Você está na página 1de 12

LAPORAN CLINICAL STUDY 2

DYSPNEA

Untuk melengkapi tugas Clinical Study 2

Insani Mauludiyah

135070201131009

Kelompok 5 K3LN

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya

Malang

2017
A. DEFINISI
Dispnea adalah kesulitan bernapas yang disebabkan karena suplai oksigen ke dalam jaringan
tubuh tidak sebanding dengan oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh.Dispnea adalah perasaan
subyektif dimana seseorang merasa kekurangan udara yang dibutuhkan untuk bernapas dan
biasanya merupakan keluhan utama pada pasien dengan kelainan jantung dan paru – paru
Dyspnea atau sesak nafas adalah perasaan sulit bernapas yang terjadi ketika melakukan
aktivitas fisik. Sesak napas merupakan gejala dari beberapa penyakit dan dapat bersifat akut atau
kronis. Sesak napas dikenal juga dengan istilah “Shortness Of Breath”.
Dyspnea atau sesak nafas di bedakan menjadi 2 yaitu :
1. Dyspnea akut dengan awal yang tiba-tiba merupakan penyebab umum kunjungan ke
ruang gawat darurat. Penyebab dyspnea akut diantaranya penyakit pernapasan (paru-
paru dan pernapasan), penyakit jantung atau trauma dada.
2. Dyspnea kronis (menahun) dapat disebabkan oleh asma, Penyakit Paru Obstruktif
Kronis (PPOK), emfisema, inflamasi paru-paru, tumor, kelainan pita suara

B. KLASIFIKASI

Dyspnea biasanya ditentukan dengan klasifikasi Hugh-Jones yang dapat dibagi menjadi:

 Derajat pertama: kerja tampak sama dengan mereka yang memiliki usia sama, berjalan, naik
tangga mungkin seperti orang sehat lainnya.
 Derajat dua: walaupun obstruksi tidak didapatkan, pasien tidak dapat untuk berjalan seperti
orang lainnya yang berusia sama.
 Derajat tiga: walaupun tidak dapat berjalan seperti orang sehat pada level biasa, pasiennya masih
dapat berjalan satu kilometer atau lebih dengan langkahnya sendiri.
 Derajat empat: orang berjalan 50 m atau lebih membutuhkan istirahat atau tidak dapat
melanjutkannya.
 Derajat lima: sesak napas terjadi ketika ganti baju atau istirahat; dan orang tersebut biasanya
tidak dapat meninggalkan rumah.

C. ETIOLOGI
Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti jika
ruang fisiologi meningkat maka akan dapat menyebab kan gangguan pada pertukaran gas antara O2 dan
CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan ventilasi makin meningkat sehingga terjadi sesak napas. Pada
orang normal ruang mati ini hanya berjumlah sedikit dan tidak terlalu penting, namun pada orang dalam
keadaan patologis pada saluran pernapasn maka ruang mati akan meningka Begitu juga jika terjadi
peningkatan tahanan jalan napas maka pertukaran gas juga akan terganggu dan juga dapat menebab kan
dispnea. Dispnea juga dapat terjadi pada orang yang mengalami penurnan terhadap compliance paru,
semakin rendah kemampuan terhadap compliance paru maka makinbesar gradien tekanan transmural
yang harusdibentuk selama inspirasi untuk menghasilkan pengembangan paru yang normal. Penyebab
menurunnya compliance paru bisa bermacam salah satu nya adalah digantinya jaringan paru dengan
jaringan ikat fibrosa akibat inhalasi asbston atau iritan yang sama.

Sistem Kardiovaskular, yaitu dispneu yang disebabkan oleh adanya kelainan pada jantung,
misalnya :

 infark jantung akut (IMA), dimana dispneu serangannya terjadi bersama-sama dengan nyeri
dada yang hebat.
 Fibrilasi atrium, dispneu timbul secara tiba-tiba, dimana sudah terdapat penyakit katup
jantung sebelumnya.
 Kegagalan jantung kiri (Infark miokard akut dengan komplikasi, example : edema paru
kardiogenik) dimana dispneu terjadi dengan mendadak pada malam hari pada waktu
penderita sedang tidur; disebutParoxysmal nocturnal dyspnoe. Pada keadaan ini biasanya
disertai otopneu dimana dispneu akan berkurang bila si pasien mengambil posisi duduk.
Sistem respirasi;

 Pneumotoraks, penderita menjadi sesak dengan tiba-tiba, sesak nafas tidak akan berkurang
dengan perubahan posisi.
 Asma bronchiale, yang khas disini adalah terdapatnya pemanjangan dari ekspirasi dan
wheezing (mengi).
 COPD, sesak bersifat kronik dimana dispneu mempunyai hubungan dengan exertional
(latihan).
 Edema paru yang akut, sebab dan tipe dari dispneu disini adalah sama dengan dispneu yang
terjadi pada penyakit jantung.
Hematogenous dispneu

Disebabkan oleh karena adanya asidosis, anemia atau anoksia, biasanya berhubungan
dengan exertional (latihan).

Neurogenik dispneu;

Psikogenik dispneu yang terjadi misalnya oleh karena emosi dan organik dispneu yang
terjadi akibat kerusakan jaringan otak atau karena paralisis dari otot-otot pernafasan.

Sistem metabolic/ ginjal;

Pada CKD dan sindrom nefrotik.

Sistem Endokrin

Pada hipertiroid.

Intoksikasi

Pada overdosis aspirin, shock anafilaktik.

Obesitas

Pada obesitas masif.

Psikogenik;

Pada gangguan somatisasi, ansietas dan depresi.

D. FAKTOR RESIKO

a. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi
cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek.
Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang
berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak
diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan
pola napas.
b. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan,
makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai
akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang
meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat. Sebagai respon terhadap panas,
pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit.
Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah
jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang
dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan
darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan
akan oksigen.

c. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut
jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada
tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.

d. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem
kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh.
Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya
terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi
oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida
maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.

e. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika
depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik
analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.

f. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan


Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi
pernapasan yaitu :
 Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
 Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
 Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.
 Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi sebagian
jalan napas.
 Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang
diinspirasi sampai jaringan. Hal ini dapat berhubungan dengan ventilasi, difusi gas atau
transpor gas oleh darah yang dapat disebabkan oleh kondisi yang dapat merubah satu atau
lebih bagian-bagian dari proses respirasi. Penyebab lain hipoksia adalah hipoventilasi
alveolar yang tidak adekuat sehubungan dengan menurunnya tidal volume, sehingga
karbondioksida kadang berakumulasi didalam darah.
 Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran
mukosa yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi
yang adekuat sangat penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat mentoleransi
hipoksia hanya selama 3 – 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen. Wajah orang
hipoksia akut biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.

g. Perubahan pola nafas


Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya dan
sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak). Kadang-
kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang meningkat, denyut jantung
meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan
berdiri seperti pada penderita asma.

h. Obstruksi jalan napas


 Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran
pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas meliputi :
hidung, pharing, laring atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda asing seperti
makanan, karena lidah yang jatuh kebelakang (otrhopharing) bila individu tidak sadar
atau bila sekresi menumpuk disaluran napas.
 Obstruksi jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari
saluran napas ke bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan napas yang terbuka
merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan yang
tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama
inhalasi (inspirasi).
E. PATOFISIOLOGI Obstruksi dyspnea yg disebabkan oleh berbagai
etiologi

Fungsi pernafasan terganggu

Ventilasi Obstruksi jalan Miokarditis


pernafasan nafas/pengeluaran payah jantung
mucus yg banyak

Hipoventilasi/hip Beban pikiran Edema kongesti


Bersihan jalan
erventilasi meningkat infiltrasi sel
nafas tidak efektif
pada serat otot
& system
Kondisi
konduksi
Takipneu/ psikologis tidak Perubahan vol.
bradipneu Demam
stabil sekuncup, pre load
menggigil
& after load
Kelebihan vol.
kontraktilitas
Pola nafas tidak ansietas cairan
Hipertermi
efektif
Terganggunya difusi
pertukaran O2 dan
CO2 dialveolus)

Penurunan
Gangg. Pertukaran curah jantung
gas
F. MANIFESTASI KLINIK
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan napas yang
pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat ditemukan pada penyakit
kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada,
penyakit obstruktif paru (emfisema, bronkitis, asma), kecemasan (Price dan Wilson, 2006).
Parenkim paru tidak sensitif terhadap nyeri, dan sebagian besar penyakit paru tidak menyebabkan
nyeri. Pleura parietalis bersifat sensitif, dan penyakit peradangan pada pleura parietalis
menimbulkan nyeri dada. Batuk adalah gejala umum penyakit pernapasan. Hal ini disebabkan
oleh :
 Stimulasi refleks batuk oleh benda asing yang masuk ke dalam larink, Akumulasi sekret pada
saluran pernapasan bawah.
 Bronkitis kronik, asma, tuberkulosis, dan pneumonia merupakan penyakit dengan gejala batuk
yang mencolok (Chandrasoma,2006) Pemeriksaan sputum/ dahak sangat berguna untuk
mengevaluasi penyakit paru. Sediaan apusan gram dan biakan sputum berguna untuk menilai
adanya infeksi. Pemeriksaan sitologi untuk sel-sel ganas. Selain itu, dari warna, volum,
konsistensi, dan sumber sputum dapat diidentifikasi jenis penyakitnya.
 Hemoptisis adalah batuk darah atau sputum dengan sedikit darah. Hemoptisis berulang biasanya
terdapat pada bronkitis akut atau kronik, pneumonia, karsinoma bronkogenik, tuberkulosis,
bronkiektasis, dan emboli paru.
 Jari tabuh adalah perubahan bentuk normal falanx distal dan kuku tangan dan kaki, ditandai
dengan kehilangan sudut kuku, rasa halus berongga pada dasar kuku, dan ujung jari menjadi
besar. (Price dan Wilson, 2006).
 Ronki basah berupa suara napas diskontinu/ intermiten, nonmusikal, dan pendek, yang
merupakan petunjuk adanya peningkatan sekresi di saluran napas besar. Terdapat pada
pneumonia, fibrosis, gagal jantung, bronkitis, bronkiektasis.
 Wheezing/ mengik berupa suara kontinu, musikal, nada tinggi, durasi panjang. Wheezing dapat
terjadi bila aliran udara secara cepat melewati saluran napas yang mendatar/ menyempit.
Ditemukan pada asma, bronkitis kronik, CPOD, penyakit jantung.
 Stridor adalah wheezing yang terdengar saat inspirasi dan menyeluruh. Terdengar lebih keras di
leher dibanding di dindin dada. Ini menandakan obstruksi parsial pada larink atau trakea. Pleural
rub adalah suara akibat pleura yang inflamasi. Suara mirip ronki basah kasar dan banyak
(Reviono, dkk, 2008)
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Riwayat penyakit atau pemeriksaan fisik
2) Foto rontgen dada
3) Pemeriksaan fungsi paru : menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil biasanya meningkat
dalam darah dan sputum
4) Pemeriksaan alergi (radioallergosorbent test ; RAST)
5) Analisa gas darah – pada awalnya pH meningkat, PaCO2 dan PaO2 turun (alkalosis respiratori ringan
akibat hiperventilasi ); kemudian penurunan pH, penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2 (asidosis
respiratorik)

H. PENATALAKSANAAN
TERAPI DAN PENGOBATAN
- Oksigenasi
1) Penanganan Umum Dispnea
 Memposisikan pasien pada posisi setengah duduk atau berbaring dengan bantal yang
tinggi.
 Diberikan oksigen sebanyak 2-4 liter per menit tergantung derajat sesaknya.
 Pengobatan selanjutnya diberikan sesuai dengan penyakit yang diderita.
2) Terapi Farmako
 Olahraga teratur
 Menghindari allergen
 Terapi emosi
3) Farmako
 Quick relief medicine
 Pengobatan yang digunakan untuk merelaksasi otot-otot saluran pernapasan,
memudahkan pasien bernapas dan digunakan saat serangan datang. Contoh :
bronkodilator
 Long relief medicine
 Pengobatan yang digunakan untuk menobati inflamasi pada sesak nafas, mengurangi
odem dan mukus berlebih, memberikan kontrol untuk jangka waktu yang lama. Contoh :
Kortikosteroid bentuk inhalasi.
 . Pencegahan terhadap pemajanan alergi
a) Serangan akut dengan oksigen nasal atau masker
b) Terapi cairan parenteral
c) Terapi pengobatan sesuai program
d) Beta 2 - agonist untuk mengurangi bronkospasme, mendilatasi otot polos bronchial
Albuterol (proventil, ventolin)
e) Tarbutalin
f) Epinefrin
g) Metaprotenol
h) Metilsantin, seperti aminofilin dan teofilin mempunyai efek bronkodilatasi
i) Anti kolinergik, seperti atropine metilnitrat atau atrovent mempunyai efek bronchodilator
yang sangat baik.
j) Kortikosteroid diberikan secara IV (hidrokortison), secara oral (mednison), inhalasi
(deksametason)

I. KOMPLIKASI
Dispnea dapat ditemukan pada penyakit kardiovaskuler, emboli paru, penyakit paru interstisial
atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru (emfisema, bronkitis, asma),
kecemasan. Sesak napas dapat disebabkan oleh beberapa penyakit seperti asma, penggumpalan darah
pada paru – paru sampai pneumonia. Sesak napas juga dapat disebabkan karena kehamilan (Price dan
Wilson, 2006). Dalam bentuk kronisnya, sesak napas atau dispnea merupakan suatu gejala penyakit –
penyakit seperti asma, emfisema, berupa penyakit paru – paru lain.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Media

Price, Sylvia Anderson dan Lorraine MW. Patofisiologi Vol 1. ed 6. Jakarta : EGC. 2005.

Sudoyo WA, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu

Penyakit Dalam. 2009.

Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan medikal bedah.Jakarta: EGC

Muttaqin. (2005). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan pernafasan. Salemba


Medika: Jakarta

Price, Sylvia Anderson dan Lorraine MW. Patofisiologi Vol 1. ed 6. Jakarta : EGC. 2005.

Você também pode gostar