atau hipotesa tersebut untuk ditolak maupun data sekunder terlebih dahulu
atau diterima, melainkan hanya sekedar diklasifikasikan dan dianalisis secara
memberi gambaran tentang akuntabilitas deksriptif-kualitatif selanjutnya dilaporkan
pejabat pengawas lingkungan hidup di Badan dalam bentuk esai Analisis data dilakukan
Lingkungan Hidup Kabupaten Sigi. dengan cara menginterpretasikan data, fakta
Lokasi penelitian ini di lakukan di dan informasi yang telah dikumpulkan
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sigi, melalui pemahaman intelektual dan empiris.
dengan lama waktu penelitian selama 3
bulan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan informan dilakukan
menggunakan tehnik pourposive sampling. Akuntabilitas sebagai
Menurut Sugiyono (2011:301) tehnik pertanggungjawaban merupakan salah satu
purposive sampling adalah tehnik ciri dari terapan”good governance” atau
pengambilan sampel sumber data dengan pengelolaan pemerintahan yang baik dimana
pertimbangan tertentu. Informan dalam pemikiran tersebut bersumber bahwa
penelitian ini adalah para pejabat pengawas pengelolaan administrasi publik merupakan
lingkungan hidup di Badan Lingkungan issue utama dalam pencapaian
Hidup Kabupaten Sigi sebanyak 2 (dua) menuju ”clean government” (pemerintahan
orang, Kepala Badan, 1 (satu) orang, Kepala yang bersih). Sebagai prasyarat untuk
Bidang 2 (dua) orang, pelaku usaha 3 (tiga) mewujudkan aspirasi masyarakat guna
orang, dan tokoh masyarakat sebanyak 3 mencapai tujuan serta cita-cita bangsa
(tiga) orang. Dengan demikian, jumlah bernegara, akuntabilitas pelaksanaan
keseluruhan informan sebanyak 11 (sebelas) pemerintahan yang baik memerlukan
orang. pengembangan dan penerapan sistem
Sumber data dari penelitian ini adalah pertanggung jawaban yang tepat, jelas,
data primer dan data sekunder. Data primer terukur, dan legitimate. Dalam kerangka itu,
adalah data yang diperoleh dari sumber maka akuntabilitas pejabat pengawas
pertama atau secara langsung yang dilakukan lingkungan hidup melaksanakan kewajiban
melalui wawancara dengan 5 (lima) informan bertindak selaku penanggung jawab terhadap
atau narasumber. Sumber data sekunder tugas yang dibebankan oleh negara,
adalah Data sekunder yaitu, data yang melakukan pengawasan terhadap lingkungan
bersumber dari berbagai catatan penting yang hidup sesuai ketentuan dan transparan,
berkaitan dengan permasalahan penelitian efisien dan efektif, serta responsif terhadap
antara lain peraturan, keputusan, pedoman aspirasi masyarakat sebagai umpan balik
dan petunjuk. Teknik pengumpulan data untuk memaksimalkan tugas dan fungsi.
melalui pengamatan langsung (observasi),
wawancara kepada para informan (interview) Pengawasan Lingkungan Hidup Sesuai
dan pengambilan gambar kondisi di lapangan Ketentuan dan Transparan
(dokumentasi). Pejabat pengawas lingkungan hidup
daerah, ditetapkan berdasarkan Undang-
Murniati, Akuntabilitas Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Di Badan Lingkungan Hidup ………………………….118

Undang Nomor 32 Tahun 2009, tentang khususnya Pasal 3 yang menyatakan bahwa
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan asas-asas umum penyelenggaraan negara
Hidup. Tugas pejabat pengawas lingkungan antara lain adalah asas akuntabilitas.
hidupadalah melaksanakan pengawasan Transparansi dalam penegakkan peraturan
penaatan penanggung jawabpengelolaan dan ketentuan yang berlaku serta tidak
lingkungan hidup, sesuai ketentuan dan berupaya secara terpadu melestarikan fungsi
transparan sebagaimana diutarakan oleh lingkungan hidup meliputi penataan,
informan kunci Ir.Eniswati Dg Matona, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan,
Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten pemulihan, pengawasan, dan pengendalian
Sigi, menyatakan bahwa: lingkungan hidup. Hasil wawancara dengan
“Pejabat pengawas lingkungan hidup informan Yoke A. Pangandaheng, SP, Kepala
daerah, memiliki kewenangan melakukan Bidang Pengawasan Sumber Daya Alam,
pengawasan terhadap lingkungan hidup baik menyatakan bahwa:
secara langsung atau tidak langsung untuk “Pejabat pengawas lingkungan hidup dalam
mengetahui tingkatketaatan penanggung menjalankan tugas pengawasan selain
jawab usaha dan/atau kegiatanterhadap memantau usaha dan atau kegiatan yang
ketentuan dalam izin lingkungan dan mempunyai potensi menimbulkan
peraturan perundang-undangan dibidang pencemaran dan atau perusakan lingkungan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, membuat suatu kebijakan yang
hidup berdasarkan Peraturan Pemerintah transparan tentang penataan, pemanfaatan,
Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan pengembangan, pemeliharaan, pemulihan,
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi pengawasan, dan pengendalian lingkungan
sebagai Daerah Otonom dalam pengelolaan hidup. Pertanggungjawabkan tugas bukan
lingkungan hidup.Pengawasan tersebut hanya kepada pimpinan, tetapi terutama
dilaksanakan secara transparan berdasarkan kepada masyarakat umum untuk memberi
ketentuan dan peraturan antara lain Undang rasa aman akibat pencemaran lingkungan.
Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Oleh karena itu, bagi pelaku usaha harus
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang mendapatkan legitimasi tentang Analisa
Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Dampak Lingkungan (AMDAL) sebelum
Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan usaha dijalankan” (wawancara tgl. 24
Ekosistemnya, Peraturan Pemerintah RI Nopember 2015).
Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Berdasarkan pengamatan, pejabat
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Pasal pengawas lingkungan hidup dalam
3 Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun melaksanakan kewajiban sesuai dengan
199, tentang Jenis usaha atau kegiatan wajib ketentuan, belum maksimal terutama
AMDAL diatur oleh Keputusan Menteri melakukan pemantauan terhadap keterangan
Nomor: 39/MENLH/9/1996, dan Undang dari pihak penanggung jawab usaha dan atau
Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zone kegiatan mengenai upaya-upaya yang
Ekonomi Eksklusif” (wawancara tgl. 23 dilakukan dalam pengendalian pencemaran
Nopember 2015). dan atau pengendalian kerusakan lingkungan
Pejabat pengawas lingkungan hidup hidup.Belum maksimal tugas pemantauan
dalam melaksanakan pengawasan terhadap terutama pengawasan secara langsung oleh
lingkungan hidupsesuai dengan ketentuan pejabat pengawas lingkungan hidup tersebut,
dan transparan, merupakan amanat Undang- disebabkan ketersediaan anggaran perjalanan
Undang Nomor 28 Tahun 1999, tentang dinas yang sangat terbatas. Hal itu diutarakan
penyelenggara negara yang bersih dan bebas oleh informan Rosnawati, SP, salah seorang
dari korupsi, kolusi, dan nepotisme,
119 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 1, Januari 2016 hlm 114-126 ISSN: 2302-2019

pejabat pengawas lingkungan hidup, terutama menyangkut adanya pencemaran


menyatakan sebagai berikut: dan kerusakan lingkungan berkaitan dengan
“Tugas kami selaku pejabat pengawas peristiwa alam dan pertumbuhan penduduk.
lingkungan hidup cukup berat, namun tidak Hasil wawancara dengan informan
didukung oleh fasilitas yang memadai Suharyanto, salah seorang tokoh masyarakat,
terutama dari segi anggaran operasional. menyatakan bahwa:
Oleh karena itu, untuk memaksimalkan “Diera desentralisasi saat ini, masalah
tugas, kami membuat salinan dari dokumen kelestarian lingkungan hidup belum
dan atau membuat catatan yang diperlukan mendapatkan perhatian serius dari
berdasarkan laporan masyarakat berkaitan Pemerintah Daerah. Pengawasan dan
dengan tempat-tempat tertentu yang diduga pengelolaan lingkungan hidup belum
menjadi penyebab terjadinya pencemaran dijadikan sebagai salah satu faktor yang
dan atauperusakan lingkungan hidup. Jika sangat menentukan dalam keberhasilan
angaran perjalanan sudah tersedia, kami pembangunan daerah. Kami selaku tokoh
mengambil contoh (sample) pada titik-titik masyarakat belum dilibatkan secara aktif
yang diperlukan pada lokasi usaha dan atau untuk dapat berperan dalam pelestarian
kegiatan, memeriksa peralatan dan atau lingkungan hidup. Aspirasi kami diserahkan
instalasi yang digunakan untuk pengendalian sepenuhnya kepada wakil rakyat di lembaga
pencemaran dan atau pengendalian legislatif, dan lembaga-lembaga non
kerusakan lingkungan, memeriksa alat pemerintah yang berkecimpung dibidang
transportasi yang digunakan untuk lingkungan hidup, sementara kami yang
memindahkan dan atau mengangkut limbah berada di lokasi sekitar usaha yang lebih
dan atau bahan kimia lainnya, meminta mengetahui dan merasakan pencemaran
keterangan dari pihak yang bertanggung lingkungan akibat pengolahan usaha.Selaku
jawab atas usaha dan atau kegiatan tokoh masyarakat, sepatutnya harus
”(wawancara tgl. 25 Nopember 2015). didengarkan dan secara bersama-sama
Akuntabilitas pengawasan lingkungan berkomitmen terhadap kelestarian
hidup mengandung kewajiban untuk lingkungan hidup”(wawancara, tgl. 26
menyajikan dan melaporkan segala tindak Nopember 2015).
tanduk dan kegiatan selain kejadian alam, Pemerintah melalui pejabat pengawas
terutama pula kegiatan usaha yang dapat lingkungan hidup, memiliki tanggung jawab
menimbulkan kerugian terhadap masyarakat danberperan memberikan pemahaman dari
sekitar lokasi usaha. Akuntabilitas ditujukan upaya pengelolaan lingkungan hidup yang
untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan berwawasan lingkungan, agar masyarakat
yang berhubungan dengan pelayanan apa, memahami bagaimana melestarikan dan
siapa, kepada siapa, milik siapa, yang mana, terutama mencegah agar tidak terjadi
dan bagaimana. Untuk memenuhi unsur pencemaran lingkungan seperti masalah
transparansi dalam pengawasan lingkungan pencemaran udara, pencemaran air,
hidup, pejabat pengawas lingkungan hidup pencemaran limbah B3 (Bahan Berbahaya
melaporkan secara hirarkis kepada pimpinan Beracun) serta sampah dan sebagainya.
dan memberikan alasan terhadap setiap Pemahaman terhadap ekosistem sangat
kebijakan dan operasionalisasi kegiatan penting dalam upaya pengelolaan lingkungan
sebagai bentuk pertanggung jawaban atas hidup karena pertimbangan sosial sangat erat
tugas yang telah dijalankan. Sedang kaitannya dengan proses politik dan
kewajiban pertanggungjawaban pejabat pengambilan keputusan dalam
pemerintah kepada rakyat, dilakukan pada pengembangan pengetahuan lingkungan
saat hearing dengan lembaga legislatif, hidup. Oleh karena itu, masalah pengawasan
Murniati, Akuntabilitas Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Di Badan Lingkungan Hidup ………………………….120

dan pengelolaan lingkungan hidup menjadi secara empiris terjadinya pencemaran


salah satu faktor yang sangat menentukan lingkungan hidup yang bersumber dari
dalam keberhasilan kelestarian lingkungan kurangnya perhatian masyarakat terhadap
hidup. Berbagai komponen dilibatkan pengelolaan lingkungan hidup. Walaupun
diantaranya adalah pemerintah, wakil rakyat, jelas-jelas sudah ada peraturan yang
anggota perdagangan (pelaku usaha), mengikat dan harus dipatuhi oleh seluruh
masyarakat dan organisasi non pemerintah komponen yang dijadikan pedoman sebagai
merupakan suatu lembaga atau institusi yang usaha mengurangi dampak negatif yang
diselenggarakan oleh masyarakat yang disebabkan oleh pengelolaan lingkungan
sepatutnya secara bersama-sama perlu hidup,namun karena kurangnya sosialisasi
mempunyai komitmen terhadap kelestarian sehingga masyarakat umum belum
lingkungan hidup. Hasil wawancara dengan memahami terutama menyangkut Undang-
informan Suparman, salah seorang pelaku Undang Nomor 32 Tahun 2009, tentang
usaha menyatakan sebagai berikut: perlindungan dan pengelolaan lingkungan
“Kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh hidup.Pengertian lingkungan hidup itu
pejabat pengawas lingkungan hidup, sendiri belum dipahami betul sebagaimana
terutama terhadap kegiatan usaha yang telah tercantum pada Pasal 1bahwa, lingkungan
mendapatkan rekomendasi izin lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
tidak tepat sasaran dan tidak ada tindak benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
lanjut hasil pengawasan antara lain termasuk manusia dan perilakunya, yang
pemberian petunjuk teknis dalampelaporan mempengaruhi alam itu sendiri,
hasil pemantauan dan pengawasan. Pejabat kelangsungan peri kehidupan, dan
pengawas lingkungan hidup tidak memiliki kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
standard operasional prosedur (SOP). Hal lain.
itu dapat dilihat kegiatan pengawasan
terkadang ditunggangi oleh berbagai macam Pengawasan Lingkungan HidupYang
kepentingan sehingga fokus pengawasan Efisien dan Efektif
tidak jelas. Kami selaku pelaku usaha sering Pengawasan Lingkungan Hidup yang
kebingungan dengan pengawasan yang efisien dan efektif yang dimaksud dalam
sering berubah-ubah dan memiliki cara dan penelitian ini yaitu, pejabat pengawas
kebijakan yang berbeda” (wawancara tgl. 26 lingkungan hidup melaksanakan tugas
Nopember 2015). pengawasan terhadap lingkungan hidup
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, berdasarkan prinsip efisien dan efektif.
dapat diketahui bahwa penerapan aturan dan Pengawasan dalam konteks manajemen pada
kebijakan terhadap pengawasan lingkungan dasarnya merupakan upaya yang sistematis
hidup tidak memiliki standard operasional untuk menentukan standar kinerja
prosedur (SOP). Pelaku usaha menjadi (performance standards), merancang sistem
kebingungan dengan ketentuan yang umpan balik informasi, membandingkan
diterapkan terhadap pengawasan lingkungan prestasi aktual dengan standar yang
hidup. Dalam arti bahwa, pejabat pengawas ditentukan, menentukan apakah terdapat
lingkungan hidup dalam melaksanakan tugas penyimpangan dan mengukur besarnya, serta
pengawasan terhadap penaatan lingkungan mengambil tindakan yang diperlukan untuk
hidup, tidak sesuai dengan ketentuan dan menjamin bahwa seluruh sumberdaya
kurang transparan. Hal itu menimbulkan organisasi digunakan dengan cara yang
kebingungan di masyarakat khususnya para paling efektif dan efisien untuk mencapai
pelaku usaha di daerah Kabupaten Sigi, tujuan organisasi. Pemberlakuan Undang-
sehingga memunculkan berbagai kasus yang Undang Nomor 32 Tahun 2009 mengenai
121 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 1, Januari 2016 hlm 114-126 ISSN: 2302-2019

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan pelestarian lingkungan hidup, tetapi juga


Hidup, merupakan pedoman utama dari melakukan inspeksi ketaatan, mengumpulkan
penerapan pengawasan lingkungan hidup dokumen dan memberikan kesaksianterhadap
yang efisien dan efektif. Pejabat pengawas bukti-bukti yang ditemukan. Peranan lain
lingkungan hidup berpedoman pada Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
ketentuan tersebut dalam usaha pelestarian menurut informan Baso Nur Ali, S.Sos, M.Si,
lingkungan hidup, pencemaran air, salah seorang pejabat pengawas lingkungan
pencemaran udara dan limbah B3 secara hidup (PPLH), menyatakan sebagai berikut.
efisien dan efektif dalam pengawasan dan “Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
pengelolaan lingkungan hidup. Dalam rangka (PPLH) sebagai wakil pemerintah melakukan
mengimplementasi Undang-Undang tersebut, kegiataninspeksi atau pemeriksaan
PemerintahDaerah Kabupaten Sigi lingkungan, penyidikan dan memberikan
mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) sanksi administrasi secara langsung,
Nomor 9 Tahun 2010, tentang Organisasi misalnya memberikan peringatan atau
Perangkat Daerah dilingkungan Pemerintah perintah-perintah. Kualitas kerja kami selaku
Daerah Kabupaten Sigi, yang menjelaskan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
tugas pokok dan fungsi Badan Lingkungan (PPLH) didasari oleh kemampuan khusus
Hidup, terutama menyangkut tugas pokok pengawasan setelah mengikuti beberapa
dan fungsi Bidang Pengawasan dan macam kursus di bidang lingkungan hidup,
Penanggulangan Pencemaran.Hal oleh itu antaralain kursus AMDAL, kursus
ditegaskan oleh informan kunci Ir. Eniswati pengambilan sampel/sampling, dan kursus
Dg. Matona, selaku Kepala Badan pengawasan lingkungan dan lain-lain. Selain
Lingkungan Hidup Kabupaten Sigi, itu, kami juga harus mampu berdiplomasi
berdasarkan hasil wawancara menyatakan dan tidak menunjukkan sikap ingin
sebagai berikut: menguasai atau sombong apalagi selalu
“Para pejabat pengawas lingkungan hidup berkeinginan untuk berkolusi. Kami juga
memiliki tugas pokok melakukan pengawasan harus dapat mencari atau mengumpulkan
sesuai dengan tupoksi yang tercantum dalam informasi dan fakta lapangan yang dapat
Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2010. dipertanggungjawabkan kebenarannya
Dalam peraturan tersebut, pejabat pengawas apabila dilakukan proses peradilan atau
lingkungan hidup dalam menjalankan tugas menjadi saksi untuk menjelaskan data
dan fungsi pengawasan terhadap lingkungan maupun fakta yang sebenarnya” (wawancara
hidup harus menerapkan prinsip efisiensi tgl. 25 Nopember 2015).
dan efektivitas, dan Berdasarkan pengamatan, pejabat
mempertanggungjawabkannya secara tertulis pengawaslingkungan hidup (PPLH)sebagai
dalam bentuk laporan maupun secara lisan wakil pemerintah, belum mampu memelihara
kepada pimpinan atas hasil pelaksanaan ketelitian dan jaminan kualitas hasil
tugas pengawasan tersebut”(wawancara tgl. pengawasan pada saat melakukan inspeksi
23 Nopember 2015). atau investigasi terhadap usaha dan/
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, ataukegiatan. Ada dua metode atau cara
penerapan efisiensi dan efektivitas pengawasan terhadap lingkungan hidup
pengawasan terhadap lingkungan hidup yaitu, pengawasan yang bersifat rutin dan
seharusnya berdasarkan ketentuan yang pengawasan mendadak atau sering dikenal
berlaku dan menggunakan standar dengan“sidak”. Pengawasan rutin dilakukan
operasional prosedur (SOP). Tugas pejabat secara kontinyu dengan interval waktu
pengawas lingkungan hidup tidak hanya tertentu atau berkala (misal: dilakukan setiap
melaksanakan pengawasan terhadap satu bulan sekali pada akhir bulan),
Murniati, Akuntabilitas Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Di Badan Lingkungan Hidup ………………………….122

sedangkan pengawasan yang bersifat mengetahui kebenaran data self monitoring


mendadak (incognito) dilakukan tanpa yang telah disampaikan oleh pengusaha
pemberitahuan terlebih dahulu. Pengawasan kepada pemerintah, tidak maksimal. Laporan
yang bersifat rutin dilakukan pada kondisi kegiatan usaha harus ditinjau terlebih dahulu
kegiatan dan/atau usaha yang sudah stabil, oleh Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
sedangkan “sidak” dilakukan pada kegiatan dan dilakukan pengawasan secara rutin
dan/atau usaha yang sedang bermasalah (ada paling tidak sebulan sekali. Kurang efektif
kasus lingkungan). Sidak dapat dilakukan karena pengawasan yang bersifat cross check
setiap saat tergantung adanya laporan atau yang dianggap lebih baik, tidak maksimal
kasus yang ada, dan dilakukan pada hari dilaksanakan. Hal itu diakui pula oleh
tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada informan Liardi Hardian Candinaga, salah
pihak penanggung jawab usaha atau kegiatan. seorang pelaku usaha di Kabupaten Sigi,
Namun, kedua cara pengawasan itu belum menyatakan sebagai berikut:
optimal dilakukan dengan alasan “Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup di
keterbatasan anggaran sebagaimana Kabupsten Sigi kurang efektif dalam
diutarakan oleh informan H. Yumbu, ST, melaksanakan tugas pengawasan, baik
Sekretaris Badan Lingkungan Hidup terhadap kegiatan usaha maupun terhadap
Kabupaten Sigi, menyatakan bahwa: kontribusi pada masyarakat dan lingkungan.
“Tugas para pejabat pengawas lingkungan Bahkan dalam melakukan pengawasan tidak
hidup dalam melakukan pengawasan baik adakoordinasi antara instansi terkait dan
yang bersifat rutin (self monitoring)dan yang pelaku usaha karena adanya tarik menarik
bersifat “sidak” belum maksimal dilakukan kepentingan dan kurangnya sosialisasi yang
karena terkendala dana/anggaran. Contoh dilakukan atas pentingnya pelestarian
misalnya pengawasan atas pembangunan lingkungan hidup”(wawancara tgl. 27
tower yang berada jauh dari jangkauan Nopember 2015).
transportasi umum sehingga menyulitkan Berdasarkan hasil wawancara tersebut,
baik pada saat melakukan pengawasan rutin penerapan pengawasan yang efisien dan
maupun pengawasan mendadak (sidak). efektif terhadap lingkungan hidup belum
Pengawasan mendadak (sidak) sangat akuntabel (belum dapat
diperlukan guna melakukan cross check dipertanggungjawabkan). Para Pejabat
apakah perusahaan memenuhi persyaratan Pengawas Lingkungan Hidup, belum
izin atau peraturan yang ada. Hal seperti itu, menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan
memerlukan kejujuran dari pihak masih cenderung melakukan kolusi.
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan, Kewenangan dan peranan yang cukup luas
dan kami selaku penanggungjawab menjadikan kedudukan para Pejabat
lingkungan hidup tidak bisa langsung Pengawas Lingkungan Hidup sangat strategis
percaya atas laporan yang disampaikan dan sangat penting dalam proses penegakan
bahwa kegiatan yang dilakukan itu sudah hukum lingkungan, sehingga cenderung
sesuai dengan ketentuan” (wawancara tgl. melakukan hal-hal yang bertentangan dengan
23 Nopember 2015). etika pengawasan. Hal itu mengakibatkan
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, tugas pengawasan, penanggulangan
penerapan prinsip efisien dan efektif dalam pencemaran dan pengrusakan, penegakan
pengawasan lingkungan hidup, dianggap hukum dan pemulihan dibidang lingkungan
belum akuntabel (belum dapat hidup, kurang mendapatkan pembinaan,
dipertanggungjawabkan) karena keterbatasan koordinasi dan evaluasi. Pengelolaan limbah
dana/anggaran untuk pengawasan. Kurang dan operasionalisasi kegiatan yang
efisien karena tugas pengawasan untuk berdampak pada kerusakan dan pencemaran
123 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 1, Januari 2016 hlm 114-126 ISSN: 2302-2019

lingkungan hidup di bidang pengawasan dan usaha yang menyebabkan terjadinya


penanggulangan pencemaran, menjadi tidak pencemaran lingkungan. Sebagian besar
terkoordinasi dengan baik. kebijakan lingkungan hidup mempunyai
pendekatan berdasarkan masalah-masalah
Pengawasan Lingkungan Hidup Yang tertentu seperti masalah pencemaran udara,
Responsif pencemaran air, pencemaran limbah B3
Pengawasan Lingkungan Hidup yang (Bahan Berbahaya Beracun) serta sampah
responsif yaitu, pejabat pengawas lingkungan dan sebagainya. Namun, kebijakan
hidup merespon aspirasi masyarakat sebagai pengelolaan lingkungan hidup erat kaitannya
umpan balik untuk memaksimalkan tugas. dengan proses politik dan pengambilan
Pengawasan juga pada dasarnya merupakan keputusan yang belum didasarkan
upaya yang sistematis selain menentukan pertimbangan sosial sebagaimana diutarakan
standar kinerja, merancang sistem umpan oleh informan Muh. Arsyad, SP, salah
balik informasi sebagai bentuk responsivitas seorang tokoh masyarakat berdasarkan hasil
atas laporan masyarakat tentang adanya wawancara menyatakan bahwa:
pelanggaran atau penyimpangan untuk “Pemerintah belum merespon apa yang
selanjutnya mengambil tindakan yang menjadi keresahan masyarakat atas
diperlukan guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan ruko dan perumahan di Jln.
pelestarian lingkungan hidup. Hasil Karanjalembah yang berdampak pada
wawancara dengan informan kunci Ir. tingginya mobilisasi penduduk dan memicu
Eniswati Dg Matona, Kepala Badan tingginya produksi sampah rumah tangga,
Lingkungan Hidup Kabupaten Sigi, sementara tidak disediakan prasarana
menyatakan bahwa: penampungan sampah. Akibatnya, sampah
“Peranan Pejabat Pengawas Lingkungan berserahkan dijalanan dan mencemari air
Hidup secara umum adalah melakukan dan tanah disekitarnya” (wawancara tgl. 26
inspeksi ketaatan, mengumpulkan dokumen Nopember 2015).
dan memberikan kesaksian terhadap bukti- Berdasarkan hasil wawancara tersebut,
bukti yang ditemukan pada saat ada pengawasan lingkungan hidup belum
persidangan atas pelanggaran hukum responsif terhadap kejadian-kejadian akibat
terhadap lingkungan. Bukti-bukti atas dari kebijakan Pemerintah yang mengizinkan
pelanggaran tersebut, terutama meruakan pembangunan ruko dan perumahan.
hasil respon dari laporan masyarakat sekitar Pembangunan yang berpotensi mencemari
kegiatan usaha yang menyebabkan lingkungan danharus mendapatkan perhatian
terjadinya pencemaran lingkungan. Respon dari pejabat pengawas lingkungan hidup
para pejabat pengawas lingkungan bukan antara lain pembangunan perumahan, hotel,
hanya atas dasar laporan masyarakat, tetapi rumah sakit, pertambangan, perkebunan, dan
terutama hasil pemantauan di lokasi lain-lain. Hingga dewasa ini pengawasan atas
kegiatan usaha antara lain pembangunan lingkungan hidup belum maksimal
tower telekomunikasi, SPBU, percetakan dilaksanakan oleh pejabat pengawas
sawah baru, pembangunan rumah sakit, lingkungan hidup sebagaimana diutarakan
pembangunan pembangkit Listrik, oleh informan Sunaryanto, salah seorang
pembangunan desain pemenuhan air baku, tokoh masyarakat, menyatakan sebagai
maupun pembangunan perumahan” berikut:
(wawancara tgl. 23 Nopember 2015). “Sejak beroperasinya kegiatan aspal
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, marcing plant (AMP) di Desa
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Lembangtongoa Kecamatan Palolo, belum
merespon laporan masyarakat atas kegiatan pernah ada sosialisasi dari pejabat
Murniati, Akuntabilitas Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Di Badan Lingkungan Hidup ………………………….124

pengawas lingkungan hidup Kabupaten Sigi apakah perusahaan tersebut dalam aktivitas
dan pelaku usaha sementara kegiatan usahanya sudah sesuai dengan ketentuan
tersebut telah menimbulkan berbagai macam atau tidak” wawancara tgl. 24 Nopember
gangguan lingkungan disekitarnya. Bahkan 2015).
mengarah pada pencemaran udara dan Berdasarkan hasil wawancara tersebut,
kerusakan lingkungan hidup seperti adanya berarti pejabat pengawas lingkungan hidup
cerobong dari pabrik pembuatan aspal yang belum maksimal menjalankan tugasnya dan
mencemari udara dan tumpahan bahan belum merespon apa yag menjadi keluhan
berbahaya serta beracun seperti solar dan masyarakat selama ini. Dalam arti,
oli bekas, drum aspal bekas yang ditimbun pengawasan yang responsif belum akuntabel
begitu saja tanpa ada wadah penyimpanan dijalankan oleh pejabat pengawas lingkungan
sementara (TPS)”(wawancara tgl. 26 hidup. Setiap pejabat pengawas wajib
Nopember 2015). melakukan kajian terhadap bahan-bahan
Pada dasarnya pembangunan untuk pelaksanaan pengendalian pencemaran.
kegiatan yang berpotensi mencemari Bahan-bahan yang harus dipelajari tersebut
lingkungan, seharusnya disertai dokumen dapat berupa dokumen dan rekaman gambar,
yang melegitimasi bahwa kegiatan usaha terutama terkait dengan kegiatan pengelolaan
tidak akan membahayakan penduduk lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan
disekitarnya akibat pencemaran udara. Masih dalam pengendalian pencemaran. Kaji ulang
adanya keluhan dari masyarakat sebagaimana informasi usaha dan/atau kegiatan yang akan
diutarakan oleh informan tersebut diawasi sebelum pelaksanaan pengawasan
menunjukan bahwa pembangunan pabrik sangat penting untuk menunjang keberhasilan
aspal yang terletak di Desa Lembangtongoa dan efektifitas dari kegiatan pengawasan
Kecamatan Palolo tersebut belum yang akan dilakukan. Hasil kajian ini akan
mendapatkan perhatian dari pejabat memberikan bekal kepada pejabat pengawas
pengawas lingkungan hidup Kabupaten lingkungan hidup tentang gambaran status
Sigi.Hasil wawancara dengan informan Dwi kinerja pengendalian pencemaran air dari
Darma Yudha, SP, Kepala Bidang Analisa usaha dan/atau kegiatan yang diawasi.
Masalah Dampak Lingkungan (AMDAL) Bahan-bahan yang seharusnya dikaji ulang
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sigi, sebelum dilaksanakan pengawasan ini
menyatakan sebagai berikut: sebagian besar merupakan jenis data
“Pada dasarnya, setiap kegiatan usaha di sekunder yang diperoleh dari berbagai pihak
daerah Kabupaten Sigi tidak boleh selain perusahaan yang bersangkutan, dan
melakukan aktivitas sebelum memiliki terutama dari masyarakat.
dokumen Amdal. Jika ada perusahaan yang Jenis dokumen dan informasi yang
melakukan aktivitas tidak dilindungi oleh dimaksud dalam melakukan kegiatan
dokumen Amdal, maka perusahaan tersebut pengawasan antara lain: 1) Dokumen
akan dikenakan sanksi administratif dengan AMDAL atau UKL-UPL.2) Laporan umum
mencabut izin operasi atau dihentikan usaha dan/atau kegiatan (Company Profile).
kegiatan hingga perusahaan tersebut 3) Laporan RKL-RPL atau UKL-UPL dari
melengkapi dokumen yang dimaksud sesuai usaha dan/atau kegiatan. 4) Data pemantauan
ketentuan perundang-undangan lingkungan kualitas air limbah oleh petugas pengawas
hidup yang berlaku. Menurut saya, belum sebelumnya. 5) Peraturan perundang-
ada satupun perusahaan yang melakukan undangan pengendalian pencemaran air. 6)
aktivitasnya di daerah Kabupaten Sigi yang Data penaatan terkait dengan kegiatan unit
belum dilengkapi dokumen Amdal. Hanya penegakan hukum, jika ada. 7) Profil
saja pengawasannya yang harus dilakukan penaatan lingkungan perusahaan yang
125 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 1, Januari 2016 hlm 114-126 ISSN: 2302-2019

disusun oleh atau merupakan arsip yang KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


dimiliki oleh pemerintah daerah. 8) Dokumen
perizinan daerah yang dimiliki oleh Kesimpulan
perusahaan khususnya izin lingkungan yang Berdasarkan uraian hasil penelitian dan
berkaitan dengan pembuangan air limbah ke pembahasan pada bagian sebelumnya,
sumber air dan/atau pemanfaatan air limbah disimpulkan bahwa,
ke tanah baik yang bersumber dari 1. Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan (PPLH) di Badan Lingkungan Hidup
maupun dari pemerintah daerah setempat. 9) Kabupaten Sigi belum menerapkan
Dokumen teknis dan bahan pustaka lainnya. dengan baik akuntabilitas pengawasan
10) Pedoman-pedoman pengawasan yang lingkungan hidup sesuai ketentuan dan
secara spesifik untuk masing-masing jenis transparan, dan belum mendasarkan pada
usaha dan/atau kegiatan yang telah standard operasional prosedur (SOP).
diterbitkan oleh Kementerian Negara 2. Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup. Sedangkan jenis (PPLH) di Badan Lingkungan Hidup
informasi yang dapat diperoleh dari Kabupaten Sigi belum menerapkan
dokumen-dokumen tersebut di atas dan dengan baik akuntabilitas pengawasan
diperlukan dalam melakukan kegiatan terhadap penaatan lingkungan hidup,
pengawasan guna memberikan gambaran belum sesuai dengan prinsip efisien dan
awal tentang tingkat penaatan efektif. Pengawasan/inspeksi ketaatan,
penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan mengumpulkan dokumen dan memberikan
terhadap peraturan perundang-undangan di kesaksian terhadap bukti-bukti yang
bidang pengelolaan air dan pengendalian ditemukan belum berjalan efektif. Pejabat
pencemaran air, serta perizinan lingkungan pengawas lingkungan hidup belum
yang berkaitan dengan pengendalian mampu memelihara ketelitian dan jaminan
pencemaran air oleh pelaku usaha/kegiatan. kualitas hasil pengawasan pada saat
Sejak terbentuknya Badan Lingkungan melakukan inspeksi atau investigasi
Hidup dan melakukan aktivitasnya, hingga terhadap usaha dan/atau kegiatan.
saat ini peranan Pejabat Pengawas 3. Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup (PPLH) sendiri belum (PPLH) di Badan Lingkungan Hidup
berjalan sebagaimana yang diharapkan oleh Kabupaten Sigi belum menerapkan
Undang-Undang tentang Perlindungan dan dengan baik akuntabilitas pengawasan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Hal ini lingkungan hidup yang responsif. Pejabat
dapat dilihat dari belum adanya laporan pengawas lingkungan hidup belum
pengawasan secara reguler yang merespon dengan baik aspirasi masyarakat
didokumentasi. Selain daripada itu, peralihan sebagai umpan balik untuk
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 memaksimalkan tugas, disebabkan
menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun keterbatasan dana/anggaran operasional
2009 dimana aturan tentang tata cara perjalanan.
pengawasan dan sanksi administratif di
bidang perlindungan dan pengelolaan Rekomendasi
lingkungan hidup masih berbentuk 1. Dalam upaya meningkatkan akuntabilitas
rancangan, sehingga secara otomatis tugas pejabat pengawas lingkungan hidup,
pengawasan terhadap perlindungan dan diperlukan pengembangan kualitas
pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten kemampuan teknis, khususnya
Sigi belum dapat berjalan optimal. menyangkut pengetahuan, keterampilan,
dan kompetensi bukan hanya di bidang
Murniati, Akuntabilitas Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Di Badan Lingkungan Hidup ………………………….126

lingkungan hidup, tetapi juga menyangkut Moleong, Lexy J., 2000, Metodologi
kehidupan sosial, politik dan ekonomi Penelitian Kualitatif, Cet.Kedua,
masyarakat khususnya yang bermukim Bandung: PT.Remadja Rosdakarya
disekitar kegiatan usaha yang dijalankan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Sigi
oleh perusahaan. Nomor 9 Tahun 2010, tentang
2. Perlunya penambahan jumlah pejabat Organisasi Perangkat Daerah
pengawas lingkungan hidup yang dilingkungan Pemerintah Daerah
memiliki sertifikasi di bidang pengawasan Kabupaten Sigi
lingkungan hidup, dan peningkatan Sedarmayanti, 2004, Good Governance
dana/anggaran operasional untuk (Kepemerintahan Yang Vaik), Bagian
memaksimalkan tugas pengawasan reguler Kedua, ”Membangun Sistem
dan sidak. Manajemen Kinerja Guna
Meningkatkan Produktivitas Menuju
UCAPAN TERIMA KASIH Good Governance (Kepemerintahan
Yang Baik), Cetakan Pertama,
Dalam kesempatan ini, penulis ingin Bandung: CV.mandar Maju
mengaturkan banyak terima kasih yang Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian.,
setinggi-tingginya dan setulus-tulusnya (editor), 2011, Metode Penelitian
kepada yang terhormat Bapak Prof. Dr. Survai, Cet.keempat, Jakarta: LP3ES
Sultan, M.Si, selaku Ketua Tim Pembimbing Sugiyono., 2011, Metode Penelitian
dan Bapak Dr. Nawawi Natsir, M.Si., selaku Kombinasi (Mixed Methods), Cetakan
Anggota Tim Pembimbing, yang telah Ke-I, Bandung : Alfabeta
banyak mencurahkan perhatian, bimbingan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999,
dan arahan kepada penulis dalam penulisan tentang penyelenggara negara yang
tesis dimana artikel ini diambil. bersih dan bebas dari korupsi, kolusi,
dan nepotisme.
DAFTAR PUSTAKA Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009,
tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun Lingkungan Hidup
1999, tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah
Kearns, K. P.,1996, Managing for
Accountability: Preserving the Public
Trust in Public and Nonprofit
Organization. San Fransisco, CA:
Jossey-Bass
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 17 Tahun 2001, tentang Jenis
Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan
Yang Wajib Dilengkapi Dengan
Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 58 Tahun 2002, Tentang Tata
Kerja Pejabat Lingkungan Hidup di
Provinsi/Kabupaten/Kota

Você também pode gostar