Você está na página 1de 31

TUGAS MATA KULIAH

AGAMA ISLAM II
STRATEGI PEMBINAAN UMAT/MISI PEMBINAAN
YANG DILAKUKAN RASULLAH S.A.W

Fasilitator :
Hanik Endang N S.Kep., Ns., M.Kep.

KELAS A1 2015
ANGGOTA KELOMPOK 1:
1. Desy Anwar Kusuma W. 131411131010
2. Gifri Nur Haritsa H. 131511133021
3. Gali Wulan Sari 131511133025
4. Fitria Kusnawati 131511133038
5. Khulosatun Nuriyah 131511133042
6. Damai Widyandari 131511133054
7. Windi Khoiriyah 131511133072
8. Diah Ayu Mustika 131511133080
9. Dilruba Umi Shalihah 131511133097
10. Abyan Shafly Nur F 131511133112
PROGAM STUDI PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah berkenan memberi
petunjuk dan kekuatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya sebagai salah satu tugas mata kuliah Agama Islam II dengan judul
“Strategi Pembinaan Umat/Misi Pembinaan yang Dilakukan Rasulullah S.A.W”.
Dalam penyelesaian makalah ini, tidak lepas dari bantuan, bimbingan,
petunjuk dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
kami ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Hanik Endang N S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing Agma
islam II.
2. Rekan-rekan mahasiswa program studi pendidikan ners yang telah
banyak membantu dan memberikan arahan selama penyelesaian makalah
ini.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih diperlukan
penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi maupun pemakaian kalimat
dan kata-kata yang tepat. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik
yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini dan masa yang akan datang.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam melakukan penyususnan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca dan menambah wawasan serta pengetahuan
mengenai Strategi Pembinaan Umat/Misi Pembinaan yang Dilakukan Rasulullah
S.A.W.

Surabaya, 23 Agustus 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ----------------------------------------------------------------- i


Daftar Isi ------------------------------------------------------------------------ ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang --------------------------------------------------- 1
1.2 Rumusan masalah ------------------------------------------------ 2
1.3 Tujuan ------------------------------------------------------------- 2
1.4 Manfaat ----------------------------------------------------------- 2
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Strategi Dakwah Rasulullah S.A.W periode makkah ------------ 3
2.2 Substansi Dakwah Rasulullah S.A.W periode makkah --------- 4
2.3 Srategi Perjuangan Dakwah Rasulullah S.A.W ------------------ 4
2.4 Strategi Dakwah Rasulullah S.A.W Periode Madinah -----------7
2.5 Masa-Masa Akhir Dakwah Rasulullah S.A.W ----------------- 9
2.6 Hari-Hari Terakhir Bersama Rasulullah S.A.W ------------------ 10
2.7 Rasulullah dalam Misi pembinaan umat ------------------------- 13
BAB III Pembahasan
3.1 Keperawatan dalam Islam-------------------------------------------- 14
3.2 Prinsip Etika dalam Proses Keperawatan -------------------------- 15
3.3 Peran Perawat dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual--------19
3.4 Landasan Upaya Kesehatan Berdasarkan Al- Qur’an----------20
BAB IV Penutup ---------------------------------------------------------------- 26
Daftar Pustaka ------------------------------------------------------------------- 27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nabi Muhammad Saw. adalah nabi terakhir yang mendapatkan banyak
gelar baik dari Allah maupun dari manusia. Berbagai julukan diberikan
kepada beliau atas kesuksesan beliau dalam melakukan misi risalahnya di
muka bumi. Beliau berhasil menjadi pemimpin agama (sebagai Nabi) berhasil
menjadi pemimpin negara (ketika memimpin negara Madinah). Di samping
itu beliau juga berhasil dalam menjalankan berbagai kepemimpinan yang lain,
seperti memimpin perang, memimpin musyawarah, dan memimpin keluarga.
Karena itu, sudah sepantasnya umat Islam menjadikannya sebagi teladan
yang terbaik. Terkait dengan hal ini Allah Swt. berfirman: ”Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.” (QS. al-Ahzab (33): 21).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Strategi Dakwah Rasulullah S.A.W periode makkah?
2. Bagaimana Substansi Dakwah Rasulullah S.A.W periode makkah?
3. Bagaimana Srategi Perjuangan Dakwah Rasulullah S.A.W?
4. Bagaimana Strategi Dakwah Rasulullah S.A.W Periode Madinah?
5. Bagaimana Masa-Masa Akhir Dakwah Rasulullah S.A.W?
6. Bagaimana Hari-Hari Terakhir Bersama Rasulullah S.A.W?
7. Bagaimana Misi Rasulullah dalam pembinaan umat?

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mengetahui, memahami strategi Pembinaan
Umat/Misi Pembinaan yang Dilakukan Rasulullah S.A.W.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami Keperawatan dalam Islam.

1
2. Mengetahui dan memahami Prinsip Etika dalam Proses
Keperawatan.
3. Mengetahui dan memahami Peran Perawat dalam Pemenuhan
Kebutuhan Spiritual.
4. Mengetahui dan memahami Landasan Upaya Kesehatan
Berdasarkan Al- Qur’an.
1.3 Manfaat
Mahasiswa mampu memahami konsep teori dan proses Strategi Pembinaan
Umat/Misi Pembinaan yang Dilakukan Rasulullah S.A.W.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Strategi Dakwah Rasulullah S.A.W Periode Makkah


Rasulullah SAW lahir di mekah, mendapatkan wahyu pertamanya pada 17
Ramadhan tahun 611M. Berdakwah secara diam-diam di lingkungan keluarga
terdekat dan di kalangan rekan-rekannya. [Surah Asy-Syu‟ara ayat 214: ”dan
berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu(Muhammad) yang
terdekat”].Selama tiga tahun pertama sejak diutusnya Nabi Muhammad saw
dakwah dilakukan secara sembunyi-sembunyi, selanjutnya dakwah dilakukan
dengan terang-terangan secara lisan, misalnya memberi nasehat, memberi
peringatan [QS. Al-Hijr ayat 94: “maka sampaikanlah (Muhammad) secara
terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah
dari orang yang musyrik”] secara terbuka, langkah pertama memasukkan
gagasan agama ke dalam aktualisasi social dan kehidupan politik.
Kelompok pengikutnya yang pertama adalah kalangan migran, kalangan
miskin, warga kalangan yang lemah, dan anak-anak dari kalangan kalangan
kuat (Ali bin Abi Thalib), dimana mereka merupakan kalangan yang paling
kecewa terhadap pergeseran moral dan sosial di Mekah, mereka membuktikan
pesan-pesan Nabi Muhammad saw sebagai sebuah alternative yang vital.

2.1.1 Metode yang Dilakukan Nabi dalam Dakwah Secara Terang-


Terangan
a. Mengundang Bani Abdul Muttalib ke rumahnya dan menjelaskan
bahwa dia telah diutus oleh Allah (A. Syalabi, 2003: 76)
b. Undangan terbuka kepada seluruh masyarakat quraisy di bukit
Shafa. Nabi ingin melihat bagaimana pandangan masyarakat
quraisy terhadap kepribadian beliau.Setelah itu beliau
mengumumkan kenabiannya (Wahyu Ilahi dan Harjani Hefni,
2007:50).
c. Muhammad saw memproklamirkan ke-Esa-an Tuhan dan
mengajarkan kesatuan dan persamaan antara manusia (Jamil
Ahmad, 2000: 3).
Nabi mengadakan pertemuan khusus dengan orang-orang
yang percaya kepada beliau untuk aktivitas pembacaan(tilawah),

3
pengajaran (ta‟lim), dan pensucian (tazkiyah)Setelah dakwah
secara terang-terangan, pemimpin quraisy mulai berusaha
menghalangi dakwah Rasul.
2.2 Substansi Dakwah Rasulullah S.A.W Periode Makkah
a. Memurnikan akidah
Nabi Muhammad SAW memurnikan ajaran Nabi Ibrahim yang telah
diselewengkan. Setelah hampir 23 tahun beliau beserta pengikutnya dapat
menaklukkan Makkah dan menghancurkan berhala sembahan mereka
melalui gerakan Futuh Makkah.
b. Menanamkan kemuliaan ahklak
Rasulullah menyatakan bahwa dirinya diutus untuk menyempurnakan
akhlak manusia.
c. Membebaskan Tirani terhadap kaum lemah
Rasulullah diutus juga untuk membebaskan penindasan terhadap kaum
lemah,khususnya yang dilakukan para penguasa. Misalnya, membebaskan
eksploitasi budak
d. Kebudayaan yang Lebih beradab
Berbudaya dan beradab maksudnya kebudayaan atau peradaban yang
dilandasi nilai-nilai luhur ilahiyyah(ketuhanan). Budaya atau peradaban
Islam yang dibangun tersebut akhirnya mampu mengalahkan budaya
jahiliyah yang sangat eksploitatif

2.3 Srategi Perjuangan Dakwah Rasulullah S.A.W


Keberhasilan dakwah Nabi Muhammad saw terdapat 3 strategi urgen
dan sangat fundamental, antara lain:

a. Dakwah Nabi Muhammad Saw dengan teknik rekruitment


Dari sekian tidak sedikit masyarakat quraisy, yang diincar kesatu
rasulullah pada masa ini mencakup dari kalangan perempuan istrinya
sendiri Khadijah, dari kalangan remaja Ali bin Abi Thalib, dan dari
kalangan pemuka dan figur masyarakat ialah Abu Bakar As-shidiq.
Ketiga figur ini, memang menjdi titik strategis dalam menilai
perjalanan dakwah rasulullah berikutnya, khususnya peran Khadijah

4
yang menyokong total dakwah beliau dengan pertaruhan total semua
harta dan jiwanya, dan peran Abu Bakar yang dapat melebarkan
dakwah ke kalangan semua elit quraisy. Menurut penjelasan seorang
sejarawan yang mempunyai nama Ibnu Ishak, masuk Islamnya Abu
Bakar (Ibnu Qohafah) tak lama kemudian sukses digandeng pemuka-
pemuka quraisy ke dalam deretan dakwah rasulullah, antara lain;
Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, Saad
bin Abi Waqas dan Thalhah bin Ubaidillah. Keenam kawan inilah
yang mempunyai peran urgen dalam menyusun generasi assabiquunal
awwalun (generasi kesatu Islam).
b. Dakwah Nabi Muhammad Saw dengan memberdayakan kaum wanita
Peran perempuan di masa mula dakwah terus diberdayakan oleh
rasulullah, sebab kaum wanita bahwasannya mempunyai kekuatan
dahsyat, andai ini diperdayakan guna gerakan dakawah bakal
menghasilkan hasil yang paling pesat. Pada konteks ini, yang menjadi
titik sentral ialah peran Khadijah yang sukses mendidik putri-putri
Rasulullah, menyokong dakwah beliau. Peran kedua dijalankan oleh
Asma binti Abu Baka, yang menjadi pahlawan pada perjalanan hijrah
beliau ke Madinah. Dari kedua perempuan iilah secara bertahap
wanita-wanita terkemuka quraisy, masuk Islam diantaranya bibi
Rasulullah dari jalur bapaknya.
c. Dakwah Nabi Muhammad Saw difokuskan pada pembinaan aqidah.
Pembinaan aqidah pada masa mula risalah difokuskan di lokasi
tinggal salah seorang kawan yang mempunyai nama Arqam bin Abil
Arqam, di pinggiran kota Makkah. Inilah lokasi pendadaran dan
penggemblengan sejumlah kawan utama rasulullah. Di lokasi tinggal
ini pulalah Umar bin Khattab diislamkan Rasulullah. Di lokasi tinggal
ini pullalah kawan Mus’ab bin Umair dididik rasulullah, yang
nantinya kawan ini diandalkan rasullah membuka dakwah di kota
Yastrib. Kemudian pada fase dakwah jahriyyah, point-point urgen
yang mendorong keberhasilan dakwah rasulullah, antara lain:

5
1. Dakwah Nabi Muhammad Saw untuk kerabat (da’watul aqrobin).
Media pertemuan-pertemuan family dijadikan sarana rasulullah
untuk menyuruh kaum kerabatnya yang tergolong ruang belajar
pemimpin di mata masyarakat quraisy. Pada masa ini, sukses
direkrut dua paman rasulullah yang menjadi pembela dakwah
beliau, kesatu Abu Thalib, walau belum inginkan menerima
doktrin Islam, tetapi inilah palang pintu utama rasulullah dalam
menghadapi intimidasi kaum quraisy. Kedua, Hamzah bin Abdul
Mutholib, selain sudah menerima doktrin Islam, beliau berikut
yang menjadi palang pintu kedua rasulullah dalam menghadapi
intimidasi dari Abu Jahl dan Abu Lahab. Ketokohan Hamzah bin
Abdul Mutholib dari segi keparajuritan di mata masyarakat
quraisy, jelas memperkuat posisi dakwah rasul di Makkah ketika
itu.
2. Dakwah Nabi Muhammad Saw dengan memakai media umum
(dakwah ‘ammah).
Media-media umum yang dapat dipergunakan guna dakwah tak
luput dari perhatian rasulullah dalam mendirikan dakwah risalah.
Pada masa ini yang butuh digaris bawahi ialah dipergunakannya
momentum haji oleh rasulullah guna dakwah, hingga sukses
bergabung dalam deretan dakwah beliau 12 orang dari suku Aus
dan Khazraj dari Madinah pada musim haji. Pada musim haji
berikutnya, 12 orang ini membawa 70 orang dari Madinah yang
mau masuk Islam dan setia membela rasul dalam perjuangan
dakwahnya. Peristiwa berikut yang dikenal dalam sejarah dengan
sebutan Ba’aitul aqobah kesatu dan Ba’aitul aqabah kedua.
3. Dakwah Nabi Muhammad Saw dengan artikel (surat)
Rasulullah tidak meninggalkan peran dunia tulis mencatat dalam
dakwahnya, meskipun beliau ditakdirkan sebagai seorarng yang
buta huruf, lewat parea sahabatnya beliau memakai tulisan untuk
mencapai sasaran dakwah yang paling jauh. Seperti beliau
mengirim surat untuk para raja, untuk disuruh beriman untuk

6
Allah. Diantaranya yang sukses masuk Islam ialah raja Najasi di
Habasyah (Ethiophia – Afrika), yang dalam perjalanan dakwah
Islam raja Najasyi kontribusinya tidak kecil. Kegiatan tulis
mencatat inilah yang dikemudian hari dikembangkan oleh semua
sahabat beliau dan semua tabi’in guna menyebarkan dakwah
Islam ke semua pelosok dunia. Bahkan di kalangan kawan dan
tabi’in, nyaris semua ulama meninggalkan karya yang dapat
dibaca dan diwriskan pada generasi berikutnya. Itulah sejumlah
point-point urgen yang dapat disajikan dalam artikel singkat ini,
pastinya tak barangkali kita kupas semua strategi dakwah
rasulullah pada peluang ini, sebab terbatasnya masa-masa dan
kesempatan. Namun yang sangat penting bagaimana kita dapat
meneladani strategi dakwah beliau, di era abad informasi ini,
untuk terus menggelorakan dakwah Islam di muka bumi ini.

2.4 Strategi Dakwah Rasulullah S.A.W Periode Madinah


Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah ini berlansung selama 10
tahun,yakni semenjak tanggal 12 rabiul awal tahun pertama hijrah sampai
dengan wafatnya Rasulullah SAW tanggal 12 Rabiul Awal tahun ke-11
hijriyah. dakwah yang disampaikan oleh Rasulullah SAW pada periode
madinah ini adalah ajaran-ajaran islam tentang masalah sosial
kemasyarakatan.

Targetnya adalah orang-orang yang sudah masuk islam dari kalangan


Muhajirin dan Anshar dan juga orang-orang yang belum masuk islam seperti
kaum yahudi penduduk madinah, para penduduk di luar kota madinah yang
termasuk bangsa arab dan yang tidak termasuk bangsa arab. Akhirnya setelah
Nabi Muhammad SAW menetap di madinah, maka nabi mulai untuk
mengatur kehidupan bermasyarakat dengan jalan membangun pemerintahan
islam yang bebas dari intimidasi.

2.4.1 Pokok-Pokok pikiran yang dijadikan strategi dakwah oleh


Rasulullah saw
a. Berdakwah mulai dari diri sendiri

7
b. Berdakwah mulai dari diri sendiri disini maksudnya adalah sebelum
mengajak orang lain untuk meyakini kebenaran islam dan
mengamalkan ajarannya maka terlebih dahulu orang yang
berdakwah itu harus meyakini kebenaran agama islam dan
mengamalkan ajaran nya terlebih dahulu
c. Dilandasi dengan niat yang ikhlas
d. Didalam berdakwah, hendaklah dilandasi dengan niat yang ikhlas
hanya kerena Allah SWT semata, bukan dengan untuk
memperoleh popularitas dan keuntungan yang bersifat materi
e. Menyadari bahwa dakwah adalah wajib bagi Rasulullah dan
umatnya
f. Berdakwah sesuai petunujuk Allah SWT (Firman Allah dalam surat
An-Nahl ayat 125)
g. Keberhasilan dakwah nabi dapat dilihat pada sikap orang-orang
yastrib, dimana mereka mau engubah sikap dan perilaku mereka,
bahkan bersedia menjadi pelindung Nabi.
h. Dalam mewujudkan semua ini, Nabi menempuh langkah-langkah
dakwah sebagai berikut: membangun masjid, menciptakan
persaudaraan baru, perjanjian dengan masyarakat Yahudi Madinah,
pembangunan pranata sosial dan pemerintahan.
2.4.2 Masa-Masa Akhir kenabian Rasulullah SAW
Di bulan-bulan akhir kenabiannya, Rasulullah SAW melaksanakan
beberapa kegiatan, diantaranya :
a. Melaksanakan haji wada’
b. Rasulullah melaksanakan ibadah haji yang pertama dan terakhir.
Haji ini memiliki arti ibadah haji perpisahan. Dalam kesempatan itu
Rasulullah menyampaikan khotbah yang berisi tentang prinsip-
prinsip yang mendasari geralan islam dan yang terpenting adalah
bahwa umat islam harus selalu berpegang pada 2 sumber yaitu Al-
Quran dan Sunnah
c. Mengirimkan ekspedisi ke romawi merupakan ekspedisi terakhir
yang dikirimkan Rasulullah. Beliau mengirim pasukan menuju

8
wilayah Balqa dan darum di palestina di bawah komando Usaman
bin Zaid untuk menut-nakuti romawi dan juga mengembalikan
kepercayaan di hati syarakat Arab yang tinggal di perbatasan.

2.5 Masa-Masa Akhir Dakwah Rasulullah S.A.W


Dengan berpindahnya Nabi saw dari Mekkah maka berakhirlah periode
pertama perjalanan dakwah beliau di kota Mekkah. Lebih kurang 13 tahun
lamanya, Beliau berjuang antara hidup dan mati menyerukan agama Islam di
tengah masyarakat Mekkah dengan jihad kesabaran, harta benda, jiwa dan
raga.
Sebelum memasuki Yatsrib, Nabi saw singgah di Quba selama 4 hari
beristirahat, Nabi mendirikan sebuah masjid quba dan masjid pertama dalam
sejarah Islam. Tepat pada hari Jumat 12 Rabiul awal tahun 1Hijrah bertepatan
pada 24 September 6 M. Mereka mendapat sambutan penuh haru, hormat,
dan kerinduan diiringi puji-pujian dari seluruh masyarakat Madinah. Nabi
saw mengadakan shalat Jumat yang pertama kali dalam sejarah Islam dan
Beliaupun berkhotbah di hadapan muslimin Muhajirin dan Anshar.
Sejak Saat itu, Kota Yastrib berubah namanya menjadi Madinah Nabi
(Madinah Rasul) selanjutnya kota itu disebut Madinah. Orang-orang yang
pindah atau hijrah mendapat sebutan kaum Muhajirin artinya pendatang.
Adapun penduduk asli disebut Anshar artinya pembela. Adapun penduduk
kota Madinah itu sendiri terdiri dari dua golongan yang berbeda, yaitu :
a. Golongan Arab yang berasal dari selatan yang terdiri dari suku Aus dan
Khazraj
b. Golongan yahudi, yaitu orang-orang Israel yang berasal dari utara
(Palestina). Kebiasaan orang-orang Yahudi ini selalu membangga-
banggakan diri pada penduduk asli dan sering mengadu domba antara suku
Aus dan Khazraj sekadar mengambil keuntungan dari hasil penjualan
senjatanya.
Peristiwa hijrah ini amat penting artinya bagi Islam dan kaum muslim
karena hijrahnya Nabi SAW dari Mekah ke Madinah dijadikan sebagai awal
permulaan tahun Hijriyah. Dengan hijrahnya kaum muslim, terbukalah

9
kesempatan bagi Nabi SAW untuk mengatur strategi membentuk masyarakat
muslim yang bebas dari ancaman dan tekanan. Beberapa strategi dalam hal
tersebut adalah mengadakan perjanjian saling membantu antara kaum muslim
dengan kaum nonmuslim dan membangun kerja sama, baik dibidang poitik,
ekonomi, sosial, serta dasar-dasar daulah Islamiyah. Dakwah Rasulullah
periode Madinah dapat mewujudkan masyarakat muslim di Madinah yang
adil dan makmur sehingga menjadi prototipe masyarakat ideal atau yang
sering disebut masyarakat madani. Beliau juga turut berjuang dalam
memelihara dan mempertahankan masyarakat yang dibinyanya itu dari segala
macam tantangan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar

2.6 Hari-Hari Terakhir Bersama Rasulullah S.A.W.


2.6.1 Tanda-tanda Perpisahan
Dekatnya ajal Rasulullah SAW ditandai dengan diturunkannya
Surat An-Nashr. Surat An-Nashr diturunkan pada pertengahan hari
Tasyriq di Mina pada waktu Haji Wada’. Pada akhir bulan Shafar tahun
11 Hijriyah Rasulullah keluar menuju Uhud, lalu beliau mendoakan
para syuhada’ Uhud. Kemudian beliau pergi ke pekuburan Baqi’
mengucapkan salam kepada para penghuninya dan memintakan ampun
untuk mereka.
2.6.2 Permulaan Sakit
Hari Senin tanggal 29 Shafar tahun 11 H, Rasulullah SAW
mengalami sakit kepala dan merasakan panas yang sangat. Beliau
mengalami sakit selama 13 atau 14 hari, namun masih sempat
mengimami shalat berjama’ah sekitar 11 hari.
2.6.3 Pekan terakhir Sebelum wafat
Sakit Rasulullah SAW semakin parah, Rasulullah SAW tinggal di
rumah ‘Aisyah. Selama tinggal di sana, ‘Aisyah membacakan Surat
Muawwidzaat (Surat Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Nas) kemudian
ditiup lalu diusapkan ke tubuh dan tangan Rasulullah.
2.6.4 Lima Hari Sebelum Wafat

10
Ketika beliau merasakan kesehatannya agak membaik, maka beliau
masuk masjid dengan kepala diikat. Lalu duduk di atas mimbar dan
berkhutbah di hadapan manusia;
“Allah melaknat atas orang-orang yahudi yang telah menjadikan
kuburan para Nabi-nabi mereka sebagai masjid.”
2.6.5 Empat Hari Sebelum Wafat
Empat hari sebelum Rasulullah wafat, beliau masih sempat shalat
Maghrib dengan mambaca Surat Al-Mursalat. Namun pada waktu
Shalat Isya’, sakit beliau semakin berat, sehinga beliau tidak kuasa
untuk keluar.
2.6.6 Dua Hari Sebelum Wafat
Pada hari Sabtu, Rasulullah merasakan sakitnya agak ringan. Maka
dengan dibopong dua orang, beliau keluar untuk shalat Zhuhur.
Sementara Abu Bakar sedang mengimami shalat. Ketika Abu Bakar
melihatnya, maka Abu Bakar berusaha untuk mundur, namun
Rasulullah memberikan isyarat kepadanya agar tidak mundur.
Rasulullah didudukkan di samping kiri Abu Bakar, Abu Bakar
mengikuti shalatnya Rasulullah dan memperdengarkan takbir kepada
makmum.
2.6.7 Sehari Sebelum Wafat
Pada hari Ahad, sehari sebelum Rasulullah wafat. Beliau
memerdekakan hamba sahaya, beliau bersedekah sebanyak sembilan
dinar, senjata beliau dihadiahkan kepada kaum muslimin. Pada malam
harinya ’Aisyah meminjam minyak untuk lampu dari tetangganya. Saat
itu baju besinya digadaikan kepada seorang yahudi untuk mendapatkan
tiga puluh sha’ gandum.

2.6.8 Hari Terakhir Dalam Kehidupan Rasulullah


Pada hari Senin, ketika kaum muslimin Shalat Shubuh diimami
oleh Abu Bakar, Rasulullah membuka tirai rumahnya untuk melihat
mereka, beliau tersenyum dan tertawa. Abu Bakar mundur ke barisan
shalat, karena ia mengira bahwa Rasulullah akan shalat. Namun

11
Rasulullah melambaikan tangannya dan memberikan isyarat agar
mereka meneruskan shalatnya. Kemudian beliau masuk kembali ke
kamarnya dan menutup tirai rumahnya. Di waktu Dhuha Rasulullah
memanggil Fathimah, lalu membisikkan sesuatu kepadanya, ia pun
menangis. Kemudian Rasulullah membisikinya lagi, lalu ia tersenyum.
Di kemudian hari setelah Rasulullah wafat, ‘Aisyah bertanya kepada
Fathimah tentang kejadian tersebut. Maka Fathimah menjawab; “Nabi
membisikkan kepadaku bahwa beliau akan meninggal dunia karena
sakit yang dideritanya, maka aku menangis. Kemudian baliau
membisikiku lagi memberitahukanku bahwa akulah dari kalangan
keluarganya yang pertama kali menyusulnya, maka aku tersenyum”.
Rasulullah mencium Hasan dan Husain, lalu berwasiat kepada
keduanya. Beliau berwasiat kepada isteri-isterinya dan Rasulullah juga
berwasiat kepada kaum muslimin; “Shalat dan (perhatikanlah) hamba
sahaya yang kalian miliki”.
2.6.9 Sakaratul Maut
Hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun 11 Hijriyah pada
waktu Dhuha, tepat usia Rasulullah 63 tahun17 lebih empat hari.
Rasulullah berada dipangkuan ‘Aisyah. Saat itu ‘Abdurrahman bin Abi
Bakar datang membawa siwak. Rasulullah memandang ke arahnya.
‘Aisyah i bertanya, “Maukah aku ambilkan (siwak tersebut) untukmu?”.
Aisyah tahu bahwa Rasulullah menyenangi siwak. Rasulullah
menganggukkan kepala, tanda setuju. Dikunyahlah siwak tersebut oleh
Aisyah dan digosokkan ke mulut Rasulullah. Di hadapan Rasulullah
terdapat air dalam sebuah wadah. Beliau memasukkan kedua tangannya
ke dalam wadah tersebut dan mengusapkan ke wajahnya. Setelah
selesai bersiwak, beliau mengangkat tangannya dan jarinya, matanya
memandang ke arah langit-langit, bibirnya bergerak-gerak. Aisyah
berusaha mendengarkan kata-kata yang beliau ucapkan “Ya Allah,
ampunilah aku, rahmatilah aku, pertemukan aku dengan teman yang
tinggi (kedudukannya). Ya Allah, pertemukan aku dengan teman yang
tinggi (kedudukannya)”. Beliau mengulangi kalimat tersebut sebanyak

12
tiga kali, kemudian tangan beliau lemas dan akhirnya ruh beliau
terpisah dari tubuhnya. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.

2.7 Rasulullah Dalam Misi Pembinaan Umat


Sifat teladan Rasulullah dalam misi pembinaan umat

a. Kesabaran Rasulullah
b. Kasih Sayang
c. Kebijakan
d. Kedermawanan
e. Ketawadhuan dan Kesederhanaan

13
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Keperawatan Dalam Islam
Setiap umat Islam dituntut untuk menjadikan seluruh rangkaian
kehidupannya menjadi ibadah (taqarrub) kepada Allah SWT karena hanya
dengan cara seperti itulah hidup menjadi bermakna. Tugas seorang muslim
untuk menyebarkan keselamatan bagi setiap makhluk termasuk manusia
tanpa membeda-bedakan seorang pasien berdasar pada agamanya. Tugas
penyebaran untuk berbuat baik adalah merupakan inti dari ajaran dakwah
yaitu mendorong manusia kepada kebaikan dan petunjuk, menyuruh
perbuatan makruf dan mencegah perbuatan mungkar, agar mereka
memperoleh kehidupan yang beruntung di dunia dan di akhirat.
Oleh karena itu, profesi keperawatan dalam pandangan Islam memiliki
berbagai aspek. Berikut akan diuraikan beberapa prinsip keperawatan dalam
Islam yaitu sebagai berikut.
a. Aspek Teologi
Setiap hamba telah dibekali oleh Allah dua potensi yaitu kehendak
(masyiah) dan kemampuan (istitha’ah). Atas dasar kehendak maka
seorang muslim memiliki cita-cita untuk melakukan berbagai rekayasa dan
inovasi dalam kehidupannya yang dibaktikan karena Allah. Dengan
adanya kehendak dan kemampuan maka seorang manusia melakukan
upaya yang sungguh-sungguh tanpa menyisakan kemampuannya dan
setelah itu menyerahkan hasilnya menanti ketentuan Allah. Dalam
perspektif yang seperti itulah bertemunya dua hal yang seing dipandang
krusial dalam pemahaman akidah yaitu antara usaha manusia dan takdir
Allah. Keduanya adalah merupakan perpaduan dalam perjalanan hidup
manusia yang disebut tawakkal. Hal ini tercermin dalam Al Quran
sebagian diantaranya menekankan manusia agar berbuat secara maksimal
karena Allah tidak akan merubah nasib seseorang sehingga merubah
sendiri.

14
b. Aspek Fungsi kemanusiaan yaitu khilafah dan ibadah
Tugas khilafah adalah mengelola seluruh alam semesta untuk kepentingan
umat manusia. Dan tentunya harus diingat bahwa tugas pengelolaan yang
baik harus dilakukan oleh hamba-hamba Allah yang memiliki kepatutan
untuk itu. Selanjutnya pelaksanaan tugas khilafah yang benar pastilah akan
menghasilkan ibadah yang benar pula dan demikian sebaliknya. Atas dasar
itu, seorang muslim hendaknya menggali seluruh informasi ilmu
pengetahuan tentang alam semesta termasuk tugas perawatan sekalipun
ilmu itu ada pada umat lain yang tidak muslim. Anjuran tentang hal ini
ditegaskan dalam berbagai ayat Al Quran antara lain dengan penyebutan
tipologi orang berilmu itu dengan ulul albab. Allah menegaskan bahwa
sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan
malam adalah menjadi tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang
berpikir.
c. Aspek akhlak
Yaitu ihsan yang menyatakan bahwa setiap orang yang beriman hendaklah
menyadari bahwa dirinya selalu dalam pengawasan Allah sesuai dengan
Hadis Rasul bahwa engkau menyembah Allah seakan engkau melihatNya
dan andaikata engkau tidak mampu melihatNya maka yakinlah Ia
melihatmu (an ta’bud Allah kaannaka tarahu fa in lam takun tarahu fa
innahu yaraka). Atas dasar itu, seorang muslim dalam segala tindakannya
tidak memerlukan kendali eksternal untuk menjadi orang baik karena di
dalam hatinya terdapat potensi fitrah yang selalu menuntunnya untuk
menjadi orang yang takut berbuat maksiat.

3.2 Prinsip Etika Dalam Proses Keperawatan


Ketika seorang perawat memberikan pelayanan kesehatan pada klien,
maka perawat tersebut harus mengikuti prinsip-prinsip etika keperawatan
yang ada.Dalam memberikan pelayanan kesehatan pada klien, ada beberapa
tahapan yang harus dilalui oleh pasien. Artinya, pelayanan keperawatan
sebenarnya tidak hanya mementingkan tercapainya tujuan, tetapi juga
mementingkan proses bagaimana pelayanan tersebut diberikan kepada pasien.

15
Hal ini sesuai dengan pengertian praktek keperawatan yang bermakna
tindakan perawat yang dilakukan melalui kolaborasi dengan klien dan atau
tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan pada berbagai
tatanan pelayanan kesehatan yang dilandasi dengan substansi keilmuan
khusus, pengambilan keputusan dan keterampilan perawat berdasarkan
aplikasi prinsip-prinsip ilmu biologis, psikologis, sosial, kultural dan spiritual.
Prinsip dari tahapan proses keperawatan juga sesuai dengan pengertian
asuhan keperawatan yang bermakna sebagai sebuah proses atau rangkaian
kegiatan pada praktek keperawatan yang diberikan kepada klien di sarana
kesehatan dan tatanan pelayanan lainnya, dengan menggunakan pendekatan
ilmiah keperawatan berdasarkan kode etik dan standar praktik keperawatan.
a. Prinsip Etis dalam Melakukan Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam melakukan pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Lyer etal, 1996). Tujuan dari pengkajian adalah agar
perawat dapat mengumpulkan data objektif dan subjektif dari klien,
khususnya mengenai keluhan yang dideritanya sehingga memudahkan
perawat mengambil tindakan keperawatan. Selama melakukan pengkajian
perawat harus memperhatikan beberapa hal pokok berikut:
1. Perawat berusaha untuk mengetahui dan memahami secara keseluruhan
tentang keluhan yang dialami oleh pasien. Perawat juga harus
mengetahui tentang situasi yang sedang dihadapi oleh pasien secara
keseluruhan yang berkaitan dengan keluhan yang dideritanya.
2. Perawat berusaha mengumpulkan semua informasi yang bersangkutan
dengan masa lalu, saat ini, bahkan sesuatu yang berpotensi menjadi
masalah bagi pasien dimasa yang akan datang. Hal itu diperlukan untuk
membuat sebuah database yang lengkap dan objektif. DataData yang
terkumpul tersebut berasal dari perawat – klien selama berinteraksi dan
sumber yang lain.
3. Dalam pengkajian, perawat juga harus memahami bahwa pasien adalah
sumber informasi primer. Artinya, jawaban yang harus dipegang oleh

16
seroang perawat ketika ia bertanya sesuatu adalah jawaban yang keluar
dari mulut pasien, bukan keluarganya, apalagi orang lain.
4. Dalam melakukan pengkajian , bisa saja seorang perawat melengkapi
informasi dari sumber sekunder selain pasien itu sendiri. Artinya,
dimungkinkan bagi perawat untuk bertanya kepada pihak-pihak lain
yang dianggap mempunyai/memberikan informasi seputar kesehatan
pasien. Sumber informasi selain pasien meliputi anggota keluarga,
teman dekat maupun orang-orang yang berperan penting dalam
kesehatan klien.
b. Prinsip Etis dalam Menetapkan Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu,
kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan.
Diagnosis keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks tentang data
yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekan medis dan pemberi
pelayanan kesehatan yang lain. Diagnosis keperawatan ditetapkan
berdasarkan analisis dan interpretasi mendalam terhadap data yang
diperoleh perawat dari pengkajian keperawatan klien. Salah satu manfaat
dari diagnosis keperawatan adalah memberikan gambaran tentang masalah
atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan
terjadi, di mana pemecahannya dapat dilakukan batas wewenang perawat.
Ada beberapa hal pokok yang harus diperhatikan oleh seorang perawat
ketika melakukan diagnosis keperawatan, yaitu:
1. Seorang perawat membuat diagnosis keperawatan tentu membutuhan
keterampilan klinik yang baik, mencakup proses diagnosis keperawatan
dan perumusan dalam pembuatan pelayanan keperawatan.
2. Proses dari diagnosis keperawatan dibagi menjadi kelompok
interpretasi dan menjamin akurasi diagnosis dari proses keperawatan itu
sendiri.

17
3. Perumusan pernyataan diagnosis keperawatan memeliki beberapa syarat
yaitu mempunyai pengetahuan yang dapat membedakan antara sesuatu
yang aktual, risiko dan potensial dalam diagnosis keperawatan.
c. Prinsip Etis dalam Menentukan Intervensi Keperawatan
Perencanaan atau intervensi merupakan tahap ketiga yang dilakukan
perawat dalam melakukan tindakan keperawatan atau proses keperawatan.
Pengertian dari intervensi Keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku
spesifik yang diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus
dilakukan oleh perawat.Intervensi dilakukan untuk membantu pasien
dalam mencapai hasil yang diharapkan, yaitu kesembuhan atas penyakit
atau segala keluhan yang diderita pasien.
d. Prinsip Etis dalam Melakukan Implementasi Keperawatan
Pengertian implementasi dalam konteks ini adalah memulai dan
melengkapi tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan-
tujuan yang telah ditentukan.Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan.
e. Prinsip Etis dalam Melakukan Evaluasi Keperawatan
Evaluasi berfokus pada individu klien dan kelompok dari klien itu sendiri.
Proses evaluasi memerlukan beberapa keterampilan dalam menetapkan
rencana asuhan keperawatan, termasuk pengetahuan mengenai standar
asuhan keperawatan, respons klien yang normal terhadap tindakan
keperawatan dan pengetahuan konsep teladan dari keperawatan.
Dalam tahap yang terakhir ini, perawat akan menemukan faktor-faktor
yang menjadi penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil
atau gagal. Misalnya, perawat akan menemukan reaksi klien terhadap
intervensi keperawatan yang diberikan dan menetapkan apa yang menjadi
sasaran dari rencana keperawatan dapat diterima.
Dari evaluasi ini, perawat bisa melakukan beberapa hal berikut:
1. Menetapkan kembali informasi baru yang diberikan kepada klien
untuk mengganti atau diagnosa keperawatan, tujuan atau intervensi
keperawatan.

18
2. Perawat juga bisa menentukan target dari suatu hasil yang ingin
dicapai bersama dengan klien.

3.3 Peran Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual


Perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling lama berada disamping
klien, tugas utamanya adalah mempelajari bentuk dan sebab tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia. Memberikan bantuan asuhan
keperawatan mulai dari tingkat sistem organ fungsional sampai molekuler,
untuk memenuhi kebutuhan dan kemandirian klien dalam merawat dirinya.
Idealnya, seluruh komponen kebutuhan dasar manusia menjadi fokus kajian
utama dalam menentukan ruang lingkup pekerjaan profesi (Yusuf, 2015).
Perawat yang bekerja di garis terdepan harus mampu memenuhi semua
kebutuhan klien termasuk juga kebutuhan spiritual klien. Berbagai cara
perawat untuk memenuhi kebutuhan klien mulai dari pemenuhan makna dan
tujuan spiritual sampai dengan memfasilitasi klien untuk mengekspresikan
agama dan keyakinannya.
Menurut Andrew dan Boyle (2002) pemenuhan kebutuhan spiritual
memerlukan hubungan interpersonal, oleh karena itu perawat sebagai satu-
satunya petugas kesehatan yang berinteraksi dengan pasien selama 24 jam
maka perawat adalah orang yang tepat untuk memenuhi kebutuhan spiritual
pasien.
Dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien, seorang perawat juga
melakukan kolaborasi dengan pihak-pihak lain yang dirasa bisa mendukung
upaya pemenuhan kebutuhan spiritual klien (keluarga, ahli agama, kelompok
pendukung). Misalnya klien yang membutuhkan bimbingan spiritual dari ahli
agama, perawat berperan sebagai fasilitator untuk menyampaikan kebutuhan
klien pada pihak keluarga sehingga pihak keluarga dapat mengupayakan
untuk menghadirkan ahliagama sesuai dengan kebutuhan klien. Apabila klien
merasa kebutuhan spiritualnya sudah dapat dipenuhi oleh perawat saja, maka
perawat dapat memaksimalkan upaya pemenuhan kebutuhan spiritual pasien.

19
3.4 Landasan Upaya Kesehatan Berdasarkan Al- Qur’an
Al-Qur’an diturunkan sebagai syifa’ (penyembuh), bukan obat, karena
cukup banyak obat tetapi tidak menyembuhkan dan setiap penyembuh dapat
dikatakan sebagai obat. Para dokter ahli sudah mampu mengetahui berbagai
macam virus yang mendatangkan penyakit, namun penyakit tertentu kadang
tak mampu dideteksi oleh medis. Maka lewat terapi Al-Qur’an penyakit
yang tak bervirus itu bisa diketahui. Islam sebagai agama yang berpedoman
utama pada Al-quran telah menetapkan prinsip-prinsip dalam penjagaan
keseimbangan tubuh manusia. Diantaranya yaitu menjaga kesehatan dengan
menjaga kebersihan dan melaksanakan syariat wudlu dan mandi secara rutin
bagi setiap muslim.
Sehat adalah kondisi di mana semua fungsi fisik dan jiwa berada
dalam keadaan normal dan semestinya. Menjadi sembuh sesudah sakit
adalah anugerah terbaik dari Allah kepada manusia. Tidak ada sesuatu yang
begitu berharga seperti kesehatan. Karenanya, hamba Allah hendaklah
bersyukur atas kesehatan yang dimilikinya dan tidak bersikap kufur. Nabi
SAW bersabda, “Ada dua anugerah yang karenanya banyak manusia
tertipu, yaitu kesehatan yang baik dan waktu luang.” (HR. Bukhari)
Abu Darda berkata, “Ya Rasulullah, jika saya sembuh dari sakit saya
dan bersyukur karenanya, apakah itu lebih baik daripada saya sakit dan
menanggungnya dengan sabar?” Nabi saw menjawab, “Sesungguhnya Rasul
mencintai kesehatan sama seperti engkau juga menyenanginya.”
Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi bahwa Rasulullah saw bersabda:
‘Barangsiapa bangun di pagi hari dengan badan schat dan jiwa sehat pula,
dan rezekinya dijamin, maka dia seperti orang yang memiliki dunia
seluruhnya.” Di antara ucapan-ucapan bijaksana Nabi Dawud as adalah
sebagai berikut, “Kesehatan adalah kerajaan yang tersembunyi.” Juga.
“Kesedihan sesaat membuat orang Jcbih tua satu tahun.” Juga, “Kesehatan
adalah mahkota di kepala orang-orang yang schat, yang hanya bisa dilihac
oleh orang-orang yang sakit.” Dan juga, “Kesehatan adalah harta karun yang
tak terlihat.”

20
3.4.1 Konsep Islam Dalam Menjaga Kesehatan
Anjuran Menjaga Kesehatan, sudah menjadi semacam
kesepakatan, bahwa menjaga agar tetap sehat dan tidak terkena
penyakit adalah lebih baik daripada mengobati, untuk itu sejak dini
diupayakan agar orang tetap sehat. Menjaga kesehatan sewaktu sehat
adalah lebih baik daripada meminum obat saat sakit. Dalam kaidah
ushuliyyat dinyatakan:
Dari Ibn ‘Abbas, ia berkata, aku pernah datang menghadap
Rasulullah SAW, saya bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku
sesuatu doa yang akan akan baca dalam doaku, Nabi menjawab:
Mintalah kepada Allah ampunan dan kesehatan, kemudian aku
menghadap lagipada kesempatan yang lain saya bertanya: Ya
Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca dalam
doaku. Nabi menjawab: “Wahai Abbas, wahai paman Rasulullah saw
mintalah kesehatan kepada Allah, di dunia dan akhirat.” (HR
Ahmad, al-Tumudzi, dan al-Bazzar).
Berbagai upaya yang mesti dilakukan agar orang tetap sehat
menurut para pakar kesehatan, antara lain, dengan mengonsumsi gizi
yang yang cukup, olahraga cukup, jiwa tenang, serta menjauhkan diri
dari berbagai pengaruh yang dapat menjadikannya terjangkit penyakit.
Hal-hal tersebut semuanya ada dalam ajaran Islam, bersumber dari
hadits-hadits shahih maupun ayat al-Quran.
3.4.2 Nilai Sehat dalam Ajaran Islam
Menurut penelitian ‘Ali Mu’nis, dokter spesialis internal
Fakultas Kedokteran Universitas ‘Ain Syams Cairo, menunjukan
bahwa ilmu kedokteran modern menemukan kecocokan terhadap yang
disyariatkan Nabi dalam praktek pcngobatan yang berhubungan
dengan spesialisasinya.
Sebagaiman disepakati oleh para ulama bahwa di balik
pengsyariatan segala sesuatu termasuk ibadah dalam Islam terdapat
hikrnah dan manfaat phisik (badaniah) dan psikis (kejiwaan). Pada

21
saat orang-orang Islam menunaikan kewajiban-kewajiban
keagamannya, berbagai penyakit lahir dan batin terjaga.
3.4.3 Kesehatan Jasmani
Ajaran Islam sangat menekankan kesehatan jasmani. Agar tetap
sehat, hal yang perlu diperhatikan dan dijaga, menurut sementara
ulama, disebutkan, ada sepuluh hal, yaitu: dalam hal makan, minum,
gerak, diam, tidur, terjaga, hubungan seksual, keinginan-keinginan
nafsu, keadaan kejiwaan, dan mengatur anggota badan.
3.4.4 Mengatur Pola Makan dan Minum
Dalam ilmu kesehatan atau gizi disebutkan, makanan adalah
unsur terpenting untuk menjaga kesehatan. Kalangan ahli kedokteran
Islam menyebutkan, makan yang halalan dan thayyiban. Al-Quran
berpesan agar manusia memperhatikan yang dimakannya, seperti
ditegaskan dalam ayat: “maka hendaklah manusia itu
memperhatikan makanannya”.(QS. ‘Abasa 80 : 24 )
Dalam 27 kali pembicaraan tentang perintah makan, al-Quran
selalu menekankan dua sifat, yang halal dan thayyib, di antaranya
dalam (Q., s. al-Baqarat (2)1168; al-Maidat (s):88; al-Anfal
(8):&9; al-Nahl (16) : 1 14),
3.4.5 Keseimbangan Beraktivitas dan Istirahat
Perhatian Islam terhadap masalah kesehatan dimulai sejak
bayi, di mana Islam menekankan bagi ibu agar menyusui anaknya, di
samping merupakan fitrah juga mengandung nilai kesehatan. Banyak
ayat dalam al-Quran menganjurkan hal tersebut.
Al-Quran melarang melakukan sesuatu yang dapat merusak
badan. Para pakar di bidang medis memberikan contoh seperti
merokok. Alasannya, termasuk dalam larangan membinasakan diri
dan mubadzir dan akibatyang ditimbulkan, bau, mengganggu orang
lain dan lingkungan.
Islam juga memberikan hak badan, sesuai dengan fungsi dan
daya tahannya, sesuai anjuran Nabi: Bahwa badanmu mempunyai
hak

22
Islam menekankan keteraturan mengatur ritme hidup dengan cara
tidur cukup, istirahat cukup, di samping hak-haknya kepada Tuhan
melalui ibadah. Islam memberi tuntunan agar mengatur waktu untuk
istirahat bagi jasmani. Keteraturan tidur dan berjaga diatur secara
proporsional, masing-masing anggota tubuh memiliki hak yang
mesti dipenuhi.
Di sisi lain, Islam melarang membebani badan melebihi batas
kemampuannya, seperti melakukan begadang sepanjang malam,
melaparkan perut berkepanjangan sekalipun maksudnya untuk
beribadah, seperti tampak pada tekad sekelompok Sahabat Nabi yang
ingin terus menerus shalat malam dengan tidak tidur, sebagian
hendak berpuasa terus menerus sepanjang tahun, dan yang lain tidak
mau ‘menggauli’ istrinya, sebagaimana disebutkan dalam hadits:
“Nabi pernah berkata kepadaku: Hai hamba Allah, bukankah aku
memberitakan bahwa kamu puasa di sz’am? hari dan qiyamul
laildimalam hari, maka aku katakan, benarya Rasulullah, Nabi
menjawab: Jangan lalukan itu, berpuasa dan berbukalah, bangun
malam dan tidurlah, sebab, pada badanmu ada hak dan pada
lambungmujuga ada hak” (HR Bukhari dan Muslim).
3.4.6 Olahraga sebagai Upaya Menjaga Kesehatan
Aktivitas terpenting untuk menjaga kesehatan dalam ilmu
kesehatan adalah melalui kegiatan berolahraga. Kata olahraga atau
sport (bahasa Inggris) berasal dari bahasa Latin Disportorea atau
deportore, dalam bahasa Itali disebut ‘deporte’ yang berarti
penyenangan, pemeliharaan atau menghibur untuk bergembira.
Olahraga atau sport dirumuskan sebagai kesibukan manusia untuk
menggembirakan diri sambil memelihara jasmaniah.
Tujuan utama olahraga adalah untuk mempertinggi kesehatan
yang positif, daya tahan, tenaga otot, keseimbangan emosional,
efisiensi dari fungsi-rungsi alat tubuh, dan daya ekspresif serta daya
kreatif. Dengan melakukan olahraga secara bertahap, teratur, dan
cukup akan meningkatkan dan memperbaiki kesegaran jasmani,

23
menguatkan dan menyehatkan tubuh. Dengan kesegaran jasmani
seseorang akan mampu beraktivitas dengan baik.
Dalam pandangan ulama fikih, olahraga (Bahasa Arab: al-
Riyadhat) termasuk bidang ijtihadiyat. Secara umum hokum
melakukannya adalah mubah, bahkan bisa bernilai ibadah, jika
diniati ibadah atau agar mampu melakukannya melakukan ibadah
dengan sempurna dan pelaksanaannya tidak bertentangan dengan
norma Islami.
Sumber ajaran Islam tidak mengatur secara rinci masalah
yang berhubungan dengan berolahraga, karena termasuk masalah
‘duniawi’ atau ijtihadiyat, maka bentuk, teknik, dan peraturannya
diserahkan sepenuhnya kepada manusia atau ahlinya. Islam hanya
memberikan prinsip dan landasan umum yang harus dipatuhi dalam
kegiatan berolahraga.
Nash al-Quran yang dijadikan sebagai pedoman perlunya
berolahraga, dalam konteks perintah jihad agar mempersiapkan
kekuatan untuk menghadapi kemungkinan serangan musuh, yaitu
ayat: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja
yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk
berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh
Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak
mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu
najkahkanpadajalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup
kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (QS.Al-Anfal
:6o):
3.4.7 Anjuran Menjaga Kebersihan
Ajaran Islam sangat memperhatikan masalah kebersihan yang
merupakan salah satu aspek penting dalam ilmu kedokteran. Dalam
terminologi Islam, masalah yang berhubungan dengan kebersihan
disebut dengan al-Thaharat. Dari sisi pandang kebersihan dan
kesehatan, al-thaharat merupakan salah satu bentuk upaya preventif,

24
berguna untuk menghindari penyebaran berbagai jenis kuman dan
bakteri.
Imam al-Suyuthi, ‘Abd al-Hamid al-Qudhat, dan ulama yang
lain menyatakan, dalam Islam menjaga kesucian dan kebersihan
termasuk bagian ibadah sebagai bentuk qurbat, bagian dari ta’abbudi,
merupakan kewajiban, sebagai kunci ibadah, Nabi bersabda: “Dari
‘Ali ra., dari Nabi saw, beliau berkata: “Kunci shalat adalah
bersuci” (HR Ibnu Majah, al-Turmudzi, Ahmad, dan al-Darimi)
Berbagai ritual Islam mengharuskan seseorang melakukan
thaharat dari najis, mutanajjis, dan hadats. Demikian pentingnya
kedudukan menjaga kesucian dalam Islam, sehingga dalam buku-
buku fikih dan sebagian besar buku hadits selalu dimulai dengan
mengupas masalah thaharat, dan dapat dinyatakan bahwa ‘fikih
pertama yang dipelajari umat Islam adalah masalah kesucian’.
‘Abd al-Mun’im Qandil dalam bukunya al-Tadaivi bi al-
Quran seperti halnya kebanyakan ulama membagi thaharat menjadi
dua, yaitu lahiriah dan rohani. Kesucian lahiriah meliputi kebersihan
badan, pakaian, tempat tinggal, jalan dan segala sesuatu yang
dipergunakan manusia dalam urusan kehidupan. Sedangkan kesucian
rohani meliputi kebersihan hati, jiwa, akidah, akhlak, dan pikiran.

25
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

26
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Karim.

Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, Abu ‘Abdillah Muhammad Al-Anshari Al-


Qurthubi.

Al-Jami’ush Shahih, Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al-


Mughirah Al-Bukhari.

Ar-Rahiqul Makhtum, Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri.

As-Shiratun Nabawiyah, Abul Fida’Ismail bin Amr bin Katsir Ad-


Dimasyqi.

Abdullah, Taufik (ed). 1991. Sejarah Umat Islam Indonesia. Jakarta:


Majelis Ulama Indonesia
Amin, Ahmad, Fajr al-Islami, Kairo : Maktabah Al-Nahdhah Al-
Mishriyah, 1975.
Fahriana, A. S. (2010). Implementasi Manajemen dalam
Meningkatkan Spiritual. Jakarta: Rineka Pustaka

H. M. Hasballah Thaib dan H. Zamakhsyari Hasballah, 2007, Tafsir


Tematik Al-Qur’an, Jilid I Medan: Pustaka Bangsa Press.

H.M. Hasballah Thaib dan Iman Jauhari, 2004, Kapita Selekta


Hukum Islam, Jilid I, Medan: Pustaka Bangsa Press.

H.M. Hasballah Thaib, 2006, Pemikiran dan Karya Monomentalnya,


Medan: Walisongo.

Iman Jauhari, 2007, Kapita Selekta Hukum Islam, Jilid II, Medan: Pustaka
Bangsa Press.

Jurnal Kesehatan Dalam Pandangan Hukum Islam. Oleh:Iman Jauhari.


No. 55, Th. XIII (Desember, 2011), pp. 33-57.

Karim, Adiwarman Azwar, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, edisi


ketiga, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2014.

27
Karim, M. Abdul. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta :
Pustaka Book Publisher, 2007.
Khan, Muhammad Akram, An Intrduction to Islamic Economics, Islamabad: IIIT
Pakistan,1989
Syarqowi, Abdur Rahman, Muhammad Sang Pembebas : Sebuah Novel
Sejarah,Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2010.
Utami, Ngesti W. 2016. Etika Keperawatan dan Keperawatan Profesional.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (Online).
(http://bppsdmk.kemkes.go.id/ , diakses 22 Agustus 2018.)

Yusuf, Ah., Endang Nihayati, Hanik., Florencia Iswari, Miranti.,


Okviasanti, Fanni. 2016. KEBUTUHAN SPIRITUAL: Konsep dan Aplikasi dalam
Asuhan Keperawatan. Surabaya: Mitra Wacana Medika.

28

Você também pode gostar