Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Menurut Cordell (1981), sebagian besar sumber alkaloid adalah tanaman berbunga
(angiospermae). Kebanyakan famili tanaman yang mengandung alkaloid adalah liliaceae,
solamae, solanace dan rubiacea. Karena alkaloid sebagai suatu kelompok senyawa yang
terdapat sebagian besar pada tanaman berbunga, maka para ilmuwan sangat tertarik pada
sistematika aturan tanaman. Kelompok tertentu alkaloid dihubungkan dengan famili
tanaman tertentu.
1.3 Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui apa itu alkaloida
2. Mengetahui berapa penggolongan alkaloida
3. Mengetahui simplisisa apa saja yang mengandung alkaloida
BAB II
PEMBAHASAN
Alkaloid adalah senyawa organik berbobot molekul kecil mengandung nitrogen dan
memiliki efek farmakologi pada manusia dan hewan. Secara alamiah alkaloid disimpan
didalam biji, buah, batang, akar, daun dan organ lain. Penamaan alkaloid berasal dari kata
alkalin, terminologi ini menjelaskan adanya atom basa nitrogen. Alkaloid ditemukan di dalam
tanaman (contoh vinca dan datura), hewan ( kerang) dan fungi. Alkaloid biasanya diturunkan
dari asam amino serta banyak alkaloid yang bersifat racun. alkaloid juga banyak ditemukan
untuk pengobatan. Dan hampir semua alkaloid memiliki rasa yang pahit. sifat umum alkaloid
antara lain:
Alkaloid merupakan golongan senyawa yang tidak homogen, dipandang dari sudut
kimia, biokimia, ataupun fisiologi, tetapi mempunyai ciri dan sifat umum yang khas antara
lain:
1. Alkaloid merupakan senyawa yang lebih kurang kompleks, dihasilkan oleh tanaman,
jarang oleh hewan. Sekarang kebanyakan telah disintesis
2. Dalam molekulnya mengandung atom molekul N. Biasanya hanya satu molekul N,
tetapi karena beberapa alkaloid mengandung lebih dari satu, bahkan sampai lima,
misalnya alkaloid turunan imidazol, turunan purin, ergotami. N ini dapat dalam
bentuk amina primer, sekunder ataupun tersier
3. Kebanyaan alkaloid dalam biosintesisnya berasal dari asam amino .
4. Alkaloid bereaksi basa, karena atom nitrogen memberikan pasangan elektron bebas.
Kebasaannya tergantung dari struktur molekulnya, adanya gugus fungsi lain dan letak
dari gugus fungsi tersebut .
5. Pada umumnya alkaloid basa larut dalam pelarut organik relatif non polar dan susah
larut dalam air.
6. Kebanyakan alkaloid akan mengendap dengan beberapa pereaksi, misalnya garam air
raksa (Mayer), platina perak dan lain-lain.
7. Dapat memberikan warna dengan beberapa pereaksi tertentu, misalnya dengan asam
nitrat pekat, pereaksi dragendorf dan lain-lain.
8. Banyak alkaloid mempunyai aktivitas biologi, misalnya kuinina (anti malaria),
hiosiamin (antikolinergik).
9. Pada umumnya, alkaloid berasa pahit.
Dipandang dari sudut farmasi, alkaloid dapat didefinisikan sebagai senyawa bahan alam
(natural product) seperti tanaman, hewan, bakteri maupun jamur. Meskipun begitu,
kandungan dan distribusi terbesarnya terdapat didalam tanaman. Pada umumnya dalam dosis
kecil, alkaloid dapat memberikan aktivitas biologi yang cukup kuat. Berbeda dengan protein,
senyawa alkaloida adalah senyawa metabolit sekunder, sedangkan protein adalah metabolit
primer. Senyawa alkaloid terdapat dalam 2 bentuk, yaitu bentuk bebas/bentuk basa dan dalam
bentuk garamnya. Alkaloid dalam bentuk basa akan mudah larut dalam pelarut organik
seperti eter, kloroform, sedangkan senyawa alkaloid dalam bentuk garam lebih mudah larut
dalam air.
Alkaloid biasanya berasa pahit dan memiliki aktivitas farmakologis tertentu. Sifat
alkaloid hampir mirip dengan beberapa senyawa amina maka dapat bereaksi dengan garam-
garam valensi dua dari mercuri (Hg2+), gold (Au2+) dan platinum (Pt 2+) dan dapat
membentuk kristal-kristal yang spesifik dan dapat digunakan untuk identifikasi secara
kualitatif. Senyawa alkaloid akan bereaksi dengan pereaksi Wagner (iodine dalam KI) dan
Dragendorff’s (Bismuth KI). Alkaloid selalu memiliki unsur nitrogen dalam struktur
kimianya (biasanya dalam struktur yang hetero-siklik). Ekstraksi alkaloid untuk pertama
kalinya dilakukan oleh Derosne pada tahun 1803 dari opium.
Alkaloid dalam tanaman tersebar luas, tetapi sedikit dalam jamur-jamur (kecuali ergot).
Claviceps purpurea dalam Pteridophyta (hanya beberapa jenis Lycopodium) dan dalam
Gymnospermae (hanya jenis Ephedra). Dalam monokotiledon beberapa suku mengandung
alkaloid seperti Liliacecae (paling banyak) dan Amarylidaceae. Paling banyak terdapat
alkaloid dalam suiku dari dikotiledon terutama suku Papaveraceae, Rutaceae, Leguminosae,
Loganiaceae, Aponcynaceae, Solanaceae, Rubiaceae. Terutama dalam tanaman dari daerah
iklim panas. Labiatae dan Rosacecae hampir bebas dari alkaloid. . Kegunaan alkaloid bagi
tanaman adalah:
(1) sebagai zat racun untuk melawan serangga maupun hewan herbivora;
Kadar senyawa alkaloid dalam tanaman sangat bervariasi. Suatu tanaman dapat dikatakan
mengandung alkaloid bila kadarnya lebih dari 0,01%. Kebanyakan 0,1%-3% dari bobot
kering, kecuali kadar kuinina dapat sampai 1%. Kandungan alkaloid dalam tanaman,
biasanya berbentuk cairan sel, jarang dalam bentuk bebas. Pada umumnya, dalam bentuk
garam (malat, sitrat, tartrat, dll) atau dalam bentuk kombinasi dengan tanin. Jaringan hidup
dan aktif membentuk alkaloid, tetapi berbagai organ tertentu dari tumbuhan dapat
memebtnuk alkaloid dalam jumlah besar, misalnya:
Asam amino yang paling banyak diketemukan dalam tanaman adalah fenilalanin, tirosin,
lisin, ornitin, histidin, triptofan, dan asam antranilat.
PENUTUP
KESIMPULAN
(1) sebagai zat racun untuk melawan serangga maupun hewan herbivora;
Anonim, 1979 Farmakope Indonesia edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim, 1989. Materia Medika Indonesia Jilid I-V, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Gunawan, D dan Mulyani, S. 2002. Ilmu Obat Alam. (Farmakognosi) Jilid 1. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Heinrich, et al. 2009. Farmakognosi dan fitoterapi; alih bahasa: Winny R. Syarief et al; editor
bahasa Indonesia, Amalia H. Hadinata. EGC, Jakarta.
Kar, Autosh, 2013. Farmakognosi dan farmakobioteknologi; alih bahasa, July Manurung,
Winny Rivany Syarief, Jojor Simanjuntak; editor edisi bahasa Indonesia, Sintha Rachmawati,
Ryeska Fajar Respaty Ed 1-3. EGC, Jakarta.
Saifudin, A., Rahayu V., Taruna H.Y., 2011. Standardisasi Bahan Obat Alam. Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Sukardiman, et al, 2014. Buku ajar Farmakognosi. Airlangga University Press, Surabaya.