Você está na página 1de 9

PENENTUAN KONDISI TERBAIK PENGEMPAAN DALAM PRODUKSI MINYAK BIJI KARET

(Hevea brasiliensis) UNTUK PENYAMAKAN KULIT

STUDIES ON THE MECHANICAL PRESSING CONDITIONS IN RUBBER SEED OIL (Hevea


brasiliensis) PRODUCTION FOR LEATHER TANNING
Ono Suparno*), Kurnia Sofyan, Muh. Idham Aliem

Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680
Bogor, Indonesia
E-mail: ono.suparno@ipb.ac.id

ABSTRACT

Pressing is one of the important steps in the oil production by using a mechanical method. Optimization
in the oil pressing need is conducted in order to obtain high yield and quality of the oil. A suitable temperature
and pressure in the oil pressing will give an optimum condition for the operation causing oil flows easier. The
objectives of this research were to get conditions of temperature and pressure in rubber seed pressing in order
to obtain high yield and physico-chemical properties of rubber seed oil for the chamois tanning. The sun-dried
seeds were dried in an oven at temperature of 70 oC for one hour, and then were pressed by using a hydraulic
pressing at temperatures of 55 oC, 65 oC and 75 oC and pressures of 15 tonnes/196.15 cm2, 17.5 tonnes/196.15
cm2 and 20 tonnes/196.15 cm2. Yield of the oil and oil content of its cake were measured. Their physico-
chemical properties of the oil including colour, iodine value, acid value, and free-fatty acid content were
measured. The results show that condition giving the best yield and physico-chemical properties of the rubber
seed oil for leather tanning was pressing at temperature of 75 oC and pressure of 20 tonnes/196.15 cm2.
Keywords: rubber seed oil, pressure, temperature, yield, leather tanning

ABSTRAK

Pengempaan minyak dari biji-bijian memerlukan suhu dan tekanan yang sesuai untuk mendapatkan
minyak bermutu baik dan rendemen yang tinggi. Suhu pengempaan minyak yang sesuai akan memberikan
kondisi yang optimal untuk pengempaan minyak, yaitu minyak atau lemak mencair, protein yang terdapat pada
dinding sel menggumpal, emulsi protein dengan lemak pecah dan viskositas minyak berkurang. Hal ini
menyebabkan butiran minyak lebih mudah mengalir keluar pada waktu pengempaan. Suhu pemanasan yang
terlalu tinggi pada waktu pengepresan bahan dengan cara hidrolik atau pengempa berulir menyebabkan sebagian
minyak teroksidasi. Penggunaan tekanan sebaiknya dikombinasikan dengan suhu pengempaan yang sesuai.
Tekanan yang terlalu rendah akan menyebabkan rendemen lemak yang dihasilkan sedikit karena dinding sel
pada biji tidak pecah secara sempurna. Pengempaan dengan tekanan yang terlalu tinggi akan menghasilkan
minyak dengan bilangan asam semakin besar akibat proses oksidasi dan menyebabkan penurunan bilangan iod
minyak tersebut. Minyak biji karet dengan bilangan iod yang tinggi berpotensi sebagai bahan penyamak untuk
memproduksi kulit samoa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi suhu dan tekanan dari
pengempaan biji karet agar mendapatkan rendemen dan sifat fisiko-kimia minyak biji karet yang baik untuk
penyamakan kulit. Biji karet kering jemur yang telah disortir, dikeringkan/dipanaskan di dalam oven pada suhu
70 oC selama satu jam, kemudian dikempa dengan pengempa hidrolik dengan perlakuan suhu 55 oC, 65 oC, dan
75 oC dengan tekanan 15 ton/196,15 cm2; 17,5 ton/196,15 cm2; dan 20 ton/196,15 cm2. Minyak yang dihasilkan
dihitung rendemen, kadar minyak dalam bungkilnya,dan dianalisis sifat-sifat fisiko-kimianya yang meliputi
warna, bilangan iod, bilangan asam, dan kadar asam lemak bebas (%FFA). Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa kombinasi perlakuan yang menghasilkan rendemen dan sifat fisiko-kimia minyak biji karet yang terbaik
untuk penyamakan kulit adalah pengempaan pada suhu 75 oC dengan tekanan 20 ton/196,15 cm2. Perlakuan suhu
dan tekanan berpengaruh nyata hanya pada rendemen dan warna minyak yang dihasilkan; interaksi kedua faktor
tersebut berpengaruh nyata terhadap bilangan iod.
Kata kunci : minyak biji karet, penyamakan, rendemen, bilangan iod

PENDAHULUAN perkebunan karet juga menghasilkan biji karet


sebanyak 1500 kg/ha/tahun yang belum
Tanaman karet merupakan salah satu dimanfaatkan dengan baik.
tanaman perkebunan yang mempunyai areal yang Dewasa ini, kulit samak minyak diproduksi
sangat luas di Indonesia. Selain menghasilkan lateks, dengan menggunakan minyak ikan sebagai bahan

*Penulis untuk korespondensi


Penentuan Kondisi Terbaik Pengempaan dalam Produksi ………………..……..

penyamak utamanya. Penyamakan dengan digunakan ekstraksi secara mekanis dengan


menggunakan minyak ikan tersebut menghadapi menggunakan pengempaan hidrolik (hydraulic
masalah bau yang ditimbulkan oleh sisa minyak ikan pressing).
yang teroksidasi yang menempel pada produk kulit Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
samoa. Kulit samoa yang dibuat secara konvensional mengetahui kombinasi suhu dan tekanan dari
berasosiasi dengan kelemahan, seperti pengempaan biji karet yang terbaik agar
ketidakseragaman akibat keragaman dalam distribusi mendapatkan rendemen dan sifat fisiko-kimia
dan bau yang berhubungan dengan minyak ikan minyak biji karet yang baik untuk penyamakan kulit.
(Krisnan et al., 2005a, Krisnan et al., 2005b, Hongru
et al., 2008). Oleh karena itu, untuk mengurangi METODE PENELITIAN
masalah tersebut dilakukan usaha-usaha untuk
mensubstitusi minyak ikan dengan minyak nabati, Bahan dan Alat
misalnya minyak biji karet dalam penyamakan kulit Bahan baku yang digunakan dalam penelitian
samoa (Suparno et al., 2009a, Suparno, 2010). ini adalah biji karet yang diperoleh dari PTPN VIII
Minyak biji karet dapat digunakan sebagai Kebun Wangunreja, Subang. Bahan-bahan kimia
bahan penyamak untuk memproduksi kulit samoa yang digunakan untuk analisis adalah n-heksana,
(chamois leather). Hal ini disebabkan karena NaOH 1,25 N, H2SO4 0,325 N, H2SO4 pekat, HCl
tingginya bilangan iod yang dimiliki minyak biji karet 0,02 N, alkohol 95%, KOH 0,1 N, KOH beralkohol
yaitu lebih dari 120 g I/100 g minyak. Bilangan iod 0,5 N, HCl 0,5 N, indikator phenolphtalin, larutan
merupakan parameter utama dari minyak untuk pati 1%, larutan asam asetat glasial, khloroform,
penyamak kulit (Suparno et al., 2009a; Suparno, larutan Wijs, KI 15%, KI jenuh, dan Na2SO3 0,01 N.
2010). Alat-alat yang digunakan adalah hammer
Pengempaan minyak dari biji-bijian mill, pengempa hidrolik, oven, timbangan, kain
memerlukan suhu dan tekanan yang sesuai untuk saring, tanur, soxhlet, penangas air, labu lemak,
mendapatkan minyak berkualitas baik dan rendemen pendingin balik, alat destilasi, labu destilasi, DR
yang tinggi. Suhu pengempaan minyak yang sesuai 2000, otoklaf, labu kjeldahl, pendingin tegak,
akan memberikan kondisi yang optimal untuk viskometer, desikator, dan alat gelas lainnya.
pengempaan minyak, yaitu minyak atau lemak
mencair, emulsi protein dengan lemak pecah dan Prosedur Penelitian
viskositas minyak berkurang. Hal ini menyebabkan Persiapan bahan
butiran minyak lebih mudah mengalir keluar pada Bahan baku biji karet yang digunakan
waktu pengempaan (Ketaren, 1986). terlebih dahulu dilakukan persiapan bahan yang
Suhu pemanasan yang terlalu tinggi pada meliputi penjemuran dan sortasi. Penjemuran bahan
waktu pengepresan bahan dengan cara hidrolik atau dilakukan selama tiga hari. Sortasi dilakukan untuk
pengempa berulir menyebabkan sebagian minyak memisahkan biji yang rusak dan yang baik.
teroksidasi. Di samping itu, minyak yang terdapat
dalam suatu bahan dalam keadaan panas akan Optimasi suhu dan tekanan pada pengempaan
mengekstraksi zat warna yang terdapat dalam bahan minyak biji karet
tersebut. Selain itu, pengempaan bahan yang Biji karet yang sudah dijemur dan disortasi
mengandung minyak dengan tekanan dan suhu yang dikeringkan pada suhu 70 oC selama 1 jam
lebih tinggi akan menghasilkan minyak dengan warna menggunakan oven (Suparno et al., 2009b). Setelah
yang lebih gelap. Penggunaan tekanan sebaiknya dikeringkan biji karet digiling dengan menggunakan
dikombinasikan dengan suhu pengempaan yang hammer mill sebanyak 2 kali agar ukurannya lebih
sesuai. Tekanan yang terlalu rendah akan kecil. Kemudian ekstraksi minyak biji karet
menyebabkan rendemen lemak yang dihasilkan dilakukan dengan menggunakan alat pengempa
sedikit karena dinding sel pada biji tidak pecah secara hidrolik. Pengempaan mekanis dilakukan selama 1,5
sempurna. Pengempaan dengan tekanan yang terlalu jam hingga minyak tidak keluar lagi. Biji karet
tinggi akan menghasilkan minyak dengan bilangan dibagi menjadi 18 unit percobaan dengan masing-
asam relatif semakin besar akibat proses oksidasi masing unit 0,75 kg.
minyak semakin besar Setyowati (1999), dan Unit percobaan tersebut terdiri dari beberapa
menyebabkan penurunan bilangan iod akibat proses perlakuan dengan suhu 55 oC, 65 oC, dan 75 oC,
oksidasi pada ikatan rangkap asam lemak tidak jenuh serta dilakukan dengan tekanan 15 ton/196,15 cm2,
sehingga proses tersebut mengakibatkan 17,5 ton/196,15 cm2, dan 20 ton/196,15 cm2. Minyak
ketidakjenuhan minyak berkurang (Swern, 1979). kasar yang diperoleh dari hasil ekstraksi selanjutnya
Ekstraksi biji karet dapat dilakukan dalam dihitung rendemennya lalu disaring dengan
berbagai cara, yaitu rendering, mekanis, pelarut, atau menggunakan kertas saring. Kadar minyak dalam
kombinasi cara mekanis dan pelarut. Akan tetapi yang bungkil diukur. Minyak yang telah disaring
paling cocok untuk biji karet ini adalah ekstraksi dianalisis sifat fisiko-kimianya yang meliputi warna,
secara mekanis karena mempunyai kadar minyak bilangan iod, bilangan asam, dan asam lemak bebas
yang cukup tinggi. Pada penelitian ini akan (FFA). Prosedur analisisnya adalah sebagai berikut :

102 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 20 (2), 101-109


Ono Suparno, Kurnia Sofyan dan Muh. Idham Aliem

Yijk = variabel respon hasil observasi ke-k yang


Perhitungan rendemen terjadi pengaruh bersama taraf ke-i faktor A
Rendemen dihitung dengan membandingkan dan taraf ke-j faktor B.
jumlah minyak yang dihasilkan dengan bahan μ = rata-rata yang sebenarnya.
mentah yang diproses. Ai = efek sebenarnya dari taraf ke-i faktor A
Bj = efek sebenarnya dari taraf ke-j faktor B
Kadar minyak dalam bungkil ABij = efek sebenarnya dari interaksi antara taraf
Kadar minyak dalam bungkil dihitung dengan ke-i faktor A dengan taraf ke-j faktor B.
menggunakan metode ekstraksi dengan εk(ij) = efek sebenarnya dari unit eksperimen ke-k
menggunakan Soxhlet. Pelarut yang digunakan dalam kombinasi perlakuan (ij)
adalah petroleum eter. Ekstraksi dilakukan selama 5-
6 jam atau sekitar 60 kali putaran. Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah dengan
Warna menggunakan analisis variansi (ragam) berdasarkan
Pengukuran warna ini menggunakan alat DR rancangan percobaan yang telah dikemukakan di
2000. Sebelum dilakukan pengukuran, contoh depan. Pengolahan dilakukan dengan menggunakan
minyak yang akan diukur warnanya diencerkan software SAS versi 6.12. Jika hasil analisisnya
terlebih dahulu dengan menggunakan pelarut n- berpengaruh, maka dilanjutkan dengan Uji Duncan
heksana. Panjang gelombang yang digunakan adalah untuk melihat perbedaan pengaruh antar taraf
455 nm. maupun antar kombinasi perlakuan, lalu dilanjutkan
dengan uji polinomial ortogonal untuk melihat pola
Bilangan iod responnya.
Bilangan iod minyak diukur menggunakan
cara Wijs (AOCS, 1951). HASIL DAN PEMBAHASAN

Bilangan asam Ekstraksi cara mekanis menggunakan


Bilangan asam minyak diukur menggunakan pengempa hidrolik merupakan ekstraksi yang umum
cara AOAC (AOAC, 1995). dilakukan pada bahan berupa biji-bijian yang
mengandung minyak relatif tinggi. Menurut Ketaren
Asam lemak bebas (% FFA) (1986), ekstraksi dengan pengempa hidrolik
Bilangan asam sering juga dinyatakan memerlukan perlakuan pendahuluan sebelum
sebagai kadar asam lemak bebas (% FFA). Kadar dikempa yang mencakup pembuatan serpih,
asam lemak bebas ditentukan dengan mengkonversi perajangan, dan penggilingan serta tempering atau
bilangan asam sebagai berikut: pemasakan. Perlakuan pendahuluan yang meliputi
% FFA = Bilangan asam / Faktor konversi pengeringan dengan menggunakan oven dengan
Dengan faktor konversi untuk asam linoleat = 2,01 suhu 70 oC selama 1 jam dan penggilingan.
Minyak kasar dan bungkil biji karet yang
Rancangan Percobaan dihasilkan kemudian dianalisis meliputi rendemen,
Rancangan percobaan yang digunakan dalam kadar minyak dalam bungkil, warna, bilangan iod,
penelitian ini adalah rancangan acak lengkap bilangan asam, dan asam lemak bebas.
faktorial dengan dua faktor dan dua kali ulangan.
Faktor pada penelitian ini terdiri dari : Rendemen
a. Faktor suhu (A), dengan tiga taraf: Rendemen dihitung untuk mengetahui jumlah
A1 = 55 oC minyak yang diperoleh dari banyaknya bahan yang
A2 = 65 oC digunakan. Dalam hal ini membandingkan antara
A3 = 75 oC bobot minyak biji karet yang dihasilkan dengan
b. Faktor tekanan (B), dengan tiga taraf: bobot daging biji karet yang digunakan. Hasil yang
B1 = 15 ton/196,15 cm2 diperoleh menunjukkan bahwa rendemen biji karet
B2 = 17,5 ton/196,15 cm2 berkisar antara 11,60-22,28%.
B3 = 20 ton/196,15 cm2 Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
Model matematis untuk rancangan acak faktor suhu dan tekanan memberikan pengaruh yang
lengkap faktorial dengan dua faktor masing-masing sangat nyata terhadap rendemen minyak yang
3 taraf dan dua kali ulangan adalah sebagai berikut: dihasilkan. Interaksi keduanya memberikan
Yijk = μ + Ai + Bj + ABij + εk(ij) pengaruh yang nyata terhadap rendemen pada
dengan: i = 1, 2, 3 tingkat kepercayaan 95%.
j = 1, 2, 3 Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa
k = 1, 2 pada perlakuan suhu 75 oC menghasilkan rendemen
yang paling tinggi dan berbeda nyata dengan suhu
65 oC serta 55 oC. Pada perlakuan tekanan
menunjukkan tekanan 20 ton/196,15 cm2
menghasilkan rendemen yang paling tinggi yang

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 20 (2), 101-109 103


Penentuan Kondisi Terbaik Pengempaan dalam Produksi ………………..……..

berbeda nyata dengan tekanan 17,5 ton/196,15 cm2 polinomial ortogonal dari interaksi kedua faktor
dan 15 ton/196,15 cm2. Dari hasil uji lanjut Duncan tersebut terhadap rendemen dapat dilihat pada
ini dapat diketahui bahwa setiap kenaikan suhu 10 Gambar 2 dan 3.
o
C memberikan pengaruh yang nyata pada rendemen
minyak yang dihasilkan. Demikian juga dengan 25
setiap kenaikan tekanan pada perlakuan ini
memberikan pengaruh yang nyata terhadap 20
rendemen.

Rendemen (%)
Rendemen tertinggi diperoleh dari pemberian 15
perlakuan suhu 75 oC dan tekanan 20 ton/196,15 cm2
yaitu 22,28 %, sedangkan rendemen yang paling 10
rendah pada suhu 55 oC dan tekanan 15 ton/196,15
cm2 yaitu 11,60 %. Hubungan antara suhu, tekanan, 5
dan rendemen dapat dilihat pada Gambar 1.
0
25 50 55 60 65 70 75 80
o
Suhu Pengempaan ( C)
Tekanan 15 ton/196,15 cm²
20
Tekanan 17,5 ton/196,15 cm²
Tekanan 20 ton/196,15 cm²
Rendemen (%)

y = 0,1665x + 2,5508
15 y = 0,3695x - 7,2308
y = 0,2015x + 6,6258

10
Gambar 2. Pola respon interaksi faktor suhu
5 terhadap tekanan dan rendemen

0 25
55 65 75
o
Suhu Pengempaan ( C) 20
Rendemen (%)

Tekanan 15 ton/196,15 cm²


15
Tekanan 17,5 ton/196,15 cm²
Tekanan 20 ton/196,15 cm²
10
Gambar 1. Histogram hubungan antara suhu,
tekanan dan rendemen 5

0
Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa seiring
12,5 15 17,5 20 22,5
penambahan suhu dan tekanan yang diberikan Tekanan Pengempaan (ton/196,15 cm )
2

cenderung akan meningkatkan rendemen yang Suhu Pengempaan 55°C


dihasilkan. Hal ini disebabkan karena protein yang Suhu Pengempaan 65°C
Suhu Pengempaan 75°C
menggumpal pada dinding sel untuk suhu 75 oC dan y = 1,33x -8,6917
tekanan 15 ton/196,15 cm2 paling banyak sehingga y = 1,01x - 1,475
y = 1,47x - 6,425
dinding sel akan lebih mudah dipecahkan dan mudah
ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung Gambar 3. Pola respon interaksi faktor tekanan
pada daging biji. Menurut Swern (1979), rendemen terhadap suhu dan rendemen
minyak yang diperoleh dari pengempaan
dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang berhubungan Kadar minyak dalam bungkil
dengan afinitas minyak terhadap bahan padat dalam Bungkil merupakan sisa hasil dari ekstraksi
biji. Faktor-faktor tersebut meliputi kandungan air, biji karet secara mekanis. Di dalam bungkil tersebut
metode pemasakan, komposisi kimia, dan kualitas masih terdapat minyak yang tidak keluar pada saat
biji. Rendemen minyak akan bergantung pada laju pengempaan. Bungkil dalam penelitian ini terdiri
penekanan (pengempaan) yang dilakukan, tekanan dari biji karet dan tempurung biji karet yang
maksimum, lama minyak yang keluar pada tekanan diasumsikan terdistribusi secara merata. Untuk
penuh, suhu, dan viskositas minyak. mengetahui banyaknya minyak yang tersisa di dalam
Interaksi antara suhu dan tekanan setelah bungkil biasanya digunakan metode ekstraksi
dilakukan uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa dengan pelarut.
kombinasi perlakuan suhu 75 oC dengan tekanan 20 Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
ton/196,15 cm2 menghasilkan rendemen yang paling suhu memberikan pengaruh yang nyata, sedangkan
tinggi yang berbeda nyata dengan kombinasi pemberian tekanan dan interaksi antara suhu dan
perlakuan lainnya. Pola respon berdasarkan uji lanjut tekanan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar

104 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 20 (2), 101-109


Ono Suparno, Kurnia Sofyan dan Muh. Idham Aliem

minyak yang terdapat di dalam bungkil. Kadar keragaman menunjukkan bahwa pengaruh suhu dan
minyak yang terdapat di dalam bungkil berkisar tekanan memberikan pengaruh yang sangat nyata
antara 2,55% - 6,17% (Gambar 4). terhadap warna minyak yang dihasilkan. Begitu pula
interaksi perlakuan antara suhu dan tekanan
7 berpengaruh sangat nyata terhadap nilai warna.
Setiap penambahan suhu memberikan pengaruh
Kadar Minyak dalam Bungkil (%)

6
yang berarti terhadap warna yang dihasilkan.
5 Semakin tinggi suhunya maka semakin tinggi nilai
4
warnanya. Hal ini diduga karena terjadinya
kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh terjadinya
3
proses oksidasi tokoferol yang terdapat dalam
2 minyak atau lemak tersebut, sehingga warna minyak
1
menjadi lebih gelap. Perlakuan tekanan juga
memberikan pengaruh yang berarti terhadap nilai
0
55 65 75 warna yang dihasilkan. Semakin tinggi tekanan
Suhu Pengempaan ( C)
o maka nilai warna semakin tinggi. Hal ini diduga
karena pada tekanan yang tinggi banyak karoten
Tekanan 15 ton/196,15 cm²
Tekanan 17,5 ton/196,15 cm² yang ikut terlarut dalam minyak dan ikut teroksidasi
Tekanan 20 ton/196,15 cm² pada suhu yang tinggi. Selain itu, proses yang
mungkin terjadi adalah proses browning, yaitu reaksi
antara molekul karbohidrat dengan gugus pereduksi
Gambar 4. Histogram hubungan antara suhu,
seperti aldehida serta gugus amino dari molekul
tekanan dan kadar minyak dalam
protein dan yang disebabkan oleh aktivitas enzim.
bungkil
Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa 5600
perlakuan suhu 55 oC tidak berbeda nyata dengan
suhu 65 oC dan berbeda nyata dengan 75 oC terhadap
5400

kadar minyak dalam bungkil. Hal ini disebabkan


Warna (Unit PtCo)

5200

semakin tinggi suhu yang diberikan sampai batas


5000
optimum pada pengempaan mekanis akan
menyebabkan berkurangnya kadar air dalam biji 4800

karet dan menyebabkan rusaknya dinding sel serta 4600


menggumpalkan protein yang terdapat dalam biji
karet sehingga minyak yang terdapat dalam biji karet 4400
55 65 75
lebih mudah keluar. Akibatnya minyak yang Suhu Pengempaan ( C)
o

terdapat di dalam bungkil semakin sedikit.


Kadar minyak dalam bungkil yang paling Tekanan 15 ton/196,15 cm²
Tekanan 17,5 ton/196,15 cm²
tinggi terdapat pada kombinasi taraf perlakuan suhu Tekanan 20 ton/196,15 cm²

55 oC dengan tekanan 15 ton/196,15 cm2, yakni


6,17%. Persentase kadar minyak dalam bungkil yang
Gambar 5. Histogram hubungan antara suhu,
paling rendah pada kombinasi taraf perlakuan suhu
tekanan dan warna
75 oC dengan tekanan pengempaan 20 ton/196,15
cm2. Semakin tinggi suhu dan tekanan yang Berdasarkan uji lanjut berganda Duncan
diberikan, maka kadar minyak dalam bungkil untuk taraf perlakuan suhu 75 oC memiliki nilai
semakin sedikit. Hal tersebut terjadi karena minyak warna yang paling tinggi yang berbeda nyata dengan
yang keluar lebih banyak akibat dari tergumpalnya suhu 65 oC. Begitu pula pada perlakuan 65 oC
o
protein yang lebih memudahkan minyak untuk berbeda nyata dengan perlakuan suhu 55 C. Adanya
keluar. perbedaan nilai warna ini mungkin disebabkan
Penggunaan suhu tinggi pada alat kempa karena perbedaan banyaknya komponen minyak
menyebabkan bahan menjadi lunak dan kekentalan yang teroksidasi. Pada taraf perlakuan tekanan
minyak menjadi lebih rendah sehingga minyak menunjukkan tekanan 20 ton/196,15 cm2
mudah keluar. Namun, pengempaan yang dilakukan memberikan nilai warna yang paling tinggi yang
pada suhu tinggi kurang menguntungkan karena berbeda nyata dengan tekanan 17,5 ton/196,15 cm2
senyawa-senyawa fosfatida dan asam lemak bebas dan perlakuan tekanan 15 ton/196,15 cm2. Dari hasil
mempunyai kecenderungan untuk menyerap minyak uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa kombinasi
kembali, sehingga minyak sukar keluar dari biji. perlakuan suhu 75 oC dengan tekanan 20 ton/196,15
cm2 tidak berbeda nyata dengan kombinasi
perlakuan suhu 75 oC dengan tekanan 17,5
Warna
ton/196,15 cm2 dan berbeda nyata dengan kombinasi
Nilai warna minyak berkisar antara 4802-
perlakuan lainnya. Pola respon berdasarkan uji lanjut
5426 unit PtCo. Berdasarkan hasil analisis

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 20 (2), 101-109 105


Penentuan Kondisi Terbaik Pengempaan dalam Produksi ………………..……..

polinomial orthogonal untuk interaksi faktor suhu minyak atau lemak tersebut sampai menjadi tengik.
dan tekanan dapat dilihat pada Gambar 6 dan 7. Selain itu, warna coklat juga biasa terdapat akibat
hasil oksidasi dan warna hijau disebabkan oleh
5600 khlorofil (Hamilton dan Rossel, 1987).
5400
Bilangan Iod
Bilangan iod menunjukkan ukuran
Warna (Unit PtCo)

5200
ketidakjenuhan atau banyaknya ikatan rangkap yang
5000
terdapat pada asam lemak yang menyusun gliserida
4800 dari suatu minyak atau lemak. Nilai bilangan iod
merupakan parameter mutu minyak yang penting
4600 karena digunakan untuk menyatakan derajat
4400
ketidakjenuhan suatu minyak atau lemak. Selain itu,
50 55 60 65 70 75 80 dapat juga dipergunakan untuk menggolongkan jenis
Suhu Pengempaan ( C)
o
minyak pengering dan minyak bukan pengering.
Tekanan 15 ton/196,15 cm²
Tekanan 17,5 ton/196,15 cm²
Minyak pengering mempunyai bilangan iod yang
Tekanan 20 ton/196,15 cm² lebih dari 130, sedangkan minyak yang mempunyai
y = 22,688x + 3566,9
y = 14,038x + 4340 bilangan iod antara 100 sampai 130 bersifat setengah
y = 15,6x + 4329,8
mengering (Ketaren, 1986).
Gambar 6. Pola respon interaksi faktor suhu Hasil analisis keragaman bilangan iod
terhadap tekanan dan nilai warna menunjukkan bahwa pengaruh pemberian suhu dan
tekanan menghasilkan nilai yang tidak berbeda
5600 nyata. Interaksi perlakuan suhu dan tekanan
memberikan pengaruh yang nyata terhadap bilangan
5400 iod.
Dari hasil uji lanjut berganda Duncan
Warna (Unit PtCo)

5200
menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan suhu dan
5000 tekanan A2B2 tidak berbeda nyata dengan A1B1
dan A2B2 yang berbeda nyata dengan kombinasi
4800
perlakuan lainnya.
4600 Dari hasil penelitian terhadap bilangan iod
minyak biji karet menunjukkan nilai yang berkisar
4400 antara 132-145. Nilai ini sesuai dengan pendapat
12,5 15 17,5 20 22,5
Tekanan Pengempaan (ton/196,15 cm )
2 Hardjosuwito dan Hoesnan yang menyatakan bahwa
Suhu Pengempaan 55°C
nilai bilangan iod minyak biji karet berkisar antara
Suhu Pengempaan 65°C 134-147. Hanya pada perlakuan suhu 65 oC dengan
Suhu Pengempaan 75°C
y = 80,85x + 3635,9 tekanan 15 ton/196,15 cm2 yang tidak sesuai.
y = 47,95x + 4348,3
y = 52,5x + 4480,8 Bilangan iod yang paling tinggi pada taraf perlakuan
suhu pengempaan 65 oC dengan tekanan 17,5
Gambar 7. Pola respon interaksi faktor tekanan
ton/196,15 cm2 yaitu 145, sedangkan yang paling
terhadap suhu dan nilai warna
rendah pada taraf perlakuan suhu 65 oC dengan
Nilai warna yang paling rendah pada tekanan 15 ton/196,15 cm2 yaitu 132 (Gambar 8).
kombinasi perlakuan suhu 55 oC dan tekanan 15 Secara umum bilangan iod cenderung
ton/196,15 cm2. Nilai warna yang paling tinggi pada menurun walaupun sangat kecil seiring dengan
kombinasi perlakuan suhu 75 oC dan tekanan 20 adanya peningkatan suhu dan tekanan. Rendahnya
ton/196,15 cm2 (Gambar 5). bilangan iod pada kombinasi perlakuan suhu 65 oC
Warna minyak dan lemak disebabkan oleh dengan tekanan 15 ton/196,15 cm2 akibat panas dan
adanya pigmen, karena asam lemak dan gliserida- lamanya penyimpanan minyak yang menyebabkan
gliseridanya tidak berwarna. Warna oranye atau terjadinya reaksi oksidasi pada asam lemak tidak
kuning disebabkan adanya pigmen karoten yang jenuh. Reaksi tersebut mengakibatkan berkurang-
larut dalam minyak atau lemak tersebut. Karoten nya jumlah ikatan rangkap yang selanjutnya dapat
merupakan hidrokarbon yang polyunsaturated menurunkan bilangan iod.
(sangat tidak jenuh). Apabila minyak atau lemak Bilangan iod ini merupakan indikator tinggi
terhidrogenasi, maka akan terjadi pula hidrogenasi rendahnya tingkat kerusakan lemak atau kualitas
pada pigmen yang dikandungnya, sehingga terjadi lemak. Nilai bilangan iod yang tinggi menunjukkan
pengurangan warna pada minyak tersebut. Karoten bahwa minyak atau lemak tersebut mempunyai
tidak stabil pada suhu tinggi dan bila minyak diolah kualitas yang baik dan tingkat kerusakannya rendah.
dengan mempergunakan uap panas, maka karoten Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui
akan kehilangan warnanya. Selain itu karoten tidak bahwa minyak biji karet ini mempunyai kualitas
terpisahkan dengan proses oksidasi walaupun yang baik.

106 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 20 (2), 101-109


Ono Suparno, Kurnia Sofyan dan Muh. Idham Aliem

mudah untuk terhidrolisa. Kadar air yang optimum


160
untuk pengempaan hidrolik adalah sebesar 5-5,5%,
140 sedangkan kadar air biji karet yang dikempa pada
Bilangan Iod (g I/100 g minyak)

120 penelitian ini memiliki nilai 5,86%.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa
100
bilangan asam yang diperoleh berkisar antara 0,37-
80 0,47. Bilangan asam yang paling rendah pada
60 perlakuan suhu 55 oC dengan tekanan 17,5
40 ton/196,15 cm2, suhu 65 oC dengan tekanan 20
ton/196,15 cm2 dan suhu 75 oC dengan tekanan 20
20
ton/196,15 cm2. Bilangan asam yang paling tinggi
0 pada taraf perlakuan suhu 55 oC dengan tekanan 15
55 65 75
o
ton/196,15 cm2 dengan nilai 0,47. Kenaikan bilangan
Suhu Pengempaan ( C)
asam disebabkan oleh bertambahnya asam lemak
Tekanan 15 ton/196,15 cm²
bebas dalam minyak sebagai akibat proses oksidasi.
Tekanan 17,5 ton/196,15 cm² Proses ini menyebabkan putusnya rantai gliserida
Tekanan 20 ton/196,15 cm² yang ditandai dengan timbulnya bau yang tidak
enak. Semakin tinggi kadar asam lemak bebas yang
Gambar 8. Histogram hubungan antara suhu, terdapat dalam minyak maka nilai bilangan asam
tekanan dan bilangan iod semakin tinggi pula. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa nilai bilangan asam tidak terlalu tinggi
Menurut Swern (1979), ikatan rangkap (Gambar 9).
tersebut dapat bereaksi secara adisi dengan hidrogen,
oksigen, halogen, dan sulfur sehingga menyebabkan
turunnya nilai bilangan iod. Faktor-faktor yang 0,5

mempercepat proses oksidasi pada minyak adalah


Bilangan Asam (mg KOH/g minyak)

0,4
suhu yang tinggi, cahaya ultra violet dan biru,
radiasi ionisasi, peroksida, dan katalisator logam
0,3
seperti Cu, Fe dan Co. Pemanasan minyak pada suhu
tinggi dengan adanya oksigen akan menyebabkan
0,2
rusaknya asam-asam lemak tidak jenuh yang
terdapat dalam minyak. Davidek et al. (1990) 0,1
melaporkan bahwa adanya proses oksidasi
menyebabkan terpecahnya ikatan rangkap dari asam 0
lemak tidak jenuh sehingga menyebabkan turunnya 55 65 75

kandungan asam lemak tidak jenuh yang Suhu Pengempaan ( C)


o

ditunjukkan oleh turunnya nilai bilangan iod minyak Tekanan 15 ton/196,15 cm²
setelah pemanasan. Tekanan 17,5 ton/196,15 cm²
Tekanan 20 ton/196,15 cm²

Bilangan asam
Bilangan asam didefinisikan sebagai jumlah Gambar 9. Histogram hubungan antara suhu,
miligram basa yang dibutuhkan untuk menetralkan tekanan dan bilangan asam
asam lemak bebas yang terdapat dalam
minyak/lemak. Asam lemak bebas ini merupakan Secara umum dengan semakin tingginya
produk hidrolisis dari trigliserida. Nilai bilangan tekanan dan suhu, bilangan asam relatif semakin
asam dapat digunakan untuk menentukan kualitas besar. Hal ini disebabkan karena daya tekan alat
lemak atau minyak. Semakin tinggi bilangan asam terhadap bahan menyebabkan jaringan bahan dan
yang dikandung dalam minyak, semakin tinggi pula dinding sel semakin mudah rusak pecah serta kontak
tingkat kerusakan minyak tersebut (Ketaren, 1986). antara minyak dengan oksigen semakin besar,
Dari hasil analisis ragam menunjukkan pada sehingga hal ini memungkinkan proses oksidasi
taraf perlakuan suhu dan tekanan menghasilkan nilai minyak pun semakin besar.
yang tidak berbeda nyata. Interaksi perlakuan suhu
dan tekanan juga menghasilkan nilai yang tidak Asam Lemak Bebas (FFA)
berbeda nyata. Pada taraf perlakuan suhu 55 oC Asam lemak bebas merupakan produk
dengan tekanan 15 ton/196,15 cm2 memiliki nilai hidrolisis trigliserida. Reaksi ini terjadi karena
bilangan asam yang paling tinggi. Hal ini akibat hadirnya molekul air, reaksi ini tidak terjadi secara
terjadinya reaksi hidrolisis yang menyebabkan sederhana akan tetapi bertahap dan dapat balik
terjadinya penguraian minyak menjadi asam lemak (reversible). Proses hidrolisis dapat dipercepat
bebas dan gliserol sehingga menyebabkan dengan adanya suhu tinggi. Reaksi ini menghasilkan
kandungan asam lemak bertambah besar. Biji karet asam lemak bebas dan molekul gliserol.
memiliki kadar air yang agak tinggi sehingga akan

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 20 (2), 101-109 107


Penentuan Kondisi Terbaik Pengempaan dalam Produksi ………………..……..

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa penyabunan 200 mg KOH/g dan bilangan peroksida
% kadar asam lemak bebas berkisar antara 0,18% - 39 meq/kg.
0,23%. Keterangan yang lebih lengkap disajikan Bilangan iod minyak yang dihasilkan dari
pada Gambar 10. kondisi pengempaan terbaik adalah tinggi (140 g I/
100 g minyak), sehingga memenuhi syarat sebagai
minyak untuk penyamakan kulit samoa, yakni lebih
0,25
dari 120 g I/100 g minyak.
Asam Lemak Bebas (% sebagai linoleat)

0,2
Saran
Penelitian mengenai pengempaan minyak biji
0,15
karet menggunakan alat pengempa jenis lain,
misalnya alat pengempa berulir (expeller), perlu
0,1
dilakukan. Selain itu, perlu dilakukan kajian
mengenai penggunaan bungkil biji karet.
0,05

UCAPAN TERIMA KASIH


0
55 65 75
o
Penulis menyampaikan terima kasih kepada
Suhu Pengempaan ( C)
International Foundation for Science (IFS) atas
Tekanan 15 ton/196,15 cm² bantuan dana untuk penelitian ini dan Institut
Tekanan 17,5 ton/196,15 cm² Pertanian Bogor atas bantuan fasilitas dalam
Tekanan 20 ton/196,15 cm²
pelaksanaan penelitian ini.

Gambar 10. Histogram hubungan antara suhu, DAFTAR PUSTAKA


tekanan dan asam lemak bebas.
AOAC. 1995. Official methods of analysis.
Pada penelitian ini kandungan asam lemak Washington DC: AOAC.
bebas diperoleh dari hasil konversi bilangan asam AOCS. 1951. Official and tentative methods of the
yang dibagi dengan faktor konversi untuk asam American Oil Chemist Society, 2nd ed.
linoleat, yaitu sebesar 2,01 (Sudarmaji et al., 1989). Chicago: AOCS.
Hal ini disebabkan karena asam linoleat merupakan Davidek J, Velisek J, Pokorny J. 1990. Chemical
asam lemak yang paling banyak terdapat minyak biji changes during food processing. New York:
karet. Dari hasil konversi ini, maka analisis Elsevier.
keragaman sama dengan analisis keragaman Hongru W, Yuanyue M, Yue N. 2008. An oil
bilangan asam. Berdasarkan analisis keragaman tanning process accelerated by oxidation with
bilangan asam pengaruh suhu dan tekanan serta natrium percarbonate. Journal of the Society
kombinasi keduanya menghasilkan nilai yang tidak of Leather Technologists and Chemists 92:
berbeda nyata. 205-209.
Ketaren S. 1986. Pengantar teknologi minyak dan
KESIMPULAN DAN SARAN lemak pangan. Ed ke-1. Jakarta: UI-Press.
Krishnan SH, Sundar VJ, Rangasamy T,
Kesimpulan Muralidharan C, Sadullla S. 2005a. Studies
Pengaruh suhu dan tekanan berpengaruh on chamois leather – tanning using plant oil.
sangat nyata terhadap rendemen dan nilai warna, Journal of the Society of Leather
serta hanya suhu yang berpengaruh nyata terhadap Technologists and Chemist 89: 260- 262.
kadar minyak dalam bungkil. Krishnan SH, Sundar VJ, Vedaraman N, Babu VH,
Pengaruh kombinasi perlakuan antara suhu Muralidharan C, Sadulla S. 2005b. Studies
dan tekanan berpengaruh sangat nyata pada nilai on chamois tanning – an investigation using
warna dan berpengaruh nyata terhadap bilangan iod modified fish oil. Journal of the American
minyak biji karet. Leather Chemists Association 100 (2) : 61-65.
Dari semua kombinasi perlakuan pada Setyowati K. 1999. Produksi minyak jarak (Ricinus
penelitian ini, ekstraksi minyak biji karet dengan communis L.) sebagai bahan baku industri
pengempa hidrolik yang menghasilkan rendemen pelumas dan plastik serta substitusi Tung Oil.
dan sifat fisiko-kimia yang terbaik untuk Bogor: Institut Pertanian Bogor.
penyamakan kulit adalah pengempaan pada suhu 75 Suparno O, Kartika IA, Muslich. 2009a. Chamois
o
C dengan tekanan 20 ton/196,15 cm2. Kombinasi leather tanning using rubber seed oil. Journal
perlakuan tersebut menghasilkan rendemen 22,3%, of the Society of Leather Technologists and
kadar minyak dalam bungkil 2,6%, nilai warna 5518 Chemists (93): 158-161.
unit PtCo, bilangan iod 140 gI/ 100 g minyak, Suparno O, Kartika IA, Muslich, Andayani GN,
bilangan asam 0,4, kadar asam lemak bebas 0,2%, Sofyan K. 2009b. Optimisasi pengeringan biji
bobot jenis 0,893 g/cm3, viskositas 180 cP, bilangan karet (Hevea brasiliensis) pada ekstrasksi

108 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 20 (2), 101-109


Ono Suparno, Kurnia Sofyan dan Muh. Idham Aliem

minyak biji karet untuk penyamakan kulit. American Leather Chemists Association, 105
Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 19 (2): (6) : 189-194.
107-114. Swern D. 1979. Bailey’s industrial oil and fat
Suparno O. 2010. Optimization of chamois leather products. Vol. I 4th edition. New York: John
tanning using rubber seed oil. Journal of the Wiley and Son.

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 20 (2), 101-109 109

Você também pode gostar