Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
2.1.1 PM 112 Tahun 2017 Tentang Tahapan dan Proses Perencanaan Pembangunan
Merupakan suatu preliminary Dokumen pra studi Dokumen Pra Studi Kelayakan mempunyai
appraisal/site reconnaissance/survey kelayakan sekurang- jangkauan penggunaan jangka pendek-
studi suatu kawasan (region) kurangnya berisi: menengah (maksimum 5 tahun) dengan
terhadap potensi permintaan ketentuan harus ditinjau ulang kembali
1. Potensi demand;
(demand) guna mengetahui secara untuk validasi. Penyusunan
2. Indikasi kelayakan
indikatif apakah suatu rencana dokumen/tinjau ulang Pra Studi Kelayakan
ekonomi;
Pra Studi kegiatan layak untuk dikaji dengan diselesaikan paling lambat 3 tahun
3. Alternatif solusi;
1 Kelayakan (Pra- studi kelayakan (feasibility Study). sebelum penyusunan rencana dalam
4. Solusi optimal.
FS) Sistem Perencanaan Pembangunan
Pra FS Besifat :
Perhubungan, dengan lama penyusunan
1. Ekonomis;
maksimal 1tahun. Penyusunan dan tinjau
2. Berdimensi spasial menunjuk ulang dokumen Pra Studi Kelayakan
alternatif lokasi dan antara lain harus memperhatikan
berorientasifisik;
dokumen Rencana Umum Pengembangan
3. Berskala (terukur); Perhubungan.
4. Memanfaatkan data sekunder;
HALAMAN II-1
Tahap Pra
No Fungsi dan Manfaat Isi Dokumen Perencanaan Jangka Waktu
Desain
Merupakan suatu kajian dampak Dokumen studi amdal Pada dasarnya dokumen AMDAL berlaku
positif dan negatif dari suatu sekurang kurangnya terdiri sepanjang umur Kegiatan, dokumen
rencana kegiatan yang dipakai dari: AMDAL dinyatakan Kadaluarsa apabila
sebagai alat dalam memutuskan kegiatan fisik utama suatu rencana usaha
1) Kelayakan teknis
kelayakan lingkungan suatu atau kegiatan tidak dilaksanakan selama 3
lingkungan, sosial
4 Studi Amdal kegiatan; sedangkan kajian dampak tahun sejak diterbitkaan keputusan
budaya dan ekonomi;
positif dan negatif tersebut disusun kelayakan lingkungannya. Dalam hal
2) Rekomendasi dan
dengan mempertimbangkan antara dokumen AMDAL dinyatakan kadaluarsa,
solusi pemecahan
lain aspek Kimiawi, Biologi, Sosial- maka pemrakarsa dapat mengajukan
masalah lingkungan.
Ekonomi, Sosial Budaya, dan dokumen AMDALnya dikaji kembali
Ketentuan
apakah harus menyusun AMDAL baru atau
selengkapnya tentang
HALAMAN II-2
Tahap Pra
No Fungsi dan Manfaat Isi Dokumen Perencanaan Jangka Waktu
Desain
Kesehatan Masyarakat. Studi Amdal studi AMDAL diatur dipergunakan kembali untuk
bersifat: tersendiri berdasarkan dipergunakan dalam rencana kegiatan.
Keputusan Menteri
1) Teknis;
Negara Lingkungan
2) Berdimensi Spasial, menunjuk
Hidup;
lokasi dan berorientasi fisik;
3) Berskala (terukur).
Sumber: PM 112 Tahun 2017 Tentang Tahapan dan Proses Perencanaan Pembangunan
Suaka Perikanan
Sistem zonasi khusus pada Kawasan Konservasi Perairan dibedakan menjadi 4 (empat)
zona yang berbeda, ialah:
Zona inti
Zona Pemanfaatan
Zona Lainnya
HALAMAN II-3
Zona inti diperuntukkan bagi: (a) perlindungan mutlak habitat dan populasi ikan; (b)
penelitian; dan (c) pendidikan. Zona perikanan berkelanjutan diperuntukkan bagi: (a)
perlindungan habitat dan populasi ikan; (b) penangkapan ikan dengan alat dan cara
yang ramah lingkungan; (c) budi daya ramah lingkungan; (d) pariwisata dan rekreasi;
(e) penelitian dan pengembangan; dan (f) pendidikan. Zona Pemanfaatan
diperuntukkan bagi: (a) perlindungan habitat dan populasi ikan; (b) pariwisata dan
rekreasi; (c) penelitian dan pengembangan; dan (d) pendidikan. Zona lainnya
merupakan zona di luar zona inti, zona perikanan berkelanjutan, dan zona
pemanfaatan yang karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona tertentu
antara lain: zona perlindungan, zona rehabilitasi dan sebagainya.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikenal sebagai negara maritim. Bagi
negara kepulauan yang luas seperti Indonesia, diperlukan adanya strategi untuk
menurunkan Biaya Logistik Nasional (menurunkan biaya ekonomi / meningkatkan daya
saing produk nasional). Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyeimbangkan jumlah
angkutan kargo/komoditas antara Wilayah Depan dan Wilayah Dalam, melalui
pembangunan Pusat-pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru (industri baru + hilirisasi) di
Wilayah Depan secara progressif. Berikut adalah lampiran Tol Laut yang ada di Provinsi
Nusa Tenggara Timur:
HALAMAN II-4
Tabel 2.2 Rencana Tol Laut Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur
Pelayaran 1
Kode Jumlah Jarak Ukuran dan
No. Pangkalan Jaringan Trayek Round Voyage
Trayek (Nautical Mil) Type Kapal
(Hari)
Tanjung Perak -731- Kalabahi -
2500 DWT /
1 Surabaya T – 13 232- Moa -354- Rote -80- Sabu 2794 22
1800 GT
PP (Kapal Utama)
Tanjung Perak -675- Loweleba -
2500 DWT /
2 Surabaya T – 14 17- Adonara-13- Larantuka 1410 17
1800 GT
PP (Kapal Utama)
Sumber: Lampiran I Kepdirjen Perhubungan Laut Nomor AL.108/5/17/DJPL-17
Dalam rencana tata ruang wilayah provinsi (RTRWP) dimana stuktur ruang untuk
Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah sebagai berikut :
HALAMAN II-5
utara dan selatan untuk mendukung terhadap pembangunan perekonomian
wilayah. Serta meningkatkan kualitas jalan Ruteng – Bajawa – Ende – Maumere
- Larantuka untuk lebih meningkatkan hubungan antara kota tersebut;
Pelayanan Nusantara yang dilayani Kapal Laut (KM. Srimau, KM. Awu, KM.
Siguntang dan KM. Dorolonda);
Pelayaran Kapal Perintis yang melayani pelabuhan lokal dengan rute Waingapu,
Sabu, Kupang, Larantuka, Kalabahi dan Ba’a.;
Pelayaran Kapal Ferry melayani Rote, Sabu, Larantuka, Kalabahi, Aimere, Ende,
Waingapu, Lewoleba, Atapupu dan Baranuasa;
HALAMAN II-6
Gambar 2.1 Peta Tol Laut di Provinsi Nusa Tenggara Timur
HALAMAN II-7
Gambar 2.2 Peta Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 5/Kepmen-Kp/2014
HALAMAN II-8
C. Kebijakan Transportasi Udara
Pengembangan sistem transportasi udara banyak persyaratan teknis yang harus
dipenuhi sesuai dengan aturan penerbangan. Pengembangan sistem transportasi
udara di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur, selain meningkatkan sarana dan
prasarana Bandara juga membuka jalur-jalur penerbangan sebagai berikut :
Penerbangan Kupang – Australia, jalur ini akan mempunyai arti penting bagi
kedua negara khususnya dalam bidang ekonomi;
Penerbangan perintis dengan pesawat kecil yang melayani antar pulau dalam
wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur khususnya untuk mengangkut
penumpang;
Peningkatan Pesawat Foker 27, Foker 28 dan menjadi pesawat Boing 737 seri
C, hal ini bisa lebih banyak mengangkut penumpang dan barang
Kawasan budidaya pada dasarnya merupakan kawasan diluar lindung yang kondisi fisik
dan potensi sumber daya alamnya dianggap dapat dan perlu dimanfaatkan baik bagi
kepentingan produksi maupun pemenuhan kebutuhan ruang untuk permukiman.
Berikut adalah Rencana Pola Ruang yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur:
2. Kawasan Pertanian :
HALAMAN II-9
- Kawasan peternakan
- Kawasan perikanan.
3. Kawasan Pertambangan
4. Kawasan Perindustrian
6. Kawasan Permukiman
HALAMAN II-10
Gambar 2.3 Rencana Pola Ruang Provinsi Nusa Tenggara Timur
HALAMAN II-11
Gambar 2.4 Rencana Struktur Ruang Provinsi Nusa Tenggara Timur
HALAMAN II-12
2.2.2 Tataran Transportasi Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur
Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Laut di Nusa Tenggara Timur terdiri dari
jaringan prasarana dan jaringan pelayanan. Pengembangan sistem jaringan
transportasi laut meliputi upaya untuk:
Pengembangan jaringan prasarana pelabuhan laut sebagai bagian dari sistem jaringan
transportasi laut meliputi:
HALAMAN II-13
2.3 Kebijakan Kabupaten
Jika dilihat dari RTRW Kabupaten Sumba Timur, kecamatan karera termasuk pada
Hirarki IV Perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal atau pusat kegiatan
yang melayani skala kecamatan serta kawasan yang berpotensi menjadi simpul
transportasi yang melayani skala kabupaten dan beberapa kecamatan. Wilayah
pengembangan Karera meliputi Kecamatan Karera, Kecamatan Tabundung,
Kecamatan Pinu Pahar, dan Kecamatan Matawai La Pawu, Kecamatan Paberiwai,
Kecamatan Mahu dan Kecamatan Ngadu Ngala. Pusat pengembangannya di
Kecamatan Karera.
Fungsi dan peranan untuk pusat wilayah Sistem Perwilayahan Karera adalah :
Sebagai Pusat Kegiatan Lokal kecamatan kareera harus didukung dengan adanya
infrastruktur yang dapat memobilisasi barang maupun penumpang oleh karena itu
pemerintah daerah melalui RTRW Kabupaten Sumba Timur merencanakan adanya
terminal angkutan tipe C yang diharapkan dapat mendukung kegiatan transportasi dan
integrasi antar moda di Kabupaten Sumba Timur.
HALAMAN II-14
Rencana tatanan kebandarudaraan di Kabupaten Sumba Timur terdapat Bandar Udara
Umbu Mehang Kunda. Berdasarkan klasifikasinya, Bandar Udara Umbu Mehang Kunda
adalah sebagai Pusat Penyebaran Tersier dengan Pengembangan Tahap I dan masuk
pada kelas Pemantapan Bandar Udara Tersier.
Rencana pengembangan jalan nasional yaitu pada ruas jalan yang menghubungkan:
HALAMAN II-15
Rencana pengembangan jalan Provinsi yaitu pada ruas yang menghubungkan
Jaringan jalan propinsi di Kabupaten Sumba Timur dikembangan dengan konsep: (1)
Pembangunan jaringan jalan lingkar mengikuti tepi pantai melalui wilayah-wilayah
potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan prioritas dan kawasan agropolitan,
(2). Pengembangan jalan propinsi lintas tengah yang berfungsi untuk membuka akses
terhadap wilayah potensial di bagian tengah pulau Sumba yang merupakan kawasan
pertanian.
HALAMAN II-16
2. rencana pengembangan terminal angkutan Tipe-C di Lewa (Sistem
Perwilayahan Lewa);
Pelabuhan Nasional Waingapu berdasarkan Tatanan Ruang Nasional sesuai dengan PP.
26 Tahun 2008 diklasifikasikan sebagai pelabuhan tahap pengembangan I dan masuk
kategori pemantapan pelabuhan nasional. Pelabuhan Waingapu merupakan pintu
gerbang keluar/masuk pergerakan orang dan barang ke Kabupaten Sumba Timur.
Sebagai pelabuhan nasional, Pelabuhan Waingapu melayani pergerakan dalam skala
regional dan nasional yaitu pergerakan menuju kabupaten lain di wilayah Propinsi Nusa
Tenggara Timur ataupun pergerakan ke propinsi lain di wilayah Indonesia seperti ke
Pulau Bali, Pulau Flores, Alor, Lembata, Sulawesi, Kalimantan dan lain-lain. Rute layanan
eksisting transportasi laut dari dan menuju Waingapu di Kabupaten Sumba Timur
adalah sebagai berikut:
a. Waingapu – Benoa;
b. Waingapu – Kupang;
c. Waingapu – Surabaya;
HALAMAN II-17
Rencana pengembangan pelabuhan (perluasan dan pelebaran Dermaga Laut
Waingapu) untuk meningkatkan kinerja / pelayanan skala prioritas sedang
Pelabuhan Nasional Waingapu.
HALAMAN II-18
pelayanan sekunder sejalan dengan peningkatan volume angkutan orang dan
barang
HALAMAN II-19
Berdasarkan kondisi wilayah yang ada maka pasokan bahan-bahan kebutuhan pokok
baik sandang, pangan maupun papan diharapkan dapat diatur dengan baik agar dapat
memberikan manfaat yang besar. Disamping itu dengan adanya potensi sumber daya
alam dan pariwisata yang besar diharapkan angkutan laut dapat membawa hasil
produksi ke luar Sumba Timur seperti ke Bali, NTB, dan Jawa.
HALAMAN II-20
Gambar 2.5 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Sumba Timur
HALAMAN II-21
Gambar 2.6 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Sumba Timur
HALAMAN II-22
Gambar 2.7 Peta Kawasan Strategis Kabupaten Sumba Timur
HALAMAN II-23
2.4 Rencana Induk Pelabuhan Nasional
Berikut adalah beberapa lokasi pelabuhan Sub Lampiran A.1 LOKASI PELABUHAN
LAUT YANG DIGUNAKAN UNTUK ANGKUTAN LAUT yang ada di Provinsi Nusa
Tenggara Timur sesuai dengan Rencana Induk Pelabuhan Nasional Keputusan
Pemerintah No 432 Tahun 2017.
Tabel 2.3 Lampiran A.1 Lokasi Pelabuhan Laut Yang digunakan Untuk Angkutan Laut Provinsi
Nusa Tenggara Timur
Hierarki Pelabuhan/Terminal
No RIPN No Kabupaten /Kota Pelabuhan/Terminal Keterangan
2017 2022 2027 2037
Provinsi : Nusa Tengara Timur
214 1 Alor Baranusa PR PR PR PR *
215 2 Alor Kalabahi PR PR PR PR */TL
216 3 Alor Maritaing PL PL PL PL
217 4 Alor Moru PR PR PR PR
218 5 Belu Atapupu PP PP PP PP *
219 6 Ende Ende PP PP PP PP *
220 7 Ende Ippi PP PP PP PP
221 8 Ende Maurole PL PL PL PL
222 9 Ende Pulau Ende PL PL PL PL
223 10 Flores Timur Larantuka PP PP PP PP */TL
224 11 Flores Timur Lamakera PL PL PL PL
225 12 Flores Timur Menanga PL PL PL PL
226 13 Flores Timur Tobilota PL PL PL PL
227 14 Flores Timur Terong/Waiwerang PR PR PP PP
228 15 Flores Timur Waiwadan PL PL PL PL
229 16 Flores Timur Waiwurung PL PL PL PL
230 17 Kupang Oepoli PL PL PR PR
231 18 Kupang Tenau/Kupang PU PU PU PU *
232 19 Kupang Naikliu PL PL PL PL
233 20 Kupang Nunbaun Sabu (Namosain) PL PL PL PL
234 21 Lembata Balauring PL PL PL PL
235 22 Lembata Lewoleba PP PP PP PP TL
236 23 Lembata Wulandoni PL PL PL PL
237 24 Manggarai Reo PR PR PR PR *
238 25 Manggarai Pulau Mules PL PL PL PL
HALAMAN II-24
Hierarki Pelabuhan/Terminal
No RIPN No Kabupaten /Kota Pelabuhan/Terminal Keterangan
2017 2022 2027 2037
239 26 Manggarai Barat Labuan Bajo PP PP PP PP */DW
240 27 Manggarai Barat Komodo PL PL PL PL
241 28 Manggarai Timur Pota PL PL PL PL
242 29 Manggarai Timur Waiwole PL PL PL PL
243 30 Nagekeo Marapokot PR PR PR PR *
244 31 Ngada Maumbawa PL PL PL PL
245 32 Ngada Riung PL PL PL PL
246 33 Rote Ndao Baa PL PL PR PR *
247 34 Rote Ndao Ndao PP PP PP PP TL
248 35 Rote Ndao Batutua PL PL PL PL
249 36 Rote Ndao Papela PL PL PR PR
250 37 Sabu Raijua Seba PP PP PP PP *
251 38 Sabu Raijua Biu PL PL PL PL
252 39 Sabu Raijua Raijua PL PL PR PR
253 40 Sikka Maumere/Laurens say PP PP PP PP *
254 41 Sikka Palue PL PL PL PL
255 42 Sikka Wuring PL PL PR PR
256 43 Sumba Barat Binatu PL PL PL PL
257 44 Sumba Barat Daya Waikelo PR PR PR PR *
258 45 Sumba Tengah Mamboro PL PL PL PL
259 46 Sumba Timur Waingapu PP PP PP PP */TL
260 47 Sumba Timur Baing PL PL PL PL
261 48 Sumba Timur Pulau Salura PL PL PL PL
262 49 Timor Tengah Selatan Kolbano PL PL PL PL
263 50 Timor Tengah Utara Wini PP PP PP PP
Sumber : KP 432 Tahun 2017 RIPN
PU : Pelabuhan Utama
PP : Pelabuhan Pengumpul
PR : Pengumpan Regional
PL : Pengumpan Lokal
*) : Kantor Pelabuhan
**) : Hub Internasional
TL) : Tol Laut
DW) : Destinasi Wisata
HALAMAN II-25
Hierarki Pelabuhan/Terminal
No RIPN No Kabupaten /Kota Pelabuhan/Terminal Keterangan
2017 2022 2027 2037
TK) : Penetapan Hierarki Berdasarkan Terminal Khusus
: Lokasi Studi
Berikut adalah beberapa lokasi pelabuhan Sub Lampiran A.2 Rencana Lokasi
Pelabuhan yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur sesuai dengan Rencana Induk
Pelabuhan Nasional Keputusan Pemerintah No 432 Tahun 2017.
Tabel 2.4 Sub Lampiran A.2 Rencana Lokasi Pelabuhan di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Hierarki Pelabuhan/Terminal
No RIPN No Kabupaten /Kota Pelabuhan/Terminal Keterangan
2017 2022 2027 2037
Provinsi : Nusa Tengara Timur
530 1 Alor Alor Kecil PL PL PL PL
531 2 Alor Bakalang PL PL PL PL
532 3 Alor Beang PL PL PL PL
533 4 Alor Kabir PL PL PL PL
534 5 Alor Kolana PL PL PL PL
535 6 Alor Mainatang PL PL PL PL
536 7 Alor Paitoko PL PL PL PL
537 8 Alor Pulau Merica PL PL PL PL
538 9 Alor Sagu PL PL PL PL
539 10 Alor Wanakaka PL PL PL PL
540 11 Belu Maubesi Hasan PL PL PL PL
541 12 Ende Ropa PL PL PL PL
542 13 Flores Timur Kewapante PL PL PL PL
543 14 Flores Timur Lato PL PL PL PL
544 15 Flores Timur Pamakoyo PL PL PL PL
545 16 Flores Timur Pulau Solor PL PL PL PL
546 17 Flores Timur Waidoko PL PL PL PL
547 18 Flores Timur Waiklibang PL PL PL PL
548 19 Kupang Batubao PL PL PL PL
549 20 Kupang Semao PL PL PL PL
550 21 Kupang Sulamu PL PL PL PL
551 22 Manggarai Nangalili PL PL PL PL
552 23 Manggarai Iteng PL PL PL PL
HALAMAN II-26
Hierarki Pelabuhan/Terminal
No RIPN No Kabupaten /Kota Pelabuhan/Terminal Keterangan
2017 2022 2027 2037
553 24 Manggarai Robek PL PL PL PL
554 25 Manggarai Barat Rinca PL PL PL PL
555 26 Manggarai Timur Mborong PL PL PL PL
556 27 Ngada Aimere PL PL PL PL
557 28 Manggarai Barat Kampung Ujung PL PL PL PL
558 29 Manggarai Barat Kukusan PL PL PL PL
559 30 Manggarai Timur Nanga Baras PL PL PL PL
560 31 Ngada Waebela PL PL PL PL
561 32 Rote Ndao Nuse PL PL PL PL
562 33 Rote Ndao Oelaba PL PL PL PL
563 34 Rote Ndao Pantai Baru PL PL PL PL
564 35 Rote Ndao Pulau Ndana PL PL PL PL
565 36 Sikka Hepang PL PL PL PL
566 37 Sikka Paga PL PL PL PL
567 38 Sikka Pulau Besar PL PL PL PL
568 39 Sikka Pemana PL PL PL PL
569 40 Sikka Sukun PL PL PL PL
570 41 Sumba Barat Rua PL PL PL PL
571 42 Sumba Barat Daya Pero PL PL PL PL
572 43 Sumba Timur Katundu PL PL PL PL
573 44 Sumba Timur Nggongi PL PL PL PL
574 45 Timor Tengah Selatan Boking PL PL PL PL
575 46 Timor Tengah Utara Teluk Gurita PL PL PL PL
Sumber : KP 432 Tahun 2017 RIPN
PU : Pelabuhan Utama
PP : Pelabuhan Pengumpul
PR : Pengumpan Regional
PL : Pengumpan Lokal
*) : Kantor Pelabuhan
**) : Hub Internasional
TL) : Tol Laut
DW) : Destinasi Wisata
TK) : Penetapan Hierarki Berdasarkan Terminal Khusus
: Lokasi Studi
HALAMAN II-27
2.5 Review Studi Terdahulu (Pra Studi Kelayakan)
Berdasarkan hasil studi terdahulu yang ada berupa Pra FS Kabupaten Sumba Timur
dengan mengidentifikasi 5 (lima) pelabuhan yang teridentifikasi dalam dokumen
rencana baik pusat , provinsi, maupun kabupaten/kota. Yang terscreening 4(empat)
dari 5 (lima) pelabuhan tereliminasi dan menyisakan 1 (satu) pelabuhan yaitu
Pelabuhan Katundu (Nggongi). Berikut ini Longlist, shortlist, dan pembobotan
terhadap screening pelabuhan.
Berdasarkan survei Pre – Recon Tahap I di dapatkan pelabuhan eksisting yang terdapat
di Kabupaten Sumba Timur, yaitu :
4. Pelabuhan Salura.
HALAMAN II-28
Tabel 2.5 Identifikasi Pelabuhan di KabupatenSumba Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur
KONDISI FASILITAS
REFERENSI SUMBER ACUAN
(CHECKLIST)
8 Pelabuhan Penyeberangan Feri (ASDP Ditjen Hubla) ADA ADA ADA ADA ADA ADA
HALAMAN III-29
Tabel 2.6 Perbandingan Hierarki Pelabuhan di Kabupaten Sumba Timur Berdasarkan
Tatrawil Provinsi Nusa Tenggara Timur
Hierarki Pelabuhan
RTRW
RIPN RTRWN RTRWP Kab.Sumba
Nama Pelabuhan/ Timur
No
Terminal
(KP.725 (Perda NUSA
(PP No.26 (Perda Sumba
Tahun 2016 TENGGARA TIMUR
Tahun Timur No.12
Tentang Nomor 1 Tahun
2008) Tahun 2010)
RIPN) 2011)
1 Baing PL - PL PL
2 Waingapu PP PN PI PN
4 Pelra Waingapu PL - - -
5 Pulau Salura PL - - PL
6 Katundu (Nggongi) PL - PL
Sumber : Dokumen Pra FS Kabupaten Sumba Timur, Tahun 2016
Jika dilakukan penilaian total pada nilai skoring yang dilakukan maka lokasi rencana
Pelabuhan Katundu (Nggongi) memiliki nilai akumulasi yang dapat dilihat pada table dibawah
ini :
Tabel 2.7 Akumulasi Nilai Skor Pada Masing-Masing Lokasi Rencana Pelabuhan
Berdasarkan Aspek Kajian
Aspek Peniliaan
Aspek Tata Ruang dan
Aspek Transportasi
Aspek Lingkungan
Aspek Ekonomi
Kependudukan
Aspek Teknis
Aspek Sosial
Kebijakan
Wilayah
Wilayah
Total
Dari table diatas dapat kita ketahui bahwa lokasi rencana Pelabuhan Katundu (Nggongi)
memiliki nilai akumulasi skoring dengan nilai total 93,24 untuk fungsi sospil dan 86,75 untuk
fungsi ekonomi. Untuk lebih jelasnya mengenai akumulasi nilai skoring pada lokasi rencana
Pelabuhan Katundu (Nggongi) dapat dilihat pada rincian pembobotan dibawah ini :
HALAMAN III-30
A. Pembobotan Aspek Tata Ruang dan Kebijakan
Struktur Ruang
Nilai Analisis
Nilai Analisis
Nilai Analisa
Total Bobot
Kecamatan
Kebijakan
Bobot (%)
Bobot (%)
Bobot (%)
Strategis
Kawasan
Fungsi
Lokasi
Hasil
Hasil
Hasil
Sospol 6.4 5 3.2 16 5 8 7.75 5 3.87 15.1
Katundu
Karera
(Nggongi)
Ekonomi 6.4 5 3.2 16 5 8 7.75 5 3.87 15.1
Berdasarkan table diatas dapat kita ketahui bahwa lokasi rencana Pelabuhan Katundu
(Nggongi) memiliki nilai 15,1 dari bobot total Aspek Tata Ruang berdasrkan fungsi sospol dan
fungsi ekonomi.
Berdasarkan table diatas dapat kita ketahui bahwa lokasi rencana Pelabuhan Katundu
(Nggongi) memiliki nilai 7,3 untuk fungsi ekonomi dan 6,1 untuk fungsi sospol dari bobot total
Aspek Transportasi.
HALAMAN III-31
C. Pembobotan Aspek Ekonomi Wilayah
Berdasarkan table diatas dapat kita ketahui bahwa lokasi rencana Pelabuhan Katundu
(Nggongi) memiliki nilai 7,4 untuk fungsi sospol dan 3,2 untuk fungsi ekonomi dari bobot total
Aspek Ekonomi Wilayah.
Berdasarkan table diatas dapat kita ketahui bahwa lokasi rencana Pelabuhan Katundu
(Nggongi) memiliki nilai 6,1 untuk fungsi ekonomi dan sospol dari bobot total Aspek Sosial
Kependudukan.
HALAMAN III-32
E. Pembobotan Aspek Lingkungan
Komponen
5 5 2.5
Katundu Lingkungan Hidup
1 Karera
(Nggongi) Daerah Rawan
5 5 2.5
Bencana
Total Pembobotan 5
Berdasarkan table diatas dapat kita ketahui bahwa lokasi rencana Pelabuhan Katundu
(Nggongi) memiliki nilai 5 dari bobot total Aspek Lingkungan.
Berdasarkan table diatas dapat kita ketahui bahwa lokasi rencana Pelabuhan Katundu
(Nggongi) memiliki nilai 10,8 dari bobot total Aspek Teknis.
HALAMAN III-33
2.5.1 Analisa Penilaian Akhir
Dalam analisis ini ditentukan lokasi pelabuhan yang memiliki proritas untuk dikembangkan
berdasarkan hasil penilaian pembobotan yang telah dilakukan. Dimana untuk mengetahu
hasil pembobotan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.14 Akumulasi Nilai Bobot Pada Masing-Masing Lokasi Rencana Pelabuhan Berdasarkan
Aspek Kajian
Aspek Peniliaan
Aspek Transportasi
Aspek Lingkungan
Aspek Ekonomi
Kependudukan
Aspek Teknis
Aspek Sosial
Total Bobot
Kebijakan
No Pelabuhan Rencana Fungsi
Wilayah
Wilayah
Ekonomi 15.1 7.3 3.2 6.1 47.5
1 Katundu (Nggongi) 5 10.8
Sospol 15.1 6.1 7.4 6.1 50.5
Berdasarkan table diatas dapat kita ketahui bahwa total pembobotan lokasi rencana
Pelabuhan Katundu (Nggongi) yang dilihat berdasarkan Aspek Tata Ruang dan Kebijakan,
Aspek Transportasi Wilayah, Aspek Ekonomi Wilayah, Aspek Sosial Kependudukan, Aspek
Lingkungan serta Aspek Teknis memiliki perolehan bobot sebesar 47,5 untuk fungsi ekonomi
dan 50,5 untuk fungsi sospol. Hal tersebut berarti pembangunan rencana pelabuhan lokasi
Katundu (Nggongi) lebih dilatar belakangi oleh fungsi Sosial-Politik.
Dalam mendukung nilai pada tabel diatas penjelasan mengenai kelebihan dan kekurangan
calon lokasi pelabuhan Katundu atau Nggongi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.15 Faktor Penghabambat dan Faktor Pendukung Pelabuhan di Kabupaten Sumba
Timur
No Pelabuhan Kelebihan (+) Kekurangan (-)
1 Katundu Sudah memiliki izin dan dukungan dari Terdapat banyak karang
(Nggongi) pemerintah daerah, raja atau adat dan disekitar kawasan rencana
masyarakat. pelabuhan
HALAMAN III-34
No Pelabuhan Kelebihan (+) Kekurangan (-)
2.5.3 Rekomendasi
Hasil indentifikasi dan analisis yang telah dilakukan dalam kajian pra fs pelabuhan di
Kabupaten Sumba Timur rekomendasi yang dapat diberikan meliputi :
HALAMAN III-35
Gambar 2.8 Peta Sebaran Longlist Pelabuhan
HALAMAN III-36
Gambar 2.9 Peta Sebaran Shortlist
HALAMAN II-37
2.6 Ringkasan Kebijakan Terkait Pembangunan Pelabuhan Katundu/Nggongi
HALAMAN II-38